Anda di halaman 1dari 13

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) GENERIK

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah 
“Sistem Informasi Keperawatan”

Dosen pengampu : Ns. Delly Arfa Syukrowardi, MNS

Disusun Oleh :
Firyal An Nabila (8884210018)
Riasari Nur Alimah (8884210022)
Moch. Ferdy F. S
Lina Wati
Yulianto Omega S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada bapak Ns. Delly Arfa Syukrowardi, MNS. selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Informasi Keperawatan yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Makalah yang berjudul “Sistem Informasi Kesehaan Daerah (SIKDA) Generik” ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Informasi Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pengembangan dalam materi terkait.

Kami  sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
pengetahuan serta informasi. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Serang, 18 September 2022

                                                                                                              
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isnawati K. dkk. (2015) menuliskan bahwa Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang ada di
Indonesia saat itu tidak berjalan dengan optimal dan belum maksimal mengenai informasi-
informasi yang dibutuhkan untuk mengambil suatu kebijakan/keputusan pada tingkat system
kesehatan. Dalam hal ini, Pusat Pelayanan Masyarakat (Puskesmas) sebagai rujukan serta
pelaksana kesehatan terendah saat itu juga mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan
pada daerahnya ditambah dengan aplikasi yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan suatu
pengerjaan yang tumpang tindih. Maka dari itu dikembangkan dan dibuat suatu system informasi
kesehatan pada tingkat daerah bernama SIKDA Generik.

SIKDA Generic merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI
dalam menerapkan standarisasi dalam Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sehingga tersedianya
kumpulan data informasi mengenai kesehatan yang tepat, akurat, serta cepat dalam pengambilan
keputusan ataupun kebijakan di bidang kesehatan dalam ruang lingkup kabupaten/kota, provinsi,
serta Kementerian Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi
(Pusdatin Kemenkes RI, 2019).

Dengan SIKDA Generik, manfaat penggunannya dapat dirasakan khususnya dalam bidang
administrasi. Selain itu, manfaat dirasakan pula oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
meliputi waktu tunggu pasien berkurang, alur pemeriksaan jelas, pelayanan efektif dan efisien.
Sedangkan dalam medis, SIKDA Generik mampu untuk meminimalisir kesalahan medis dalam
pendokumentasiannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu SIKDA Generic?
2. Bagaimana model pengelolaan dalam informasi kesehatan?
3. Bagaimana tahap pelaksanaan SIKDA Generic?
4. Apasaja ruang lingkup dalam SIKDA Generic?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari SIKDA Generic.
2. Mengetahui model pengelolaan dalam informasi kesehatan.
3. Mengetahui tahapan pelaksanaan dari SIKDA Generic.
4. Mengetahui ruang lingkup SIKDA Generic.

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
a. Sebagai referensi bahan ajar di dunia pendidikan mengenai materi “Sistem Informasi
Kesehaan Daerah (SIKDA) Generik”.
b. Sebagai pijakan dan referensi pada penulisan makalah selanjutnya yang berhubungan
dengan “Sistem Informasi Kesehaan Daerah (SIKDA) Generik” dalam bidang
keperawatan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan tentang materi “Sistem Informasi Kesehaan Daerah
(SIKDA) Generik”.
b. Bagi pendidik dan calon pendidik
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran dalam materi “Sistem
Informasi Kesehaan Daerah (SIKDA) Generik”.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian SIKDA Generik


Pusdatin Kemenkes RI (2019) mengartikan bahwa SIKDA Generik adalah sebuah upaya
yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam menerapkan standarisasi dalam Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) sehingga tersedianya kumpulan data informasi mengenai kesehatan
yang tepat, akurat, serta cepat dalam pengambilan keputusan ataupun kebijakan di bidang
kesehatan dalam ruang lingkup kabupaten/kota, provinsi, serta Kementerian Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Gambar 1 : Klasifikasi e-health


Sumber : (Handayani, et al., 2018)

Dari gambar diatas, dpat dikatakan bahwa SIKDA Generik menjadi salah satu awal atau level
terkecil dari layanan-layanan e-health yang ada sekarang. Level ini disebut dengan jaringan
fisikal, yaitu sebuah jaringan yang masih menggunakan benda fisik untuk melakukan koneksi
jaringan seperti contohnya Local Area Network (LAN). SIKDA Generik dirancang untuk
menjadi sebuah standar untuk pemerintah daerah dalam pengelolaan informasi kesehatan seluruh
cakupan masyarakat di wilayahnya masing – masing (Erawantini F. et al., 2021:39).

SIKDA Generik adalah salah satu system yang dirancang agar memenuhi persyaratan
minimal yang dibutuhkan daerah untuk mengelola informasi kesehatan masyarakatnya dari
proses pengumpulan data, pencatatan data, pengolahan data yang didapat, hingga diseminasi
kesehatan (Erawantini F. et al., 2021:39). SIKDA Generik ini merupakan hasil dari proses
inventarisasi dari berbagai system sebelumnya yang kemudian dianalisis sehingga dihasilkanlah
satu set deskrpsi dalam bentuk SIKDA Generik yang telah memenuhi kebutuhan komponen
system kesehatan di Indonesia serta telah disesuaikan dengan standar dalam pedoman Nasional
Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

2.2 Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan


Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 model pengelolaan SIK, yaitu:

1. Pengelolaan SIK manual


Pengelolaan informasi pada fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual
seperti proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari
proses pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan. Faktor yang menjadi penyebab
masih dilakukan secara manual dikarenakan adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan
lokasi dimana pelayanan kesehatan berada. Pengelolaan secara manual memiliki
kelemahan pengelolaan yang tidak efisien serta dapat menghambat proses pengambilan
keputusan manajemen dan proses pelaporan.

2. Pengelolaan SIK komputerisasi offline


Pengelolaan informasi dipelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan
dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem
Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa,
namun masih belum didukung oleh jaringan internet online kedinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional.

3. Pengelolaan SIK komputerisasi online


Pada jenis ini, pengelolaan informasi dipelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya
sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui
jaringan internet kedinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan
nasional untuk memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data.

Dalam proses pengelolaan data/informasi kesehatan di Indonesia, standar-standar yang


dibutuhkan, baik standar proses pengelolaan informasi kesehatan maupun teknologi yang
digunakan, belum memadai.
Akses dan sumber daya kesehatan juga tidak merata, lebih banyak dimiliki oleh daerah-
daerah tertentu, terutama di Pulau Jawa. Akibatnya setiap institusi kesehatan mulai dari
puskesmas, rumahsakit, hingga kedinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi menerapkan
sistem informasi menurut kebutuhan masing-masing. Hal ini menjadikan sistem yang digunakan
berbeda-beda dan sulit untuk disatukan.

Selain itu, kepemilikan dan keamanan data yang dipertukarkan menjadi penghalang untuk
menyediakan data yang bisa diakses oleh pihak yang membutuhkan. Penyebab sulitnya
mewujudkan pertukaran data kesehatan di Indonesia yaitu :

a. Penggunaan platform perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda disetiap
daerah.
b. Arsitektur dan bentuk penyimpanan data yang berbeda-beda.
c. Kultur kepemilikan data yang kuat dan possessive.
d. Kekhawatiran akan masalah keamanan data.

2.3 Pelaksanaan SIKDA Generik


Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia tidak berjalan secara optimal
dan belum maksimal dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan. Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan
terendah mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan, dimana data antara satu laporan dari
satu program dengan laporan lain dari program lainnya memiliki dataset yang hampir sama.

Di sisi lain, aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda sehingga
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi
Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang disebut Sistem
Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik.

Menurut keputusan No. 932/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan


Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah, semakin banyak daerah yang
mengembangkan sistem informasi kesehatan daerah secara elektronik. Oleh karena itu dibuatla
SIKDA Generik yang digunakan untuk system pencatatan dan dokumentasi informasi kesehatan
individu suatu daerah.

Flowchat setting dan pengelolaan data dalam SIKDA Generik terbagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Admin Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dalam hal ini admin tersebut memerlukan
password dan username ketika ingin mengakses SIKDA Generik.
2. Admin Pusat Pelayanan Masyarakat (Puskesmas), dalam hal ini petugas Puskesmas yang
ingin mengakses SIKDA Generik untuk pelaporan serta pencatatan kesehatan masyarakat
perlu masuk dengan password dan username yang telah diberikan oleh admin Dinas
Kesehatan. Didalamnya terdapat setting nama dokter, setting wilayah kerja Puskesmas,
dan setting aplikasi pengguna.
3. Farmasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dalam hal ini petugas farmasi
memeriksa ketersediaan obat dan mengisi stok obat jika persediaan menipis atau habis.
4. Petugas pengelolaan program Puskesmas, dalam hal ini merupakan pemanfaatan aplikasi
untuk pelayanan dimulai dari loket pendafaran pasien hingga pelaporan dari pihak
Puskesmas kembali ke SIKDA Generic.

2.4 Ruang Lingkup dan Model SIKDA Generik


Gambaran mengenai ruang lingkup SIKDA Generik dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1 : Ruang Lingkup SIKDA Generik


Sumber : Pusdatin Kemenkes RI (2019)

Pusdatin Kemenkes RI (2019) mengungkapkan bahwa SIKDA merupakan suatu system yang
terdiri dari beberapa sub system sehingga nantinya akan membentuk sebuah system yang
terpadu. Sub system yang ada pada SIKDA ini yang akan membentuk sebuah system informasi
kesehatan di daerah dengan ruang lingkup sebagai berikut :

a. Sistem informasi di Puskesmas


b. System informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota
c. System informasi di dinas kesehatan provinsi
d. System pelaporan dari Rumah Sakit dan saran pelayanan kesehatan lainnya.
e. System pelaporan dan lintas sector
f. Survei dan sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Pengelolaan pada system informasi kesehatan dengan pemanfaatan teknologi informasi


secara keseluruhan aan dapat berjalan dengan lancar dan optimal apabila tersedia sebuah
infrastruktur hardware (perangkat keras) serta kualitas jaringan dengan kondisi yang sangat baik
dan terjaga. Dalam Erawatini, et al. (2021) ada beberapa komponen yang mneyusun model
dalam SIKDA Generik, yaitu :

1. Fasilitas/Institusi
Fasilitas/institusi kesehatan yang masih menggunakan system pencatatan manual atau paper
based dapat dimasukkan/di entry datanya pada computer entry section milik SIKDA yang
terdapat di kantor dinas kesehatan kabupaten/kota. Data yang di entru tersebut dapat
berbentuk data milik individual atau pun agregat (sekumpulan orang). Khusus data dari
Puskesmas dapat dilakukan melalui SIMPUS kemudian disalurkan ke data SIKDA.
2. Pemangku Kepentingan
Orang yang memiliki kepentingan dan wewenang dapat mengakses informasi kesehatan pada
SIKDA Generik melalui sub system berupa Executive Information Dashboard, dimana
didalamnya terdapai indicator-indikator kesehatan suatu kabupaten/kota dan merupakan
rangkuman dari data-data kesehatan Puskesmas, Rumah Sakit, serta instalasi farmasi. Data
didalamnya berupa grafik, table, atauoun statistuk dengan macam-macam kriteria yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Komunikasi Data
System SIKDA Generik harus mampu untuk mengumpulkan, mengolah serta menyalurkan
semua data kesehatan dari pelaksana kesehatan baik yang masih menggunakan paper based
ataupun yang telah menggunakan teknologi elektronik. SIKDA Generik juga dituntut untuk
dapat berkomunikasi secara interaktif, punya interoperabilitas tinggi sehingga akan mampu
menjalin komunikasi dan bertukar data dengan ksistem kesehatan lainnya secara efektif.
4. Format Data
Format data standar dalam SIKDA yang diginakan adalah XML (eXtensible Markup
Languange) yang terdiri atas sekumpulan tag dari data-data. XML (eXtensible Markup
Languange) merupakan format dokumen yang didalamnya menjelaskan struktur dan makna
dari data yang terdapat dalam suatu dokumen. XML (eXtensible Markup Languange)
dikatakan cocok untuk bertukar data dalam SIKDA Generik karena dibandingkan format
yang liannya, XML memiliki kelebihan bahwa struktur data dan deskripsi yang ditransfer
tidak hilang serta spesifikasi formatnya telah disesuaikan dan distandarkan.
5. Konten Data
Penulisan kode, penamaan variable, definisi operasionalnya harus disamakan sehingga saat
mengirim (eksport) dan mengunduh (import) data, semuanya dapat sinkron dan lengkap.
6. Desain Sistem
SIKDA Generik dirancang unuk mengikuti komponen pelaksana kesehatan yang ada
didalamnya mencakup Puskesmas, Rumah Sakit, dan dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam
hal ini, SIKDA Generik dibagi menjadi beberapa sub system, yaitu :
a. SIM-Puskesmas
b. SIM-Dinkes
c. System informasi eksekutif
d. System komunikasi data kesehatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kami
menerima saran serta kritik dari pembaca agar bisa menjadi motivasi kami untuk lebih baik
sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami dan isi dari makalah ini dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Erawantini, F., et al. (2021). Rekan Kesehatan Elektronik Dengan Clinical Decision Support
System (CDSS). Jember : UPT Penerbitan Universitas Jember.

Handayani, P., et al. (2019). Konsep dan Implementasi E-Health Dengan Studi Kasus Sistem
Rujukan Di Indonesia. Depok : Rajagrafindo Persada

Isnawati, K., et al. (2016). Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
Generik Di UPT. Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar. Journal of Information System
for Public Health, 1(1), 64-71.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Standar Sistem : SIKDA Generik. Diakses
pada 21 Oktober 2022, dari https://e- sikda.kemkes.go.id/#:~:text=SIKDA%20Generik
%20adalah%20upaya%20dari,dan%20 Kementerian%20Kesehatan)%20dengan
%20mendayagunakan

https://adoc.pub/sistem-informasi-kesehatan-daerah-sikda.html
 http://eprints.stialanmakassar.ac.id/id/eprint/11/1/8.%20ULFA%20SYAFITRI
%20BULEGALANGI.pdf

Anda mungkin juga menyukai