Oleh
Adib Hasanawi
NIP. 19960312 202203 1 001
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PERTANIAN
CIAWI – BOGOR
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Mentor, Coach,
Penguji,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar ASN Berakhlak, Kedudukan Dan Peran ASN
Mendukung Smart Governance yang berjudul “Digitalisasi Form Survey Lapangan
dengan Aplikasi SurveySparrow Untuk Sistem Informasi Basisdata Terintegrasi di
BBSDLP” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Latihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan III yang dilaksanakan oleh PPMKP – Ciawi Tahun 2022. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Dalam proses penyelesaian rancangan aktualisasi ini, penulis banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Fadjri Djufry, M.Si. selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) atas izinnya untuk mengikuti Pelatihan
Dasar CPNS.
2. Ibu Husnain, S.P., M.P., M.Sc., Ph.D. selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan (BBSDLP) atas izinnya untuk mengikuti
Pelatihan Dasar CPNS.
3. Bapak Wahyu Wahdini Marta, S.E., M.M., selaku mentor yang penuh dedikasi
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengajari, menasehati dan memotivasi
penulis dalam rancangan kegiatan aktualisasi ini.
4. Ibu Viera Restuani Adia, S.I.Kom, M.A. selaku pembimbing yang berdedikasi
meluangkan waktu membimbing, mencurahkan pikiran serta saran yang
membangun dalam rancangan kegiatan aktualisasi ini
5. Bapak R. Achmad Ramdoni, S.E., M.M. selaku penguji atas segala penilaian, saran
dan masukannya untuk penyempurnaan rancangan kegiatan aktualisasi ini.
6. Segenap Widyaiswara yang telah memberikan materi pembelajaran.
7. Segenap Panitia Pelatihan Dasar CPNS Golongan III yang telah mendukung
keberhasilan kegiatan.
iii
8. Seluruh rekan kerja penulis di unit kerja Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian yang telah membantu penulis dalam penulisan rancangan kegiatan
aktualisasi ini.
9. Rekan-rekan Angkatan VI Kelompok 4 yang telah memberikan motivasi dalam
penulisan rancangan kegiatan aktualisasi ini.
10. Saudara, teman, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan rancangan penulisan ini, penulis menyadari tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, sehingga penulis mengucapkan permohonan maaf jika ada yang kurang
berkenan dalam penyusunan rancangan ini. Akhir kata, semoga rancangan aktualisasi ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.1. Identifikasi dan Deskripsi Isu ................................................................................... 39
4.2. Analisis Isu ............................................................................................................... 41
4.3. Analisis Penyebab Isu ............................................................................................... 44
4.4. Dampak Bila Isu Tidak Terselesaikan ...................................................................... 45
4.5. Gagasan Pemecahan Isu ............................................................................................ 47
4.6. Rancangan Aktualisasi dan Habituasi ....................................................................... 49
4.7. Jadwal Rancangan Aktualisasi Isu ............................................................................ 55
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 59
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Kementerian Pertanian ........................................................... 9
Gambar 2. Struktur Organisasi Balitbangtan ......................................................................... 11
Gambar 3. Struktur Organisasi BBSDLP .............................................................................. 11
Gambar 4. Contoh Formulir Survey Lapangan ...................................................................... 37
Gambar 5. Diagram Fishbone Analisis Penyebab Isu Utama ................................................ 45
Gambar 6. Bagan Gagasan Pemecahan Isu Utama ................................................................ 48
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis isu berdasarkan metode tapisan APKL ....................................................... 42
Tabel 2. Analisis isu berdasarkan metode tapisan USG ......................................................... 44
Tabel 3. Analisis Alternatif Isu Tapisan Mc. Namara ............................................................ 47
Tabel 4. Rancangan Aktualisasi.............................................................................................. 50
Tabel 5. Matriks Rancangan Aktualisasi ................................................................................ 51
Tabel 6. Rencana Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi ................................................................. 55
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam sistem birokrasi dituntut untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi
selama ini dianggap belum dapat menciptakan birokrasi yang professional. Maka perlu
adanya konsep profesionalitas birokrasi yang dibangun. Konsep tersebut dituangkan dalam
Undang - Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). ASN
berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua yaitu:
Pada pasal 7 Undang - Undang No. 5 tahun 2014 dinyatakan bahwa PNS merupakan
pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) secara nasional. Sedangkan PPPK merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
undang-undang ini. Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN,
menegaskan bahwa tidak semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus
PNS, namun dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan budaya kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi di
kalangan birokrasi yang berbasis pada kinerja.
1
Branding ASN, diluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK yaitu akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif
serta Employer Branding ASN, Bangga Melayani Bangsa. Dalam hal ini sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pengaktualisasian nilai – nilai dasar ini di unit kerja masing
– masing diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penguatan visi, misi, tujuan,
serta nilai – nilai budaya organisasi.
Dalam rangka penguatan nilai – nilai dasar ASN dan pembekalan kompetensi kepada
para CPNS maka berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tertuang mengenai Pengaturan Pelatihan Dasar CPNS.
Pelatihan Dasar CPNS memiliki definisi sebagai pendidikan dan pelatihan dalam masa
prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas moral;
kejujuran; semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan; karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab; dan memperkuat profesionalisme; serta kompetensi
bidang. Tujuan dari pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS adalah untuk mengembangkan
kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi, dimana kemampuan-kemampuan
yang dikembangkan tersebut adalah kemampuan (i) menunjukkan sikap perilaku bela
negara; (ii) mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
(iii) mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan (iv) menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan
sesuai dengan bidang tugas.
Dalam peraturan Peraturan Lembaga Administrasi Negara No. 10 Tahun 2021, juga
diatur dalam metode pelaksanaannya. Pelatihan Dasar CPNS dapat dilakukan dengan 2
metode yaitu Metode Klasikal dan Metode Blended Learning. Metode klasikal
dilaksanakan selama 511 JP atau setara 51 hari kerja dengan On Campus I selama 177 JP /
18 Hari Kerja, Off Campus selama 320 JP atau setara 30 Hari Kerja dan On Campus II
selama 14 JP atau setara 3 Hari Kerja. Metode Blended Learning yang saat ini sedang
dilakukan oleh penulis dilaksanakan selama 647 JP atau setara 74 Hari Kerja dengan
Agenda Pelatihan (1) Sikap Perilaku Bela Negara, (2) Nilai – nilai Dasar PNS, (3)
Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI, (4) Habituasi. Pelatihan dibagi dalam beberapa
kegiatan sebagai berikut:
2
2. Distance Learning, pembelajaran melalui e-learning dengan Learning
Management System (LMS) secara Synchronous 25 JP dan Asynchronous
192 JP.
3. Aktualisasi dan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang dan Tugas (PKTBT)
dilakukan di unit kerja masing – masing selama 320 JP atau setara 30 Hari
Kerja
4. Pembelajaran Klasikal (On Campus) selama 62 JP atau setara dengan 6 Hari
Kerja.
Unit kerja penulis yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian (BBSDLP) memiliki fungsi untuk melakukan penelitian dan
pengembangan sumberdaya lahan pertanian dengan menghasilkan teknologi sumberdaya
lahan pertanian unggul berdaya saing yang berbasis advance technology. Produk dari
BBSDLP adalah produk yang berkaitan dengan pelayanan pembuatan peta (geospasial).
Penelitian – penelitian dominan yang dilakukan berupa penelitian di bidang pemetaan
sumberdaya lahan dengan produk berupa peta tanah (skala 1:50.000, skala 1: 250.000,
skala 1:1.000.000), peta lahan gambut, peta lahan rawa, peta sebaran lahan kering, peta
rawan longsor, peta kesesuaian lahan komoditas, peta tematik (peta status hara, peta status
mineral, peta jenis sawah), peta cemaran lahan, dsb.
Dalam hal pembuatan peta, kegiatan yang sangat dibutuhkan adalah survey lapangan
untuk mendapatkan sampel. Dalam melakukan survey, surveyor mengambil data primer
dalam survey tanah berupa sampel seperti peta tanah, maupun dalam survey konfirmasi
berupa sampel foto konfirmasi kesesuaian komoditas ataupun sampel wawancara.
Seringkali hasil dari data survey ini tidak memiliki alur penempatan yang jelas dan sangat
menyulitkan untuk diinventaris dengan baik. Hal ini disebabkan karena form/isian survey
ini saat di lapangan masih dalam bentuk manual/kertas dan dipegang oleh individu masing
– masing. Hal ini menyebabkan rawan untuk data survey tersebut hilang setelah tidak
digunakan lagi. Permasalahan terjadi juga saat melakukan pengintegrasian pasca survey
3
lapangan, data tersebut tidak dapat ditelusuri/dipasangkan dengan baik terhadap hasil dari
laboratorium karena ID sampel tanah yang diambil tidak dimiliki/tidak cocok. Padahal hal
ini sangat penting menuju basisdata yang baik sebagai bentuk penginventarisasian,
sehingga di masa depan dalam urgensi untuk melakukan integrasi membentuk peta tanah,
peta tematik, dan sebagainya, data dapat ditelusuri dengan baik penanggungjawabnya.
Oleh karena itu isu yang akan diangkat oleh penulis dalam rancangan aktualisasi ini adalah
“Tidak efektifnya sistem ID dan Pencatatan Hasil Survey Lapangan Penelitian sebagai
penunjang basisdata”. Isu ini sangat penting untuk diselesaikan sehingga di masa depan
dalam melakukan tugas matching data serta diskusi data dapat berjalan dengan baik karena
adanya penanggungjawab data yang mudah ditelusuri. Penyelesaian dari isu ini diharapkan
dapat menjadi langkah perbaikan menuju tatakelola pemerintahan dan pelayanan yang
lebih baik.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
4
Pada akhirnya aktualisasi ini dapat memberikan solusi dan terciptanya tata kelola
organisasi ke arah Smart Governance dengan memberikan pemantik untuk membuat
sistem basisdata sesuai dengan strategi BBSDLP menuju pengembangan Sistem Database
dan Sistem Informasi Pertanian berbasis Web Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dari diri penulis, aktualisasi ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam
mengaplikasikan dan menghayati tiap tiap nilai dasar ASN BerAKHLAK yaitu
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif.
Selain itu juga penulis berharap aktualisasi ini bermanfaat dalam meningkatkan
kompetensi penulis dalam menjalankan tugas di unit kerja Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP).
Ruang lingkup dari pelaksanaan aktualisasi yang berjudul “Digitalisasi Form Survey
Lapangan dengan Aplikasi SurveySparrow Untuk Sistem Informasi Basisdata Terintegrasi
di BBSDLP” dapat dibagi menjadi ruang lingkup waktu, tempat dan kegiatan. Waktu
kegiatan aktualisasi ini akan dilaksanakan selama 30 hari kerja dari tanggal 12 Juli 2022 –
08 Agustus 2022 di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian (BBSDLP), Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian.
Ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam aktualisasi ini adalah (1)
Melakukan konsultasi dan diskusi dengan mentor mengenai rancangan kegiatan aktualisasi
yang akan dilaksanakan, (2) Mengumpulkan sumber data utama dan literatur pendukung
yang dibutuhkan untuk menyusun digitalisasi formulir survey lapangan, (3) Proses
penyusunan digitalisasi form survey lapangan dan testing bentuk hasil inventaris data
dalam cloud, (4) Sosialisasi dan evaluasi penggunaan form digital survey lapangan.
Adapun perubahan kegiatan yang dilakukan merupakan hasil diskusi dengan mentor dan
coach menyesuaikan kondisi yang ada.
5
BAB II
PROFIL ORGANISASI
Sumber daya alam Indonesia yang kaya dipengaruhi oleh faktor keadaan alam
Indonesia yang beriklim tropis dan letak geografis di antara dua benua, Asia dan Australia
serta dua samudra, Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sehingga sektor pertanian di
Indonesia menjadi sektor penting bagi perekonomian bangsa. Oleh karena itu, Indonesia
dikenal sebagai negara agraris dengan berbagai produk dari usaha pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutanan. Pada masa pendudukan Belanda, pada tanggal 1
Januari 1905 didirikan sebuah Departemen yang menangani bidang pertanian berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 23 September 1904 No. 20
Staatsblaad 982 yang didasarkan pada Surat Keputusan Raja Belanda No. 28 tanggal 28
Juli 1904 (Staatsblaad No. 380). Direktur Pertama Departemen Pertanian adalah Dr.
Melchior Treub. Pada masa penjajahan Belanda urusan pertanian ditangani oleh
Departement van Landbouw (1905), Nijverheid en Handel (1911) dan Departement van
Ekonomische Zaken (1934). Sedangkan pada masa pendudukan Jepang, Gunseikanbu
Sangyobu yang berperan dalam menangani urusan pertanian. Sejak 19 Agustus 1945,
sektor pertanian berada di bawah Kementerian Kemakmuran yang merupakan kabinet
pertama Republik Indonesia setelah kemerdekaan, dengan Ir. R. P. Surachman
Tjokroadisurjo sebagai Menteri Kemakmuran pertama. Dikarenakan situasi Indonesia pada
saat itu masih kacau oleh kedatangan tentara Belanda, Kementerian Kemakmuran
mendirikan cabang di Magelang yang dipimpin oleh R. M. Reksohadiprojo. Pada bulan
Juli 1947, kantor dipindahkan ke Borobudur kemudian beralih ke Yogyakarta.
Sejak berdirinya Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 maka tujuan negara dan cita –
cita nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia tertuang dalam falsafah hidup Pancasila
dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam melakukan
tatakelola pemerintahan dan ketatanegaraan, UUD 1945 merupakan landasan
konstitusional yang harus berlaku di Indonesia. Dasar hukum keorganisasian yang berlaku
hingga saat ini adalah Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
6
Organisasi Kementerian Negara, maka Departemen Pertanian berubah menjadi
Kementerian Pertanian.
7
lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu, dan pemasaran hasil
pertanian;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan prasarana dan sarana pertanian,
peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, tebu, daging, dan pertanian lainnya,
serta peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu, dan pemasaran hasil pertanian;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan di bidang
penyediaan prasarana dan sarana pertanian, peningkatan produksi padi, jagung,
kedelai, tebu, daging, dan pertanian lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya
saing, mutu, dan pemasaran hasil pertanian;
4. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian;
5. Penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanian;
6. Koordinasi dan pelaksanaan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan;
7. Pelaksanaan perkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati;
8. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif pada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Pertanian;
9. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Pertanian;
10. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pertanian; dan
11. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pertanian.
Sebagai unit eselon satu yang mendukung program eselon satu lainnya, Badan
Litbang Pertanian (Balitbangtan) memiliki tugas untuk melakukan penyediaan teknologi
dan paket teknologi serta rekomendasi opsi kebijakan. Selain itu Balitbangtan juga
melakukan pendampingan dalam perencanaan dan pelaksanaan beragam kebijakan dan
program Kementerian Pertanian, terutama yang masuk kategori program strategis. Dalam
melaksanakan tugasnya, Balitbangtan menyelenggarakan berbagai fungsi, yaitu: 1)
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian, pengembangan, dan inovasi
di bidang pertanian, 2) pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang
pertanian, 3) penyebaran hasil penelitian, pengembangan, dan inovasi dibidang pertanian
4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan inovasi
8
di bidang pertanian, 5) pelaksanaan administrasi Balitbangtan, dan 6) pelaksanaan fungsi
lain yang diberikan oleh menteri.
Gambar 1 menjelaskan struktur organisasi kementan. Penjabaran rinci dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Secara garis besar sebagai
berikut:
9
1. Menteri Pertanian
2. Staf Ahli:
a. Bidang Pengembanagn Bio Industri
b. Bidang Perdagangan & Hubungan Internasional
c. Bidang Investasi Pertanian
d. Bidang Lingkungan Pertanian
e. Bidang Infrastruktur Pertanian
3. Sekretariat Jenderal
4. Inspektorat Jenderal
5. Direktorat Jenderal Prasarana & Sarana Pertanian
6. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
7. Direktorat Jenderal Holtikultura
8. Direktorat Jenderal Perkebunan
9. Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan
10. Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian
11. Badan Penyuluhan & Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
12. Badan Ketahanan Pangan
13. Badan Karantina Pertanian
14. Pusat Data & Sistem Informasi Pertanian
15. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman & Perizinan Pertanian
16. Pusat Perpustakaan & Penyebaran Teknologi Pertanian
17. Pusat Sosial Ekonomi & Kebijakan Pertanian
Struktur Organisasi Balitbangtan dan BBSDLP dijelaskan pada Gambar 2 dan Gambar 3
berikut:
10
Tanaman Padi, 11) Balai Besar Penelitian Veteriner, dan 12) Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Dr. Ir. Rahmawati, MM Agus Hasbianto, S.P., M.Si., Ph.D. Dr. Wahida Annisa Yusuf, M.Sc.
11
Struktur Organisasi BBBSDLP memiliki Satu Kepala Bagian Tata Usaha, dua
koordinator dan enam subkoordinator, dengan rincian: Kepala Bagian Tata Usaha,
membawahi Subkoordinator Kepegawaian dan RT dan Subkoordinator Keuangan dan
Kelengkapan. Lalu Koordinator Program dan Evaluasi membawahi Subkoordinator
Program dan Subkoordinator Evaluasi. Terakhir Koordinator Kerjasam dan
Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP) membawahi Subkoordinator Kerjasama Penelitian
dan Subkoordinator Pendayagunaan Hasil Penelitian. Selain itu dalam menjalankan tugas
dan fungsinya dalam penelitian sumberdaya lahan pertanian, Kelompok Jabatan
Fungsional memegang peranan dalam menjalankan fungsi teknis. Lalu berdasarkan surat
Surat Keputusan Kepala Balitbangtan No. 157/Kpts/OT.160/J/7/2006 tanggal 10 Juli 2006,
BBSDLP juga mengkoordinasikan Balai – Balai di bawahnya yaitu: Balai Penelitian
Tanah, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Penelitian Penelitian Pertanian
Lahan Rawa dan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) 2020 – 2024, ditetapkan
Visi Presiden and Wakil Presiden RI 2020 – 2024 adalah “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Sejalan
dengan visi tersebut, maka Kementerian Pertanian menetapkan Visi Pertanian Tahun 2020
– 2024, yakni:
Makna dari visi untuk memajukan sektor pertanian ditandai dengan meningkatnya
produksi dan produktivitas komoditas pangan serta mampu mencukupi kebutuhan dalam
negeri (pangan mandiri) yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, visi tersebut ditunjang dengan misi
Kementerian Pertanian yaitu:
12
2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Pertanian
Makna dari misi berupa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan
bagi negara sampai perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
ditinjau dari jumlah maupun mutu. Selain itu, menjamin pangan yang aman, beragam,
bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan
budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Daya saing pertanian adalah kemampuan di sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat sekaligus mampu menggantikan produk pesaingnya dengan nilai tambah yang
dihasilkan dalam setiap kegiatan produksi dan distribusi komoditas pertanian.
Dengan visi misi tersebut maka tujuan pembangunan pertanian 2020 – 2024 yang
ingin dicapai yaitu:
Dari visi misi Kementerian Pertanian tersebut, Badan Litbang Pertanian dan Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP)
menurunkan visi misi dalam mewujudkan tujuan Kementerian Pertanian, yaitu:
VISI Balitbangtan
MISI Balitbangtan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Balitbangtan, maka tujuan yang ingin dicapai
13
selama Tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:
VISI BBSDLP
MISI BBSDLP
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi BBSDLP, maka tujuan utama yang ingin dicapai
selama Tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:
14
6. Mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
1. Komitmen: Keteguhan hati, memiliki tekad yang mantap dan menepati janji untuk
melakukan atau mewujudkan visi, misi, nilai dan makna kerja. Adapun indikator nilai
komitmen, antara lain:
a. Menaati peraturan/kesepakatan;
b. Melakukan internalisasi tujuan dan sasaran organisasi;
c. Menyamakan persepsi dalam langkah kerja;
d. Konsisten dan loyal terhadap pelaksanaan tugas; dan
e. Menepati janji.
2. Keteladanan: Sikap, perilaku, dan kebiasaan yang secara sadar dan tidak sadar dapat
ditiru dan menjadi teladan bagi orang lain. Adapun indikator nilai keteladanan antara
lain:
a. Berperan aktif meningkatkan kinerja;
b. Membangun keterbukaan dan komunikasi;
c. Menghargai pendapat orang lain;
d. Bersikap tegas dan berani; dan
e. Bersikap peduli.
3. Profesionalisme: Terampil, handal dan semangat bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya sebagai PNS Kementerian Pertanian. . Adapun indikator nilai
profesionalisme antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang tugasnya;
b. Melaksanakan tugas dengan kompetensi;
c. Melaksanakan tugas sesuai standar operasional prosedur;
d. Menyelesaikan pekerjaan sesuai target kinerja;
e. Melaksanakan pelayanan prima.
15
4. Integritas: Selalu konsisten dalam perkataan dan perbuatan. Adapun indikator nilai
integritas antara lain:
a. Bersikap jujur;
b. Bertanggung jawab;
c. Bertindak sesuai nilai dan norma yang berlaku;
d. Melaporkan penyimpangan; dan
e. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Disiplin: Sikap yang selalu taat pada aturan, norma dan prinsip-prinsip tertentu, serta
mengikuti jadwal dan sistem kerja yang tersusun dan terencana dengan baik. Adapun
indikator nilai disiplin antara lain:
a. Mentaati ketentuan jam kerja;
b. Pemakaian seragam dan atribut sesuai peraturan;
c. Mengikuti upacara;
d. Menggunakan fasilitas kantor sesuai peraturan.
Berdasarkan Undang – Undang No. 5 Tahun 2014, Pegawai Negeri Sipil (PNS)
merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan dan memiliki nomor indukpegawai secara nasional. Dalam hal ini penulis
sebagai CPNS harus mengerti tugas dan fungsi dalam menjalankan kedudukan sebagai
PNS. PNS berfungsi sebagai:
2. Pelayan publik
16
Penulis dalam hal ini sebagai peserta pelatihan dasar CPNS, memiliki tugas untuk
mengaplikasikan dan mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN BerAKHLAK dan untuk
mewujudkan tugas dan fungsi sebagai ASN dan jabatan fungsional peneliti di Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian. Berdasarkan Permenpan RB No. 34 Tahun 2018 jo Nomor
20 Tahun 2019, jabatan fungsional peneliti adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas
teknis penelitian, pengembangan, dan/atau pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi
pada organisasi penelitian, pengembangan, dan/atau pengkajian Instansi Pemerintah.
Dalam pelaksanaan tugas saat ini penulis ditempatkan di Bidang Program dan Evaluasi
Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.
17
BAB III
TINJAUAN LITERATUR
Pelayanan publik tercantum dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(UU Pelayanan Publik). Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Dalam melakukan pelayanan publik sebagai ASN, terdapat
tiga unsur penting yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima
layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam Modul Berorientasi Pelayanan dari LAN RI, 2021, nilai Berorientasi Pelayanan
dalam core values ASN secara lebih operasional dapat dijabarkan dalam beberapa kriteria,
yakni:
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku
sesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai. Kode etik juga
terkadang dibuat untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan tidak boleh
dilakukan, misalnya yang terkait dengan konflik kepentingan. Dalam
menyelenggarakan pelayanan publik jika terjadi konflik kepentingan maka aparatur
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dari pada kepentingan dirinya sendiri.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of
conducts) yang berisi contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan
oleh pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut. Contoh perilaku spesifik
dapat juga berupa bagaimana penerapan SOP dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan prinsip melayani
sebagai suatu kebanggaan Munculnya rasa kebanggaan dalam memberikan pelayanan
akan menjadi modal dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini juga sejalan dengan
18
employee value proposition atau employer branding ASN yakni “Bangga Melayani
Bangsa”. Kebanggaan memberikan pelayanan terbaik membantu kita memberikan hasil
optimal dalam melaksanakan tugas pelayanan. Prinsip melayani juga menjadi dasar dan
perlu diatur dengan prosedur yang jelas.
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi. Dengan
demikian menjadi kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakannya baik dilakukan
sendiri (oleh birokrasi pemerintah) maupun bekerja sama dengan sektor swasta;
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara.
Artinya, para birokrat penyelenggara pelayanan publik harus paham bahwa semua
fasilitas yang mereka nikmati (gedung, peralatan, gaji bagi ASN, protokoler, dsb.)
dibayar dengan pajak yang dibayarkan oleh warga negara. Oleh karena itu, ASN harus
paham bahwa warga negara adalah agent (tuan) dan ASN adalah client (pelayan).
Konsekuensinya, sebagai ASN harus mengikuti kehendak masyarakat pengguna
layanan, bukan sebaliknya masyarakat yang harus mengikuti kehendak ASN yang
bersangkutan.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis
bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
Panduan perilakuk/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi
para ASN dalam implementasi tugas sehari – hari yaitu:
19
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan
jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat.
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
dan
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
ASN harus mampu memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dengan
masyarakat, bersifat kreatif, proaktif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berbeda beda. Tidak hanya itu saja, karena kondisi sosial ekonomi yang terus
membaik, masyarakat pun terus menerus menuntut standard pelayanan yang semakin tinggi
dan semakin responsif terhadap kemampuan dan kebutuhan yang beragam. Pelayanan yang
baik harus cepat, tepat, dapat diandalkan, tidak berbelit belit (bertele-tele), dan tidak
ditunda-tunda.
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Hal ini berarti bahwa memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika
kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan.
Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi
lebih baik dari hari ini (doing something better and better).
Budaya pelayanan dalam birokrasi pemerintahan akan sangat ditentukan oleh sikap
pelayanan yang ditunjukkan oleh pegawai ASN. Pelayanan yang diberikan aparatur harus
merujuk pada standar yang ditetapkan pemerintah. Standar mutu layanan pada institusi
20
pemerintah dapat dibedakan dalam dua paradigma, yaitu: (1) standar berbasis peraturan
perundang-undangan (producer view), dan (2) standar berbasis kebutuhan dan kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan (consumer view or public view). Pelayanan bagi seorang
ASN adalah untuk menghasilkan suatu paradigma berpikir bahwa ASN harus seoptimal
mungkin memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sehingga diharapkan ada
perubahan mindset yang mempengaruhi ASN dalam bersikap, dan menghasilkan
output/outcome atas perubahan mindset atau paradigma dan perubahan sikap tersebut.
3.1.2. Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Dalam konteks
ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah"
kepada publik. Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme
akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga
negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi
pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif. Dalam Modul Akuntabel dari
LAN RI, 2021, akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas Individu
21
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan
kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi
kewenangan bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
sumber daya serta menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur
negara bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
c. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini
tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang
penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
d. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai,
baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja
organisasi kepada stakeholders lainnya.
e. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan
pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
Panduan perilakuk/kode etik dari nilai Akuntabel sebagai pedoman bagi para ASN
dalam implementasi tugas sehari – hari yaitu:
3.1.3. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma, 1998, memiliki tiga aspek penting
berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Kompetensi merupakan perpaduan aspek
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan
22
dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Menurut Pasal 1
PermenpanRB No. 38 Tahun 2017, Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks
ASN, kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor
38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi
Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi
Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Dalam Modul Kompeten dari LAN RI, 2021, terdapat dua pendekatan
pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya,
yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat
dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job
enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching dan
Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara
lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach. Selain itu coaching
dan mentoring juga penting terkait beberapa hal, yaitu: 1) Meningkatan kinerja individu
dan kinerja organisasi; 2) Membangun komitmen dan motivasi yang lebih tinggi; 3)
Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam pengembangan potensi diri; 4)
Menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih baik; 5) Membuat proses
manajemen perubahan yang lebih baik; 6) Memperbaiki komunikasi dan hubungan antara
atasan-bawahan; 7) Mengimplementasikan keterampilan yang lebih baik; dan 8)
Menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif.
Panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu: a. Meningkatkan kompetensi diri
untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi; b. Membantu orang lain belajar; dan c.
Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Meningkatkan kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan. Melaksanakan belajar
sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak. Setiap orang termasuk ASN selayaknya
memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang.
23
Pembelajaran sepanjang hayat dengan menyesuaikan terhadap paradigma learn,
unlearn, dan relearn.
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal-hal yang benar-
benar baru, dan lakukan secara terus-menerus. Proses belajar ini dilakukan
dimana pun, dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, tahap kedua ini merupakan tahapan melupakan/meninggalkan apa yang
telah diketahui berupa pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi
karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi sesuai atau tak lagi relevan.
Meskipun demikian, ASN tak harus benar-benar melupakan semuanya, untuk
hal-hal yang masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa satu-
satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke kantor. Padahal, konsep
kerja ini hanyalah salah satunya saja. Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu
ke kantor”, namun membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada
cara lain untuk bekerja, yakni bekerja dari jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar
menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
Proses pembalajaran tersebut diatas dilakukan dengan dua hal berikut ini: pertama,
berpikir terbuka, dengan belajar hal yang berbeda. Kedua, cari perspektif orang lain.
Dengan cara ini menyadarkan kemungkinan pihak lain itu bisa jadi tahu lebih banyak dari
apa yang kita ketahui. Hal ini membuka perspektif dan belajar dari orang lain.
3.1.4. Harmonis
24
• ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl
rumah tangga perlu dijaga.
Dalam Modul Harmonis dari LAN RI, 2021, penerapan sikap dan perilaku yang
menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN
(lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa
ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
Sikap perilaku ini dapat diterapkan sebagai peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara untuk menciptakan budaya harmoni yaitu:
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral
dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada.
Adil, berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif
dan harus obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam
melaksanakan tugasanya, PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman,
damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok - kelompok minoritas,
dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan
kelompok tersebut. Termasuk didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai,
penyusunan program tidak berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap
netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya
yang membutuhkan pertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari
problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah
(troublemaker). Oleh sebab itu , setiap ucapan dan tindakannya senantiasa
menjadi ikutan dan teladan warganya. Dia tidak boleh melakukan tindakan,
25
ucapan, perilaku yang bertentangan dengan norma norma sosial dan susila,
bertentangan dengan agama dan nilai local yang berkembang di masyarakat.
3.1.5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Bagi
seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Dalam Modul Loyal dari LAN RI, 2021, terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan
pengertian loyalitas, ketaatan ini timbul dari kesadaran amggota jika peraturan yang dibuat
oleh organisasi semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya pelaksanaan kerja
organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa merasa terpaksa atau
takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan tersebut.
b. Bekerja dengan Integritas
Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa
besar ketaatan mereka di organisasi. Pegawai yang taat dengan peraturan dan gaya kerja
organisasi, punya rasa loyalitas yang besar pula. Sesungguhnya seorang pegawai yang
loyal dapat dilihat dari seberapa besar dia menunjukkan integritas mereka saat bekerja..
Secara konsisten mereka bekerja dengan melakukan hal yang benar, tidak hanya sekedar
mengikuti paham/kepercayaan pribadi dan tanpa peduli orang lain tahu atau tidak.
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka
secara otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
organisasinya. Pegawai akan berhati-hati dalam mengerjakan tugas-tugasnya, namun
sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi kepentingan organisasi.
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk
bekerja sama dengan anggota lain. Bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok
memungkinkan seorang anggota mampu mewujudkan impian perusahaan untuk dapat
mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh seorang anggota secara invidual.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
26
Adanya rasa ikut memiliki pegawai terhadap organisasi akan membuat pegawai
memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian loyalitas demi
tercapainya tujuan organisasi.
f. Hubungan Antar Pribadi
Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar pribadi
yang baik terhadap pegawai lain dan juga terhadap pemimpinnya. Sesuai dengan
pengertian loyalitas, hubungan antar pribadi ini meliputi hubungan sosial dalam pergaulan
sehari-hari, baik yang menyangkut hubungan kerja maupun kehidupan pribadi.
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap
pekerjaan yang dilakukannya setiap hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai
dengan pengertian loyalitas akan mampu menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana.
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti menciptakan suasana debat dalam
internalnya. Debat dalam hal ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini
mereka masing-masing. Pemimpin yang hebat pasti ingin pegawainya aktif bertanya, aktif
beropini/berpendapat, dan berhati-hati dalam bekerja. Bahkan tidak jarang mengijinkan
pegawai untuk mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hal apapun di tempat kerja.
Sebuah ketidaksetujuan (disagreement) adalah baik untuk organisasi. Justru itu dapat
membantu organisasi dalam mengambil sebuah keputusan. Pegawai yang loyal akan
berusaha untuk senatiasa berbagi opini mereka, bahkan saat mereka tahu bahwa pimpinan
tidak mengapresiasi opini mereka, untuk kemajuan organisasinya. Bahkan, terkadang
mereka “berani melawan” akan sebuah keputusan yang memang dirasa kurang baik dengan
cara yang arif dan bijaksana.
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang bisa memberikan contoh
bagi pegawai lain, karena mereka yang bisa menjadi teladan biasanya akan selalu
berpegang teguh pada nilai organisasi, berorientasi pada target, kemampuan interpersonal
yang kuat, cepat adaptasi, selalu berinisiatif, dan memiliki kemampuan memecahkan
masalah dengan baik.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
27
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb” diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu
atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa
juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan
adanya sebuah keyakinan yang teguh.
c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang
diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan,
kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain
untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu
sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan
tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai
wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan
kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau
satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
3.1.6. Adaptif
28
yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis ini meliputi
bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip ketidakpastian, dan
memahami lanskap bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas elemen-
elemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif,
dan struktur adaptasi. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran
penting dalam membentuk adaptive organization.
Organisasi yang adaptif adalam pemerintahan juga dicirikan dari perbedaannya
dengan organisasi birokrasi pemerintahan pada umumnya. Organisasi birokrasi cenderung
mekanistik bercirikan yang otoritas atau kewenangan yang tersentralisasi atau
diselenggarakan oleh kelompok kecil dalam level elit organisasi. Sebaliknya organisasi
yang adaptif akan lebih cenderung menyebarkan fungsi kewenangan ke berbagai lini
organisasi. Perbedaan ini akan terihat dalam kecepatan merespon perubahan lingkungan.
Fungsi kewenangan yang melekat di satu figur atau kelompok akan menyulitkan dan
memperlambat pengambilan keputusan, karena organisasi harus menunggu kata putus dari
otoritas di pucuk struktur organisasi. Sedangkan pengambilan keputusan dalam struktur
organisasi adaptif akan terdistribusi pada fungsi lininya, sehingga lebih pendek prosesnya
dan pada akhirnya lebih cepat pengambilan keputusannya.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga
pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek
kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhannya.
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari konsep
reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa
kewirausahaan ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan
pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif layaknya
organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
29
Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-
fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan peluang
yang ada. (Diskusikan peluang apa saja yang dapat diidentifikasi dan
dimaksimalkan pemerintah dalam menjalankan fungsinya).
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi
mitra, masyarakat dan sebagainya.
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan
kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan
organisasi pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti
mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi
sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi. Budaya adaptif tidak dilakukan
untuk menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan
bereaksi dengan baik kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja instansinya.
3.1.7. Kolaboratif
Kolaborasi merupakan nilai yang dibangun oleh dua atau lebih entitas untuk menjadi
lebih kompetitif dengan membangun kegiatan rutin bersama. Dalam Modul Kolaboratif
dari LAN RI, 2021, selain dari istilah kolaboratif juga perlu dijelaskan mengenai
collaborative governance yaitu sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance. Kolaborasi juga sering dikatakan
meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda
dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan
individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan
semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama
dengan “berbagi kekuatan”. Konkretisasi kolaborasi pemerintahan dikonsep dalam Whole
of Government (WoG). WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Organisasi yang memiliki budaya kolaboratif memiliki indikator sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
30
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan
yang diberikan.
Panduan/kode etik perilaku kolaboratif sebagai ASN diperlihatkan dalam tiga aspek
yaitu:
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
Dalam melakukan sikap perilaku kolaboratif, ASN perlu menjalankan proses dalam
kolaborasi yang digambarkan dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
1) Trust building: membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
Smart Governance secara konsepnya merupakan salah satu indikator dari Smart City,
dimana variabel tersebut diantaranya adalah Smart Governance, Smart People, SmartLiving,
Smart Mobility, Smart Economy, dan Smart Environment. Smart governance didefinisikan
sebagai kemampuan pemerintah untuk membuat keputusan yang baik melalui dukungan
teknologi informasi dan tata kelola kolaboratif. ASN yang salah satu fungsinya adalah
sebagai pelayan publik memiliki peranan penting dalam mewujudkan Smart Governance.
31
3.2.1. Manajemen ASN
Dalam Modul Manajemen ASN dari LAN RI, 2017, ASN berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administratif sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Peran ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan sebagai perekat dan pemersatu memiliki
hak dan kewajiban yang melekat di dalamnya yang diatur juga dalam UU No. 5 Tahun
2014, UU ASN. Dalam menjalankan perannya, ASN secara professional berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perliaku agar ASN: 1) melaksanakan
tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi; 2) melaksanakan
tugasnya dengan cermat dan disiplin; 3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan; 4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 5) melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan etika pemerintahan; 6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara; 7)
menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien; 8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; 10) tidak menyalahgunakan
informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; 11) memegang
teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan 12)
melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
Untuk mewujudkan pengelolaan ASN yang produktif, efektif, dan efisien diperlukan
sebuah sistem pengelolaan SDM yang efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas
32
dari kepentingan politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan lingkungan
yang kondusif bagi pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga
diperhatikan oleh organisasi. Pengelolaan dengan sistem merit dapat mewujudkan hal
tersebut dengan memberikan objektivitas dalam pengelolaan ASN berlandaskan
kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan pegawai. Dalam melakukan sistem
ini juga didukung oleh poin – poin manajemen ASN yang berada pada UU ASN meliputi:
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
3.2.2. Smart ASN
Dalam Modul Smart ASN dari LAN RI, 2021, terwujudnya Smart Governance dapat
didukung dari pengimplementasian Smart ASN, dimana ASN mempunyai literasi digital
yang tinggi. Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital
juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif. Keempat pilar yang menopang
literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital.
Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola
etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan
bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari keempat pilar tersebut ASN perlu dikuatkan dengan pengetahuan – pengetahuan
yang sesuai diantaranya yaitu:
a. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
• Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
33
• Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
• Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
• Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital
34
• Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan
menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
• Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
Pengelolaan tanah yang efektif memerlukan pengetahuan tentang data dan informasi
tanah serta pola penyebarannya secara spasial dalam suatu bentang lahan (landscape),
sehingga keputusan penggunaan lahan dapat dipilih secara tepat, cepat dan efisisen. Data
dan informasi tanah serta pola penyebarannya diperoleh melalui kegiatan survei dan
pemetaan tanah. Survei tanah merupakan suatu kegiatan inventarisasi sumberdaya tanah di
suatu wilayah tertentu. Survei tanah juga disebut sebagai kegiatan penelitian tanah di
lapangan yang menggolong-golongkan atau mengkelaskan tanah tersebut kedalam
klasifikasi tanah tertentu, dan menggambarkan penyebarannya kedalam bentuk peta.
Survei tanah ada beberapa macam, tergantung dari maksud dan tujuannya. Di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Kementerian
Pertanian, survei tanah dibedakan menjadi survei tanah eskplorasi (skala kurang dari
1:500.000), survei tanah tinjau (skala 1:250.000), survei tanah semi detail (skala 1:50.000),
survei tanah detail, skala 1:10.000 – 1:25.000, dan masih ada lagi yang lebih besar
skalanya. Masing-masing tingkat survei tanah tersebut mempunyai tata tertib atau tata cara
pelaksanaan survei yang berbeda, karena itu produk peta tanah yang dihasilkan pun
berbeda, semakin besar skala petanya data dan informasi yang disajikan semakin rinci dan
detail. Dalam pelaksanaan survei dan pemetaan tanah semi detail skala 1:50.000, sebagai
faktor penentu satuan peta tanah (SPT) adalah grup landform, litologi, bentuk wilayah/
relief. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengenalan satuan tanah pada setiap
satuan lahan bagi pengguna serta memanfaatkan produk tersebut secara cepat (BBSDLP,
2016).
Semua data lapangan dan analisis contoh tanah disimpan dalam database. Database
yang utama adalah pengamatan lapangan (pemboran dan penampang tanah), kondisi fisik
dan lingkungan lahan, dan data analisis laboratorium. Database pengamatan lapangan
berisi semua parameter yang dapat diukur di lapangan dari setiap tempat pengamatan.
Parameter yang disimpan berisi semua informasi yang diperlukan untuk penilaian atau
evaluasi kesesuaian lahan.
35
Hasil pengamatan dicatat pada formulir isian profil/ formulir survey lapangan:
Pengisian formulir sedapat mungkin dinyatakan dengan simbol atau kode. Semua
lajur/ruang harus diisi di lapangan, misalnya nomor formulir yang akan diisi oleh operator
data. Contoh formulir survey lapangan terlihat pada Gambar 4. Hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pencatatan (Balitbangtan, 2017)
- Tulis dengan lengkap dan jelas, lima menit lebih lama di lapangan lebih baik
daripada lima menit lebih cepat selesai, tetapi `dengan keterangan-keterangan
yang kurang lengkap dan kurang jelas.
- Kode/simbol yang sesuai dengan sifat morfologi tidak boleh dicoret, tetapi hanya
diberi lingkaran (O).
- Kalau suatu sifat morfologi memakai lebih dari satu simbol, maka diberi tanda
panah.
- Gejala peralihan memerlukan lebih dari satu tanda panah, masing-masing diberi
nomor.
- Kesalahan-kesalahan dalam mengisi harus dicoret serta dibubuhi paraf. Begitu
pula mengenai perbaikan-perbaikannya.
- Sebelum meninggalkan lokasi pengamatan sebaiknya cek kembali formulir isian
apakah semua sudah terisi dengan lengkap.
36
Gambar 4. Contoh Formulir Survey Lapangan
(Balitbangtan, 2017)
Data merupakan salah satu hal yang penting dari suatu organisasi. Data yang dimiliki
dapat diolah untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi perkembangan organisasi
tersebut. Semakin banyak informasi yang dibutuhkan, semakin banyak pula data yang
harus diolah. Oleh karena itu tempat penyimpanan data yang dimiliki harus aman dari
berbagai gangguan. Saat ini aplikasi spreadsheet seperti Microsoft Excel adalah aplikasi
yang paling mudah dan banyak digunakan ketika seseorang ingin menyimpan data dalam
jumlah yang cukup banyak. Namun penggunaan teknologi tidak pernah terlepas darifaktor
kesalahan manusia, sehingga proses inputdata pada aplikasi spreadsheet juga sangat
memungkinkan untuk terjadinya kesalahan. Selain itu juga pengisian data dengan kertas
37
secara manual juga membutuhkan waktu yang lama dan memiliki kelemahan yang sama
mengenai kesalahan input data yang bisa terjadi jika data cukup banyak (Waworuntu,
2019).
Salah satu yang dapat dikembangkan adalah dengan penggunaan teknologi informasi
dalam input data berbasis digital. Dalam beberapa studi pendahuluan diperlihatkan bahwa
selain dari spreadsheet Microsoft excel juga ada beberapa yang sudah dikembangkan
seperti RCA (Rapid Convenience Assessment) yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan
Bali dalam melakukan collecting data menggunakan epicollect5 data collection.
Epicollect5 Data Collection merupakan aplikasi berbasis website yang memungkinkan
pengguna melakukan pengumpulan data (termasuk data koordinat lokasi dan media
gambar) dengan menggunakan ponsel pintar (smartphone), serta dapat melakukan
penyuntingan data melalui website (Damadita, 2021). Selain itu juga penggunaan yang
paling mudah pernah dilakukan oleh Wahyuni, dkk. dalam penggunaan google form untuk
evaluasi pembelajaran digital selama Pandemi COVID-19. Penggunaan google form ini
mampu untuk meningkatkan kepuasan siswa dalam pembelajaran (Wahyuni, 2021).
Aplikasi form digital sangat berkembang luas dari mulai yang gratis hingga berbayar
dan menyajikan kemudahan – kemudahan yang sesuai dengan penggunanya. Salahsatu
aplikasi pembuat form digital survey yaitu SurveySparrow. Dilansir dari laman
surveysparrow.com, SurveySparrow lahir di tahun 2017 sebagai satu -satunya survey
umpan balik yang berbasi Whatsapp untuk menghindari survey yang membosankan. Pada
akhirnya sekarang berkembang menjadi platform omnichannel yang lengkap dengan
memperluas setiap aspeknya termasuk fitur offline survey synchronization.
38
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
Dalam melaksanakan rancangan aktualisasi ini hal pertama yang dilakukan adalah
melihat isu yang berkaitan dengan lingkungan pekerjaan sekitar. Isu ini tentu merupakan
sebuah subjek penting yang didiskusikan atau diperdebatkan orang. Dalam
mengidentifikasi isu maka perlu untuk dilakukan environmental scanning dengan jalan
peduli/melihat terhadap masalah dalam organisasi dan mampu untuk memetakan hubungan
kausalitas/ sebab-akibatnya. Permasalahan pada Kelompok Jabatan Fungsional di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) dapat
dirumuskan dalam 5 Isu Strategis
1) Belum adanya tatacara dalam pengambilan hasil penelitian (dari proposal sampai
dengan laporan hasil) secara lengkap
2) Tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan penelitian sebagai
penunjang basisdata
39
Tahun 2016 yang dikeluarkan BBSDLP dengan form yang sesuai. Isu ini muncul pasca
survey yang terjadi yaitu pencatatan dan perapihan data setelah survey lapangan menjadi
sulit akibat dari kurangnya telusur data yang baik contohnya ID surveyor yang tidak
sinkron dengan form lapangan yang tercatat. Adanya item seperti ID surveyor yang tidak
cocok juga mengakibatkan kesulitan dalam mencocokkan data survey lapangan dengan
data hasil laboratorium tanah karena tidak ada nya item kuncian sebagai telusur data yang
baik. Pada akhirnya akibat dari data lapangan yang tidak terkoordinasi dengan baik ini,
banyak yang melempar tanggung jawab diantara tim penelitian satu sama lain.
3) Kurangnya koordinasi yang baik dalam pengerjaan spasial penelitian untuk kegiatan
strategis dan kerjasama
4) Kurangnya penggunaan format baku proposal dan laporan penelitian dengan baik
40
penelitian
BBSDLP memiliki unit penelitian intensif berupa Urban Farming GreenHouse. Unit
ini digunakan sebagai instrumen penelitian dalam melakukan intensifikasi lahan pertanian
terutama di perkotaan. Unit ini dibangun ditujukan untuk memenuhi salahsatu program
penelitian yang berjalan sebelumnya dan diharapkan unit ini juga dapat digunakan untuk
penelitian – penelitian berikutnya seperti untuk penelitian magang, penelitian dengan
kerjasama di universitas, dsb. Tetapi dalam perjalanannya, setelah kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh BBSDLP, beberapa pemeliharaan di unit ini juga kurang berjalan dengan
baik. Beberapa sensor yang tidak berjalan dengan baik dan bahkan rusak, juga ada
beberapa meja tanam yang tidak mengalir dengan baik. Indikasi dari manajemen yang
tidak berjalan dengan baik terlihat dari belum adanya personil tetap dalam pemeliharaan
sehingga mengakibatkan unit ini terbengkalai.
Dari isu yang sudah dikemukakan di subbab sebelumnya, maka dilakukan analisis
isu untuk mendapatkan prioritas isu yang akan diprioritaskan untuk diberikan solusinya.
Proses penetapan isu dilakukan dengan menganalisis isu – isu yang ada menggunakan alat
bantu penetapan isu berdasarkan kriteria APKL terlebih dahulu untuk menapis isu yang
memenuhi kriteria aktual, problematik, kekhalayakan, dan layak. Lalu setelahnya proses
penetapan isu prioritas menggunakan alat bantu USG (Urgency, Seriousness, dan Growth).
Dalam metode tapisan APKL, isu – isu dianalisis berdasarkan kriteria Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Layak. Aktual artinya isu benar-benar terjadi dan sedang
hangat dibicarakan. Problematik artinya sebuah isu memiliki dimensi masalah yang
kompleks sehingga harus segera dicarikan solusi permasalahannya. Kekhalayakan artinya
isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Layak artinya isu yang diangkat masuk
akal dan realistis untuk dipecahkan masalahnya. Hasil analisis penetapan isu berdasarkan
kriteria APKL dapat diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.
41
Tabel 1. Analisis isu berdasarkan metode tapisan APKL
Kriteria Isu
No. Isu Keterangan
A P K L
1. Belum adanya tatacara dalam pengambilan hasil ✓ ✓ Tidak
penelitian (dari proposal sampai dengan laporan
hasil) secara lengkap
2. Tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil ✓ ✓ ✓ ✓ Ya
survey lapangan penelitian sebagai penunjang
basisdata
3. Kurangnya koordinasi yang baik dalam pengerjaan ✓ ✓ ✓ ✓ Ya
spasial penelitian untuk kegiatan strategis dan
kerjasama
4. Kurangnya penggunaan format baku proposal dan ✓ ✓ Tidak
laporan penelitian dengan baik
5. Kurang memadainya manajemen Urban Farming ✓ ✓ ✓ Tidak
GreenHouse dalam menunjang penelitian
Keterangan:
A: Aktual; P: Problematik; K: Kekhalayakan; L: Layak
Dari tabel 1 terlihat bahwa isu nomor 1, 4, dan 5 belum memenuhi kriteria APKL.
Isu nomor 1 mengenai belum adanya tatacara dalam pengambilan hasil penelitian (dari
proposal sampai dengan laporan hasil) secara lengkap, tidak memenuhi kriteria
Problematik karena permasalahan dan output solusi dari isu ini tidak memiliki kerumitan
dalam pengerjaannya. Selain itu juga tidak memenuhi kriteria kekhalayakan karena pada
isu ini hanya bermanfaat dan bertujuan kepada segelintir pegawai yang hanya mau
memanfaatkan/mencari judul – judul untuk proposal/ laporan tertentu saja. Lalu dari isu
no. 4 mengenai kurangnya penggunaan format baku proposal dan laporan penelitian
dengan baik, tidak memenuhi kriteria Problematik dan Layak. Dari segi problematik isu ini
tidak terlalu problematik karena permasalahan hanya berkaitan mengenai format dari suatu
tulisan yang output dari penyelesaiannya juga tidak rumit. Dari segi layak, isu ini juga
ditimbang tidak terlalu layak untuk diprioritaskan dicari solusinya karena format
sebenernya sudah ada, hanya perlu penekanan saja dalam penyelesaian masalahnya. Selain
itu juga penyelesaian format ini tidak terlalu membebankan para pegawai yang ada di
bagian Program dan Evaluasi karena sudah terbiasa untuk merapihkan dokumen dan juga
42
sekaligus untuk melakukan pengecekan konten/isi. Lalu untuk isu no. 5 mengenai kurang
memadainya manajemen Urban Farming GreenHouse dalam menunjang penelitian, tidak
memenuhi kriteria kekhalayakan. Hal ini terlihat dari Urban Greenhouse Farming yang
memang diperuntukan hanya untuk beberapa peneliti saja yang memiliki kepakaran di
bidang tersebut. Keperluan manajemen hanya bermanfaat bagi pelaku penelitian yang
berada di lingkungan Urban Farming Greenhouse.
Terdapat dua isu yang memenuhi kriteria APKL yaitu isu no 2 dan 3 yaitu mengenai
tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan penelitian sebagai
penunjang basisdata dan kurangnya koordinasi yang baik dalam pengerjaan spasial
penelitian untuk kegiatan strategis dan kerjasama. Kedua isu ini memenuhi semua kriteria
dari Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak. Secara aktual kedua isu ini
diperbincangkan dan menjadi konsentrasi khusus di mata beberapa pegawai termasuk
pimpinan unit kerja. Kedua isu ini juga problematik dimana menempatkan beberapa
stakeholder internal unit kerja terkait di dalamnya dan output dari penyelesaian
masalahnya juga cukup rumit. Isu – isu ini juga memiliki tingkat kekhalayakan yang tinggi
karena menyangkut dari produk untuk seluruh unit kerja sehingga kedua isu ini sangat
layak untuk dicari alternatif solusi permasalahannya.
Kedua isu di atas dikaji ulang dengan analisis lanjutan berdasarkan kriteria urgency,
seriousness, dan growth (metode USG) untuk diketahui isu mana yang perlu cepat
diselesaikan dan didahulukan (prioritas). Adapun prioritas kedua isu tersebut dituliskan
pada Tabel 2. Penentuan prioritas metode USG dilakukan dengan menggunakan penilaian
kondisi rentang skor 1-5, dimana arti dari skor tersebut adalah berturut-turut sangat kurang
U/S/G, kurang U/S/G, cukup U/S/G, U/S/G/, dan sangat U/S/G. Urgency berkaitan dengan
mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin
mendesak suatu masalah untuk diselesaikan, maka semakin tinggi tingkat urgensi masalah
tersebut. Seriousness mengacu pada seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth mengacu pada seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
43
Tabel 2. Analisis isu berdasarkan metode tapisan USG
Kriteria Isu
No. Isu Total Skor Prioritas
U S G
1. Tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan 5 5 5 15 I
hasil survey lapangan penelitian sebagai
penunjang basisdata
2. Kurangnya koordinasi yang baik dalam 5 4 3 12 II
pengerjaan spasial penelitian untuk kegiatan
strategis dan kerjasama
Keterangan:
U: Urgency; S: Seriousness, G: Growth
Skor:
1: Sangat Kurang U/S/G 2: Kurang U/S/G
3: Cukup U/S/G 4: U/S/G 5: Sangat U/S/G
Isu mengenai tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan
penelitian sebagai penunjang basisdata merupakan prioritas isu yang dipilih berdasarkan
metode USG pada Tabel 2. Hal ini terjadi karena isu no 1 ini juga sebenarnya berkaitan
dengan isu no 2, jika isu no 1 mampu untuk diselesaikan dengan baik maka isu no 2
mengenai koordinasi pengerjaan spasial penelitian akan jauh lebih mudah. Selain itu dari
segi seriousness permasalahan ini cukup serius karena merupakan salahsatu awal dalam
membuat basisdata yang baik, terlebih ini merupakan salahsatu strategi program menuju
visi dari BBSDLP. Isu ini juga jika tidak mampu untuk diselesaikan dengan baik dan
berlarut – larut maka growth nya akan terasa di masa depan. Dengan sistem yang kurang
baik seperti ini yang terus dipertahankan maka tatakelola produk spasial dari BBSDLP
akan terus menerus terhambat.
Dari isu yang sudah ditetapkan maka selanjutnya dilakukan analisis untuk
menentukan penyebab dari isu tersebut. Metode analisis penyebab isu yang digunakan
dalam rancangan aktualisasi ini yaitu metode fishbone diagram atau Ishikawa diagram.
Metode ini menekankan pada hubungan sebab – akibat (cause - effect) berdasarkan
kategorinya. Kategori yang digunakan yaitu 4M berupa Materi (material), sumberdaya
manusia (manpower), metode (method), dan lingkungan (mother nature).
44
Sebab Akibat
Materi Sumber Daya Manusia
(Material) (Manpower)
Kompetensi SDM
yang kurang
mengenai data digital
Belum memiliki
sistem digital SDM sedikit dan Tidak efektifnya
kurang inovatif sistem ID dan
pencatatan hasil
survey lapangan
penelitian sebagai
Pengumpulan dan Lingkungan kerja penunjang
penginputan data yang tidak teratur basisdata
secara manual Kebutuhan survey
yang terlalu banyak
Metode
Lingkungan
(Method)
(Mother Nature)
Dari Gambar 5 terlihat bahwa dari 4M yang merupakan kategori sebab menghasilkan
akibat tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan penelitian sebagai
penunjang basisdata. Dari materi, sumberdaya sistem secara digital belum dimiliki oleh
instansi BBSDLP, sehingga sistem terintegrasi secara online belum bisa dilaksanakan. Dari
segi SDM dengan jumlah yang sedikit, ternyata SDM juga tidak memiliki inovasi terkait
sistem digital ini ditambah pula dengan kompetensi yang kurang dalam melakukan
digitalisasi data lapangan ini. Dari segi metode, selama ini yang dilakukan hanya
bersumber pada cara yang konvensional melakukan penginputan manual. Dari segi
lingkungan kebutuhan survey yang cukup banyak sehingga menimbulkan lingkungan kerja
yang tidak teratur sehingga sistem pencatatan data lapangan tidak dilakukan dengan baik.
Berdasarkan analisis penyebab isu tadi, dapat diperlihatkan bahwa ada beberapa akar
masalah yang menjadi sumber isu terjadi. Akar masalah tersebut dapat dilihat dari 4
kategori yaitu material, manpower, method, dan mother nature. Dampak yang terjadi bila
akar masalah ini tidak diselesaikan yaitu:
45
1. Tidak dapat mengikuti perkembangan zaman
Seperti yang diketahui bahwa perkembangan zaman sekarang menuju industry 4.0
dan menuju society 5.0 dimana manusia mampu untuk menciptakan nilai baru melalui
perkembangan teknologi. Dari akar masalah material yang tidak memiliki sistem digital di
BBSDLP maka bukan tidak mingkin jika ini tidak diselesaikan maka isu ini akan membuat
instansi tidak mampu berkembang sesuai zaman. Tidak mampunya instansi untuk
berkembanga sesuai zaman dapat menjadi kemunduran dalam kinerja dibandingkan
dengan instansi – instansi lain yang mampu untuk lebih maju.
46
Kerusakan lingkungan kerja dapat mengakibatkan lingkungan kerja yang tidak kondusif
dan mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak dikerjakan dengan baik oleh pegawai.
Proses analisis untuk memperoleh gagasan dalam memecahkan isu prioritas dapat
dilakukan dengan melibatkan faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab isu. Alat uji
atau model untuk menganalisa faktor-faktor tersebut setidaknya memiliki tiga aspek
penilaian meliputi kontribusi, biaya, dan layak yang dikemukakan dalam tapisan Mc.
Namara. Kontribusi, merupakan alternatif yang dapat memberikan sumbangan dan
berperan efektif dalam pemecahan masalah. Skor 5 pada kriteria ini menunjukkan bahwa
alternatif sangat kontributif terhadap pemecahan masalah. Biaya, komponen yang
memberikan pertimbangan seberapa besar biaya yang akan dihabiskan oleh alternatif
gagasan untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Semakin tinggi biaya yang
dikeluarkan maka akan mendapatkan skor kecil, sebaliknya jika biaya yang dikeluarkan
sedikit (murah) maka akan diberi nilai mendekati 5. Layak, merupakan kemudahan
alternatif gagasan untuk dilaksanakan sebagai pemecahan masalah. Semakin mudah bagi
untuk memecahkan masalah dengan menggunakan alternatif gagasan, maka akan diberi
nilai mendekati 5.
47
ditelusur dengan baik sehingga dapat membentuk sistem basisdata yang lebih baik
kedepannya dibandingkan dengan sistem excel. Biaya yang diperlukan memang akan lebih
mahal jika dibandingkan dengan sistem excel karena pada akhirnya memerlukan sistem
yang berbayar jika dipergunakan untuk user yang lebih banyak yang diperlukan untuk
membuat cloud penyimpanan data dalam hal ini menggunakan third party berupa aplikasi
SurveySparrow pembuat form survey digital. Dari segi kelayakan, digitalisasi ini lebih
layak menjadi gagasan pemecahan isu karena cukup mudah untuk dilakukan sekaligus juga
secara kelayakan dari peralatan yang digunakan gagasan pertama lebih dapat secara terus
menerus dikembangkan untuk kemajuan basisdata kedepannya. Sehingga pada rancangan
aktualisasi ini akan dilakukan pemecahan isu masalah menggunakan gagasan pertama yaitu
melakukan digitalisasi form survey lapangan dengan aplikasi SurveySparrow untuk sistem
basisdata terintegrasi di BBSDLP.
Bagan dari dampak, isu, penyebab dan gagasan pemecahan isu ditampilkan dalam
Gambar 6. berikut.
Isu Tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan penelitian sebagai penunjang
basisdata
48
4.6. Rancangan Aktualisasi dan Habituasi
Kegiatan – kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari melakukan konsultasi dengan
mentor mengenai kegiatan aktualisasi yang akan dilaksanakan. Dari kegiatan ini nantinya
akan didapatkan saran – saran ataupun masukan – masukan dari mentor untuk
menyempurnakan rancangan aktualisasi yang akan dilaksanakan. Lalu selanjutnya
mengumpulkan sumber data utama dan literatur pendukung utama yang dibutuhkan untuk
menyusun digitalisasi formulir survey lapangan, kegiatan ini dengan mengumpulkan
formulir kertas survey lapangan yang sudah ada untuk dilihat strukturnya sehingga yang
mana saja formulir yang dapat dilakukan digitalisasi. Selain itu data literatur mengenai
pembuatan formulir survey lapangan dengan menggunakan software SurveySparrow,
dimana software SurveySparrow mengakomodasi kemudahan dalam inventaris secara
cloud online dan dapat diintegrasikan hasilnya dengan data lainnya secara online. Selain
itu juga kemudahan lainnya juga dapat memudahkan untuk mengisi survey secara offline
ketika tidak memiliki sinyal di kawasan tertentu. Proses berikutnya adalah melakukan
digitalisasi form survey lapangan dengan membuat form digital secara online lalu
melakukan testing bentuk dari form yang sudah dihasilkan. Termasuk juga mengecek data
yang terinventaris bentuknya seperti apa. Lalu, kegiatan terakhir adalah melakukan
sosialisasi kepada rekan – rekan kerja lainnya mengenai form yang sudah terbentuk.
49
Tabel 4. Rancangan Aktualisasi
Isu yang Tidak efektifnya sistem ID dan pencatatan hasil survey lapangan
diangkat penelitian sebagai penunjang basisdata
Matriks aktualisasi yang memuat rincian dari kegiatan – kegiatan yang akan
dilaksanakan dimasukkan ke dalam Tabel 5 berikut ini.
50
Tabel 5. Matriks Rancangan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap Visi Penguatan Nilai Budaya Organisasi
Misi Organisasi
1. Melakukan Membuat janji temu Notulensi/catat Agenda II Kegiatan Penguatan pada nilai nilai Budaya
konsultasi dan dengan mentor an hasil Berorientasi Pelayanan konsolidasi/mentoring Organisasi Lingkup Kementerian
diskusi dengan terkait diskusi yang diskusi dengan Penulis akan bekerja cekatan dan solutif dengan atasan ini menjadi Pertanian pada poin:
mentor mengenai akan dilakukan mentor terkait membuat rancangan bentuk perwujudan Visi Komitmen: pada indikator melakukan
rancangan Melakukan diskusi rancangan Akuntabel “Menjadi Lembaga penelitian internalisasi tujuan dan sasaran serta
kegiatan dengan mentor kerja dan Penulis akan melaksanakan tugas dengan terkemuka penghasil teknologi menyamakan persepsi dalam langkah
aktualisasi yang terkait kegiatan yang kebutuhan cermat, disiplin dan bertanggungjawab dan inovasi pengelolaan kerja.
akan akan dilaksanakan data yang Kompeten Sumberdaya Lahan untuk Keteladanan: pada indikator berperan
dilaksanakan dan kebutuhan data diperlukan. Penulis akan melaksanakan tugas dengan mewujudkan kedaulatan aktif meningkatkan kinerja,
yang diperlukan kualitas terbaik dengan mempersiapkan tugas pangan dan kesejahteraan membangun keterbukaan dan
Membuat skema terlebih dahulu petani komunikasi, serta menghargai
rancangan kerja Harmonis pendapat orang lain
yang akan Penulis akan membangun lingkungan kerja Dengan penguatan pada misi Profesionalisme: pada indikator
dilaksanakan kondusif dengan kerjasama yang baik BBSDLP kedua yaitu melaksanakan tugas sesuai standar
Loyal “Mewujudkan Balai Besar operasional prosedur
Penulis akan menjaga nama baik sesama Penelitian dan Pengembangan Integritas: pada indikator bersikap
ASN dan instansi dalam melakukan diskusi Sumberdaya Lahan Pertanian bertanggung jawab
Adaptif sebagai institusi yang Disiplin: pada indikator mentaati
Penulis akan terus berinovasi dalam mengedepankan transparansi aturan jam kerja
mengembangkan kreativitas menyelesaikan profesionalisme dan
tugas akuntabilitas”
Kolaboratif
Penulis akan terbuka dalam bekerjasama
untuk menghasilkan nilai tambah
Agenda III
Manajemen ASN
Penulis akan menyesuaikan kedudukan dan
peran sebagai ASN dalam melaksanakan
tugasnya dengan etika ASN
Smart ASN
Penulis akan memanfaatkan teknologi digital
dengan notulensi secara digital untuk
menghasilkan output tugas
51
No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap Visi Penguatan Nilai Budaya Organisasi
Misi Organisasi
2. Mengumpulkan Melakukan Literatur, Agenda II Kegiatan pengumpulan Penguatan pada nilai nilai Budaya
sumber data pengumpulan dan petunjuk Berorientasi Pelayanan sumber data utama dan Organisasi Lingkup Kementerian
utama dan pembacaan literatur teknis aplikasi Penulis akan dapat bekerja cekatan dan literatur ini menjadi bentuk Pertanian pada poin:
literatur terkait dengan data SurveySparro solutif mengumpulkan data yang dibutuhkan perwujudan Visi “Menjadi Komitmen: pada indikator
pendukung yang dan survey lapangan w dan data untuk tugas Lembaga penelitian terkemuka menyamakan persepsi dalam langkah
dibutuhkan di BBSDLP terkait Akuntabel penghasil teknologi dan inovasi kerja dan konsisten dan loyal terhadap
untuk menyusun Melakukan pembuatan Penulis akan melaksanakan tugas dengan pengelolaan Sumberdaya pelaksanaan tugas
digitalisasi pengumpulan data form digital cermat, disiplin dan bertanggungjawab Lahan untuk mewujudkan Keteladanan: pada indikator berperan
formulir survey analisis penyesuaian survey Kompeten kedaulatan pangan dan aktif meningkatkan kinerja, dan
lapangan list kebutuhan data Penulis akan meningkatkan kompetensi diri kesejahteraan petani membangun keterbukaan dan
dari rekan kerja terkait dengan menambah ilmu pengetahuan komunikasi
Membaca petunjuk Harmonis Dengan penguatan pada misi Profesionalisme: pada indikator
teknis dari aplikasi Penulis akan membangun lingkungan kerja BBSDLP kedua yaitu meningkatkan pengetahuan dan
SurveySparrow dalam kondusif dengan kerjasama yang baik “Mewujudkan Balai Besar keterampilas sesuai bidang tugasnya
membuat form digital Loyal Penelitian dan Pengembangan dan melaksanakan tugas dengan
survey Penulis akan menjaga nama baik sesama Sumberdaya Lahan Pertanian kompetensi
ASN dan instansi dalam melakukan tugas sebagai institutsi yang Integritas: pada indikator bersikap
Adaptif mengedepankan transparansi bertanggung jawab
Penulis akan bertindak proaktif dalam profesionalisme dan Disiplin: pada indikator mentaati
mengumpulkan kebutuhan dalam akuntabilitas” aturan jam kerja dan menggunakan
menyelesaikan tugas fasilitas kantor sesuai peraturan
Kolaboratif Dengan berkontribusi untuk
Penulis akan memberi kesempatan pada tujuan BBSDLP selama tahun
pihak – pihak lain untuk kontribusi dengan 2020 – 2024 yaitu
memberikan data kebutuhan menghasilkan data dan
informasi sumberdaya lahan
Agenda III pertanian berbasis informatika
Manajemen ASN dan geospasial
Penulis akan menyesuaikan kedudukan dan
peran sebagai ASN dalam melaksanakan
tugasnya dengan etika sebagai ASN
Smart ASN
Penulis akan memanfaatkan teknologi
digital untuk mendapatkan literatur dari
sumber-sumber di internet dan petunjuk
teknis aplikasi yang akan dikembangkan
52
No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap Visi Penguatan Nilai Budaya Organisasi
Misi Organisasi
3. Proses Melakukan digitalisasi Form survey Agenda II Kegiatan proses digitalisasi Penguatan pada nilai nilai Budaya
penyusunan form survey lapangan lapangan Berorientasi Pelayanan form survey lapangan ini Organisasi Lingkup Kementerian
digitalisasi form pada aplikasi digital dan Penulis akan bekerja cekatan dan solutif menjadi bentuk perwujudan Pertanian pada poin:
survey lapangan SurveySparrow hasil ujicoba untuk menghasilkan layanan yang Visi “Menjadi Lembaga Komitmen: pada indikator
dan testing dengan data – data pengisian data dibutuhkan dan selalu melakukan perbaikan penelitian terkemuka penghasil menyamakan persepsi dalam langkah
bentuk hasil yang sudah tersedia dalam cloud tiada henti teknologi dan inovasi kerja dan konsisten dan loyal terhadap
inventaris data Melakukan ujicoba Akuntabel pengelolaan Sumberdaya pelaksanaan tugas
dalam cloud pengisian data dengan Penulis akan melaksanakan tugas dengan Lahan untuk mewujudkan Keteladanan: pada indikator berperan
perangkat aplikasi cermat, disiplin dan bertanggungjawab kedaulatan pangan dan aktif meningkatkan kinerja, dan
SurveySparrow Kompeten kesejahteraan petani membangun keterbukaan dan
Penulis akan meningkatkan kompetensi diri komunikasi
dengan menambah ilmu pengetahuan dan Dengan penguatan pada misi Profesionalisme: pada indikator
Melakukan testing melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik BBSDLP pertama yaitu meningkatkan pengetahuan dan
bentuk hasil data yang Harmonis “Menghasilkan dan keterampilas sesuai bidang tugasnya ,
telat terkumpul dari Penulis akan membangun lingkungan kerja mengembangkan teknologi melaksanakan tugas dengan
hasil ujicoba pada kondusif dengan kerjasama yang baik sumberdaya lahan pertanian kompetensi, dan menyelesaikan
cloud yang tersedia Loyal unggul berdaya saing berbasis pekerjaan sesuai target kinerja
Penulis akan menjaga nama baik sesama advance technology serta Integritas: pada indikator bersikap
ASN dan instansi dalam melakukan tugas responsif dan adaptif terhadap bertanggung jawab
Adaptif perubahan iklim” Disiplin: pada indikator mentaati
Penulis akan terus berinovasi dalam aturan jam kerja dan menggunakan
menyelesaikan tugas Dengan berkontribusi untuk fasilitas kantor sesuai peraturan
Kolaboratif tujuan BBSDLP selama tahun
Penulis akan menggerakkan pemanfaatan 2020 – 2024 yaitu
pada berbagai sumberdaya yang ada di menghasilkan dan
instansi untuk mencapai tujuan mengembangkan teknologi
inovatif pengelolaan SDLP
Agenda III serta menghasilkan data dan
Manajemen ASN informasi sumberdaya lahan
Penulis akan menyesuaikan kedudukan dan pertanian berbasis informatika
peran sebagai ASN dalam melaksanakan dan geospasial
tugasnya dengan profesional sebagai ASN
Smart ASN
Penulis akan memiliki pemahaman dalam
aplikasi digital untuk pembuatan form
digital SurveySparrow.
53
No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap Visi Penguatan Nilai Budaya Organisasi
Misi Organisasi
4. Sosialisasi dan Sosialisasi kepada Notulensi hasil Agenda II Kegiatan sosialisasi dan Penguatan pada nilai nilai Budaya
evaluasi rekan kerja terkait masukan, Berorientasi Pelayanan evaluasi hasil form digital Organisasi Lingkup Kementerian
penggunaan form digital survey saran dan Penulis dapat memahami dan memenuhi survey lapangan ini menjadi Pertanian pada poin:
form digital yang sudah dibuat testimoni dari kebutuhan dari layanan yang disosialisasikan bentuk perwujudan Visi Komitmen: pada indikator
survey lapangan rekan kerja Akuntabel “Menjadi Lembaga penelitian menyamakan persepsi dalam langkah
dan Penulis akan melaksanakan tugas dengan terkemuka penghasil teknologi kerja dan melakukan internalisasi
Pengumpulan dokumentasi cermat, disiplin dan bertanggungjawab dan inovasi pengelolaan tujuan
masukan, saran, dan sosialisasi Kompeten Sumberdaya Lahan untuk Keteladanan: pada indikator berperan
testimoni hasil Penulis akan melaksanakan tugas dengan mewujudkan kedaulatan aktif meningkatkan kinerja,
sosialisasi dari form kualitas terbaik dalam mensosialisasikan pangan dan kesejahteraan membangun keterbukaan dan
survey lapangan hasil petani komunikasi serta menghargai
Harmonis pendapat orang lain
Penulis akan membangun lingkungan kerja Dengan penguatan pada misi Profesionalisme: pada indikator
kondusif dengan kerjasama yang baik BBSDLP kedua yaitu meningkatkan pengetahuan dan
Loyal “Mewujudkan Balai Besar keterampilas sesuai bidang tugasnya ,
Penulis akan menjaga nama baik sesama Penelitian dan Pengembangan melaksanakan tugas dengan
ASN dan instansi dalam melakukan tugas Sumberdaya Lahan Pertanian kompetensi, dan menyelesaikan
Adaptif sebagai institutsi yang pekerjaan sesuai target kinerja
Penulis akan bertindak proaktif selama mengedepankan transparansi Integritas: pada indikator bersikap
melakukan sosialisasi layanan profesionalisme dan jujur, bertanggung jawab dan
Kolaboratif akuntabilitas” mensosialisaikan menggunakan
Penulis akan terbuka dalam bekerjasama Bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam hal ini mensosialisasikan hasil Dengan berkontribusi untuk Disiplin: pada indikator mentaati
sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi tujuan BBSDLP selama tahun aturan jam kerja dan menggunakan
organisasi 2020 – 2024 yaitu fasilitas kantor sesuai peraturan
menghasilkan data dan
Agenda III informasi sumberdaya lahan
Manajemen ASN pertanian berbasis informatika
Penulis akan menyesuaikan kedudukan dan dan geospasial
peran sebagai ASN dalam melaksanakan
tugasnya dengan profesional sebagai ASN
Smart ASN
Penulis akan memiliki pemahaman dalam
layanan aplikasi digital yang dibuat
sehingga dapat mengoperasikan dengan
baik saat melakukan sosialisasi
54
4.7. Jadwal Rancangan Aktualisasi Isu
Pelaksanaan aktualisasi rencananya akan dilaksanakan mulai dari tanggal 12 Juli 2022 – 08 Agustus 2022 di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Pada Tabel 6
berikut merupakan rencana jadwal pelaksanaan aktualisasi yang akan dilaksanakan
Tabel 6. Rencana Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi
55
BAB V
PENUTUP
Dalam hal penguatan peran ASN dan pendalaman nilai – nilai dasar ASN
BerAKHLAK maka pelaksanaan Latihan Dasar CPNS dilakukan dengan memiliki agenda
aktualisasi/habituasi sesuai dengan PerLAN No. 10 Tahun 2021. Pelaksanaan rancangan
aktualisasi ini dilandaskan pada pengaktualisasian nilai – nilai dasar ASN BerAKHLAK
dan materi pelatihan dasar Manajemen ASN dan Smart ASN. Kegiatan aktualisasi yang
akan dilaksanakan ini berjudul “Digitalisasi Form Survey Lapangan dengan Aplikasi
SurveySparrow Untuk Sistem Informasi Basisdata Terintegrasi di BBSDLP” telah
memperlihatkan tiap tahapan kegiatannya yang akan mengimplementasikan nilai - nilai
dasar ASN BerAKHLAK, Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Harmonis, Loyal, Adaptif
dan Kolaboratif. Dalam tahap kegiatan nya pun, rancangan ini telah mengimplementasikan
manajemen ASN berlandaskan pada kode etik ASN dalam berkegiatan dan Smart ASN,
dengan mempelihatkan digital competencies dan digital ethics dalam berkegiatan. Selain
itu kegiatan yang akan dilaksanakan juga akan memperlihatkan pemenuhan pada visi dan
misi organisasi serta penguatan pada nilai – nilai budaya organisasi.
Penulis berharap kegiatan yang akan dilaksanakan akan berjalan dengan baik dan
lancar. Tentunya segala bentuk pelaksanaan kegiatan nantinya akan selalu didiskusikan
bersama dengan mentor dan coach selama pelaksanaan aktualisasi ini. Besar harapan juga
kegiatan ini dapat menjadi pemantik untuk dapat meningkatkan kinerja instansi terkhusus
pada bidang basisdata pertanian serta output yang dihasilkan juga dapat bermanfaat bagi
pegawai di unit kerja penulis.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Kompeten Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Republik
Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Loyal Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Modul Manajemen ASN
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi
Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Smart ASN Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Lembaga Administrasi Republik
Indonesia.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021
tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun
2021 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Menteri PAN RB No. 34 Tahun 2018 jo Nomor 20 Tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Peneliti.
Peraturan Menteri PAN RB No. 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN.
Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2020 tentang Pengembangan Nilai Budaya
Kerja Lingkup Kementerian Pertanian.
Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021.
SurveySparrow. 2022. Website SurveySparrow https://surveysparrow.com/about-us/
[Online] diakses: pada 06 Juli 2022
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Webster, Merriam. 2004. Merriam Webster’s Collegiate Dictionary. United States of
America: Merriam Webster Incorporated.
Wahyuni, Sri, Satriani, Estika, dan Etfita Fauzul. 2021. Workshop Penggunaan Google
Formulir sebagai Media Evaluasi Pembelajaran Digital selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Publikasi Pendidikan. 11(2). 144–150.
Waworuntu, Alexander dan Lumba, Ester. 2019. Pengembangan Aplikasi Pembuatan
Formulir Digital Menggunakan Laravel. SEMNATI 2019. 16–21.
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
59