Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 2

Aulia Nikmayukha 19105011003


Muhammad Adjie A 19105011005
Umi maesaroh 19105011014
Dea Ernawati 19105011018
Risyda Faila Sufa 19105011028
Kristina Fajarwati 19105011023
Mirna susilawati 19105011034
KASUS
01
Skrining resep pada pasien rawat inap
dengan diagnosis peptic ulcer, keluhan
dispepsia dengan BAB sedikit
berdarah.

Riwayat alergi: antibiotik golongan


betalaktam
Skrining Administratif
Kajian administratif meliputi:
● Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat
badan; LENGKAP
● Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf; LENGKAP
● Tanggal penulisan Resep. LENGKAP
Skrining Farmasetis
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
● nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan ADA
● dosis dan Jumlah Obat; TIDAK ADA JUMLAH
OBAT
● Stabilitas TIDAK ADA OBAT YANG DICAMPUR
● aturan dan cara penggunaan BEULM ADA
CARA PENGGUNAAN OBAT
Skrining Klinis
Pertimbangan klinis meliputi:
● ketepatan indikasi, dosis Obat dan waktu
penggunaan BELUM ADA WAKTU
PENGGUNAAN OBAT
● aturan, cara dan lama penggunaan Obat; tidak
ada jumlah obat yang diberikan. Dan pemberian
klaritomisin seharusnya sehari 2 kali (Dipiro
edisi 11)
● Duplikasi dan/atau polifarmasi; TIDAK ADA
● Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek
samping Obat, manifestasi klinis lain): Pasien
alergi tehadap antibiotik golongan betalaktam
sehingga tidak bisa menggunakan antibiotik
amoxicilin. Untuk penggantinya bisa
menggunakan antibiotik metronidazol 500mg 2
kali sehari.
Skrining Klinis
● Kontra indikasi; TIDAK ADA. Pasien tidak alergi
terhadap metronidazol dan tidak sedang hamil
trimester pertama

● Interaksi. TERDAPAT INTERAKSI MINOR antara


klaritomisin dengaan omeprazol. Klaritomisin
dapat meningkatkan dan memperpanjang
konsentrasi plasma omeprazole
PERMASALAHAN DALAM RESEP
1. Pasien alergi terhadap antibiotic golongan betalaktam. Antibiotik golongan betalaktampada resep
adalah amoxicillin, sehingga perlu diganti dengan menggunakan metronidazole 500mg sehari dua
kali
2. Tidak ada jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Karena durasi pengobatan adalah 14 hari,
maka:
Omeprazole, klaritomisin dan metronidazole seharusnya diberikan sebanyak 28 tablet dan untuk
klaritomisin dan metronidazol harus dihabiskan karena antibiotic dapat menyebabkan resisten apabila
tidak dihbabiskan
KASUS
02
Memberikan penanganan pada pasien
dengan gejala nyeri perut bagian atas
sampai kedada yang kadang timbul
setelah makan malam. Sudah
dirasakan selama sebulan

Belum mendapat terapi apapun


PENANGANAN PASIEN
Nyeri yang berhubungan dengan ulkus duodenum sering terjadi 1 sampai 3 jam
setelah makan biasanya berkurang dengan makanan, tetapi ini bervariasi. Makanan
dapat mengendap atau menonjolkan sakit maag. Antasida biasanya memberikan
pereda nyeri segera pada sebagian besar ulkus pasien. Nyeri biasanya berkurang
atau hilang selama pengobatan. (DIPIRO EDISI 11)

Pasien diberikan antasida sehari 3 kali sebelum makan.


KIE Obat kepada Pasien
Antasida di minum sebelum makan sehari 3 kali sehari 1 tablet atau bisa
ditingkatkan sesuai kebutuhan yaitu bias diminum 4 kali sehari 1-2 tablet dengan
maksimal penggunaan 16 tablet perhari.

Mual yang dirasakan pasien disebabkan karena meningkatnya asam lambung, dan
obat antasida ini akan bekerja untuk menetralkan asam lambung.

Untuk menghindari peningkatan asam lambung pasien harus mengurangi stress,


mengurangi makanan pedas, kopi, alcohol dan rokok (jika mengkonsumsi)
KASUS
03
PTO kepada pasien dengan Tukak
peptic, muntah darah, BAB hitam,
mempunyai riwayat osteoarthtritis
lutut.

Riwayat pengobatan: Na diclofenak 50


mg 3 x 1
PTO Pada SOAP
Tanggal, SOAP Terintegrrasi Nama Paraf
Jam Nakes
21-11-2022 S Diagnosis: Tukak Peptic
Nama pasien: Nyonya X jam 09.00 Muntah darah
Jenis kelamin: Perempuan BAB Hitam
NO RM: - Riwayat Penyakit: Osteoarthritis
Usia: 72 tahun O Endoskopi: Tukak Lambung
Tanggal masuk: 21-11-2022 H.Pylori (-)
Jam: 09.00 Hb: 11 mg/dl (12-16)
MCV 72 fl (80-86)
Riwayat pengobatan:
Na diclofenak 50mg 3x1 selama 2
tahun
Transfusi darah
Injeksi adrenalin
Injeksi ranitidine
aspilet
PTO Pada SOAP
Tanggal, Jam SOAP Terintegrrasi Nama Nakes Paraf
A Obat tidak tepat indikasi (Ranitidine,
karena pasien tidak positif H. Pylori)
Pasien gagal mendapat terapi (setelah 2
tahun mengkonsumsi Na diklofenak pasien
masih mengeluhkan nyeri lutut)

P - transfusi darah dan injeksi adrenalin


tetap diberikan hingga nilai mcv dan
hb mencapai batas normal
- pemberian sukralfat 3x1 sebelum
makan karena pasien sudah mutah
darah, sehingg perlu perlindungan
mukosa untuk lambung
- penggantian injeksi ranitidin dengan
esomeprazole dengan dosis 20 mg
sekali sehari selama 4-8 minggu
- na diklofenak tetap dilanjutkan tetapi
diberi juga capsaisin topical 0,025%
KASUS
04
Pasien datang ke apotek ingin membeli
obat Imodium untuk anaknya yang
berusia 3 tahun
KIE Obat kepada Pasien
Imodium tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 4 tahun
Menggali lebih dalam sudah seberapa parah diarenya dan kondisi hidrasi tubuh
anak

Saran:
Diberikan oralit 1 gelas setiap anak setelah BAB untuk mencegah dehidrasi anak
Diberikan zinc 1x1 tablet untuk memperbaiki pencernaan dan mencegah
kekurangan nutrisi serta kekambuhan

Terapi non farmakologi


Jangan jajan sembarangan, hindari makanan tinggi serat, menjaga kebersihan
KASUS
05
Pasien datang ke apotik ingin membeli
antibiotic untuk mencegah diare
selama traveling
KIE Obat kepada Pasien
Memberikan edukasi kepada pasien terlebih dahulu bahwa antibiotic tidak bisa
digunakan secara rutin untuk mencegah diare karena traveling

Menurut Travelers’ diarrhea: Clinical practice guidelines for pharmacists pencegahan diare
karena perjalanan dapat dilakukan tanpa antibiotic, tetapi dengan menggunakan BISMUT
SUBSALISILAT 2,1g/hari atau 4,2g/hari dengan 4 dosis terbagi diminum saat makan .

Aturan pakai (PIONAS): 1 tablet diminum pagi hari sebelum sarapan, 2 tablet diminum pada
saat makan siang dan malam, satu tablet diminum 2 jam setelah makan malam. Diminum
selama 28 hari

Efek samping yang perlu diperhatikan yakni dapat menyebabkan lidah dan tinja menjadi hitam

BUKTI ANTIBIOTIC UNTUK TRAVELING


ADA. Tetapi hanya digunakan pada pasien dengan resiko tinggi komplikasi sekundr akibat TD,
seperti bagi yang memiliki riwayat potensial tambahan yang signifikan. Jika antibiotic
profilaksis TD diperlukan, disarankan menggunakan rifaximin berdasarkan bukti efektifitas
resistensi, antimicrobial minimal kecuali pada Campylobacter spp dan memiliki profil
keamanan yang menguntungkan karena tidak diserap secara sistemik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai