Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional 2019

Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGN KARAGINAN RUMPUT LAUT


(Euchema cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN PENGEMBANGAN
METODE RAKIT GANTUNG PADA KEDALAMAN BERBEDA
Waode safia1, Budiyanti2, Musrif3
1,2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin, Baubau
3
Fakultas Pertanian Universitas Dayanu Ikhsanuddin, Baubau
Jl. Sultan Dayanu Ikhsanudin No. 24 BauBau
Coresponding authors: safiawaode@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui kedalaman yang optimal penempatan rakit gantung dalam
perairan laut untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan kandungan karaginan yang tinggi. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan penempatan rakit
pada jarak berbeda (kelompok I surut terendah dari garis pantai, kelompok II 100 m dari surut terendah,
dan kelompok III 100 m dari kelompok II) dan rakit digantung pada kedalaman yang berbeda (0,5 m, 1 m,
dan 2 m) yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2018 bertempat di perairan Desa Doda Bahari
Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Hasil penelitian menunjukkan laju perumbuhan
spesifik tertinggi terdapat pada kedalaman 0,5 m yaitu 3,15 % dan terendah pada kedalaman 2 m yaitu 2,84
%. Sedangkan kandungan karaginan yang tertinggi terdapat pada kedalaman 2 m yaitu 37,67 % dan yang
terendah pada kedalaman 0,5 m yaitu 33,75 %.

Kata kunci: rakit gantung, kedalaman, pertumbuhan, kandungn karaginan.

produksi maksimal budidaya dapat dipenuhi jika


PENDAHULUAN didukung lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya, seperti substrat, cahaya, unsur
Budidaya rumput laut merupakan salah satu hara atau nutrient dan gerakan air (Gusrina, 2006)
jenis budidaya dibidang perikanan yang sedangkan kedalaman adalah salah satu faktor
mempunyai peluang sangat baik untuk yang berpengaruh terhadap penyerapan cahaya
dikembangkan di wilayah perairan Indonesia oleh rumput laut, hal ini berkaitan dengan proses
(Aslan, 1998). Rumput laut memiliki peranan fotosintesa yang menghasilkan bahan organic
penting dalam upaya untuk meningkatkan sebagai sumber makanan untuk pertumbuhannya
kapasitas produksi perikanan Indonesia karena (Aslan, 1998). Teknologi budidaya yang tepat
rumput laut merupakana salah satu komoditas dengan metode budidaya yang sesuai akan dapat
utama program revitalisai perkanan yang memberikan pertumbuhan yang baik. Menurut
diharapkan data meningatkan kesejahteraan Atmadja (1996) dalam Abdullah (2011) metode
masyarakat. Pembudiyaan rumput laut budidaya yang dikembangkan di Indonesia antara
mempunyai beberapa keuntungan karena dengan lain metode rakit apung, metode lepas dasar dan
teknologi yang sederhana, dapat dihasilkan metode tali rawai atau rentang. Salah satu
produk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi teknologi budidaya rumput laut yang baru
dengan biaya produksi yang rendah, sehingga dikembangkan adalah metode ratu (rakit gantung)
sangat berpotensi untuk pemberdayaan yang merupakan pengambangan dari metode rakit
masyarakat pesisir (Ditjenkanbud, 2005). Dalam apung dan longline. Rumput laut dapat tumbuh
rangka pencapaian hasil produksi yang maksimal baik dan mencapai produksi tinggi apabila
diperlukan beberapa faktor yang penting yaitu menggunakan teknologi yang tepat dengan
pemilihan lokasi yang tepat, penggunaan bibit kedalaman penempatannya dalam kolom air yang
yang baik sesuai ktriteria, jenis teknologi sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk
budidaya yang akan diterapkan, kontrol selama
mengetahui kedalaman yang optimal
proses produksi, penanganan hasil pasca panen
rumput laut (Winarno, 1990). Pencapaian
penempatan rakit gantung dalam perairan laut

Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 101
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik Ln : Logaritma natural


dan kandungan karaginan yang tinggi. Wt : Berat akhir penelitian (g)
W0 : Bobot awal penelitian (g)
METODE PENELITIAN t : Waktu pengamatan (hari)
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni
sampai dengan Agustus 2018 berlokasi di perairan 2. Kandungan Karaginan
desa Doda Bahari Kecamatan Sangiawambulu
Kabupaten Buton Tengah Sulawesi Tenggara. Teknis analisis kandungan karaginan
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap dilaukan sesuai prosedur yang dikemukakan oleh
yaitu pemeliharaan selama 45 hari dan analisis Thana, D dkk (1995) sebagai berikut:
kandungan karaginan yang dilakukan di 1. Rumput laut direndam dalam larutan kaporit
Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan dan 0,25% hingga berwarna putih. Selanjutnya
Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari. dicuci dengan air bersih hingga bau kaporitnya
Persiapan wadah budidaya rumput laut berupa
hilang, setelah itu dijemur dibawah sinar
Rakit Gantung ukuran 4 x 3 m (gambar 1)
sebanyak 9 unit yang ditanami rumput laut seberat matahari sampai kering.
100 g dengan jarak masing-masing rumpun 25 2. Sampel rumput laut ditimbang sebanyak 50
cm. Penelitian ini dilakukan dengan gram, lalu direndam dalam larutan asam asetat
menggunakan metode RAK (Rancangan Acak 0,5% selama satu malam untuk melunakkan
Kelompok) dengan penempatan rakit pada rumput laut.
jarak berbeda (kelompok I surut terendah dari 3. Sampel dicuci kembali hingga bersih dan
garis pantai, kelompok II 100 m dari surut dipanaskan dengan air mendidih selama 2 jam
terendah, dan kelompok III 100 m dari sambil diaduk-aduk agar merata dan cepat
kelompok II) dan rakit digantung pada hancur.
kedalaman yang berbeda (0,5 m, 1 m, dan 2 4. Cairan karaginan yang terbentuk disaring
m). dalam keadaan panas.
5. Hasil dari fitrasi ditampung dan dinetralkan
dengan menggunakan NaHCO3 hingga pH 7,
kemudian dituang dalam cetakan dan dibiarkan
hingga membentuk gel.
6. Gel yang terbentuk dipotong-potong dan
didinginan dalam freezer selama 24 jam hingga
membeku, lalu dicairkan dan dicuci dengan
Gambar 1. Lay Out Rakit Gantung ethanol 90% kemudian dikeringkan dalam
oven selama 6 jam pada suhu 105oC.
Faktor Peubah Yang Diamati
Adapun perhitungan kandungan karaginan
1. Laju Pertumbuhan Sesifik yang dilakukan pada akhir penelitian dengan
Pengukuran pertambahan berat dilakukan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
dengan cara menimbang berat basah rumput laut Boot (1975 dalam Atmadja dan Kadi, 1988)
setiap minggu yang dilakukan selama 7 minggu. sebagai berikut:
Dari data tersebut kemudian dihitung laju
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡  𝑘𝑎𝑟𝑎𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛
pertumbuhan harian dengan menggunakan rumus 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 = 𝑋100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡  𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
yang dikemukakan oleh Dawes et al (1994)

𝐿𝑛𝑊𝑡 − 𝐿𝑛𝑊0 Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam


𝐿𝑃𝑆 = 𝑋  100  % (ANOVA) jika berpengaruh nyata, maka
𝑡
dilajutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan
Keterangan: 95% (Gaspersz, 1994)
LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 102
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

HASIL DAN PEMBAHASAN penempatan rakit gantung pada kedalaman 2


m.
HASIL
Pertumbuhan Relatif Kandungan Karaginan
Rata-rata laju pertumbuhan spesifik Rata-rata kandungan karaginan (%)
perminggunya selama penelitian disajikan rumput laut selama penelitian disajikan pada
pada tabel 1 dan gambar 2. table 2 dan gambar 4.

Table 2 dan gambar 4 diatas memperlihatkan


bahwa kandungan karaginan berbeda pada
semua perlakuan kedalaman. Rerata
kandungan Karaginnan tertinggi terjadi pada
kedalaman 2 m, sebesar 37.665% dan yang
terendah pada kedalaman 0,50 m sebesar
33.754%. Hasil analisa sidik ragam perlakuan
kedalaman yang berbeda berpengaruh
Dari tabel 1 dan gambar 3 di atas terhadap kandungan karaginan. Hasil uji BNJ
menunjukkan bahwa perbedaan penempatan menunjukkan Rata-rata kandungan karaginan
rakit gantung pada kedalaman yang berbeda pada kedalaman rakit 2 m berbeda dengan
memperlihatkan respon laju pertumbuhan kedalaman rakit 1 m dan 0,5 m sedangkan
yang berbeda. Rata-rata persentase laju kedalaman 0,5 m dan 1 m tidak berbeda
pertumbuhan spesifik tertinggi selama nyata.
penelitian terdapat pada penempatan rakit
gantung kedalaman 0,5 m yaitu sekitar 3.148 PEMBAHASAN
% dan terendah pada kedalaman 2 m sebesar
2.839 %. Hasil analisa sidik ragam Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari)
penempatan rakit gantung pada kedalaman Laju pertumbuhan harian
berbeda berpengaruh nyata terhadap laju menggambarkan kemampuan rumput laut
pertumbuhan spesifik. Uji BNJ menunjukkan untuk tumbuh secara harian. Dari hasil
Rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada penelitian menujukan bahwa rata-rata laju
penempatan rakit kedalaman 1 m dan 2 m pertumbuhan harian berbeda nyata diantara 3
berbeda nyata dengan kedalaman 0,5 m, perlakuan yakni perlakuan penempatan rakit
sedangkan laju pertumbuhan spesifik pada gantung pada kedalaman 0,5 m berbeda nyata
kedalaman 1 m tidak berbeda nyata dengan
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 103
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

dengan penempatan rakit gantung pada pembentukan sel-sel rumput laut tinggi
kedalaman 1 m dan 2 m, sedangkan melalui proses fotosintesa.
penempatan rakit gantung pada kedalaman 1 Pada kedalaman 2 m laju pertumbuhan
m dan 2 m tidak berbeda nyata. Laju spesiik lebih lebih rendah, hal ini diduga
pertumbuhan pada penempatan rakit gantung intensitas cahaya matahari semakin berkurang
pada kedalaman 0, 5 m sebesar 3,148%, sehingga mengurangi produktifitas primer.
penempatan rakit pada kedaamana 1 m berkurangnya intensitas cahaya matahari yang
sebesar 3,082% dan 2 m sebesar 2,839%. masuk akan mengurangi bahan organic yang
Tingginya rata – rata laju pertumbuhan terbentuk. Cahaya yang diabsorbsi energinya
perhari pada kedalaman 0,5 m sebesar 3.148 berkurang dan daya tembusnya menurun
% sudah terrmasuk laju pertumbuhan yang berdasarkan kedalaman. Ada batasan tertentu
menguntungkan. Sebagaimana pernyataan bahwa peningkatan intensitas cahaya matahari
Iksan (2005) bahwa laju pertumbuhan rumput tidak selamanya meningatkan produktivitas.
laut yang dianggap cukup menguntungkan Intensitas cahaya cahaya matahari yang tinggi
adalah diatas 3% pertambahan berat per hari justru menjadian terhambatnya proses
atau 21% perminggunya. Tingginya rata-rata fotosintesa (fotoinhisi sedangan intensitas
laju pertumbuhan harian perhari pada rendah menjadi pembatas bagi proses
penempatan rakit gantung pada kedalaman 0,5 fotosintesa yang terjadi pada rumput laut
m, hal ini diduga karena posisi rakit gantung Sunarto (2008). Faktor penting yang
berada di bawah permukaan air laut pada mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut
kedalaman 0,5 m yang menyebabkan adalah perbedaan intensitas cahaya yang
pergerakan rakit ataupun rumput laut lebih diterimah rumput laut ada kedalaman berbeda
intensif akibat adanya angin, gelombang dan akan berpengaruh terhadap hamparan dinding
arus perairan. sehingga biofoling atau se baru yang hamper tidak mengalami
material yang menempel pada thallus mudah perubahan ketika perluasan daya tumbuh
terlepas. Dengan demikian, proses fotosintesis rumut laut dihambat oleh cahaya Soegiharto
dapat terjadi secara sempurna sehingga (1986);Mohr dan Scopfer (1995) dalam Kune
mengakibatkan pertumbuhan thallus rumput (2007).
laut berlangsung dengan baik. Bila gerakan
air kurang maka endapan-endapan akan Kandungan Karaginan
menutupi permukaan thalus tanaman sehingga
Perbedaan kandungan karagian
menyebabkan kurangnya intensitas cahaya
Euchema cottonii pada perlakuan kedalaman
matahari yang diterima tanaman untuk
yang berbeda dimana pada kedalaman 2 m
melakukan fotosintesis dan menyebabkan
dari permukaan lebih besar persentasenya
adanya kompetisi dalam menyerap makanan
dibandingkan dengan kedalaman 0,5 m dan 1
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
m, hal di duga disebabkan oleh beberapa
rendah. Sugiarto et. al, (1987) menyatakan
faktor diantaranya ekologi perairan,
bahwa laju pertumbuhan rumput laut berkisar
penanganan pasca panen, dan pertumbuhan
antara 2% - 3% per hari. Ini tergantung dari
rumput laut. Tinggi rendahnya kadar
suplai sinar matahari, iklim, dan kondisi
karaginan dapat dpengaruhi oleh penanganan
geografis yang ada pada suatu perairan yang
saat panen, pengolahan maupun metode
di ukur dengan pertumbuhan somatik yakni
pembuatan ekstrak karaginan Widowati et al
pertumbuhan yang diukur berdasarkan
(2005) dan tingkat pertumbuhan rumput laut
pertambahan berat dan panjang thallus rumput
Harun (2013).
laut. Dugaan lain pada kedalaman 0,5 m
Faktor lingkungan perairan yang
intensitas cahaya matahari cukup tinggi
mempengaruhi tinggi rendahnya kadar
sehingga pembentukan bahan organic
karaginan adalah cahaya matahari, kedalaman
(C6H12O6) sebagai makanan dalam
pnenanaman dan arus. Mukti (1987) dalam
Amiluddin (2007) bahwa persentase
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 104
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

kandungan karaginan dalam rumput laut tergolong kurang baik jika dibandingkan dengan
karaginofit berkaitan langsung dengan kondisi rata-rata kandungan karaginan yang dihasilkan
lingkungan yaitu lingkungan fisika, kimiawi oleh Rao et al., (200 dalam Alam 2011)
dan biologi juga kondisi lingkungan tempat berkisar 42,42% ± 1,89% dan Doty (1985)
tumbuhnya karaginofit tersebut. Demikian berkisar 40%.
pula West (2001) mengemukakan perbedaan  
rata-rata kandungan karaginan pada setiap Kualitas Air
perlakuan kedalaman ini diduga masih Data kualitas air yang diukur antara lain:
dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, dan nitrat
ekologi masing-masing kedalaman dimana rakit masih dalam kisaran yang layak untuk
ditempatkan, baik itu factor fisika, kimia pertumbuhan rumput laut Euchema cottonii,
maupun factor ekologi lainnya. Pada penelitian kecuali kandungan fosfat.
ini persentase kadar karaginan diperoleh Rata-rata suhu yang diperoleh sekitar 28oC,
berkolerasi regatif dengan laju pertumbuhan, kisaan ini masih layak untuk pertumbuhan rumput
yang mana kadar karaginan yang tinggi justru laut Euchema cottonii. Aslan (1991) suhu yang
didapatan ada kedalaman 2 meter sebesar optimal untuk pertumbuhan rumput Euchema
37,665% dan hasil ini bertolak belakang dengan cottonii berkisar 28-30oC. Sainitas yang diperoleh
hasil laju prtumbuhan yang rendah sebesar berkiasar antara 29-3 ppt. Ditjenkanbud (2005)
2,839%. Demikian pula dengan kandungan kisaran sainitas yang baik untuk pertumbuhan
karaginan yang rendah terdapat pada kedalaman Euchema cottonii 28-35ppt. pH rata-rata yang
0, 5 meter sebesar 33,754% sedangkan laju diperoleh berisar 7. Aslan (1991) kisaran yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut Euchema
pertumbuhannya tinggi sebesar 3,148%.
cottonii adalah 7 – 8,5. Kecerahan rata-rata 8 m.
Sulisttijo (1994) mengemukakan bahwa
Nugroho dan Kusnendar (2015) mengemukakan
pertumbuhan rumput laut berkolerasi negative
kisaran kecerahan perairan yang baik untuk
dengan kandungan karaginannya, dimana saat budidaya rumput laut Euchema cottonii berkisar
pertumbuhn tinggi kandungan karaginannya antara (>5m – 100%). Kecepatan arus berkisar
menurun, hal ini disebabkan karena Euchema 21,02cm/detik- 28,94 cm/detik. Kecepatan arus
cottonii mempunyai 2 fase siklus kehidupan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut
yaitu fase vegetative dimana energy berkisar antara 20-40 cm/detik (SNI, 2010),
didistribusikan untuk pertumbuhan dan sedangkan menurut (Atmadja et all., 1996 dalam
pembentukan karaginan, dan fase generative Aris M, 2018) sekitar 20-30 cm/detik.
dimana energy direduksi untuk proses Kandungan nitrat rata-rata berkisar 0,0319 -
generative sehingga kandungan karaginannya 0,0398 ppm. Kandungan nitrat yang layak untuk
menurun dan pertumbuhannya tetap berjalan pertumbuhan rumput laut sesuai dengan
sampai mencapai titik masimal (DPSMK, 2- pernyataan Efendi (2003 dalam Susilowati dkk.,
013) 2012) bahwa kadar nitrat-nitrogen yang ada dalam
Pada kedalaman 2 m terjadi kekurangan perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
penyerapan cahaya matahari sehingga ppm, jika kadar nitrat lebih besar dari 0,2 ppm
penyerapan unsur-unsur hara lebih difokuskan akan mengakibatkan eutrofikasi (pengkayaan)
pada pembentukan karaginofit. Lutwick (1972 yang seanjutnya menstimulir pertumbuhan alga
dalam Pamungkas, 1988) kandungan karaginan dan tumbuhan air secara pesat. Kandungan fosfat
yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya berkisar antara 0,0037-0,041 pp. Kandungan
proses penyerapan unsur hara berlangsung fospfat ini tidak layak untuk pertumbuhan rumput
laut. Kisaran fosfat yang optimal untuk
cukup baik, dimana unsur hara tersebut
pertumbuhan rumput laut berkisar antara 0,051,00
dibutuhkan untuk pembentukan senyawa
ppm (Indriani dan Sumarsih, 2003)
poisakarida yang merupakan komponen utama
pembentukan karaginan (karaginofit) yang KESIMPULAN
didepositkan pada dinding sel.
Jika dilihat rata-rata kisaran kandungan Dari hasil analisa sidik ragam
karaginan yang diperoleh pada penelitian ini
penempatan rakit gantung pada kedalaman
berkisar antara 33,754% - 37,665% masih
berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik,
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 105
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

dan kandungan karaginan dapat disimpulkan Amilludin NM. 2007. Kajian Pertumbuhan dan
sebagai berikut: Kandungan Karaginan Rumput Laut
1. Laju pertumbuhan spesifik yang tertinggi Kappaphycus alvarezii Yang Terkena Ice-
terdapat pada penempatan rakit gantung ice di Perairan Pulau Pari Kepulauan
Seribu. Pascasarjana Institut Pertanian
kedalaman 0,5 meter sebesar 3,148%,
Bogor. Bogor 2007.
dan terendah pada kedalaman 2 meter
yaitu sebesar 2,839% Aris M. 2008. Identifilasi, Patogenitas dan
Manfaat Gen-rRNA Untuk Deteksi
2. Kandungan karaginan yang tertinggi
Penyakit Ice-ice Pada Budidaya Rumput
terdapat pada penempatan rakit gantung Laut (Kappaphycus alvarezii) Pascasarjana
kedalaman 2 meter yaitu 37,665%, dan Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2011
yang terendah penempatan rakit Alam, A.A. 2011. Kualitas Rumput Laut
kedalaman 0,5 meter yatu 33,754% Jenis Euchema sppinosum di Perairan
Desa Punaga Kabupaten Takalar.
3. Parameter kualitas air berupa suhu,
Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Fakultas
salinitas, pH, kecerahan, kecepatan arus
Ilmu Kelautan dann Perikanan
dan nitrat masih layak untuk
Universitas Hasanuddin Makssar.
pertumbuhan rumput laut kecuali fosfat
Makassar 82 hal
tidak layak untuk pertumbuhan rumput
laut. Atmadja, W.S dan A. Kadi, 1988. Rumput
SARAN Laut (Algae) Jenis, Reproduksi,
Budidaya dan Pasca Panen. Sumber
Dari hasil penelitian ini disarankan agar Daya Alam. Proyek Study Potensi
pembudidaya rumput laut jika menggunakan Sumberdaya Alam Indonesia LIPI,
metode rakit gantung pada budidaya rumput laut
Jakarta
sebaiknya ditempatkan pada kedalaman 2 meter,
hal ini berkaitan dengan kandungan karaginan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2005.
yang tinggi dibandingkan dengan penempatan
rakit pada kedalanan 0,5 m dan 1 m. Namun jika Profil Rumput laut Indonesia. DP Ri,
menginginkan laju pertumbuhan yang tinggi maka Ditjenbud. Jakarta.
disarankan rakit ditempatkan pada kedalaman 0,5
meter Doty, M.S. 1985. Biotechnological and
Economic, Aproaches to Industrial
PERSANTUNAN Development Based on Marine Algae in
Indosia. Makalah Dalam Workshop on
Penulis mengucapkan terimah kasih
kepada Direktotat Penelitian dan Pengabdian pada Marine Algae in Biotecnology. Jakarta
Masyarakat (DRPM) Kemenristedikti yang telah 11-13 desember 1985. Nasional
membiayai penelitian ini. Bapak Budiamin,S.Pi, Academy Press. Wahington
La Ode Achmad Rivai, S.Pi, Baharuddin serta
kelompok mitra yang telah membantu proses Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
jalanya penelitan ini. Kejuruan, 2013 Teknik Penanaman
Rumput Laut. Buku Teks Bahan Ajar
DAFTAR PUSTAKA Siswa
Abdullah A.A, 2011. Teknik Budidaya Rumput Gaspersz, V., 21994. Metode Perancangan
Laut (Kappaphycus alvarezii) Dengan Percobaan. Untuk Ilmu-ilmu
Metode Rakit Apung di Desa Tanjung Pertanian,Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi.
Kecamatan Saranggi Kabipaten Sumenep, CV. Armico Bandung. 472 hal.
Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 2001 Harun, M; Montolalu, R; Suwetja, K, 2013.
Karakteristik Fisiksk Kimia Karaginan
Rumput Laut Jenis Kappaphycus
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 106
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

alvareziPada Umur Panen Yang Berbeda Di SNI (Standar Nasional Indonesia), 2011.
Perairan Desa Tihengo. Jurnl Media Produksi Bibit Rumput Laut Kottonii
Teknologi Hasil Periknan Vol.1.No.1. (Euchema cottoni) . Bagian 2. Metode
Gorontalo Utara Longline. SNI 76732:2011.

Gusrina, 2006. Budidaya Rumput Laut. Bandung: Sunarto, 2008. Peranan Cahaya Dalam Proses
Sinergi Pustaka Indonesia. Produksi Di Laut. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Iksan, K.H, 25. Kajan ertumbuhan, Produksi Bandung.
Rumput Laut (Euchema cottonii) dan
Kandungan Karagenan Pada Berbagai Winarno, FG. 1996. Teknologi Pengolahan
Bobot Bibit dan Asal Thallus di Perairan Rumput Laut Jakarta. Pustaka Sinar
Gruaping Oba Maluku Utara. Sekolah Harapan. Jakarta.
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor West, J., 2001. Agarophytes and
Carrageenophytes
Indriani H dan Sumiarsih E, 2003. Pengelolaan
dan Pemasaran Rumut Laut. Penebar Thana, D; Andarias,I dan Karim., 1995.
Swadaya. Jakarta. Produksi Berat eiting dan Kandungan
Agar Rumput Laut (Gracilaria
Kune, S. 2007. Pertumbuhan Rumput Laut Yang
verrucosa) yang dibudidayakan di
Dibudidayaan Bersama Ikan Beronang.
Jurnal Agribisnis vol.3.No1
Laut dan Di Tambak Dengan Metode
Aung, Lepas Dasar dan Dasar.
Nugroho, E dan Kusnendar, E, 215 Agribisnis Program studi Ilmu Kelautan Fakultas
Rumput Laut Penebar Swadaya. Jakarta Peternakan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang
Pamungkas, K.T., 1988. Mempelajari Korelasi
antara Umur Panen dan Kandungan
Karaginan Dan Senyawa-senyawa Lainnya
Pada Euchema spinosum dan Euchema
cottonii. Karya Imiah Fakultas Perikanan,
Institut Pertanoian Bogor.

Soegiarto, A: dan W.S Atmaja, 1987.


Pertumbuhan Algae Laut Euchema
spinosum Pada Berbagai Kedalaman.
LON-LIPI. Jakarta

Sulistijo, W.S, 1996. Perkembangan


Budidaya Rumput Lautdi Indonesia
Puslitbang Oceanografi. LIPI. Jakarta

Susilowati, T; Rejeki, S; Dewi, D.N an


Zulfitriani, 20012. Pengaruh
Kedalaman Terhadap Pertumbuhan
Rumput Laut (Euchema cottonii) Yang
Dibudidayakan Dengan Metode
Longline di Pantai Mlongga Kabupaten
Jepara. Jurnal Saintek Perikanan.
Vol.8.No.1

Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 107
26-27 Juli 2019  
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520

Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 108
26-27 Juli 2019  

Anda mungkin juga menyukai