2.1.1 Pengertian
2. KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya
dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri
adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau
kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut marasmus, kwashiorkor dan kombinasi marasmus kwashiorkor
(Soekirman (2000).
2.1.2 Etiologi
Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan
berbagai gejala-gejala. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitan dengan waktu
pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih. penyebab
timbulnya penyakit ini, antara lain yaitu factor diet, factor social, kepadatan
penduduk, infeksi, kemiskinan, dan lain-lain. Menurut Ngastiyah, 1997 faktor-faktor
penyebab kurang energi protein dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Primer
a) Susunan makanan yang salah
b) Penyedia makanan yang kurang baik
c) Kemiskinan
d) Ketidaktahuan tentang nutrisi
e) Kebiasan makan yang salah
2. Sekunder
a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan struktur
saluran).
b) Gangguan psikologis.
2. MARAMUS
a) Tampak sangat kurus, hingga seperti Tampak sangat kurus, hingga seperti
b) Tulang terbungkus kulit
c) Wajah seperti orang tua Wajah seperti orang tua
d) Cengeng, rewel Cengeng, rewel
e) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis Kulit keriput, jaringan lemak
subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar (~pakai
celana longgar--baggy pants)
f) Perut Perut umumnya cekung umumnya cekung
g) Iga gambang Iga gambang
h) Sering disertai: Sering disertai: Penyakit infeksi (umumnya
kronisberulang) dan diare
i) Kulit terlihat longgar, tulang rusuk tampak terlihat jelas, kulit paha
berkeriputterlihat, tulangbelakang lebih menonjol dan kulit dipantat
berkeriput ( baggy pant ).
3. MARASMIK – KWASHIORKOR:
Diagnosa Gambaran klinis, biokimiawi, dan fisiologi KKP bervariasi dari orang-
orang dan bergantung pada keparahan KKP, usia penderita, ada atau tidaknya
kekurangan gizi zat lain, keberadaaan penyakit penyerta, dan kekurangan yang dominan
eneridan protein.
Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter antropometrik, karena tanda
dan gejala klinis serta hasil pemeriksaan laboratorium biasanya tidak mengalami
perubahan, terkecuali jika pnyakit ini telah sedemikian “parah”.
Klasifikasi serta lamanya penyakit yang telah berlangsug juga ditentukan secara
antropometris. Riwayat pangan bermanfaat terutama dalam mengukur status gizi orang
dewasa.
Penilaian Antropometris
Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaan,
ketepatan,kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; disamping keberadaaan nilai
bahan baku acuan yang akan digunakan sebagai pembanding. Jika nilai baku
suatu negara (Indonesia) belum tersedia, boleh digunakan baku Internasional.
Pembolehan ini didasarkan pada asumsi bahwa potensi tumbuh kembang-anak
pada umunya serupa. Hubungan berbagai ukuran antropometris (terutama
berat dan tinggi badan) pada anak normal yang sehat secara relatif mantap.
Baku acuan ditunjukkan sebagai perbandingan semata, bukan menggambar
keidealan.
Penganggulangan orang yang menderita KEP sangat di anjurkan dirawat di rumah
saja. Menginap di rumah sakit justru meningkatkan risiko infeksi silang, sementara
suasana yang berlainan dengan keadaan rumah menyebabkan seseorang merasa
diasingkan.
A. Hipoglikemia
Penderita KKP berat kemungkinan besar untuk jatuh kedalam kedalam
hipoglikemia (kadar glukosa darah <54 mg/dl atau <3 mmol/L ),terutama selama
2 hari pengobatan awal. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi sistemis yang
serius,atau jika anak dibiarkan tidak makan selama 4-6 jam,terutama sepanjang
perjalanan dari rumah kerumah sakit. Agar hipoglikemia tidak terjadi, anak harus
diberi makan sekurang-kurangnya setiap 2-3 jam,baik siang ataupun malam.
Tanda hipoglikemia :
1. Temperature tubuh kurang dari 36,5 0 C
2. Lemas
3. Kesadaran berkurang
B. Hipotermia
Hipotermia karap terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 12 bulan dan
mereka yang menderita marasmus dengan kerusakan kulit yang parah serta
infeksi berat. Anak mesti dihangatkan manakala suhu rektal terukur kurang dari
35,50C atau suhu ketiak dibawah 350C. Semua anak yang yang mengalami
hipotermia harus diobati untuk hipoglikemia dan infeksi sistemik.
C. Dehidrasi dan ranjatan septik
Penegakan diagnosis dehidrasi pada pasien yang menderita KKP berat
sungguh sulit.
Tanda yang digunakan dalam menentukan diagnosis dikelompokan
menjadi 3,yaitu
1. Tanda yang bermakna
2. Tidak bermakna
3. Tanda renjatan septik
Tanda yang bermakna terungkap pada
• Riwayat diare
• Rasa haus
• Hipotermia
• Mata cekung
• Tangan dan kaki terasa dingin
Tanda yang tidak bermakna dinilai berdasarkan
• Keadaan mental
• Mulut,lidah, dan air mata
• Kelenturankulit
Anak dengan dihidrasi harus mempunyai latar belakang diare berair. Tinja
penderita KKP berat kerap berlendir. Seseorang yang anak yang menunjukan
tanda dehidrasi, namun tidak ada riwayat diare berair, mesti diobati sebagai
“renjatan septik”.
Keadaan mental anak KKP biasanya aptis jika dibiarkan sendiri, dan rewel
jika didekati. Kesadaran penderita akan lenyap secara progresif jika dehidrasi
memburuk.
D. Pengobatan dehidrasi
Proses rehidrasi sabaiknya dilakukan secara oral karena pemberian per
infus dapat menyebabkan kelebihan cairan dan gagal ginjal. Pemberian secara
perenteral boleh diberlakukan hanya dalam keadaan renjatan (syok).
Cairan rehidrasi oral harus mengandung lebih banyak kalium ketimbang
natrium karena penderita KKP berat selalu mengalami defisiensi kaliaum serta
kelebihan natrium.
Rehidrasi berhasil jika anak tidak lagi kehausan, sudah dapat berkemih,
dan tanda dehidrasi lain hilang. Agar anak tidak mengalami dehidrasi lagi, anak
harus tetap diberi minum. Sebagai patokan, jika anak berusia kurang dari 2 tahun,
berikan 50-100 cc cairan setiap kali diare sementara anak yang lebih besar
jumlahnya dua kali lipat.
F. Pengobatan dietetis
Makanan formula sebaiknya segera diberikan pada anak manakala tidak
terdeteksi tanda-tanda gawat darurat, di samping melanjutkan pemberian air susu
ibu. Makanan formula untuk mereka sabaiknya berkadar rendah protein dan
lemak, tetapi mengandung karbohidrat dalam jumlah lebih besar.
2.2.2 Etiologi
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya
cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar
serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik
bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan
pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang vitamin A dijumpai
pada anak-anak yang terkait dengan :
1. Kemiskinan,
2. Pendidikan rendah,
3. Kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten),
4. Bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal,
5. Pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah
kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun).
Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir
rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI
sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup,
baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS,
anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan
kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber
vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan
imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan
makanan sumber vitamin A.
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti:
Terhadap Pertumbuhan
– Pertumbuhan yang tidak normal.
-Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
– Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
– Tingkat kecerdasan yang rendah
– Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan kehamilan
antara lain :
– Abortus
– Bayi Lahir mati
– Hipothryroid pada Neonatal
Perkembangan Intelegensia
– Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal
– Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium. Iodium
dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang
dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan
tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium
yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena
bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit akibat kekurangan iodium
adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme
neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta
tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar
tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi
tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan dengan
pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa pertumbuhan
dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi.
Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi, anak, remaja,
bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan
fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan
berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia berlambang “I”
ini , kini disebut dengan GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ). Selain akan
mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium
akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang
juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan
mengakibatkan keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat
setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem
sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.
Pertumbuhan Sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKY berupa terjadinya gangguan
perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini
sulit dididik dan di motivasi.
Perkembangan Ekonomi
GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin
dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan
mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.
2.3.4 Diagnosa GAKY
Tabel Kriteria Keparahan dan Signifikasi Masalah Kesehatan GAKY(WHO:
1994)
Keterangan:
Adapun cara – cara pemeriksaan untuk mengetahui adanya GAKI adalah sebagai
berikut:
b. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis GAKI dapat dilihat dari gejala - gejala yang muncul pada tubuh
seseorang, antara lain :
- Kelenjar tiroid membesar yang biasa disebut sebagai gondok di masyarakat. Gondok
ini diakibatkan karenakonsentrasi hormon tiroid menurun dan hormone perangsang
tiroid / TSH (Thyroid Stimulating Hormone) meningkat
- Pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam
keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan
pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme.
c. Pemeriksaan laboratorium
Penilaian status GAKI yaitu menggunakan urine, di daerah endemis berat (<25 ug/ g
kreatinin) dan sedang (25-50 ug/g kreatinin). Iodium urine biasanya akan menurun
sebelum struma muncul. Selain itu dapat juga denganmelakukan pemeriksaan pada
kadar hormone tiroid serum yang dilakukan dengan mengambil sampel pada pembuluh
darah vena. Tetapi pemeriksaan ini dianggap kurang efektif karena biaya yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan akan lebih mahal dan tingkat kesulitannya yang tinggi.
Pemeriksaan status gizi secara lab dapatmendiagnosis kurang gizi lebih dini sebelum
tanda-tanda klinis muncul.
d. Pemeriksaan dietetic
Pemeriksaan dietetic pada penderita GAKI dapat dilihat dari asupan makanan yang
dikonsumsi, antara lain sebagai berikut:
Status gizi
Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKI masih belum banyak diteliti, namun
secara teoritis cadanganlemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah
simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi
status gizinya (Oenzil, 1996). Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih
tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul
yodium selama 3hari berturut-turut (Prihartini, 2004). Status gizi kurang atau buruk
akan berisiko pada biosintesis hormon tiroidkarena kurangnya TBP (Thyroxin binding
Protein), sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang(Djokomoeljanto, 1987).
Pangan goitrogenik
Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu: Tiosianat, terdapat
dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan jewawut, singkong;
Isotiosianat, terdapat pada kobis. Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat
mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung.
2.3.7 Diet
a) Pemberian makanan atau bahan makanan yang tinggi akan yodium, seperti hasil laut (sea
food) dan hasil olahannya, dan lain – lain.
b) Batasi atau hindari makanan atau bahan makanan yang tinggi zat goitrogenik,seperti kol, sawi,
ubi kayu (pohong), ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan
rempah-rempah, dan lain sebagainya.
c)Pemberian makanan yang mengandung vitamin A, karena vitamin A
dapatmenghambat absorbsi yodium. Karena vitamin A bersifat larut lemak,
maka pemberian vitamin A harus cukup.
d)Pemberian cairan cukup.
2.4.2 Etiologi
ANGI disebabkan oleh kekurangan zat gizi besi, asam folat atau vitamin B12.Secara umum
ada 3 penyebab anemia gizi, yaitu:
1. kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti pada penyakit
ulkus peptikum, hemoroid, investasi parasite, dan proses keganasan.
3. peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim
berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui.
Tanda:
Tanda khas: stomatitis angularis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia, dan pagofagia
Tanda yang kurang khas: kelelahan, anoeksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan
perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menyusut.
Gejala:
Mudah lelah, letih, lesu, berdebar, takikardia, sering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang. Gejala lanjut berupa pucat pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebral,
bibir, dan lidah
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit)respon inflamasi tertekan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2.4.5 Interrvensi
a. Tujuan
b. Kriteria hasil
d. Rasional
a. Tujuan
b. Kriteria hasil
c. Intervensi
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit / membran mukosa, dasar kuku.
d. Rasional
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
a. Tujuan
b. Kriteria hasil
c. Intervensi
4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering atau makan diantara waktu makan.
d. Rasional
2. Memudahkan intervensi.
2.4.6 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis anemia adalah:
Makan pagi: sajikan empat sendok makanoatmeal ditambah dengan taburan kismis dan
satu cangkir jus jeruk.
Makan siang: daging sapi panggang dan dua potong roti, tambahkan satu cangkir stroberi,
wortel, dan yoghurt.
Makan malam: dada ayam panggang dan kentang panggang dengan margarin, tambahkan
satu cangkir kacang dan brokoli kukus sebagai sayurannya.