Anda di halaman 1dari 12

{107

Urgensi Doa dalam Kehidupan

URGENSI DOA DALAM KEHIDUPAN

CEK KHAMSIATUN
Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Universitas
Serambi Mekkah Banda Aceh

ABSTRAK
Kajian ini membahas tentang pentingnya doa dalam menjalani kehidupan.
Doa adalah sarana untuk memperoleh kekuatan dalam mencapai tujuan hidup
yang di tujukan kepada Allah. Bagi seorang yang beriman, doa adalah
rutinitas yang senantiasa dilakukan karena menyadari sifat diri sebagai
manusia yang lemah tanpa daya, kecuali hanya dari kekuatan Allah. Doa
adalah ibadah yang agung dan amal shalih yang utama, bahkan ia merupakan
esensi ibadah dan subtansinya. Meminta hanya kepada Allah dan bukan
kepada makhluknya ialah wajib. Sebab, di dalamnya orang yang meminta
menampakkan ketundukan, kerendahan, kebutuhan, kefakiran, serta
pengakuan atas kemampuan yang dimintai untuk mengangkat marabahaya
darinya, memberikan apa yang diminta, meraih manfaat dan menolak
mudharat. Di samping karena kerendahan dan rasa butuh seorang hamba
tidaklah layak ditujukan kecuali hanya kepada Allah, sebab itulah hakikat
sebuah ibadah.

Kata Kunci: Urgensi, Doa, dan Kehidupan.


108}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

A. Pendahuluan
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

َ‫ أُ ْدعُوْنِي أَسَْتجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَ ْدخُلُوْنَ جَهَنَّم‬....
َ‫دَاخِرِيْن‬
“ .... Berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenalkan bagimu, sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepadaku ( berdoa
kepadaku) akan masuk ke neraka dalam keadaan hina dina”

Ibnu katsir menafsirkan, “beribadah kepada-ku” yaitu berdoa


kepada-Ku dan mentauhidkankan-Ku, kemudian Allah juga
mengancam bagi mereka yang menyombongkan diri dari berdoa
kepada-Nya, dalam firman-Nya “ Akan masuk neraka jahannam
dalam keadaan hina dina” yaitu hina dina dan kecil. 2
Doa merupakan perkara yang besar dan agung, sebab, di
dalamnya seorang hamba menampakkan bahwa ia benar-benar fakir
dan butuh kepada Allah, tunduk di hadapan-Nya, tidak seorangpun
yang tidak membutuhkan apa yang ada di sisi Allah, meskipun hanya
sekejap. Berdoa bukan hanya ketika di landa duka nestapa, musibah,
atau bencana, tapi kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun kondisi
kita. Kita harus tetap bermunajat kepada Allah. Karena kita butuh
kepada-Nya, manusia hanyalah makhluk yang dhoif dan butuh
kepada Tuhan-Nya.
Ibnu Qayyim mengatakan, “ Doa Adalah obat yang paling
bermanfaat, dialah lawan bala’, yang akan menolak, membereskan,
dan menahannya agar tidak terjadi, serta akan mengangkat atau
meringankan bila benar-benar terjadi, dialah senjata orang-orang

1
Q.S. Al-Mukmin : 60
2
Hamka, “ Tafsir Al-Azhar” jilid 1, Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia 2005.
{109
Urgensi Doa dalam Kehidupan

beriman. Doa merupakan sebuah pintu yang agung, bila seorang


hamba mengetukknya, akan datang kepadanya kebaikan yang
berturut-turut dan berkah yang melimpah.

B. Pentingnya Doa
Seberapa pentingkah doa dalam kehidupan kita? Perlukah kita
berdoa? Ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh mereka
yang enggan berdoa, mereka yang menganggap bahwa doa itu
tidaklah penting, toh semua permasalahan hidup itu bisa diselesaikan
tanpa berdoa. Atau mereka yang menganggap belum pantas untuk
berharap kepada Allah SWT dikarenakan dosa-dosa mereka yang
teramat banyak dibandingkan amal shalihnya. Ini adalah persepsi
yang keliru, yang harus kita lenyapkan. Bahkan orang yang tidak
pernah berdoa akan digolongkan dalam golongan orang-orang yang
sombong. Pernahkah anda meminta pertolongan kepada teman,
tetangga, atau orang lain yang anda kenal di saat anda mendapat
kesulitan hidup? Apakah pertolongan itu datang begitu saja? Kalau
pertolongan dari makhluk tak kunjung datang, berdoalah. Mintalah
kepada Allah dengan berdoa. Hanya dengan berdoa kita bisa
mengomunikasikan keinginan kita kepada sang pemilik segala yang
ada di alam ini.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

ْ‫َوإِذَ َسَألَكَ عِبَادِى عَنِّى َفإِنِّى قَرِْيبٌ ُأجِيْبُ َدعْ َوةَ الدَّاعِ إِذَا َدعَانِ فَلْيَسَْتجِيْبُوْا لِى‬
.َ‫َولْيُئْمِنُوْا بِى َلعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْن‬
Artinya: “ dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu( Muhammad )
tentang aku, maka ( jawablah), bahwa aku itu dekat, aku akan mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
110}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku), dan hendaklah mereka


beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”3

Berdoa bukanlah kebiasaan orang yang lemah, melainkan


kebiasaan orang yang tahu keberadaan dirinya yang sesungguhnya.4
Orang yang mempunyai iman kepada Allah akan menggunakan
sarana ini dengan sebaik-baiknya, dan menyadari bahwa ia hanyalah
makhluk yang lemah, keberadaannya dimuka bumi ini hanyalah
sebesar noktah dari eksistensi jagat raya, dengan demikian dia sama
sekali tidak berani berlaku sombong apalagi kepada sang pencipta.

C. Syarat Terkabulnya Doa


Doa tidak serta merta akan dikabulkan secara gamblang, tapi
harus melalui beberapa persyaratan, jika persyaratan yang ada
padanya sudah terpenuhi maka dengan izin Allah semua hajat akan
segera terpenuhi, di antara syarat tersebut yaitu:
1. Ikhlas
Hendaklah seorang hamba itu berdoa benar-benar berdoa/
meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selainnya (kepada jin,
dukun, kuburan keramat, pohon-pohon besar, matahari, dsb)
Sebab doa ialah salah satu bentuk dari ibadah. Bahkan dia adalah
bentuk ketaatan yang paling mulia dan ibadah yang utama, dan
Allah tidak menerima sesuatu dari makhlukknya kecuali yang
ikhlas hanya mengharap ridha-Nya.

3
Q.S. Albaqarah : 186
4
Agus Riyanto, “ Bangkit, Maju, dan Raih Mimpi” PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta 2013, hal : 216.
{111
Urgensi Doa dalam Kehidupan

َ‫الديْنِ وَلَ ْو كَرِهَ اْلكَافِرُوْن‬


ِّ ُ‫صيْنَ لَه‬
ِ ِ‫فَا ْدعُوْاهللَ ُمخْل‬
“ Maka berdoalah kepada Allah dengan memurnikan ibadah kepada-
Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya” 5

Jadi, tidak bisa dipungkiri, hanya dengan menghadirkan hati


yang ikhlas kepada Allah untaian doa itu akan terkabulkan.
2. Bersabar dan tidak tergesa-gesa
Abu Hurairah salah seorang sahabat Nabi berkata,
Rasulullah SAW bersabda:

ْ‫سَتجِبْ لِي‬
ْ ‫سَتجَابُ ِلأَحَدِكُمْ مَالَمْ يَ ْعجَلْ يَقُوْ ُل َدعَوْتُ فَلَمْ َي‬
ْ ‫ُي‬
“ Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak
tergesa-gesa, yaitu ia berkata, saya sudah berdoa, tapi kenapa
belum dikabulkan?” 6

Di dalam hadits di atas terdapat salah satu adab dalam


berdoa. Yaitu, selalu meminta dan tidak putus asa menanti
jawaban karena di dalamnya terdapat ketundukan, kepasrahan,
dan menampakkan kefakirannya kepada Allah SWT.
Di dalam kitab jawabul kafi ibnu Qayyim mengatakan, “
diantara penghalang buah doa ialah manakala seorang hamba
tergesa-gesa dan merasa akan lambat jawaban, kemudian dia
berputus asa dan tidak berdoa lagi. Ini seperti orang yang menabur
benih atau menanam tanaman, lalu ia benar-benar merawat dan
menyiramnya. Namun, manakala ia merasa akan lambatnya
pertumbuhan dan tidak mendapatkan hasilnya (karena lama
berbuah), ia kemudian membiarkannya. Nah, hal-hal seperti inilah

5
Q.S. Al-Mukmin: 14
6
H.R. Bukhari –Muslim ( Riyadhus Shalihin, Imam Annawawi, hal 869)
112}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

yang mesti kita waspadai, jangan sampai syaithan membuat kita


berputus asa dari berdoa kepada Allah SWT.
3. Bertaubat dari berbagai maksiat
Banyak di antara kita yang mengeluh mengapa doanya
tidak terkabulkan, namun sedikit sekali yang menyadari bahwa
salah satu penyebab terhalangnya doa adalah maksiat yang pernah
dilakukan dan belum bertaubat. Kemaksiatan adalah biang dari
segala musibah yang menimpa, seperti contoh musibah tsunami di
Aceh, banjir di Jakarta, dan musibah lainnya yang melanda
nusantara kita, itu semua tidak lepas dari maksiat yang pernah kita
lakukan.
Perumpamaan orang yang berdoa tapi juga berbuat
maksiat, seperti orang yang memerangi seorang raja di dunia ini
dan mengadakan permusuhan dalam waktu yang cukup lama, lalu
suatu saat dia datang untuk memohon kebaikan dan bantuuanya.
Apakah permintaan orang tersebut akan dikabulkan? Tentulah ia
tidak akan mendapatkan apa yang ia minta kecuali kalau ia
memperbaiki hubungannya lagi dengan sang raja. Begitulah
perumpamaan orang yang berdoa kepada Allah SWT namun
maksiat jalan terus. Jadi, bertaubatlah dari dosa yang pernah kita
lakukan, agar doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT
terijabahkan karena Allah ridha dengan kita.
4. Makan dan minumlah dari rezeki yang halal.
Orang yang berdoa haruslah mengetahui bahwa sebab lain
terkabulnya doa adalah mengkonsumsi makanan yang halal dan
tidak memasukkan makanan yang haram ke dalam perutnya. Bila
seorang hamba sudah memiliki sifat yang demikian maka ia akan
{113
Urgensi Doa dalam Kehidupan

merasakan jawaban pada setiap doanya dan efek baik darinya.


Maka, bagi orang-orang yang lalai dari sebab-sebab dikabukannya
doa, waspadalah terhadap harta yang masuk ke dalam kantong
kalian dan waspadalah terhadap makanan yang masuk ke dalam
perut kalian.
5. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:

ٍ‫جيْبُ ُدعَاءً مِنْ قَ ْلب‬


ِ ‫سَت‬
ْ ‫أُ ْدعُوْا اهللَ وََأنْتمْ مُوِْقنُ ْونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اهللَ لَاَي‬
ٍ‫غَافِلٍ لَاه‬
“ Berdoalah kalian kepada Allah dan yakinlah doa kalian akan
diijabahkan. Sebab, Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati
yang kosong dan lalai”.

Dalam hadits Qudsi Rasulullah bersabda: “Allah SWT


berfirman”

ْ‫َأنَا ِعنْدَ ظَنِّ َعبْ ِديْ ِبيْ وََأنَا مَعَهُ َحيْثُ يَذْكُ ُرنِي‬
“ Aku bagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan aku
akan senantiasa bersamanya selama is mengingati-Ku”

Jadi, berbaik sangkalah kepada Allah, yakinlah doamu akan


di kabulkan.
6. Kehadiran hati
Menghadirkan hati ketika berdoa adalah salah satu kunci
terkabulnya doa, maksudnya adalah mentadabburi makna dari
apa yang di ucapkan. Tidak mesti dengan berbahasa arab, bahasa
apa saja pun boleh berdoa, karena Allah maha mengetahui apa
yang kita ucapkan, sekalipun itu dari dasar hati.
114}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

D. Jika Doa Belum Terkabulkan


Banyak orang berdoa dan terus berdoa, pagi malam berdoa.
Keinginan saat itu hanya satu: ia ingin permintaannya segera terkabul.
Namun, waktu demi waktu berlalu, ternyata apa yang ia minta dalam
doa belum juga terwujud. Pikiran mulai goyah. Dalam hatinya timbul
berbagai pertanyaan “ kenapa doaku tidak juga terkabulkan? Apakah
Allah mendengar doaku?”
Hati-hati, jangan sampai pikiran kita terkotori dengan
prasangka yang negatif kepada Allah SWT. Dalam berdoa kita butuh
kesabaran dan iman yang kuat. Jangan sampai kita berpikir doa kita
tidak didengar, apalagi tidak dikabulkan. Apapun yang kita doakan,
asalkan itu untuk kebaikan, bagi diri kita ataupun orang lain semua
itu akan kembali kepada kita. Tidak ada kerugian apa pun jika kita
berdoa meskipun adakalanya doa kita tidak terlaksana seperti apa
yang kita minta. Allah SWT punya cara dan seni tersendiri dalam
mengabulkan doa-doa hambanya.
Tahapan-tahapan dalam pengabulan doa itu ada tiga cara,
yaitu:
1. Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang
kita inginkan, Boleh jadi apa yang kita minta belum cocok
dengan kita dan akan berakibat buruk, maka Allah
memberikan dengan yang lain yang lebih cocok dengan kita.
Sebagai contoh: kita minta diberikan mobil tapi Allah berikan
kita sepeda motor, karena Allah maha tau kalau untuk saat ini
kita sangat membutuhkan sepeda motor bukan mobil.
Demikian pula contoh-contoh lain dalam kehidupan kita.
2. Doa-doa kita akan disimpan pahalanya di akhirat kelak sebagai
investasi tambahan amal ibadah kita.
{115
Urgensi Doa dalam Kehidupan

3. Di ganti dengan yang lain, misalnya dihindari dari musibah


atau bahaya.
Yang harus kita perhatikan adalah, bukan hanya berdoa saja,
tapi harus diiringi dengan ikhtar. Karena doa tanpa usaha adalah sia-
sia, dan usaha tanpa doa itu dalah bohong. Jadi keduanya haruslah
beriringan, dan setelah semua itu terlaksana dengan baik maka yang
terakhir adalah tawakkal kepada Allah. Kita serahkan semua urusan
kita kepada Allah, biarlah Allah yang menentukan hasilnya, kita
sebagai hamba hanya di tuntut berdoa dan berusaha. Allah akan
melihat prosesnya bukan hasilnya, karena hasil itu adalah haknya
Allah SWT.

E. Adab-Adab Dalam Berdoa


Doa memiliki adab-adab yang wajib diperhatikan oleh orang
yang berdoa agar apa yang minta bisa terkabulkan dan hajatnya
terlaksana. Di antara adabnya yaitu:7
1. Memanfaatkan waktu-waktu yang berkahi, seperti hari Arafah,
bulan Ramadhan, hari Jumat, dan waktu sahur.
2. Memanfaatkan kondisi-kondisi yang utama, seperti pada
waktu sujud, saat perang berkecamuk, turun hujan, dan waktu
antara azan dan iqomah. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:

َ‫الدعَاء‬
ُّ ‫أَقْرَبُ مَاَيكُ ْونُ الْ َعبْدُ مِنْ رَبِّهِ َوهُوَ سَاجِدٌ َفأَكْثَرُوْا‬
“ Waktu terdekat antara hamba dan Rabbnya adalah di saat ia sedang
bersujud, maka perbanyaklah doa padanya”

7
Hasan bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah, PT.Aqwam,2010, Solo.
Hal:115
116}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

3. Menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan.


4. Merendahkan suara
5. Merendahkan diri, khusyu’, cemas dan penuh harap.
6. Meminta dengan kesungguhan serta yakin akan
dikabulkannya dan benar-benar berharap.
7. Mendesak dalam berdoa serta mengulanginya tiga kali dan
tidak menganggap lambat terkabulnya doa.
8. Membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.
9. Tidak mengiringi doa dengan ucapan apabila engkau
berkehendak. Seperti seseorang yang berdoa “ Ya Allah,
Ampunilah aku jika engkau berkehendak, dan semisalnya.
Karena di dalamnya tersirat ketidakbutuhan kepada apa
yang diminta.
10. Tidak berdoa yang jelek.

F. Waktu-Waktu Emas Untuk Berdoa


Doa di anjurkan untuk dipanjatkan setiap saat dan kondisi,
tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu. Namun, ada beberapa
kondisi dan waktu utama yang memiliki keistimewaan dalam
pengabulan doa. Diantaranya: 8
1. Malam Lailatul Qadar
2. Hari Arafah
3. Bulan Ramadhan
4. Malam Jum’at, hari Jum’at atau waktu Jumat
5. Pertengahan malam
6. Waktu sahur, yaitu bagian paling akhir malam.

8
Hasan bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah,.... hal 119
{117
Urgensi Doa dalam Kehidupan

7. Saat dikumandangkan azan.


8. Antara azan dan iqomah
9. Di saat iqomah
10. Di penghujung shalat-shalat wajib
11. Di waktu sujud
12. Saat membaca Al-Quran, terlebih ketika telah
mengkhatamkannya ( selesai juz 30)
13. Di saat minum air zam-zam
14. Ketika imam mengucapkan “waladh dhallin” dari surat
alfatihah.
15. Ketika berada dalam majelis ilmu.

G. Penutup
Ada kata-kata hikmah yang perlu kita renungkan, yang di
sampaikan oleh ibnu Athailah dalam kitabnya tasawufnya Al-Hikam,
yaitu : “ bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa
padahal engkau sendiri tidak mengubah dirimu dari kebiasaanmu?
Kita banyak meminta, banyak berharap kepada Allah, tapi sibuknya
meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri” 9
Jadi, disamping kita meminta kepada Allah, sudah selayaknya
jugalah kita sebagai hambanya juga memenuhi semua apa yang
diperintahkan oleh Allah, dan juga menjauhi semua yang
dilarangkannya, agar terciptanya keseimbangan antara khaliq dan
makhluk. Semoga bermanfaat. wallahu’alam.

9
Agus Riyanto, “ Bangkit, maju, dan raih mimpi” .... hal 219
118}
Vol. 3, No. 1, Januari 2015

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto, “ Bangkit, Maju, dan Raih Mimpi” PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta 2013
H.R. Bukhari –Muslim, Riyadhus shalihin, Imam Annawawi
Hamka, “ Tafsir Al-Azhar” jilid 1, Jakarta: PT. Mitra Kerjaya
Indonesia 2005
Hasan bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah, PT. Aqwam, 2010,
Solo
Merrikhi, P. (2014). The Effect of Knowing the Main Idea of a Text on
Answering Multiple-Choice Questions Which Look for the
Details of the Text. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 51-66.
Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan
Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia.
International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.
Tabrani ZA. (2013). Modernisasi Pengembangan Pendidikan Islam
(Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan). Serambi Tarbawi, 1(1),
65-84.
Tabrani ZA. (2014a). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Darussalam Publishing.
Tabrani ZA. (2014b). Islamic Studies dalam Pendekatan
Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma
Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.
Tsai, K. (2014). A Journey to the Qualitative Wonderland: Lessons
Learned for Novice Researchers. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3),
39-50.

Anda mungkin juga menyukai