Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dan teknik

concurrent embedded dengan data kualitatif lebih dominan daripada data

kuantitatif yang diadaptasi dari Creswell (2016). Jenis penelitian mixed methods

dengan strategi concurrent embedded (Sugiyono, 2017) yang digunakan pada

penelitian ini tersaji pada gambar sebagai berikut:

Pengumpulan dan
Analisis Data
Fokus dan KUALITATIF
Rumusan Kajian Teori
Masalah Pengumpulan dan
Analisis Data
Kuantitatif

Analisis Data
Kesimpulan Penyajian Data KUAL dan
dan Saran Hasil Penelitian Kuan

Gambar 3.1 Metode penelitian kombinasi concurrent embedded

Rancangan penelitian kualitatif diawali dengan studi pendahuluan untuk

mendapatkan keterangan dari guru fisika dan peserta didik tentang model

pembelajaran yang selama ini diterapkan serta kemampuan awal analogi peserta

didik. Data studi pendahuluan digunakan sebagai dasar sebelum melatihkan

kemampuan analogi berbasis BBL di lapangan. Desain penelitian ini

dikembangkan berdasarkan paradigma penelitian kualitatif yang mencoba


mengungkap profil kemampuan analogi siswa dalam memecahkan masalah pada

model BBL, pengaruh model BBL terhadap kemampuan analogi siswa, hubungan

kemampuan analogi dengan hasil belajar kognitif siswa, dan respon siswa

terhadap pembelajaran berbasis BBL.

Hasil belajar kognitif fisika siswa merupakan data kuantitatif yang berguna

memperkuat data sebelumnya. Data kuantitatif diperoleh melalui metode kuasi

eksperimen dengan desain penelitian randomized control group design yang

berupaya mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Penelitian ini memberikan perlakuan

eksperimental dan kontrol kepada kelompok-kelompok utuh,

mengadministrasikan pretest kepada kedua kelompok, melakukan kegiatan

pelaksanaan eksperimental hanya dengan kelompok eksperimen, dan setelah itu

mengadministrasikan posttest untuk mengakses perbedaan di antara kedua

kelompok (Creswell, 2015:608). Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

Pengukuran Perlakuan Pengukuran


(Pretest) (Posttest)
Kelompok Eksperimen O X1 O
Kelompok Kontrol O X2 O

Gambar 3.2 Desain Penelitian

Keterangan:

O = Pengukuran pretest dan posttest

X1 = Model pembelajaran berbasis BBL

X2 = Model pembelajaran PBL


Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan, yang meliputi kegiatan

studi literatur berupa analisis jurnal dan telaah materi, kemudian studi lapangan

berupa observasi proses pembelajaran di sekolah. Tahap selanjutnya adalah

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan analisis hasil belajar

dalam melatihkan kemampuan analogi pada model BBL. Adapun skema prosedur

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3.

3.2 Fokus Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMAN 1 Andong Boyolali

Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan Maret sampai April 2018. Pengambilan subjek ini berdasarkan

pertimbangan bahwa kelas X sudah memperoleh konsep fisika di bangku SMP

sehingga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Uji

coba instrumen dilakukan di kelas XI yang telah diajarkan materi usaha dan

energi. Instrumen yang diujicobakan akan digunakan sebagai tes evaluasi hasil

belajar pada kelas penelitian.

Fokus penelitian terletak pada kajian 1) profil kemampuan analogi siswa

dalam memecahkan masalah pada model BBL, 2) pengaruh model BBL dengan

kemampuan analogi, 3) hubungan kemampuan analogi terhadap hasil belajar

kognitif siswa, dan 4) respon siswa terhadap pembelajaran berbasis BBL.


Studi Pendahuluan
 Literatur : analisis jurnal berkaitan dengan kemampuan analogi dan
pembelajaran berbasis otak, telaah materi
 Studi lapangan : observasi proses pembelajaran, kondisi siswa, guru dan
sekolah serta sarana dan prasarana

Membuat rumusan masalah, landasan teori dan hipotesis

Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

Tes kemampuan analogi dan hasil belajar kognitif (pretest)

Pembelajaran berbasis BBL untuk melatihkan kemampuan analogi

Tes kemampuan analogi dan hasil belajar kognitif (posttest)


K
U
Pemberian angket respon dan wawancara
K
U
Profil kemampuan Hubungan model BBL
analogi siswa pada terhadap kemampuan
model BBL analogi siswa

Hubungan kemampuan Respon siswa terhadap


analogi dan hasil belajar pembelajaran berbasis
kognitif siswa BBL

Hasil tes kemampuan analogi


Hasil belajar kognitif fisika

Gambar 3.3 Langkah Kerja Penelitian


3.3 Data dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian berasal dari data primer yang pengumpulannya dilakukan

oleh peneliti dari sumber pertama (data diperoleh langsung dari responden) dan

data sekunder berasal dari data hasil tes kemampuan analogi dan hasil belajar

kognitif siswa. Data penelitian yang dikumpulkan berbentuk lisan dan tertulis.

Data dan sumber data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data Penelitian

No Data Penelitian Sumber Data Bentuk


Data
1 Kondisi pembelajaran fisika Guru dan Lisan
Peserta Didik
2 Profil kemampuan analogi siswa dalam Peserta Didik Tertulis
memecahkan masalah pada model BBL
3 Pengaruh model BBL terhadap Peserta Didik Tertulis
kemampuan analogi
4 Hubungan kemampuan analogi siswa Peserta Didik Tertulis
terhadap hasil belajar kognitif pada
model BBL
5 Respon siswa terhadap pembelajaran Peserta Didik Lisan
berbasis BBL Tertulis

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Proses pembelajaran akan dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan

rencana dan hasil yang diharapkan dengan mempersiapkan instrumen

pembelajaran dalam penelitian. Instrumen pelaksanaan pembelajaran pada

penelitian ini, yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Diskusi Siswa (LDS), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal, dan lembar observasi

pembelajaran. Instrumen yang akan digunakan tersebut dilakukan uji validasi

terlebih dahulu sebelum diterapkan dalam pembelajaran.


Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa tes kemampuan

analogi dan tes hasil belajar kognitif, angket respon siswa dan pedoman

wawancara. Pada penelitian ini pengumpulan data kualitatif sebagai metode

primer, peneliti sebagai human instrument yang berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengambilan data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Bersamaan dengan pengumpulan data kualitatif (metode primer) juga dilakukan

pengumpulan data kuantitatif (metode sekunder) (Sugiyono, 2017).

Teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari: 1) data proses pembelajaran BBL, 2) angket respon siswa, dan 3)

wawancara. Pengumpulan data kuantitatif dengan tes tertulis agar subjek dapat

mengapresiasikan penjelasannya secara tertulis terhadap suatu persoalan serta

untuk mengetahui hasil belajar kognitif dengan pembelajaran berbasis BBL.

Rangkuman teknik dan instrumen pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Jenis Data Teknik Instrumen
Pengumpulan Data
Kualitatif
1. Profil kemampuan analogi Pretest dan posttest Tes kemampuan
siswa pada model BBL analogi
2. Pengaruh model BBL Pretest dan posttest Tes kemampuan
terhadap kemampuan analogi analogi
3. Hubungan kemampuan Posttest Tes kemampuan
analogi terhadap hasil belajar analogi dan tes hasil
kognitif siswa belajar kognitif
4. Respon siswa terhadap Angket Angket respon
pembelajaran berbasis BBL Wawancara Lembar wawancara
Kuantitatif
Hasil belajar kognitif siswa pada Pretest dan posttest Tes hasil belajar
pembelajaran berbasis BBL kognitif
3.5 Analisis Uji Coba Instrumen

3.5.1 Validitas Isi

Pada penelitian ini, validitas soal dilakukan secara content validity (validitas

isi). Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi tes itu sendiri sebagai alat

pengukur hasil belajar peserta didik. Validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2017). Secara teknis pengujian validitas dapat dibantu dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada kisi-kisi instrumen terdapat variabel yang

diteliti, indikator sebagai tolak ukur, dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan

yang telah dijabarkan dari indikator. Validitas isi dilakukan dengan cara meminta

pertimbangan dari para ahli tentang ketepatan suatu instrumen untuk mengukur

kemampuan yang hendak dicapai.

Penilaian instrumen dilakukan oleh dua validator ahli. Sistematika validasi

yaitu validator menuliskan penilaiannya, saran, dan komentar pada lembar

validasi. Instrumen yang telah dinilai oleh para validator tidak memerlukan uji

coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka (Sudjana, 2014).

Butir instrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar

terhadap skor total. Validitas butir soal diketahui menggunakan rumus korelasi

product moment (Widoyoko, 2014) sebagai berikut.

N ∑ XY −( ∑ X )(∑ Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X) }{N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2

Keterangan:

r xy = koefisien korelasi antara variable X dan Y


X = skor butir soal

Y = skor total

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan

harga r xy dengan harga kritik sebesar 0,3. Apabila r xy lebih besar atau sama

dengan 0,3 (r xy ≥ 0,3 ) maka nomor butir soal dikatakan valid. Jika r xy lebih kecil

dari 0,3 (r xy <0,3) maka nomor butir soal dikatakan tidak valid (Widoyoko, 2014).

3.5.2 Reliabilitas Tes

Instrumen dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang

tetap atau konsisten apabila diterapkan berkali-kali pada waktu atau kesempatan

berbeda (Widoyoko, 2014). Reliabilitas berkenaan dengan tingkat kepercayaan

dari pertanyaan sesuai kriteria yag telah ditetapkan. Reliabilitas soal tes dihitung

dengan rumus Alpha

( )( )
2
k ∑ σb
r 11 = 1− 2
k−1 σt

2
2 (∑ X )
∑X −
2 N
σ b=
N

Keterangan:

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan


2
∑σb = jumlah varians butir

σ 2t = varians total

X = skor total
Kriteria pengujian reliabilitas tes dibandingkan dengan harga kritik atau

standar reliabilitas sebesar 0,7. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika

mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2014).

3.5.3 Daya Beda

Daya beda butir soal menunjukkan tingkat kemampuan butir soal

membedakan antara peserta tes yang pandai (kelompok atas) dengan kelompok

peserta tes yang kurang pandai (kelompok bawah). Daya beda digunakan untuk

menentukan kemampuan butir soal membedakan kelompok aspek yang diukur

sesuai perbedaan yang ada pada kelompok tersebut. Adapun rumus untuk mencari

indeks daya beda (Widoyoko, 2014) sebagai berikut

Ba−Bb
D=
1
N
2

Keterangan :

D = Daya beda

Ba = Jumlah jawaban benar kelompok atas

Bb = Jumlah jawaban benar kelompok bawah

N = jumlah peserta tes dalam kelompok atas dan bawah

Semakin tinggi daya beda suatu butir soal, maka semakin baik butir soal

tersebut. Kriteria yang digunakan untuk menentukan indeks daya beda dan

kualitas soal seperti pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Hubungan antara daya beda dengan kualitas butir soal

Daya Beda Kualitas Butri Soal


0,41 – 1,00 Sangat baik, dapat digunakan
Daya Beda Kualitas Butri Soal
0,31 – 0,40 Sukup baik, dapat digunakan dengan revisi
0,21 – 0,30 Kurang baik, perlu pembahawan dan revisi
0,00 – 0,20 Tidak baik, dibuang atau diganti
(Widoyoko, 2014)

3.5.4 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesulitan soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa

dalam menjawab, bukan dari sudut pandang pembuat soal. Angka yang

menunjukkan sulit atau mudahnya suatu butir soal disebut indeks kesulitan yang

dilambangkan dengan p (propotion correct). Tingkat kesulitan butir soal berkisar

antara 0,0 sampai dengan 1,0. Semakin besar nilai p berarti semakin besar

proporsi menjawab benar terhadap suatu butir soal karena tingkat kesulitan soal

makin rendah. Sebaliknya semakin kecil nilai p berarti semakin kecil proporsi

menjawab benar karena tingkat kesulitan soal yang semakin tinggi (Widoyoko,

2014). Rumus untuk menghitung tingkat kesulitan adalah

p=
∑b
N

Keterangan:

p = tingkat kesulitan butir

∑b = jumlah peserta yang menjawab benar

N = jumlah peserta tes

Tingkat kesulitan tes hasil belajar yang dianggap baik berkisar sekitar

0,50. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kesulitan dan kualitas

butir soal seperti pada Tabel 3.4.


Tabel 3.4 Hubungan antara tingkat kesulitan dengan kualitas butir soal

Tingkat Kesulitan Kualitas Butir Soal


0,91 – 1,00 Sangat mudah, butir soal tidak baik, tidak digunakan
0,71 – 0,90 Mudah, nutir soal kurang baik, direvisi
0,31 – 0,70 Sedang, butir soal cukup baik, digunakan
0,21 – 0,30 Sulit. Butir soal kurang baik, direvisi
0,00 – 0,20 Sangat sulit, butir soal tidak baik, tidak digunakan
(Widoyoko, 2014)

3.6 Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data.

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono,

2016). Triangulasi data kemampuan analogi siswa dengan cara mendeskripsikan

data secara rinci yang diperoleh dari narasumber. Konfirmabilitas data diperoleh

dengan cara menghindari subjektivitas peneliti dalam pengumpulan data dengan

cara membuat pedoman wawancara, pedoman penilaian tes, dan menyajikan data

sesuai hasil di lapangan. Teknik keabsahan data diperlihatkan pada Tabel 3.5

berikut.

Tabel 3.5 Keabsahan Data Penelitian


Tinjuan Sumber Data Teknik Langkah
Penelitian Triangulasi
Kemampuan Guru Teori  Menguraikan dan
analogi siswa  Wawancara Sumber Data menghubungkan
pada model BBL Peserta didik Metode data yang telah
 Angket terkumpul dengan
 Wawancara data lain
Tinjuan Sumber Data Teknik Langkah
Penelitian Triangulasi
 Tes  Mengecek
informasi kepada
narasmber
 Mengecek metode
pengumpulan data

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman

(2014). Analisis data secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai

tuntas. Analisis data berlangsung bersaman dengan proses pengambilan data yang

lain. Data yang diperoleh dari responden disimpan dan direkap untuk kemudian

dianalisis. Aktivitas analisis data yang dilakukan yaitu dengan merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal penting untuk menemukan tema

dan pola (data reduction), menyajikan data dalam sebuah pola yang sesuai dengan

kajian (data display), dan menarik sebuah hipotesis dan deskripsi suatu objek

yang jelas (conclusion drawing) atau verifikasi. Proses analisis data disajikan pada

Gambar 3.4.

Data
collection
Data
display

Data
reduction
Data
drawing/verifying

Gambar 3.4 Tahapan analisis data Miles dan Huberman


3.7.1 Analisis Pendahuluan

Dokumen yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis

digunakan sebagai dasar pada kegiatan studi pendahuluan. Hasil dokumen juga

dipakai sebagai dasar yang memperkuat setiap langkah penelitian yang

dilaksanakan. Hasil wawancara dianalisis secara kualitatif. Analisis hasil

wawancara dengan guru dan peserta didik digunakan sebagai dasar perlunya

dilakukan penelitian ini.

3.7.2 Analisis Profil Kemampuan Analogi pada BBL

Profil kemampuan analogi siswa dianalisis menggunakan statistik

deskriptif. Profil kemampuan analogi ditinjau melalui tahapan penalaran analogi

dalam memecahkan permasalahan. Data kemampuan analogi siswa diperoleh

berdasarkan hasil tes kemampuan analogi yang dianalisis secara kualitatif. Data

yang diperoleh dari tes dianalisis sesuai tahapan penalaran analogi dalam

memecahkan permasalahan berdasarkan indikator yang disusun oleh Clement

(1993) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Tahapan Penalaran Analogi Siswa

Tahap Penalaran Indikator


Analogi
1. Menyebutkan informasi yang diketahui pada
Generating the masalah sumber dan masalah target
analogy 2. Menyebutkan apa yang ditanyakan pada masalah
sumber dan masalah target
1. Memeriksa kembali hal-hal yang bersesuaian
Evaluating the antara masalah sumber dan masalah target
analogy relations 2. Menyebutkan hubungan analogi antara masalah
sumber dan masalah target
Tahap Penalaran Indikator
Analogi
1. Menyelesaikan masalah sumber dengan
menggunakan metode yang benar
Understanding the 2. Menganalisis dan memperhatikan metode
analogy case penyelesaian pada masalah sumber dan dapat
merencanakan penyelesaian masalah target
1. Mentransfer metode pengerjaan dari masalah
Transfering findings sumber ke masalah target
2. Menentukan jawaban pada masalah target

Masalah yang diajukan berkaitan dengan materi usaha dan energi. Profil

kemampuan analogi dianalisis berdasarkan tahapan penalaran analogi dalam

memecahkan masalah yang diberikan dalam bentuk soal. Data hasil tes

kemampuan analogi dianalisis dengan mengelompokkan siswa pada tahapan

penalaran yang berhasil dicapai. Data diperdalam menggunakan wawancara untuk

menggali informasi yang tidak diperoleh dari lembar jawaban siswa sehingga data

dapat dibandingkan dengan jawaban siswa secara tertulis.

3.7.3 Analisis Pengaruh Model BBL terhadap Kemampuan Analogi Siswa

Kelas kontrol menerapkan pembelajaran berbasis Problem Based Learning

(PBL) Model PBL yang diterapkan pada kelas kontrol digunakan sebagai

pembanding untuk mengetahui pengaruh model BBL terhadap kemampuan

analogi siswa. Pengaruh model pembelajaran yang diterapkan terhadap

kemampuan analogi siswa dianalisis melalui hasil tes kemampuan analogi pada

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data dianalisis menggunakan nilai tes

kemampuan analogi yang diberikan sebelum dan setelah pembelajaran berbasis

BBL. Peningkatan hasil tes kemampuan analogi pada masing-masing model


pembelajaran dibandingkan untuk mendeskripskan pengaruh model yang

digunakan terhadap kemampuan analogi siswa.

Uji peningkatan kemampuan analogi siswa dapat diukur dengan

menggunakan rumus gain ternormalisasi ⟨ g ⟩ yang didasarkan dari skor pretest dan

posttest (Hake, 1998) melalui persaman

⟨ s post ⟩− ⟨ s pre ⟩
⟨ g ⟩=
100 %−⟨ s pre ⟩

Keterangan:

⟨g⟩ = nilai gain antara pretest dan posttest

⟨ s post ⟩ = skor rata-rata posttest

⟨ s pre ⟩ = skor rata-rata pretest

Kriteria perolehan gain ternormalisasi ditampilkan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Kriteria gain ternormalisasi


Nilai Kriteria
⟨ g ⟩ < 0,3 Rendah
0,3 ≤ ⟨ g ⟩ ≤ 0,7 Sedang
⟨ g ⟩ > 0,7 Tinggi
(Hake, 1998)

Keberartian (signifikansi) dari gain aktual ditentukan dengan uji-t untuk

sampel berpasangan dengan menggunakan taraf signifikansi α =0,05 (Hake,

1998).

3.7.4 Hubungan Kemampuan Analogi Siswa terhadap Hasil Belajar

Kognitif Siswa pada Model BBL


Hubungan kemampuan analogi terhadap hasil belajar kognitif siswa

dianalisis melalui uji korelasi. Uji korelasi digunakan untuk mengukur derajat

hubungan antara kemampuan analogi dengan hasil belajar kognitif siswa.

Hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara kemampuan analogi dengan hasil

belajar kognitif fisika siswa

Hi : ada hubungan yang signifikan antara kemampuan analogi dengan hasil belajar

kognitif fisika siswa

Hipotesis tersebut di uji dengan menggunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment. Teknik tersebut digunakan untuk mencari tingkat keeratan

hubungan antara dua variabel dengan cara memperkalikan momen-momen (hal-

hal penting) kedua variabel (Arifin, 2014). Korelasi Pearson Product Moment

menggunakan persamaan

r=
∑ xy
√(∑ x2 ∑ y 2)
Keterangan:

r = korelasi antara variabel X dan Y

X = nilai kemampuan analogi siswa

Y = nilai hasil belajar

Hipotesis diuji dengan membandingkan nilai rhitung dikonsultasikan dengan

rtabel pada taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika r hitung ≥

rtabel (Arifin, 2014). Signifikan hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan

persamaan
r
t=


2
1−r
n−2

Keterangan:

t = uji t koefisien korelasi

n = banyak peserta tes


2
r = koefisien korelasi

Pengujian hipotesis pada taraf signifikansi 5% membandingkan nilai thitung

dikonsultasikan dengan ttabel. Berdasarkan kriteria pengujian maka Ho ditolak jika

thitung ≥ ttabel (Arifin, 2014).

Interpretasi secara sederhana terhadap nilai r pada umumnya digunakan

pedoman seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.8

Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,80 – 1,000 Sangat kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
(Gunawan, 2013)

3.7.5 Analisis Respon Siswa

Lembar angket digunakan untuk melihat respon peserta didik terhadap

pembelajaran berbasis BBL dalam melatihkan kemampuan analogi. Angket yang

digunakan berbentuk skala Likert dengan 5 pilihan jawaban. Menurut Sugiyono

(2015) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Respon siswa terhadap

pembelajaran berbasis BBL diukur dengan skala Likert yang mempunyai rentang

skor dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Skor Alternatif Jawaban Siswa

Jawaban Siswa Skor


Sangat setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak sesuai (TS) 2
Sangat tidak sesuai (STS) 1
Sugiyono (2015)

Total skor pertanyaan angket dengan skala Likert kemudian dihitung

persentasenya dengan ketentuan sebagai berikut.

jumlah skor
persentase skor= ×100 %
jumlah skor maksimal

Klasifikasi respon siswa terhadap pembelajaran seperti pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Klasifikasi respon siswa terhadap pembelajaran


Skor Jawaban Klasifikasi Sikap
≤ 40% Sangat Kurang Baik
> 40% - 55% Kurang Baik
> 55% - 70% Cukup Baik
> 70% - 85% Baik
> 85% - 100% Sangat Baik
(Sugiyono, 2015)

Anda mungkin juga menyukai