Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui kedalaman yang optimal penempatan rakit gantung dalam
perairan laut untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan kandungan karaginan yang tinggi. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan penempatan rakit
pada jarak berbeda (kelompok I surut terendah dari garis pantai, kelompok II 100 m dari surut terendah,
dan kelompok III 100 m dari kelompok II) dan rakit digantung pada kedalaman yang berbeda (0,5 m, 1 m,
dan 2 m) yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2018 bertempat di perairan Desa Doda Bahari
Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Hasil penelitian menunjukkan laju perumbuhan
spesifik tertinggi terdapat pada kedalaman 0,5 m yaitu 3,15 % dan terendah pada kedalaman 2 m yaitu 2,84
%. Sedangkan kandungan karaginan yang tertinggi terdapat pada kedalaman 2 m yaitu 37,67 % dan yang
terendah pada kedalaman 0,5 m yaitu 33,75 %.
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 101
26-27 Juli 2019
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
dengan penempatan rakit gantung pada pembentukan sel-sel rumput laut tinggi
kedalaman 1 m dan 2 m, sedangkan melalui proses fotosintesa.
penempatan rakit gantung pada kedalaman 1 Pada kedalaman 2 m laju pertumbuhan
m dan 2 m tidak berbeda nyata. Laju spesiik lebih lebih rendah, hal ini diduga
pertumbuhan pada penempatan rakit gantung intensitas cahaya matahari semakin berkurang
pada kedalaman 0, 5 m sebesar 3,148%, sehingga mengurangi produktifitas primer.
penempatan rakit pada kedaamana 1 m berkurangnya intensitas cahaya matahari yang
sebesar 3,082% dan 2 m sebesar 2,839%. masuk akan mengurangi bahan organic yang
Tingginya rata – rata laju pertumbuhan terbentuk. Cahaya yang diabsorbsi energinya
perhari pada kedalaman 0,5 m sebesar 3.148 berkurang dan daya tembusnya menurun
% sudah terrmasuk laju pertumbuhan yang berdasarkan kedalaman. Ada batasan tertentu
menguntungkan. Sebagaimana pernyataan bahwa peningkatan intensitas cahaya matahari
Iksan (2005) bahwa laju pertumbuhan rumput tidak selamanya meningatkan produktivitas.
laut yang dianggap cukup menguntungkan Intensitas cahaya cahaya matahari yang tinggi
adalah diatas 3% pertambahan berat per hari justru menjadian terhambatnya proses
atau 21% perminggunya. Tingginya rata-rata fotosintesa (fotoinhisi sedangan intensitas
laju pertumbuhan harian perhari pada rendah menjadi pembatas bagi proses
penempatan rakit gantung pada kedalaman 0,5 fotosintesa yang terjadi pada rumput laut
m, hal ini diduga karena posisi rakit gantung Sunarto (2008). Faktor penting yang
berada di bawah permukaan air laut pada mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut
kedalaman 0,5 m yang menyebabkan adalah perbedaan intensitas cahaya yang
pergerakan rakit ataupun rumput laut lebih diterimah rumput laut ada kedalaman berbeda
intensif akibat adanya angin, gelombang dan akan berpengaruh terhadap hamparan dinding
arus perairan. sehingga biofoling atau se baru yang hamper tidak mengalami
material yang menempel pada thallus mudah perubahan ketika perluasan daya tumbuh
terlepas. Dengan demikian, proses fotosintesis rumut laut dihambat oleh cahaya Soegiharto
dapat terjadi secara sempurna sehingga (1986);Mohr dan Scopfer (1995) dalam Kune
mengakibatkan pertumbuhan thallus rumput (2007).
laut berlangsung dengan baik. Bila gerakan
air kurang maka endapan-endapan akan Kandungan Karaginan
menutupi permukaan thalus tanaman sehingga
Perbedaan kandungan karagian
menyebabkan kurangnya intensitas cahaya
Euchema cottonii pada perlakuan kedalaman
matahari yang diterima tanaman untuk
yang berbeda dimana pada kedalaman 2 m
melakukan fotosintesis dan menyebabkan
dari permukaan lebih besar persentasenya
adanya kompetisi dalam menyerap makanan
dibandingkan dengan kedalaman 0,5 m dan 1
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
m, hal di duga disebabkan oleh beberapa
rendah. Sugiarto et. al, (1987) menyatakan
faktor diantaranya ekologi perairan,
bahwa laju pertumbuhan rumput laut berkisar
penanganan pasca panen, dan pertumbuhan
antara 2% - 3% per hari. Ini tergantung dari
rumput laut. Tinggi rendahnya kadar
suplai sinar matahari, iklim, dan kondisi
karaginan dapat dpengaruhi oleh penanganan
geografis yang ada pada suatu perairan yang
saat panen, pengolahan maupun metode
di ukur dengan pertumbuhan somatik yakni
pembuatan ekstrak karaginan Widowati et al
pertumbuhan yang diukur berdasarkan
(2005) dan tingkat pertumbuhan rumput laut
pertambahan berat dan panjang thallus rumput
Harun (2013).
laut. Dugaan lain pada kedalaman 0,5 m
Faktor lingkungan perairan yang
intensitas cahaya matahari cukup tinggi
mempengaruhi tinggi rendahnya kadar
sehingga pembentukan bahan organic
karaginan adalah cahaya matahari, kedalaman
(C6H12O6) sebagai makanan dalam
pnenanaman dan arus. Mukti (1987) dalam
Amiluddin (2007) bahwa persentase
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 104
26-27 Juli 2019
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
kandungan karaginan dalam rumput laut tergolong kurang baik jika dibandingkan dengan
karaginofit berkaitan langsung dengan kondisi rata-rata kandungan karaginan yang dihasilkan
lingkungan yaitu lingkungan fisika, kimiawi oleh Rao et al., (200 dalam Alam 2011)
dan biologi juga kondisi lingkungan tempat berkisar 42,42% ± 1,89% dan Doty (1985)
tumbuhnya karaginofit tersebut. Demikian berkisar 40%.
pula West (2001) mengemukakan perbedaan
rata-rata kandungan karaginan pada setiap Kualitas Air
perlakuan kedalaman ini diduga masih Data kualitas air yang diukur antara lain:
dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, dan nitrat
ekologi masing-masing kedalaman dimana rakit masih dalam kisaran yang layak untuk
ditempatkan, baik itu factor fisika, kimia pertumbuhan rumput laut Euchema cottonii,
maupun factor ekologi lainnya. Pada penelitian kecuali kandungan fosfat.
ini persentase kadar karaginan diperoleh Rata-rata suhu yang diperoleh sekitar 28oC,
berkolerasi regatif dengan laju pertumbuhan, kisaan ini masih layak untuk pertumbuhan rumput
yang mana kadar karaginan yang tinggi justru laut Euchema cottonii. Aslan (1991) suhu yang
didapatan ada kedalaman 2 meter sebesar optimal untuk pertumbuhan rumput Euchema
37,665% dan hasil ini bertolak belakang dengan cottonii berkisar 28-30oC. Sainitas yang diperoleh
hasil laju prtumbuhan yang rendah sebesar berkiasar antara 29-3 ppt. Ditjenkanbud (2005)
2,839%. Demikian pula dengan kandungan kisaran sainitas yang baik untuk pertumbuhan
karaginan yang rendah terdapat pada kedalaman Euchema cottonii 28-35ppt. pH rata-rata yang
0, 5 meter sebesar 33,754% sedangkan laju diperoleh berisar 7. Aslan (1991) kisaran yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut Euchema
pertumbuhannya tinggi sebesar 3,148%.
cottonii adalah 7 – 8,5. Kecerahan rata-rata 8 m.
Sulisttijo (1994) mengemukakan bahwa
Nugroho dan Kusnendar (2015) mengemukakan
pertumbuhan rumput laut berkolerasi negative
kisaran kecerahan perairan yang baik untuk
dengan kandungan karaginannya, dimana saat budidaya rumput laut Euchema cottonii berkisar
pertumbuhn tinggi kandungan karaginannya antara (>5m – 100%). Kecepatan arus berkisar
menurun, hal ini disebabkan karena Euchema 21,02cm/detik- 28,94 cm/detik. Kecepatan arus
cottonii mempunyai 2 fase siklus kehidupan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut
yaitu fase vegetative dimana energy berkisar antara 20-40 cm/detik (SNI, 2010),
didistribusikan untuk pertumbuhan dan sedangkan menurut (Atmadja et all., 1996 dalam
pembentukan karaginan, dan fase generative Aris M, 2018) sekitar 20-30 cm/detik.
dimana energy direduksi untuk proses Kandungan nitrat rata-rata berkisar 0,0319 -
generative sehingga kandungan karaginannya 0,0398 ppm. Kandungan nitrat yang layak untuk
menurun dan pertumbuhannya tetap berjalan pertumbuhan rumput laut sesuai dengan
sampai mencapai titik masimal (DPSMK, 2- pernyataan Efendi (2003 dalam Susilowati dkk.,
013) 2012) bahwa kadar nitrat-nitrogen yang ada dalam
Pada kedalaman 2 m terjadi kekurangan perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
penyerapan cahaya matahari sehingga ppm, jika kadar nitrat lebih besar dari 0,2 ppm
penyerapan unsur-unsur hara lebih difokuskan akan mengakibatkan eutrofikasi (pengkayaan)
pada pembentukan karaginofit. Lutwick (1972 yang seanjutnya menstimulir pertumbuhan alga
dalam Pamungkas, 1988) kandungan karaginan dan tumbuhan air secara pesat. Kandungan fosfat
yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya berkisar antara 0,0037-0,041 pp. Kandungan
proses penyerapan unsur hara berlangsung fospfat ini tidak layak untuk pertumbuhan rumput
laut. Kisaran fosfat yang optimal untuk
cukup baik, dimana unsur hara tersebut
pertumbuhan rumput laut berkisar antara 0,051,00
dibutuhkan untuk pembentukan senyawa
ppm (Indriani dan Sumarsih, 2003)
poisakarida yang merupakan komponen utama
pembentukan karaginan (karaginofit) yang KESIMPULAN
didepositkan pada dinding sel.
Jika dilihat rata-rata kisaran kandungan Dari hasil analisa sidik ragam
karaginan yang diperoleh pada penelitian ini
penempatan rakit gantung pada kedalaman
berkisar antara 33,754% - 37,665% masih
berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik,
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 105
26-27 Juli 2019
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
dan kandungan karaginan dapat disimpulkan Amilludin NM. 2007. Kajian Pertumbuhan dan
sebagai berikut: Kandungan Karaginan Rumput Laut
1. Laju pertumbuhan spesifik yang tertinggi Kappaphycus alvarezii Yang Terkena Ice-
terdapat pada penempatan rakit gantung ice di Perairan Pulau Pari Kepulauan
Seribu. Pascasarjana Institut Pertanian
kedalaman 0,5 meter sebesar 3,148%,
Bogor. Bogor 2007.
dan terendah pada kedalaman 2 meter
yaitu sebesar 2,839% Aris M. 2008. Identifilasi, Patogenitas dan
Manfaat Gen-rRNA Untuk Deteksi
2. Kandungan karaginan yang tertinggi
Penyakit Ice-ice Pada Budidaya Rumput
terdapat pada penempatan rakit gantung Laut (Kappaphycus alvarezii) Pascasarjana
kedalaman 2 meter yaitu 37,665%, dan Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2011
yang terendah penempatan rakit Alam, A.A. 2011. Kualitas Rumput Laut
kedalaman 0,5 meter yatu 33,754% Jenis Euchema sppinosum di Perairan
Desa Punaga Kabupaten Takalar.
3. Parameter kualitas air berupa suhu,
Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Fakultas
salinitas, pH, kecerahan, kecepatan arus
Ilmu Kelautan dann Perikanan
dan nitrat masih layak untuk
Universitas Hasanuddin Makssar.
pertumbuhan rumput laut kecuali fosfat
Makassar 82 hal
tidak layak untuk pertumbuhan rumput
laut. Atmadja, W.S dan A. Kadi, 1988. Rumput
SARAN Laut (Algae) Jenis, Reproduksi,
Budidaya dan Pasca Panen. Sumber
Dari hasil penelitian ini disarankan agar Daya Alam. Proyek Study Potensi
pembudidaya rumput laut jika menggunakan Sumberdaya Alam Indonesia LIPI,
metode rakit gantung pada budidaya rumput laut
Jakarta
sebaiknya ditempatkan pada kedalaman 2 meter,
hal ini berkaitan dengan kandungan karaginan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2005.
yang tinggi dibandingkan dengan penempatan
rakit pada kedalanan 0,5 m dan 1 m. Namun jika Profil Rumput laut Indonesia. DP Ri,
menginginkan laju pertumbuhan yang tinggi maka Ditjenbud. Jakarta.
disarankan rakit ditempatkan pada kedalaman 0,5
meter Doty, M.S. 1985. Biotechnological and
Economic, Aproaches to Industrial
PERSANTUNAN Development Based on Marine Algae in
Indosia. Makalah Dalam Workshop on
Penulis mengucapkan terimah kasih
kepada Direktotat Penelitian dan Pengabdian pada Marine Algae in Biotecnology. Jakarta
Masyarakat (DRPM) Kemenristedikti yang telah 11-13 desember 1985. Nasional
membiayai penelitian ini. Bapak Budiamin,S.Pi, Academy Press. Wahington
La Ode Achmad Rivai, S.Pi, Baharuddin serta
kelompok mitra yang telah membantu proses Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
jalanya penelitan ini. Kejuruan, 2013 Teknik Penanaman
Rumput Laut. Buku Teks Bahan Ajar
DAFTAR PUSTAKA Siswa
Abdullah A.A, 2011. Teknik Budidaya Rumput Gaspersz, V., 21994. Metode Perancangan
Laut (Kappaphycus alvarezii) Dengan Percobaan. Untuk Ilmu-ilmu
Metode Rakit Apung di Desa Tanjung Pertanian,Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi.
Kecamatan Saranggi Kabipaten Sumenep, CV. Armico Bandung. 472 hal.
Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 2001 Harun, M; Montolalu, R; Suwetja, K, 2013.
Karakteristik Fisiksk Kimia Karaginan
Rumput Laut Jenis Kappaphycus
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 106
26-27 Juli 2019
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
alvareziPada Umur Panen Yang Berbeda Di SNI (Standar Nasional Indonesia), 2011.
Perairan Desa Tihengo. Jurnl Media Produksi Bibit Rumput Laut Kottonii
Teknologi Hasil Periknan Vol.1.No.1. (Euchema cottoni) . Bagian 2. Metode
Gorontalo Utara Longline. SNI 76732:2011.
Gusrina, 2006. Budidaya Rumput Laut. Bandung: Sunarto, 2008. Peranan Cahaya Dalam Proses
Sinergi Pustaka Indonesia. Produksi Di Laut. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Iksan, K.H, 25. Kajan ertumbuhan, Produksi Bandung.
Rumput Laut (Euchema cottonii) dan
Kandungan Karagenan Pada Berbagai Winarno, FG. 1996. Teknologi Pengolahan
Bobot Bibit dan Asal Thallus di Perairan Rumput Laut Jakarta. Pustaka Sinar
Gruaping Oba Maluku Utara. Sekolah Harapan. Jakarta.
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor West, J., 2001. Agarophytes and
Carrageenophytes
Indriani H dan Sumiarsih E, 2003. Pengelolaan
dan Pemasaran Rumut Laut. Penebar Thana, D; Andarias,I dan Karim., 1995.
Swadaya. Jakarta. Produksi Berat eiting dan Kandungan
Agar Rumput Laut (Gracilaria
Kune, S. 2007. Pertumbuhan Rumput Laut Yang
verrucosa) yang dibudidayakan di
Dibudidayaan Bersama Ikan Beronang.
Jurnal Agribisnis vol.3.No1
Laut dan Di Tambak Dengan Metode
Aung, Lepas Dasar dan Dasar.
Nugroho, E dan Kusnendar, E, 215 Agribisnis Program studi Ilmu Kelautan Fakultas
Rumput Laut Penebar Swadaya. Jakarta Peternakan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang
Pamungkas, K.T., 1988. Mempelajari Korelasi
antara Umur Panen dan Kandungan
Karaginan Dan Senyawa-senyawa Lainnya
Pada Euchema spinosum dan Euchema
cottonii. Karya Imiah Fakultas Perikanan,
Institut Pertanoian Bogor.
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 107
26-27 Juli 2019
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
Seminar Nasional Sinergitas Multidisipin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 108
26-27 Juli 2019