DISUSUN OLEH:
NAMA:VINA SETIAWATY
NISN:
Judul:
Asuhan Keperawatan Pasien Diagnosa Thiypoid
Disusun Oleh:
VINA SETIAWATY
Nisn:
Tempat:
Klinik Dharma Bhuana
Mengesahkan:
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK AS-SHIDDIQIYAH
Hj. Eriyana Rahmawati, S.Pd,MM
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Judul:
Asuhan keperewatan pasien Diagnosa Thiypoid
Di susun oleh:
VINA SETIAWATY
Nisn:
Tempat:
Klinik Dharma Bhuana
MENGETAHUI/MENGESAHKAN
Nama :
NISN :
Tim Penguji :
Ns.Toyibah, S.Kep (_______________)
~Vina Setiawaty~
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Diagnosa Thiypoid”. Penulis laporan ini ditunjukan untuk sebagai guna
bukti bahwa penulis telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Industri terkait dalam waktu kurang
lebih tiga bulan terhitung sejak tanggal 01 Agustus sampai dengan 31
Oktober 2022.
Laporan ini berisi tentang hasil praktik penyusun di Instansi,
mulai dari persiapan hingga akhir kegiatan serta materi dasar teori dan
praktik mengenai penyakit thiypoid. LAporan ini dilengkapi dengan
mencantumkan dokumentasi kegiatan penulis di Instansi yang nantinya
dapat dijadikan bukti nyata akan semua kegiatan yang dilakukan oleh
penyusun.
VINA SETIAWATY
NISN:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI
LEMBAR PERSETUJUAN
PERSEMBAHAN
MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan PKL
1.2.2. Tujuan Penulisan Laporan
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat PKL
1.3.2. Manfaat Penulisan Laporan
1.4. Metode Pengumpulan Data
1.5. Pemilihan Tempat Praktik
1.6. Sasaran Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1.7. Waktu dan Tempat PKL
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan PKL
Tujuan Praktik Kerja Lapangan mencakup aspek–aspek
berikut :
1. Meningkatkan pelajar yang efisien dalam proses pendidikan
dan peltihan tenaga kerja yang terdidik dan berkualitas
didalam perusahaan.
2. Meningkatkan wawasan siswa dalam aspek potensiel dunia
kerja seperti stuktur organisasi, lingkungan, dan system kerja
serta penerapan dalam keadaan sebenarnya.
3. Mengimplementasikan materi yang selama ini didapatkan di
sekolah.
4. Membentuk pola piker yang membangun bagi siswa-siswi
PKL.
5. Melatih siswa untuk berkomunikasi/berinteraksi secara
professional didunia kerja yang sebenarnya.
6. Membentuk semangat kerja yang baik bagi siswa PKL.
7. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar
yang dimiliki oleh siswa bidang masing – masing.
8. Diharapkan siswa dapat menjadi tenaga kerja yang
berwawasan mutu, ekonomi, bisnis, kewirausahaan, dan
produktif. Serta dapat menyerap perkembangan teknologi
dan budaya kerja untuk kepentingan perkembangan diri.
9. Menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar
dapat dikembangkan dan di Implementsi dalam kehidupan
sehari - hari.
10. Menjalani kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia
industri maupun dunia usaha.
11. Mendapat pengalaman dalam dunia usaha.
12. Mengimplementasikan secara sistematis dan sinkron antara
program di sekolah dengan program penguasaan keahlian
yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di
dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
1.2.2. Tujuan Penulisan Laporan
1. Untuk memenuhi tugas akhir setelah melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) tahun pelajar 2022/2023.
2. Untuk menunjukan hasil dari rangkaian kegiatan pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih tiga bulan
lamanya.
3. Untuk bahan evaluasi pembimbing terhadap siswa yang telah
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
4. Untuk media pembelajaran generasi selanjutnya.
5. Untuk menambah wawasan mengenai Karya Tulis Ilmiah baik
itu dari segi penyusunan maupun penulisan yang tepat dan
benar.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat PKL
Manfaat Praktik Kerja Lapangan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan rasa percaya diri, kedisiplinan dan tanggung
jawab siswa.
2. Mendapat bekal untuk peningkatan atau pengembangan diri
secara berkelanjutan.
3. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melatih
keterampilan-keterampilan manajemen dalam situasi
lapangan yang actual. Hal ini penting dalam rangka belajar
menerapkan teori, konsep atau prinsip yang telah dipelajari
sebelumnya.
4. Siswa berkesempatan memecahkan berbagai masalah
manajemen di lingkungan lapangan dengan
mendayagunakan kemampuannya.
5. Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada siswa
sehingga hasil penelitian bertambah luas.
6. Mendapat pendidikan dan penelitian serta pengalaman kerja
sesungguhnya.
2. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan
terlibat dalam setiap kegiatan selama magang di Kilnik Dharma
Bhuana guna memperoleh data.
3. Studi pustaka
Dalam metode studi pustaka penilisan dapat
mengumpulkan data dengan cara memperoleh data melalui buku
maupun referensi lain (website google) yang tentunya ada
keterkaitan masalah.
1.7.2. Tempat
Kegiatan PKL ini di laksakan pada Klinik Dharma
Bhuana beralamat di Jl. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec.
Lempuing Jaya, Kab. Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra
Selatan.
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1. Sejarah Singkat Instansi
2.1.1. Sejarah
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini di laksanakan
oleh penyusun di Klinik Dharma Bhuana. Klinik Dharma Bhuana
didirikan pada tahun 2007 oleh Ns. Ng. Nirke,S.Kep. Klinik
Dharma Bhuana dibuka bagi masyarakat umum selama 24 jam.
Klinik Dharma Bhuana terletak di Desa Lubuk Seberuk,
kelurahan Lubuk Seberuk, Kec. Lempuing Jaya, Kab. Ogan
Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan, disamping Indomaret.
Daerah ini merupakan Jl. Lintas Timur yang memiliki potensi yang
sangat besar untuk berkembang dan menjadi lebih maju. Oleh
karena itu, Klinik Dharma Bhuana mendapat respon yang sangat
baik dari masyarakat.
3. Tujuan
Memberikan layanan kesehatan secara pripurna
berorientasi kepada keselamatan pasien.
MASUK PULANG
2. Etiologi
Typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
thyposa/Eberthela thyposa yang merupakan mikroorganisme
pathogen yang berada di jaringan limfatik usus halus, hati, limpa,
dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini berupa gram negative
yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman ini
akan mati pada suhu 70o C dan dengan pemberian antiseptic. Masa
inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang
memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling
panjang yaitu 60 hari. (Marni, 2016)
Salmonella thyphosa memiliki 3 macam antigen yaitu :
a. Antigen O: Ohne Hauch, yaitu somatic antigen (tidak menyebar)
b. Antigen H: Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan
bersifat termolabil.
c. Antigen V: Kapsul, merupakan kapsul yang menyelimuti tubuh
kuman dan melindungi
d. Antigen O terhadap fagositosis. (Marni, 2016) Padila (2013)
dalam buku yang di tulis Dewi dan Meira (2016) menyampaikan
bahwa Salmonella parathyphi terdiri dari 3 jenis yaitu A, B, dan
C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi yaitu pasien
dengan demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah
orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)
3. Manifestasi Klinis
Dewi dan Meira (2016) mengungkapkan gejala klinis
penyakit typhoid pada anak biasanya lebih ringan dibandingkan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas
tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan, jika infeksi melalui minuman mana tunas terlama
berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul
dengan gejala – gejala klinis sebagai berikut:
a. Demam Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3
minggu, sifat febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi.
Minggu pertama suhu meningkat setiap hari, menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu
kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Minggu
ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan Napas berbau tidak sedap,
bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih
kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor,
anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen
kembung, hepatomegali, dan splenomegli, kadang normal,
dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran Kesadaran menurun yaitu apatis sampai
somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah. (Ardiansyah,
2012)
Menurut pendapat Padila dari buku yang di tulis Dewi dan
Meira (2016) masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan
rincian sebagai berikut:
a. Minggu 1 Pada umumnya demam berangsur naik, terutama
pada sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala
demam, nyeri otot, nyeri 10 kepala, anoreksia, dan mual,
batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut.
b. Minggu ke – 2 Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat
berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,
pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran. (Dewi dan Meira, 2016)
4. Anatomi fisiologi
Gambar berikut ini merupakan contoh dari reaksi
Anatomi Fisiologi pada Sistem Pencernaan.
5. Patofisiologi
Istilah system fagosit makrofag, system sel histiosit,
system retikulo – histiosit dan system RES adalah istilah lama yang
merupakan sebutan kolektif untuk semua sel fagosit yang dapat
hidup lama diseluruh jaringan tubuh. Sekarang system itu disebut
system fagosit makrofag. Dalam hal ini system makrofag memiliki
peran penting dalam penyebaran dari kuman Salmonella typhi yang
merupakan bakal penyakit typhoid. (Baratawidjaja dan Iris, 2012)
Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman.
Sebagian kuman dimusnahkan dilambung dan sebagian lagi lolos
masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon
imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina
propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagositkan
oleh sel-sel fagosit terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak didalam magrofag dan selanjutnya dibawa ke plak
peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesentrika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang
terdapat di makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati
dan 17 limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu,
berkembang biak, dan bersama cairan empedu di eksresikan secara
intermitten ke dalam usus halus. Sebagian kuman dikeluarkan
melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena
makrofag yang telah teraktvasi, hiperaktif; maka saat fogositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik
seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan
vaskular, mental, dan koagulasi.
Didalam plak payeri makrofag hiperaktif menimbukan
reaksi hyperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi
reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan
nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plague peyeri yang sedang mengalami
nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di
dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat
berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat
mengakibatkan perforasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel
kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan
neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ
lainnya. (Widodo Djoko, 2009)
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap
di usus halus. Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam
peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa
sehingga organ – organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah
(bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama dalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Arfiana & Arum ,
2016)
Salmonella Thyposa
Masuk bersama makanan
dan Minuman
Masuk kesaluran
gastrointestimal
Inflamansi
Bakteri masuk ke usus
(Peradangan)
Pembuluh limfe
Penyebaran
dalam darah
(bakteriamia primer)
Bakteri Retikulo
Masuk ke
mengeluarkan endoteleal (RES)
dalam darah
endotoksin terutama hati dan
limfe
Gangguanpada
Peradangan pusat termoeregulasi
lokal meningkat (pusat pengaturnan HIPERTERMIA
suhu tubuh)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid
menurut pendapat Padila (2013) dalam buku yang di tulis oleh Dewi
dan Meira (2016) terdiri dari:
a. Pemeriksaan leukosit Didalam beberapa literature dinyatakan
bahwa demam typhoid terdapa leucopenia dan limpositosis
relative tetapi kenyataannya leucopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOPT dan SGPT pada klien
typhoid sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan
adanya penyakit typhoid, tetapi bila biakan darah negative
tidak menutup kemungkinan juga tetap dapat terjadi penyakit
typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah tergantung dari
beberapa factor yaitu:
1) Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan 21 media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah saat demam tinggi, yaitu pada saat bakterimia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah
terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam
typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibody
dalam darah klien, antibody ini dapat menekan bakterimia
sehingga biakan darah negative.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan trerhambat dan
hasil biakan mungkin negative.
d. Uji widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen
dan antibody (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
Salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid
juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspense Salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. (Dewi dan
Meira, 2016)
e. Uji Typhidot Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan
IgG yang terdapat pada protein membrane luar Salmonella
typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibody IgM
dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat 50kD, yang terdapat
pada strip nitroselulosa. (Djoko widodo, 2014)
f. Uji IgM Dipstik Uji ini khusus mendeteksi antibody IgM spesifik
terhadap s. typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji
ini menggunakan strip yang mengandung antigen
lipopolisakarida (LKS) S.typhi dan antigen IgM (sebagai control),
reagen deteksi yang mengandung antibody antigen IgM yang
dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip
sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung
uji. Komponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2
tahun pada suhu 4-250 C ditempat kering tanpa paparan sinar
matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada
larutan campuran reagen deteksi dan serum, selama 3 jam
pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air
mengalir dan dikeringkan. Secara semi kuantitatif, diberikan
penilaian terhadap garis uji dengan membandingkan dengan
reference strip. Garis control harus terwarna dengan baik.
(Djoko widodo, 2014)
8. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet
berupa makanan rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, intervena saat belum dapat minum obat, selama
21 hari, atau amoksisilan dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21
hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80
mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan
fluoroquinolon. (Amin & Kusuma , 2015)
I. Pengkajian Ruang
No. Registar : 0013
Ruang : 1B
TGL/Jam MRS : 10 Semtember 2022 09:00
Diagnosa medis : Thiypoid
a. Biodata Pasien
Nama : a/n N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Lubuk Seberuk
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Lubuk Seberuk
Hubungan dengan pasien ayah pasien.
S : 38,2oC
N : 60 x/menit
RR : 24x/ menit
V. Analisa Data
Do.
Pasien Nampak
lemas.
Pucat
Pantau
TTV = 120/80
mmHg
S = 38,40 C
RR = 24 x
/menit.
N = 60 x /menit.
Ds. Mual muntah b/d Kurangnya nutrisi
Pasien cairan dalam
mengatakan tubuh.
muntah ± 4 hari.
Pasien
mengatakanKal
o makan
rasanya pahit .
Pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan.
Do
Lidah pasien
nampak kotor.
Mukosa bibir
kering.
VIII. Implementasi
A. Masalah
teratasi
sebagia
n
P. Masalah
belum
teratasi
semua
interven
si
dilanjut
kan.
P.
Intrvensi
dilanjutk-
an.
IX. Evaluasi.
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah
digunakan untuk menetukan seberapa baik rencana yang telah
dilakukan.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inveksi.
Pada diagnosa pertama berdasarkan evaluasi tanggal 10
September, 2022. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam suhu tubuh pasien sudah normal dengan hasil vital sig, T =
36,6o C. Maka dari hasil tersebut disimpulkan bahwa analisa
masalah teratasi dan rencana selanjutnya mempertahan kan
intervensi yang telah ada, seperti mengkaji tanda-tanda vital
pasien dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
obat.
2. Kurangnya nutrisi dalam tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah. Pada diagnosa ke dua berdasarkan evaluasi pada
tanggal 13 Septemeber 2022. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 Jam maka, hasil dari evaluasi pada diagnosa
keperawatan ini adalah pasien sudah memiliki nafsu makan walau
sedikit-sedikit, tapi sudah sering dan makanan yang disediakan
dari klinik hampir ½ porsi telah dimakan oleh pasiean maka
rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan teratasi dan
selanjutnya kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
untuk dibawa pulang oleh pasien.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan asuhan keperawatan dengan typhoid yang
penulis telah lakukan pada An. N di ruangan 1B di Klinik Dharama
Bhuana Ns. Ng. Nirke,S.Kep Lubuk Seberuk pada tanggal 10 sampai
dengan 18 September 2022 dapat disimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Data pengkajian klien 1 yaitu An. N pada tanggal 10
September 2022 pukul 09.00 di ruang 1B di Klinik Dharama
Bhuana Ns. Ng. Nirke,S.Kep data subjektif klien 1 (An. N) Ibu An. N
mengatakan bahwa bahwa anaknya mengalami penurunan nafsu
makan, mual dan muntah sudah 2 kali. Data obyektif Nadi : 96
x/menit, RR : 26 x/menit, Suhu : 37,6 0C, pemeriksaan
Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum sakit 14 Kg
(BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg, tinggi badan
100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil pemeriksaan
darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL, PLT 207 k/uL,
HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign didapatkan turgor kulit
kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut tidak mudah rontok,
konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering, lidah kotor dan
putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian ujung dan
pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien 105
lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5
sendok makan.. Sehingga dari kedua klien tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien mengalami Typhoid dengan masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal, kurang minat pada makanan, mual dan
muntah, membran mukosa pucat atau kering.
2. Diagnosa
Keperawatan Masalah keperawatan yang menjadi
fokus studi dalam karya tulis ilmiah ini adalah kurangnya nutri
ddalam tubuh berhubungan dengan mual muntah,dan
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi,
kurang minat pada makanan, membran mukosa bibir pucat atau
kering.
3. Intervensi
Keperawatan Intervensi keperawatan yang diberikan
untuk klien 1 dan klien 2 yaitu mengidentifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan
status pernafasan, memberikan makanan dalam porsi kecil dan
lebih sering serta tingkatkan porsi secara bertahap, memberikan
arahan (informasi) bila diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi
mengenai cara meningkatkan asupan energi dri makanan, dan
yang terakhir menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan/atau protokol.
4. Pelaksanaan
Tindakan keparawatan dilakukan selama 3 X 8 jam
pada An. A dan An. M meliputi mengidentifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan
status pernafasan, memberikan makanan dalam porsi kecil dan
lebih sering serta tingkatkan porsi secara bertahap, berikan arahan
(informasi) bila diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi
mengenai cara meningkatkan asupan energi dri makanan, dan
menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
dan/atau protokol.
5. Evaluasi
Hasil yang dicapai untuk klien 1 (An. A) setelah
pemberian asuhan keperawatan pada tanggal 8 sampai dengan 10
Januari 2018 di antaranya masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian dengan di buktikan
ibu klien mengatakan bahwa klien sudah tidak mengalami mual
muntah lagi, ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya sudah
mulai bersedia makan walaupun sediki-sedikit penaikan berat
badan dari BB sebelumnya 12 Kg, BB sekarang 12,5 Kg pada hari ke
3 selama dilakukan perawatan. Sedangkan untuk klien 2 (An. M)
setelah pemberian asuhan keperawatan pada tanggal 10 sampai
dengan 13 Januari 2018 di antaranya masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian dengan di
buktikan klien tidak mengalami mual muntah lagi, penaikan berat
badan dari BB sebelumnya 16 Kg, BB sekarang 16,5 Kg, ibu klien
mengatakan bahwa klien nafsu makanya sudah mulai membaik,
klien juga mau makan walaupun sedikit – sedikit pada hari ke 3
selama dilakukan perawatan.
5.2. Saran
Adapun saran penulis karya tulis laporan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah:
1. Bagi mahasiswa Karya tulis ini diharapkan menjadi sumber bacaan
dan referensi mahasiswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan
sehingga mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan juga dalam
melakukan proses keperawatan anak dengan kasus Typhoid
2. Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dapat lebih
memberikan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa terutama
dalam kegiatan pembelanjaran untuk penerapan asuhan
keperawatan anak dengan Typhoid
3. Bagi lahan praktik
a. Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang
diberikan agar lebih baik khususnya dalam penanganan pada
pasien anak dengan Typhoid.
b. Dapat lebih melibatkan peran orang tua dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan anak sehingga asuhan keperawatan lebih
efektif
4. Bagi klien dan keluarga Diharapkan klien dan keluarga mampu ikut
serta dalam peningkatan dan mempertahankan kemmpuan
perawatan anggota keluarganya, khususnya anggota keluarga yang
terkena Typhoid.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Uta
Baratawidjaja, K,G & Rengganis I. (2012). Imunologi Dasar Edisi ke-10.
Jakarta: FKUI
Gloria, dkk.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Indonesian
Edition. Indonesia: ELSEVIER
Hidayat, A. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusi :Pendekatan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health Book Publishing.
Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:
Erlangga. Nanda Internasional. (2015).
Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi–10. Jakarta: EGC
Nuruzzaman, H & Fariani, S,. (2016). Analisis risiko kejadian demam tifoid
berdasarkan kebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah. Vol. 4 No.
1. (Online), (http://www.e-jurnal.com/m=1, diakses pada 3 Oktober
2017).
Rekam Medis RSTdr. Soedjono Magelang. (2017). Rekapitulasi Pasien
Rawat Inap bulan Januari – Oktober 2017. Magelang: RST dr.
Soedjono Magelang.
Thamrin, Husniah Rubiana dkk. (2008). Informatorium Obat Nasional
Indonesia 2008. Jakarta: Badan Pom
LAMPIRAN