Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

EVEKTIVITAS PEMBELAJARAN TILAWAH DALAM KEHIDUPAN

Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:

2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pembelajaran Tilawah..................................................... 4


1. Pengertian Pembelajaran dan Tilawah................................................ 4
2. Tujuan Pembelajaran Tilawah............................................................. 7
3. Metode Belajar Tilawah Al-Qur’an.................................................... 8
B. Efektivitas Pembelajaran Tilawah dalam Kehidupan Sehari-hari............ 9
C. Hambatan Tidak Dilaksanakannya Pembelajaran Tilawah
dalam Kehidupan Sehari-Hari................................................................... 20

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................... 23
B. SARAN..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah diketahui bersama oleh ummat islam bahwa Al-Qur’an merupakan


mukjizat abadi, yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai hidayah bagi
manusia dan pembeda antara yang hak dan batil. Di samping itu Al-Qur‟an
diturunkan oleh Allah SWT dalam bahasa Arab yang sangat tinggi susunan
bahasanya dan keindahan balaghahnya. Bangsa Arab sejak dahulu mempunyai
lahjah (dialek) yang beragam antara satu kabilah dan kabilah yang lain, baik dari
segi intonasi, bunyi maupun hurufnya, namun bahasa Quraisy mempunyai
kelebihan dan keistimewaan tersendiri, ia lebih tinggi dari pada bahasa dan dialek
yang lain.1

Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia


dalam mengelola hidupnya di dunia secarak baik, dan merupakan rahmat untuk
alam semesta, di samping pembeda antara yang hak dan yang batil, juga sebagai
penjelasan terhadap sesuatu, akhlak, moralitas, dan etika etika yang patut
dipratikkan manusia dalam kehidupan mereka. Penerapan semua ajaran Allah itu
akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri.2

Al-Qur’an dapat diibaratkan sebagai cahaya yang memancarkan sinar


terang benderang di tengah gelap gulita. Bagi umat Islam, Al-Qur’an menjadi
pegangan untuk menapaki kehidupan secara seimbang, harmonis, dan saling
berkolerasi antara spirit duniawi dan ukhrawi. Berintraksi dengan manusia, dan
bergaul dengan lingkungan hidup, dan semua kode etik moralitas kehidupan
manusia terangkum dengan baik di dalamnya.3 Maka membaca Al-Qur’an
sangatlah penting untuk dilakukan kepada seluruh kaum muslimin.
1
Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis Maqra’ Babak Penyisihan Dan Babak Final
Musabaqah Cabang Qiraat Al-Qiraat Al-Qur’an Mujawwad (Jakarta: LPTQ Nasional, 2006), Hal.
1.
2
Imam Nawawi, Riyadus Shalihin Jilid 2 (Alih Bahasa Oleh Agus) Hasan Bashori Al-
Sanuli Dan Muhammad Syu’aib Al-Faiz Al-Sunawi Terjemah Oleh (Surabaya: Insan kamil, 2011),
Hal. 240.
3
Ahmad zainal Abidin, Kilat Dan Mudah Hafal Juz Amma (Yogyakarta: Sabil, 2015),
Hal. 11.

1
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu dai ragam ibadah. Selain
sebagai bentuk ibadah, mempelajari membaca Al-Qur’an juga merupakan sarana
untuk memperoleh ilmu, sebab Al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan pedoman
hidup bagi umat Islam. Wahyu pertama diturunkan tentang membaca, Dari ayat
itu Allah SWT memerintahkan untuk membaca, perintah itu diturunkan kepada
Nabi Muhammad dan tentunya kepada seluruh pengikutnya, meskipun Nabi tidak
bisa membaca dan menulis. Begitu pentingnya perintah membaca sehingga wahyu
pertama adalah tentang membaca, membaca kalam Allah dan ciptaan Allah di
alam semesta.

Dalam membaca Al-Qur’an, hal tersebut dinilai penting sebagai sebuah


kemampuan dasar bagi kaum muslimin. Hal tersebut i tersirat dalam keputusan
bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI. No. 128/44A,
secara Eksplisit ditegaskan bahwa umat Islam agar selalu berupaya meningkatkan
kemampuan membaca Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pedoman
hidup umat muslim, maka sangat penting pembelajaran Alquran dilakukan.4

Disebabkan Al-Qur’an merupakan Kalamullah, maka dengan membacanya


akan mendatangkan berbagai macam kebaikan dan mafaat dalam kehidupan
disetiap harinya. Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, maka penulis
tertarik untuk mengkaji dan membahas seputar tilawah dengan judul Evektivitas
Pembelajaran Tilawah Dalam Kehidupan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urian latar belakang diatas, maka pokok masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana efektivitas pembelajaran tilawah dalam kehidupan.
Dari pokok masalah tersebut sub permasalah antara sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup pembelajaran tilawah?
2. Bagaiamana evektifitas pembelajaran tilawah dalam kehidupan sehari-
hari?

4
Nani Nurani Muksin, “Mengedukasikan Hikmah Dan Manfaat Jika Rutin Dalam
Membaca Al-Qur’an Pada Ruang Lingkup Remaja Masjid Rw 08, Kp. Kebantenan, Pondok Aren,
Tangerang Selatan,” Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat Lppm Umj (2021): Hal.
2.

2
3. Bagaimana hambatan tidak dilaksanakannya pembelajaran tilawah dalam
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ruang lingkup pembelajaran tilawah


2. Untuk mengetahui evektifitas pembelajaran tilawah dalam kehidupan
sehari-hari
3. Untuk mengetahui hambatan tidak dilaksanakannya pembelajaran tilawah
dalam kehidupan sehari-hari

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pembelajaran Tilawah


1. Pengertian Pembelajaran dan Tilawah

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti proses yang


ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditujukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan,
kebiasaan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.5 Dalam referensi lainnya, pembelajaran berasal dari
kata “belajar” yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Keduanya (pe-
an) termasuk konfiks nominal yang bertalian dengan prefiks verbal “me”
yang mempunyai arti berusaha, berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.6

Secara secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya


untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian
tujuan yang telah direncanakan. Pembelajarn dapat pula dipandang sebagai
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Dengan demikian, pada dasarnya pembelajaran merupakan
kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar
bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.7

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui


pengalaman. (learning is defined as the modifications or strengthening of
behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
5
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989),
Hal. 5.
6
Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia (Bandung: Fokusmedia, 2013), Hal. 46.
7
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Hal.
248.

4
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami. Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.8

Pengertian tilawah secara etimologi kata Tilawah merupakan bentuk


masdar asal kata ‫ تال‬yang artinya memiliki makna yang berarti mengikuti.
Kata Tilawah merupakan bentuk masdar dari ‫ تال‬،‫ يتلوا‬،‫ تالوة‬yang memiliki
arti membaca.9 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Tilawah artinya
pembacaan ayat Al-Qur‟an dengan baik dan indah. kamus Al-Munawir
kata ‫ التلوة‬dan ‫راءة‬TT‫( الق‬yang artinya bacaan. Tilawah secara istilah adalah
membaca Al-Qur‟an dengan bacaan yang menjelaskan huruf-hurufnya
yang berhati-hati dalam melaksanakan bacaannya, agar lebih mudah
memahami makna yang terkandung didalamnya.10

Adapun kata tilawah Al-Qur’an atau Tilawatil Qur’an terdiri dari dua
kata dalam susunan tarkib idhofi, yaitu tilawah dan Al-Qur’an. Kata
tilawah berasal dari bahasa Arab yang artinya sebagaimana tertulis dalam
Kamus Al-Basri yaitu “bacaan’’. Jadi kata tilawah al-Qur’an berarti
bacaan Al-Qur’an. Namun yang diinginkan dari kata tersebut bukan
sekedar bacaac Al-Qur’an biasa. Moh. Hikam Rofiqi, penulis buku yang
berjudul Antiq Aturan Tilwatil qur’an, mengatakan bahwa:11

“... akan tetapi yang dimaksud di sini bukan berarti bacaan Al-Qur’an
dengan asal membaca (tanpa menggunakan metode lagu), melainkan
sebuah bacaan Al-Qur’an dengan menggunakan metode-metode
tertentu (tajwid, lagu ataupun adab) sehingga menimbulkan suatu

8
Nadhratun Naim fi Makarimi Ahlaqi Ar-Rasulil Karim, Dalam Buku Ahmad Annuri,
Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an Dan Ilmu Tajwid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), Hal.
243.
9
Ahmad Warsono Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, ed. Pustaka
Progressif, Cet; IV. (Surabaya, 1997), Hal. 257.
10
Nadhratun Naim fi Makarimi Ahlaqi Ar-Rasulil Karim, Panduan Tahsin Tilawah Al-
Qur’an Dan Ilmu Tajwid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), Hal. 3.
11
Moh. Hikam Rofiqi, Antiq Aturan Tilawatil Qur’an (Surabaya: Pustaka Progresif,
2008), Hal. 1.

5
keindahan bacaan yang enak didengarkan. Jadi Tilawatil Qur’an lebih
lazim di Indonesia dikatakan seni baca Al-Qur’an”

Istilah lain yang mempunyai makna senada dengan tilawah Al-Qur’an


atau seni baca Al-Qur’an, sebagai Buku Pedoman Tilawatil Qur’an yang
menerangkan bahwa seni baca Al-Qur’an atau dikenal dengan Istilah An
Naghon Fil Qur’an, maksudnya adalah melagukan bacaa Al-Qur’an.
Istilah tersebut diambil karena dalam praktiknya, tilawah Al-Qur’an selalu
identik dengan lagu. Kemudian juga banyak pendapat mengenai
pengertian lagu. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam buku Pedoman
Tilawatil Qur’an:12
“Lagu menurut pengertian Ibnu Abbas adalah Al-Ghina karena
pelakunya memang kaya dan tidak bertujuan mencapai popularitas.
Menurut pendapat lain, lagu adalah Al-Lahn seperti ungkapan lahana fi
qiratihi artinya membaca dengan nada suara yang indah atau luhun Al-
Lahn artinya suara yang dibawakan dalam bentuk seni.

Semakin jelaskan bahwa tilawatil Qur’an merupakan suatu deklarasi


terhadap bacaan Al-Qur’an dengan dilagukan sehingga tercipta irama
kalam Allah SWT yang menyentuh hati para pendengarnya. Selain itu,
melagukan Al-Qur’an merupakan bentuk ketaatan terhadap sunnah rasul
SAW.

Tilawah tidak hanya sekadar diartikan sebagai membaca, namun


membaca dalam arti mengikuti (tabi’a) secara langsung dengan tanpa
pemisah, yang secara khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik
dengan cara qira’ah (intelektual) atau menjalankan apa yang digariskan
didalamnya (ittiba’). Mengikuti ini bisa secara fisik dan bisa juga secara
hukum.13

Dengan jelas kita melihat bahwa kata ini mengungkapkan aspek


praktis dari membaca yakni sebuah tindakan yang terpadu, baik secara
verbal, intelektual maupun fisik dalam mengikuti serta mengamalkan isi
12
Departemen Agama, Pedoman Tilawatil Qur’an (Malang: Bumi Aksara, 2013), Hal. 5.
13
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008), Hal. 2.

6
kitabullah. Kata ini berbicara bahwa dalam membaca Al-Qur‟an tidak
boleh sekedar secara intelektual atau lisan. Harus ada tindak lanjutnya
yang nyata. Terjemah inggris untuk tilawah adalah “to follow”
(mengikuti). Dengan demikian, tilawah merupakan upaya intensif untuk
mengikatkan diri kepada firman-firman Allah satu demi satu, selangkah
demi selangkah, hingga mencapai taraf tertentu yang dipersyaratkan untuk
siap memasuki tingkatan selanjutnya.14

Jadi bisa disimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an adalah suatu


kegiatan yang melibatkan aktifitas mata dan juga otak. Mata digunakan
untuk menangkap tanda-tanda bacaan Al-Qur‟an, sehingga apabila lisan
mengucapkan tidak akan salah. Sedangkan otak digunakan untuk
memahami pesan (bacaan AL-Qur‟an) yang dibawa oleh mata, kemudian
memerintahkan kepada organ tubuh lainnya untuk melakukan

Jadi bisa disimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an adalah suatu


kegiatan yang melibatkan aktifitas mata dan juga otak. Mata digunakan
untuk menangkap tanda-tanda bacaan Al-Qur‟an, sehingga apabila lisan
mengucapkan tidak akan salah. Sedangkan otak digunakan untuk
memahami pesan (bacaan AL-Qur‟an) yang dibawa oleh mata, kemudian
memerintahkan kepada organ tubuh lainnya untuk melakukan

2. Tujuan Pembelajaran Tilawah


Setiap kegiatan yang dilakukan seorang ataupun sekelompok orang
sudah tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai, termasuk juga
dalam kegiatan pembelajaran tilawah. Tujuan merupakan landasan
berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan, sehingga dapat mencapai
suatu hasil yang optimal. Ada beberapa tujuan dari proses pembelajaran
tilawah setelah menguasai beberapa lagu. Pertama, Tilawah yang bagus
akan memudahkan pembacanya atau orang yang mendengarkannya
menghayati Al-Quran.15

14
Ibid.
15
Kiki Rizky Ramadhani, “Efektivitas Pembelajaran Tilawah Dalam Meningkatkan
Kemampuan Seni Baca Qur’an Di Ukm Hiqma Uin Raden Intan Lampung,” in Tesis (Lampung:

7
Dalam pembelajaran tilawah Al-Qur’an terdapat beberapa tujuan
yakni:
a. membaca Al-Qur‟an dengan baik dan indah akan memudahkan
bagi pembaca dan pendengar dalam menghayati Al-Qur’an.
b. agar memudahkan kita untuk meraih pahala dari Allah SWT
c. menjadi ladang pahala bagi kita apabila kita telah mampu
menguasai Tilawah dengan mengamalkannya kepada orang lain

3. Metode Belajar Tilawah Al-Qur’an


Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Belajar contohnya, bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai
dan itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan
mempengaruhi belajar itu sendiri.16 Untuk itu, secara umum ada dua cara
atau metode yang dipakai dalam mempelajari Tilawah Al-Qur’an atau seni
baca Al-Qur‟an, yakni:17
a. Metode sima’i adalah metode yang dipakai karena ini sangat
populer dilakukan di Indonesia.18 Metode ini dilakukan dengan
cara mencontohkan satu paket lagu Al-Qur‟an oleh seorang guru
atau ustadz, kemudian para anggota tilawah mengulanginya sampai
hafal, persis seperti yang diajarkan oleh seorang guru atau ustadz.
b. Metode Tausyikh (Sya’ir)
Metode ini menggunakan sya’ir berbahasa Arab. Sya’ir ini berasal
dari para Qari Mesir yang berkunjung dan mengajar di Indonesia
seperti di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta sejak
tahun 1970an. Perbedaan antara metode Sima’i dengan metode
tausyikh ini terletak pada penyampaian lagu tersebut, kalau metode
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019), Hal. 27.
16
Slamet, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Salatiga: Bima Aksara,
1987), Hal. 84.
17
M.Husni Tamrin, “Nagham Al-Qur’an Telaah Kemunculan Dan Perkembangan
Nagham AlQur’an Di Indonesia,” in Tesis (Yogyakarta: Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga,
2010), Hal. 51.
18
Ibid.Hal. 52

8
sya’ir ini seseorang dibimbing untuk menguasai lagu dasar, nama
lagu, dan sekaligus tingkatan nada dalam tilawah atau seni baca Al-
Qur’an.

B. Evektifitas Pembelajaran Tilawah Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Telah penulis jelaskan pada sub bahasan sebelumnya bahwa secara


sederhana tilawah Al-Qur’a diartiken sebagai kegiatan membaca Al-Qur’an.
Dalam membaca Al-Qu’an tentunya akan mendatangkan berbagai hikmah dan
manfaat pada diri si pembaca dalam kegatannya sehari-hari. Adapun yang
termasuk dalam efektivitas implementasi pembelajaran tilawah dan kehidupan
sehari-hari misalnya:

1. Membantu mengembangkan potensi anak didik kearah pembentukan


sikap dan pengetahuan.
2. Dapat mengagumi dan mencintai Al-Qur’an.
3. Dapat terbiasa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta
memahami hukum-hukum bacaan berdasarkan kaidah ilmu tajwid.
4. Dapat menguasai sejumlah hafalan surat pendek, ayat pilihan dan do’a
harian dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar.

Lebih spesifik pengaruh baik dari pembelajaran implementasi tilawah Al-


Qur’an pada diri seseorang yakni:19

1. Kesenangan
2. Menyempurnakan membaca nyaring
3. Menggunakan strategi tertentu
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
7. Menkorfimasikan atau menolak prediksi

19
Farida Rahim, Op.,Cit. Hal. 11

9
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari
tentang struktur teks i.Menjawab pertanyaan-pertanyaa yang spesifik.

Dalam banyak sumber, penulis juga menghimpun efektivitas pembelajaran


tilawah dan kehidupan sehari-hari:

1. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat hati


menjadi tenang.
Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab sehingga orang-orang yang
memahami bahasa Arab terlebih lagi orang-orang Arab akan dengan
mudah membacanya dengan penuh ekspresi serta intonasi bacaan yang
dihiasi dengan suara yang indah yang akan lebih membekas pada hati
sanubari pembaca dan pendengarnya.
Kesenian sebagai penjelmaan rasa keindahan pada umumnya
adalah untuk kesejahteraan hidup. Rasa itu disusun dan dinyatakan
oleh pikiran dan perasaan sehingga ia menjadi bentuk yang dapat
disalurkan dan dimiliki. Intisari kesenian adalah menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan. Berdasarkan ajaran agama bahwa
membaca Al-Qur’an dengan seni baca, penuh keindahan suara adalah
dalm rangka ibadah dan da’wah. Karena lagu yang indah sesuai
dengan kaidah kaidah SBA (Seni Baca Al-Qur’an) dapat
mengantarkan suatu bacaan lebih meresap ke dalam hati sanubari
pembacanya maupun pendengarnya.
2. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat seseornag
terhindar dari stres
Membaca al-Qur’an dapat mempengaruhi keadaan pikiran
seseorang, sehingga membuat rasa tenang dan senang itu ada dalam
diri anada. Dengan begitu dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan rasa stress maupun tekanan yang anda alami.
3. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat seseorang
dapat mengendalikan emosi.

10
Bacaan al-qur‟an yang menimbulkan rasa tenang dalam diri
seseorang membuat orang lebih bersabar terhadap sesuatu yang
menimpa dirinya. Dengan rutin membaca Al-Qur‟an seseorang akan
mudah mengendalikan emosinya sehingga menjadi pribadi yang
penyabar.
4. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat seseorang
terhindar dari komplikasi penyakit.
Penyakit jantung, stroke, hipertensi dan migraine disebabkan oleh
rasa stress yang tak terobati sehingga banyak racun maupun pembuluh
darah yang mengalami penyempitan yang dapat menyebabkan
penyakit tersebut. Dengan membaca Al-Qur’an dapat mengurangi rasa
stress sehingga tidak menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh
stres.
5. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat hidup
seseorang terasa bahagia
Dalam sebuah studi yang dilakukan menemukan bahwa membaca
alqur‟an benar-benar dapat meningkatkan tingkat dopmain atau
hormone bahagia di otak. Membuat kita menjadi lebih bahagia dan
lebih damai.
6. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat seseorang
menjadi pribadi yang lebih baik.
Rutin membaca Al-Qur’an dapat mempengaruhi karakter dan cara
berpikir seseorang. Menjadi pribadi yang rendah hati dan lebih peka
terhadap lingkungannya dan tidak egois Al-Qur’an.
7. Dalam mempelajari tilawah maka seseorang akan membuat seseorang
memiliki umur yang lebih
Meskipun umur sudah ditetapkan, tidak ada salahnya sebagai
manusia untuk berusaha supaya memiliki umur yang lebih. Bacaaan
Al-Qur’an yang dapat memberikan rasa tenang membuat tubuh tetap
terjaga kesehatannya dan memiliki sistem imunitas yang baik
dibandingkan orang yang sering depresi.

11
Dalam sumber lainnya, penulis menghimpun efektivitas pembelajaran
tilawah dalam kehidupan, yakni:20

1. Memberikan ketenangan hati pada kita


Membaca kitab suci Al-Qur'an pada hakikatnya adalah mengingat
Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Berdasarkan ayat di
atas pun dikuatkan hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi
tenang (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tenteram. (Ar-R'ad; 28)
Membaca Alquran dapat juga menimbulkan rasa ketenangan hati
bagi muslim yang melakukannya. Hal ini sebagimana sabda Rasulullah
saw. yang bersumber dari Abu Hurairah, sebagai berikut: Artinya:21
“Apabila berkumpul satu kaum dalam masjid, untuk membaca
kitab Allah dan mempelajarinya, maka pasti turun kepada mereka
ketenangan, dan diliputi rahmat, dan dikerumuni oleh malikat, dan
di ingat oleh Allah Swt. di depan para malikat yang ada padanya”

Hadis diatas menjelaskan orang yang membaca Alquran akan


selalu memperoleh ketenangan dalam hidupnya, selalu diselubungi
rahmat Allah Swt. dan dikelilingi para malaikatnya. Hal ini juga
dikuatkan dengan nasihat Ibn Masud kepada seorang sahabatnya yang
merasa tidak tentram, jiwanya sering gelisah, pikirannya kacau, makan
tidak enak, tidur tidak nyenyak, untuk itu Ibn Masud menasehatinya:
“Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu
mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat orang yang membaca
Alquran, engkau baca Alquran, atau engkau dengarkan baik-baik
orang yang membacanya, atau engkau pergi ke majelis pengajian
mengingatkan hati kepada Allah Swt, atau engkau cari waktu dan
tempat yang sunyi, disana engkau berselawat menyembah Allah
20
Muksin¸Op.,Cit. Hal. 4
21
Abu Daud, Sunan Abi Daud, Ter. Ust. Bey Arifin, Jilid 2. (Semarang: CV. As-Syifa’,
1992), Hal. 298.

12
Swt., umpamanya diwaktu tengah malam buta, disaat orang tidur
nyenyak, engkau bangun mengerjakan salat malam, meminta dan
memohon hati, seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara
ini, engkau minta kepada Allah Swt. agar diberinya hati yang lain,
sebab hati yang engkau pakai itu bukan lagi hatimu”.22
2. Setiap hurufnya mengandung kebaikan yang banyak
Dalam salah satu hadis Rasululah Saw, beliau bersabda :
“Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya satu
kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Aku
tidak mengatakan Alif Laam Miin itu satu huruf, tetapi Alif itu satu
huruf dan Laam itu satu huruf dan Miim itu satu huruf.” (HR. At
Tirmidzi / 2327)
3. Menjadikan manusia yang berkualitas
Al-Qur'an tidak hanya untuk dibaca saja, melainkan juga untuk
diamalkan dan diajarkan. Dan barang siapa yang mampu
melakukannya, maka dia akan termasuk kedalam manusia terbaik,
sebagaimana Hadist dari Rasulullah Saw, Sebaik baiknya manusia
adalah yang membaca dan mempelajari Alquran serta
mengajarkannya pada orang lain. (HR.Bukhari).

Efektivitas membaca atau tilawah Al-Qur’an juga memiliki dampak bagi


kesehatan mental, yakni:

1. Etika lahiriyah
Berkenaan dengan aspek kesucian jika dikomparasikan dengan
kesehatan mental akan nampak relevansinya dengan ciri-ciri kesehatan
mental terutama pada terhidarnya dari gangguan dan penyakit jiwa,
dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan diri untuk menghadapi
masalah yang bisa terjadi, dengan merasa bersih dan nyaman dalam
jiwa, maka seseorang akan memperoleh kebahagiaan.
2. Etika Batiniyah

22
Ibid.

13
Etika batiniyah mempunyai relevansi dengan ciri-ciri dan tolak
ukur kesehatan mental, yaitu: membebaskan diri dari penghalang
pemahaman, dikarenakan etika ini hanya bersifat mentadaburi
Alquran, kemudian meningkatkan dan mentadaburi Alquran.
Dengan demikian jika tadabur dikomparasikan dengan konsep
mental, akan tampak bahwa tadabbur mempunyai relevansi dengan
semua ciri-ciri kesehatan mental. Dengan tadabbur orang akan
terhindar dari gangguan kejiwaan, mampu menjawab tantangan
hidupnya, dan tadabbur merupakan bentuk keimanan seseorang.
Disamping itu, tadabbur juga mempunyai relevansi dengan tolak ukur
kesehatan mental diantaranya: beriman dan bertaqwa kepada Allah,
jauh dari sifat terela, mampu menyesuaikan diri, mampu
mengembangkan potensi dan kualitas-kualitas yang terpuji.

Alquran adalah kitab suci yang mulia. Di dalamnya terdapat petunjuk,


nasehat, dan contoh bagi orang-orang yang berfikir. Setiap muslim hendaknya
menjaga kedekatan dengan Alquran, dengan membacanya, memahaminya, serta
terus berinteraksi dengannya. Tak ada waktu yang terlewat kecuali Alquran selalu
bersamanya. Dengan cara seperti itu ia akan mendapatkan petunjuk dan nasehat
dari Alquran.23

Tak ada satu kitab yang dibaca jutaan kali dalam setiap waktu diseluruh
permukaan bumi ini melainkan Alquran. Dan tak ada kitab yang dikaji dan
dipelajari sehingga menghasilkan ribuan kitab-kitab lain selain Alquran. Sejak
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, Alquran memang telah menjadi
perhatian banyak kalangan.Karena itu, tak heran kalau dari satu kitab Alquran ini
saja telah menghasilkan berjilid-jilid buku (kitab) yang umumnya merupakan
hasil penilitian, penafsiran, dan pemahaman terhadap kitab yang agung itu.

Bagi kita sebagai umat Islam, Alquran adalah petunjuk Allah yang harus
kita percayai kebenarnya.Di dalamnya terdapat banyak informasi yang sangat
berharga bagi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah kenyataan

23
Adam Cholil, Dahsyatnya Alquran (Jakarta: AMP Press, 2014), Hal. 123.

14
bahwatidak semua umat Islam mengetahui makna dan maksud yang terkandung di
dalamnya. Inilah persoalan yang harus mendapat perhatian bersama. Mungkin
bukan hanya tidak mengerti makna dan maksudnya, tidak sedikit pula diantara
umat Islam yang masih belum bisa membaca Alquran. Padahal Allah Swt, sudah
menjelaskan bahwa Alquran adalah petunjuk bagi manusia. Bagaimana kita bisa
mengetahui petunjuk yang terdapat dalam kitab itu kalau kita tidak bisa
membacanya? Dan mustahil pula kita yang sudah bisa membaca dapat mengambil
ilmu yang terkandung di dalamnya kalau kita tidak paham makna dan
maksudnya.24

Karena itu pantas Rasulullah saw. Dalam salah satu sabdanya menjelaskan
bahwa sebaik-baik manusia adalah yang belajar Alquran dan mengajari orang lain
Alquran. ”Dari Utsman bin ‘Affan Ra., ia berkata bahwasannya Rasulullah saw.
Bersabda, “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alquran dan
mengajarkannya”.( HR.Bukhari).25

Belajar dan mengajarkan Alquran dapat dilakukan dengan berbagai


tingkatan.Tingkat pertama adalah belajar membaca, lalu mempelajari makna
terjemahannya, dan kemudian mempelajari tafsirnya. Tetapi, persoalanya adalah
tidak mudah menjadikan seseorang tertarik untuk mempelajari Alquran meskipun
ia termasuk orang Islam sendiri. Karena itu, diperlukan upaya yang tepat dan
menarik dalam memperkenalkan Alquran kepada orang lain, sehingga menjadi
antusias untuk belajar Alquran, minimal antusias membacanya.

Sebagaimana bahwa membaca Alquran merupakan ibadah yang bernilai


pahala.Karenanya, kita yang masih belum bisa membaa Alquran sudah seharusnya
belajar membaca Alquran. Tak peduli usia berapa kita memulai belajar Alquran.
Tidak ada kata terlambat untuk membaca Alquran karena Alquran adalah kitab
yang terjaga kesuciannya sepanjang zaman.

24
Nikmah Hidayati Harahap, “Dampak Rutinitas Membaca Alquran (Studi Analisis
Terhadap Seseorang Pondok Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Medan),” in Skripsi (Medan:
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), Hal. 4.
25
Imam Bukhori, Shahih Al Bukhari, Jusz 6. (Dar al Hadits, n.d.), Hal. 192.

15
Membaca Alquran adalah sebaik-baik penawar hatidan penentram jiwa
bagi orang yang membacanya, karena di dalamnya mengandung perintah dan
hukum-hukum Allah, serta mengajak kita untuk beribadah kepada-Nya. Dalam
pandaangan M.Quraish Shihab, ketika menafsirkan kata syifa dalam Tafsir Al-
Misbah, yaitu yang biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan dapat digunakan
juga, dalam arti keterbatasan dan kekurangan, dalam memperoleh manfaat. Maka
membaca Al-Qur’an terhadap kaitannya dengan kehidupan ialah juga berguna
sebagai penyembuh.

M. Quraish Shihab berpadangan, ketika sedang mengomentari pendapat


para ulama yang memahami bahwa ayat-ayat Alquran itu tersebut, dapat
mengobati atau menyembuhkan segala sesuatu penyakit jasmani. Menurutnya
bukan penyakit pada jasmani, melainkan ia adalah sesuatu penyakit ruhani (jiwa)
yang berdampak pada jasmani. Ia adalah Psikosmatik. Menurutnya, tidak jarang
sesorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya
ketidakseimbangan ruhani.26 Untuk menyakinkan, tentu saja kita harus melakukan
uji coba, penelitian dan pembuktian terhadap pengaruh Alquran bagi kondisi
kesehatan fisik maupun ruhani manusia.Di kalangan ahli kesehatan sendiri
sebenarnya sudah ada beberapa orang yang mencoba meneliti pengaruh Alquran
bagi kondisi fisik manusia. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Alqadi, ia adalah
direktur ulama Islamic Medicine For Education and Research yang berpusat di
Amerika Serikat serta seorang konsultan ahli di sebuah klinik Panama City,
Florida.27

Dr. Ahmad Alqadi suatu ketika pernah melakukan sebuah penelitian


tentang pengaruh Alquran pada manusia, baik dilihat dari aspek fisiologis maupun
psikologisnya.Penelitiannya ini memiliki dua tahap.Tahap pertama bertujuan
untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Alquran pada fungsi organ
tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika ada.Dalam melaksanakan

26
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an ( Volume
12, Cet. V. (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Hal. 531.
27
Nurlaela Isnawati, Rahasia Sehat Dan Panjang Umur Dengan Sedekah, Silaturahmi,
Duha, Taubat, Tahajjud, Baca Alquran Dan Puasa Senin Kamis (Yogyakarta: Sabil, 2014), Hal.
94.

16
tahaap pertamanya ini Dr. Ahmad Alqadi melibatkan beberapa orang untuk
dijadikan respondennya.

Setelah melakukan beberapa eksperimen, maka diketahui bahwa sekitar


97% responden, baik muslim maupun non-muslim, baik yang mengerti bahasa
Arab maupun tidak, mengalami beberapa perubahan fisiologis setelah membaca
Alquran. Perubahan itu menunjukkan terjadinya tingkat ketegangan urat saraf
reflektif daam tubuh.Hasil eksperimen Dr. Ahmad Alqadi yang pertama ini
sekaligus membuktikan bahwa Alquran ternyata memang benar-benar memiliki
pengaruh besar dalam tubuh, yaitu mampu merelaksasi ketegangan urat-urat saraf
tersebut.28

Pengaruh Alquran terhadap tubuh seseorang dapat terlihat pada terjadinya


bentuk-bentuk perubahan terutama pada arus listrik otot urat saraf. Selain itu,
perubahan juga terjadi pada daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, sirkulasi
darah, detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit dan suhu kulit yang
kesemuanya saling kait-mengait satu sama lain, sehingga perubahan pada satu
begian akan berpengaruh pada bagian-bagian tubuh yang lain. 29 Terjadinya
perubahan pada beberapa bagian dalam tubuh oleh sebab Alquran ini
menunjukkan bahwa fungsi dan kinerja sistem saraf reflektif yang dapat
berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain. Begitu juga dengan semua fungsi-
fungsinya.Karena itu, ada semacam kemungkinan yang tak terbatas tentang
adanya pengaruh Alquran terhadap sisi fisiologis manusia.30

Selain itu, hal yang tak kalah penting diketahui adalah kondisi stres sangat
berpotensi menurunkan imunitas (daya kekebalan) tubuh seseorang. Stres
kemungkinan dapat disebabkan oleh sekresi kortisol atau zat lain sebagai reaksi
antara sistem saraf dan sistem kelenjar endokrin. Oleh sebab itu, jika Alquran
dapat mempengaruhi saraf sehingga bisa menjadi rileks, maka hal itu juga
menjadi pertanda bahwa efek relaksasi Alquran dapat mengaktifkan kembali

28
Jalaludin Al-Suyuthi, Alquran As-Syifa (Semarang: Surya Angkasa, 1995), Hal. 56.
29
Salman Rusydie Anwar, Sembuh Dengan Alquran (Yogayakarta: Safinah, 2011), Hal.
40.
30
Harahap,Hal.. .5

17
fungsi daya tahan tubuh yang berperan besar dalam melawan penyakit atau
membantu proses penyembuhan.31

Kebiasaan membaca Alquran merupakan sebuah rutinitas, keseriusan


dalam kegiatan membaca Alquran yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
baik perorangan maupun berjamaah dan sematamata hanya untuk ibadah kepada
Allah SWT.rutinitas membaca Alquran disini ialah kebiasaan membaca Alquran
yang dilakukan seara berulangulang baik dengan dipahami atau tidak.

Dampak yang paling fundamental ketika seorang seseorang melakukan


rutinitas membaca Alquran adalah ia akan mendapatkan ketenangan jiwa dan
kedamaian hati, jika jiwa dalam keadaan tenang, maka ketika seorang seseorang
terkena suatu masalah ia akan menyikapinya dengan tenang pula sehingga ia akan
mendapatkan jalan keluar yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Jika seorang seseorang sudah dapat melakukan rutinitas membaca Alquran


maka lama kelamaan membaca Alquran menjadi suatu kebutuhan, sehingga
Alquran akan menjadi pedoman untuk hidup bermasyarakat maupun pedoman
untuk beribadah kepada Allah SWT. dari pedoman tersebut seseorang yang rutin
membaca Alquran akan tercermin kalau secara fisik dapat dilihat dari tingkah laku
yang berakhlaktul karimah, kalau seara pisikis dapat dilihat dari keimanan,
ketaqwaan dan juga rasa tawakal pada Allah Dengan rutin membaca Alquran
seseorang juga akan mengetahui hal-hal apa saja yang dilarang oleh agama dan
yang dianjurkan oleh agama, sehingga seorang seseorang tidak mudah terjerumus
kedalam hal-hal yang berbau kemaksiatan.

Banyak manfaat yang menyebabkan umat islam harus membaca dan


mempelajari hal-hal yang terkandung di dalam Alquran, diantara: setiap umat
islam yaitu bahwa membaca Alquran dengan penuh khusuk sudah termasuk amal
ibadah dan mendapat pahala yang berlipat ganda di sisi Allah. Salah satu
keistimewaan Alquran, ia menjadi obat penawar membacanya saja menjadi obat
penawar bagi orang yang gelisah jiwanya, apalgi dengan mempelajari dan
mengamalkannya. Jadi, dengan membaca Alquran akan dapat membantu sesorang
31
Ibid.

18
memperoleh ketenangan jiwa. Keistimewaan Alquran membacanya saja
merupakan ibadah kepada Allah SWT.dan mendapat pahala, apalagi sampai
mengahapal redaksinya. Membaca Alquran merupakan suatu kegiatan yang sering
dilakukan setiap muslim khususnya dalam kegiatan shalat.

Bacaan Alquran umumnya memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh,
seperti memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan
kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan
berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf
otak, metedakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian,
meningkatkan kemampuan berbahasa dan lain-lain. Membaca Alquran merupakan
salah satu metode dalam mengatasi masalah hati. Membaca Alquran senantiasa
menjadikan hati kita lebih tenang dan damai, karena dengan membaca Alquran
secara tidak langsung kita sedang menghadap Allah Swt. hendaknya kita sebagai
hamba Allah SWT yang beriman agar selalu memeplajari Alquran dan
mengamalkan apa-apa yang kita peroleh dari mempelajari Alquran dalam
kehidupan sehari-hari.

Hubungan ayat Alquran tentang kesehatan mental erat kaitannya, sebab


ajaran agam Islam pada umumnya memwajibkan kepada pemeluknya untuk
melaksanakan ajaran dari agamnya. Dalam hal ini khusunya pelaku ajaran dalam
Islam, mengajarkan bahwasannya pelaksanaan ritual ibadah dapat berpengaruh
dalam memupuk keluhuran akhlak yang pada puncaknya memberikan raa memliki
kebermaknaan hidup. Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah
ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat alquran di antara nya yang membahas
tentang ketenangan dan kebahagiaan.

C. Hambatan Tidak Dilaksanakannya Pembelajaran Tilawah Dalam


Kehidupan Sehari-Hari

Keterampilan membaca al-Qur’an atau lebih dikenal dengan istilah tilawah


merupakan keterampilan penting pada fase awal guna memahami isi kandungan
al-Qur’an. Tilawah juga memiliki keterkaitan erat dengan ibadah-ibadah ritual
kaum muslim, seperti pelaksanaan shalat, haji dan kegiatan-kegiatan berdo’a

19
lainnya. Ditegaskan oleh Ibnu Sina bahwa ketrampilan membaca Al-Qur’an
merupakan prioritas pertama dan utama dalam pendidikan islam. Pendapat
tersebut ditegaskan pula oleh Ibnu Khaldun bahwa pengajaran Al-Qur’an
merupakan pondasi utama pengajaran bagi disiplin ilmu.32

Kemampuan belajar al-Qur’an di kalangan umat Islam secara kuantitas


semakin menurun terutama para remajanya. Kondisi tersebut diduga terjadi
dikarenakan beberapa faktor yaitu:

1. Modernisasi yang banyak mempengaruhi arah pemikiran manusia


zaman sekarang. Kemajuan tekhnologi yang memudahkan kehidupan
manusia yang telah mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat
dengan alam kebendaan. Hal ini yang mendorong manusia untuk
menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran
pengetahuan praktis.
2. Kesempatan dan tenaga juga menjadi salah satu faktor menurunnya
kemampuan membaca al-Qur’an pada remaja. Waktu yang disediakan
untuk belajar al-Qur’an sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu
yang disediakan untuk menuntut pengetahuan lain.
3. Selain itu kitab suci al-Qur’an yang ditulis dengan bahasa Arab. Bagi
mereka yang berpendidikan non-Pesantren atau madrasah hal ini
sedikit sulit. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagain
besar buta aksara terhadap al-Qur’an.
4. Perkembangan tekhnologi ikut mengalihkan kecenderungan
masyarakat untuk belajar al-qur’an.33

Sebagai seorang muslim pembelajaran al-Qur’an tentu harus dilakukan


sejak dini, dengan harapan mendorong anak untuk ta’at menjalankan ajaran
agamanya dalam kehidupan seharihari dan menjadikan agama sebagai landasan
etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa

32
Supardi, Perbandingan Metode Baca Qur’an Bagi Pelajar Di TKA/TPQ Kelurahan
Bareng Malang (Mataram: Stain Mataram, 2004), Hal. 98.
33
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Solo: Pustaka
Arafah, 2003), Hal. 158.

20
dan bernegara sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Peraturan Pemerintah RI No 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Abd. Rozak,
Faozan, dan Ali Nurdin, 2010: 146). Pembelajaran al-Qur’an adalah bagian dari
upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil
melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an melalui kegiatan
pembelajaran.34

Masalah, hambatan atau problematika dalam tidak terlaksananya tilawah


Al-Qur’an setidaknya dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Dalam belajar
seseorangmengalami beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya
maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar.
Terdapat berbagi faktor intern dalam diri seseorangyaitu:35

1. Sikap terhadap belajar. Sikap merupakan kemampuan memberikan


penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, atau mengabaikan.
2. Motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar.
3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran

Adapun faktor yang tidak terlaksananya tilawah Al-Qur’an dari internal


ialah:36

1. Tidak adanya guru sebagai pembina, guru harus memusatkan


perhatian pada kepribadian seseorangkhususnya berkenaan dengan
kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud
emansipasi diri peserta didik. Sebagai guru, ia bertugas mengelola
kegiatan belajar.

34
Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, Achmad Lutfi (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Hal. 60.
35
Dainuri, “Problematika Pembelajaran Al-Quran Dengan Metode Tilawati,” Annual
Conference on Islamic Early Childhood Education (2017): Hal. 8.
36
Ibid.

21
2. Sarana dan prasarana pembelajaran. Lengkapnya sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu
tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan
jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ruang lingkup pembelajaran tilawah ialah penegasan defenisi tilawah
yakni diartikan sebagai membaca, namun namun membaca dalam arti
mengikuti (tabi’a) secara langsung dengan tanpa pemisah, yang secara
khusus berarti mengikuti kitab-kitab Allah, baik dengan cara qira’ah
(intelektual) atau menjalankan apa yang digariskan didalamnya (ittiba’).
Mengikuti ini bisa secara fisik dan bisa juga secara hukum. Tujuan
pembelajaran tilawah ialah untuk memudahkan bagi pembaca dan
pendengar dalam menghayati Al-Qur’an dan mendapatkan pahala.
Metode belajar tilawah Al-Qur’an ada beberapa yakni sima’i, dan
tausyikh.
2. Evektifitas pembelajaran tilawah dalam kehidupan sehari-hari sangat luas
ruang ligkupnya. Dapat dikategorikan evektifitas pada diri misalnya untuk
kesenangan, memperbaharui tentang suatu topik, membuat hati menjadi
tenang, terhindar dari stres, dapat mengendalikan emosi dapat terhindar
dari komplikasi penyakit, membuat seseorang terasa bahagia, menjadi
pribadi yang lebih baik. Dampak bagi kesehatan mental misalnya menjadi
pribadi yang lebih baik. Tilawah Al-Qur’an juag menjadi obat bagi
pembacanya.
3. Hambatan tidak dilaksanakannya pembelajaran tilawah dalam kehidupan
sehari-hari datang dari dua faktor yakni faktor internal yaitu hambatan
yang datang dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yakni faktor
yang datang dari lingkungan seseorang.

B. SARAN

Adapun saran yang penulis berikan dalam pembahasahn makalah diatas,


masih belum banyak ummat yang menjadikan tilawah sebagai sebuah kebiasaan
dan mempersepsikan bahwa Al-Qur’an sangat banyak khasiatnya pada kehidupan

23
sehari-hari maka sangat dibutuhkan adanya sosialisasi maupun pengajaran
berkenaan dengan evektoftas tilawah Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. .

24
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Ahmad Zainal. Kilat Dan Mudah Hafal Juz Amma. Yogyakarta: Sabil,
2015.

Agama, Departemen. Pedoman Tilawatil Qur’an. Malang: Bumi Aksara, 2013.

Al-Suyuthi, Jalaludin. Alquran As-Syifa. Semarang: Surya Angkasa, 1995.

Anwar, Salman Rusydie. Sembuh Dengan Alquran. Yogayakarta: Safinah, 2011.

Azman, Nur. Kamus Standar Bahasa Indonesia. Bandung: Fokusmedia, 2013.

Bukhori, Imam. Shahih Al Bukhari. Jusz 6. Dar Al Hadits, N.D.

Cholil, Adam. Dahsyatnya Alquran. Jakarta: Amp Press, 2014.

Dainuri. “Problematika Pembelajaran Al-Quran Dengan Metode Tilawati.”


Annual Conference On Islamic Early Childhood Education (2017).

Daud, Abu. Sunan Abi Daud, Ter. Ust. Bey Arifin. Jilid 2. Semarang: Cv. As-
Syifa’, 1992.

Fathoni, Ahmad. Tuntunan Praktis Maqra’ Babak Penyisihan Dan Babak Final
Musabaqah Cabang Qiraat Al-Qiraat Al-Qur’an Mujawwad. Jakarta: Lptq
Nasional, 2006.

Hadits, Pembelajaran Al-Qur’an Dan. Achmad Lutfi. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Harahap, Nikmah Hidayati. “Dampak Rutinitas Membaca Alquran (Studi Analisis


Terhadap Santri Pondok Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar Medan).” In
Skripsi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

Isnawati, Nurlaela. Rahasia Sehat Dan Panjang Umur Dengan Sedekah,


Silaturahmi, Duha, Taubat, Tahajjud, Baca Alquran Dan Puasa Senin
Kamis. Yogyakarta: Sabil, 2014.

Karim, Nadhratun Naim Fi Makarimi Ahlaqi Ar-Rasulil. Dalam Buku Ahmad

25
Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an Dan Ilmu Tajwid. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2010.

———. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an Dan Ilmu Tajwid. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2010.

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2014.

Muksin, Nani Nurani. “Mengedukasikan Hikmah Dan Manfaat Jika Rutin Dalam
Membaca Al-Qur’an Pada Ruang Lingkup Remaja Masjid Rw 08, Kp.
Kebantenan, Pondok Aren, Tangerang Selatan.” Prosiding Seminar
Nasional Pengabdian Masyarakat Lppm Umj (2021).

Munawwir, Ahmad Warsono. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Edited By


Pustaka Progressif. Cet; Iv. Surabaya, 1997.

Nawawi, Imam. Riyadus Shalihin Jilid 2 (Alih Bahasa Oleh Agus) Hasan Bashori
Al-Sanuli Dan Muhammad Syu’aib Al-Faiz Al-Sunawi Terjemah Oleh.
Surabaya: Insan Kamil, 2011.

Rahim, Farida. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pt Bumi Aksara,


2008.

Ramadhani, Kiki Rizky. “Efektivitas Pembelajaran Tilawah Dalam Meningkatkan


Kemampuan Seni Baca Qur’an Di Ukm Hiqma Uin Raden Intan
Lampung.” In Tesis. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2019.

Rofiqi, Moh. Hikam. Antiq Aturan Tilawatil Qur’an. Surabaya: Pustaka Progresif,
2008.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an


( Volume 12. Cet. V. Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Slamet. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Salatiga: Bima


Aksara, 1987.

Sudjana, Nana. Cbsa Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru,
1989.

26
Supardi. Perbandingan Metode Baca Qur’an Bagi Pelajar Di Tka/Tpq Kelurahan
Bareng Malang. Mataram: Stain Mataram, 2004.

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo:
Pustaka Arafah, 2003.

Tamrin, M.Husni. “Nagham Al-Qur’an Telaah Kemunculan Dan Perkembangan


Nagham Alqur’an Di Indonesia.” In Tesis. Yogyakarta: Pasca Sarjana Uin
Sunan Kalijaga, 2010.

27

Anda mungkin juga menyukai