Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan yang terjadi secara multidimensional dalam dunia pendidikan mensyaratkan


kemampuan kepala sekolah yang handal untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara
optimal. Pengetahuan dan keterampilan yang pernah diserap kepala sekolah ketika mengikuti
pendidikan dan latihan seringkali dianggap terbatas dan kurang sesuai dengan tuntutan
persyaratan pekerjaannya saat ini. Oleh karena itu, calon/kepala sekolah perlu selalu
melakukan pembelajaran agar dapat mengikuti dinamika perkembangan IPTEKS dan dunia
pendidikan, serta peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
Beberapa peraturan seperti PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Kepmen Nomor 162 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah,
dan PP Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan pasal 20 ayat (4) pada intinya
menyebutkan bahwa tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola
satuan pendidikan dipersiapkan melalui pendidikan khusus. Meskipun di dalam PP tersebut
tidak disebutkan tentang pendidikan khusus kewirausahaan bagi calon/kepala sekolah, namun
di sini ada komitmen kuat dari pemerintah untuk mempersiapkan, secara khusus, pendidikan
dan latihan bagi pengelola satuan pendidikan. Pendidikan khusus yang bermuatan
kewirausahaan bagi para calon/kepala sekolah diperlukan agar nantinya mereka dapat lebih
kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya dan aset yang dimiliki dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang dipimpinnya.
Kelemahan manajemen kewirausahaan lembaga pendidikan kita saat ini sebagian besar
disebabkan oleh ketidakmampuan pengelola menjalankan fungsinya secara profesional. Efek
lanjutan dari kelemahan sistem manajemen kewirausahaan yang berkepanjangan adalah
semakin tertinggalnya kemajuan pendidikan kewirausahaan dilihat dari sudut kemajuan di
sektor ekonomi, industri dan perdagangan. Sentuhan kreativitas dan inovasi dalam berbagai
bidang pendidikan kewirausahaan seperti kurikulum, sarana dan prasarana, pola pendidikan
kepada anak didik, dan sebagainya tidak akan banyak manfaatnya tanpa kemampuan
wirausaha yang memadai dari para pengelolanya.
Pengembangan kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi ini bertujuan untuk
membekali calon/kepala sekolah dengan wawasan kewirausahaan dalam menjalankan
tugasnya, khususnya dalam mempersiapkan “sekolah mandiri” yang menjadi roh dari
otonomi sekolah. Oleh karena itu, pemahaman komprehensif dan aplikatif tentang
kompetensi kewirausahaan sangat penting diberikan bagi peserta dalam pelatihan
calon/kepala sekolah. Pada akhirnya, diharapkan supaya perumusan dan implementasi
kebijakan atau keputusan kepala sekolah dapat dikembangkan secara kreatif dan inovatif
untuk mendukung penanaman jiwa kewirausahaan bagi semua warga sekolah.

Hakikat Kreativitas dan Inovasi


Kreativitas merupakan salah satu aset organisasi yang terbesar di tempat kerja, misi
setiap kegiatan dan pusat keberhasilan organisasi (Kilby, 2001). Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan sumber daya
manusia (Dharma dan Akib, 2004b). Kreativitas dapat mencirikan perkembangan dan
keunggulan daya saing organisasi (Ford dan Gioia, 2000). Kreativitas merupakan ramuan
dalam pelayanan publik, pengembangan produk dan strategi serta berbagai proses dan
perilaku yang lebih baik, unik, baru, asli, berbeda atau bermanfaat. Kreativitas mendasari
semua praktik organisasi tanpa memandang rutinitasnya (DeGraff, 2003). Kreativitas terlihat
melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau model baru yang dihasilkan dan
perilaku yang diperankan oleh individu, kelompok dan organisasi. Tujuan akhir
pengembangan kreativitas dalam organisasi ialah menciptakan berbagai bentuk nilai
(manfaat), termasuk pertumbuhan, produktivitas, efektivitas, efisiensi dan inovasi. Sejumlah
pakar sepakat bahwa kreativitas merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja organisasi
selain efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja (Kasim, 1998; Scott dalam Eoh, 2001;
French et al, 2000). Kreativitas bersifat alamiah, dapat dikembangkan dan berlangsung
seumur hidup (Kilby, 2001; Akib, 2005).
Pada mulanya, kreativitas hanya dipahami sebagai proses berpikir dengan
menggunakan teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas diartikan sebagai
proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan gagasan baru, asli, unik,
berbeda atau bermanfaat (Couger, 1996; Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). Saat
ini, kreativitas juga dipahami sebagai kemampuan melahirkan, mengubah dan
mengembangkan gagasan, proses, produk, mode, model dan pelayanan serta perilaku
tertentu. Dalam definisi kreativitas terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, tidak terduga)
dan potensi utilitas (berguna, baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk, mode atau model dan
proses yang dihasilkan serta perilaku yang diperankan oleh aktornya. Ciri kreativitas
dideskripsikan dalam pendekatan atau model 4-P Kreativitas, yakni Produk, Proses, Person
(perilaku individu dan kelompok) dan Pers (lingkungan) kreatif (Bostrom dan
Nagasundaram, 1998; Barlow, 2000; Henry, 1991).
Fokus tulisan ini diarahkan pada person atau perilaku individu dan kelompok kreatif
dalam menciptakan produk, proses dan pers atau lingkungan kreatif. State of the
science kreativitas (Anderson et al, 2003) termasuk ke dalam bidang studi manajemen
sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004b; Timpe, 2000) dan perilaku organisasi
(Szilagyi Jr dan Wallace Jr, 1990; Robbins, et.al. 1994) yang dikaji pada tingkat individu,
kelompok dan organisasi. Perspektif tersebut diakui oleh Boon (1997) bahwa fenomena
kreativitas dan proses kreatif merupakan objek kajian yang sangat luas, namun sedikit sekali
hasil penelitian ilmiah dalam areal transfer konsep kreativitas ke dalam perilaku organisasi,
sementara kreativitas dan proses kreatif sangat krusial bagi pengembangan individu, tim,
organisasi dan masyarakat.
Dalam konteks persekolahan, seorang (calon) kepala sekolah tidak cukup hanya
memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan juga harus memiliki kemampuan dan kemauan
untuk melaksanakannya. Untuk melaksanakan ide-ide baru tersebut diperlukan kemampuan
inovatif yang merupakan konsep pembaharuan baik sistem, prosedur dan cara maupun aturan
untuk menghasilkan produk, proses, perilaku dan lingkungan kreatif yang optimal. Seorang
kepala sekolah yang inovatif harus mampu melahirkan cara baru untuk “menerapkan” ide
kreatifnya sehingga berdaya guna dan berhasil guna bagi lembaganya. Dalam implementasi
praktis kreativitas dapat dilakukan mulai dari lingkungan (kecil) di dalam kelas sampai pada
manajemen sekolah yang lebih kompleks.
Berdasarkan pemahaman konsep kreativitas tersebut inovasi dipahami sebagai proses
penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi merupakan
proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal dalam lembaga
pendidikan (sekolah). Dengan definisi yang lebih kompleks, inovasi merupakan pengenalan
dan penerapan ide, proses, produk atau prosedur baru secara sengaja dalam suatu pekerjaan,
tim kerja atau organisasi pendidikan dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih baik dan
menguntungkan bagi tim kerja atau lembaga tersebut.
Ada hubungan erat antara konsep kreativitas dan inovasi yang keduanya sangat
diperlukan dalam mengembangkan sekolah. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau tajam
yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi kreativitasi tidak menghasilkan
sesuatu yang baru bagi organisasi sekolah. Kreativitas umumnya akan terlihat pada proses
kognitif seseorang, di mana pikiran dan ide-ide kreatifnya terlihat dalam proses, perilaku,
produk dan lingkungan pembelajaran. Misalnya, strategi pembelajaran kreatif dengan
memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungannya (contextual learning) atau penataan
ruangan kelas yang memungkinkan peserta didik mendapatkan akses yang sama dengan guru
atau sumber belajar lainnya atau pola administrasi kelas dengan pola komputerisasi.
Pada tataran implementasi, inovasi terbatas pada usaha sengaja (sadar) untuk
memperoleh keuntungan atau hasil yang lebih baik dengan melakukan perubahan, di mana
perubahan tersebut meliputi aspek ekonomis, pengembangan pribadi, kepuasan kerja, kohesi
kelompok dan komunikasi organisasional (lembaga sekolah) yang lebih baik, maupun
produktivitas, efisiensi, efektivitas dan profitabilitas kelembagaan. Inovasi tidak selalu
berwujud perubahan radikal lembaga pendidikan namun dapat berupa perubahan kecil dan
sederhana yang melibatkan berbagai komponen sekolah. Inovasi tidak harus didominasi
perubahan dengan teknologi tinggi, namun sentuhan teknologi hanyalah merupakan salah
satu faktor inovasi dalam mengelola sekolah. Contoh, dikenalkannya layanan pendidikan
yang lebih menekankan pada faktor potensi/kemampuan anak dengan melakukan
pembelajaran semi-individual (tidak selalu klasikal). Ilustrasi lain yang lebih canggih dapat
dilakukan melalui pengenalan layanan pendukung komputer baru di sekolah. Inovasi bisa
juga ditemukan dalam perubahan administratif sekolah dengan menerapkan model database
baik untuk guru dan siswa maupun tenaga pendukung sekolah lainnya (tenaga administrasi).
Inovasi dapat dikembangkan dalam upaya menerapkan strategi baru peningkatan sumber
daya manusia, kebijakan sekolah atau pengenalan kerja tim guru pada bidang-bidang yang
spesifik.
Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak selalu mengisyaratkan atau
mengharuskan pembaharuan absolut. Perubahan dapat dipandang sebagai suatu inovasi
apabila perubahan tersebut baru bagi seseorang, kelompok atau organisasi kelembagaan yang
memperkenalkannya. Kerja tim atau manajemen partisipatif yang diperkenalkan dalam suatu
lembaga pendidikan juga dianggap sebagai suatu inovasi jika baru dalam lembaga tersebut,
terlepas dari apakah model kerja tim tersebut pernah disosialisasikan pada lembaga lain.
Dengan demikian, proses inovasi tidak selalu menuntut hal-hal yang canggih. Persepsi
demikian kadang-kadang justru menghambat proses inovasi, karena selalu takut melangkah
untuk berinovasi.
Dalam proses implementasi kreativitas di sekolah, inovasi bisa bervariasi dari inovasi
yang relatif ‘ringan’ hingga inovasi yang dapat merombak sistem kelembagaan sekolah yang
dianggap sangat penting. Inovasi tidak harus setara dengan proses penemuan modul
pembelajaran Quantum Learning misalnya. Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan
produk, proses, prosedur yang lebih baik, atau cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan
berbagai hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau institusi sekolah. Beberapa
inovasi bisa diperkenalkan dalam waktu yang singkat (misalnya, memutuskan untuk
menerapkan model Classroom Management yang baru dengan mengubah posisi duduk siswa
dan guru), sementara bentuk inovasi lainnya mungkin memerlukan waktu yang cukup lama,
sebagaimana diterapkan dalam pendidikan dewasa ini dengan istilah Community Based
Education (Depdiknas, 2002).
BAB II
KEWIRAUSAHAAN

A. Hakikat Kewirausahaan
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang
memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan
inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak
hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan
bertindak inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti
kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh Alma (2006) adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan
inovatif demi terciptanya peluang.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1) penuh percaya diri,
dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggung jawab; 2)
memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3)
memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke
depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya
dan tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya tantangan dalam
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang
diusahakan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses
imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung
pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu
yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem
kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar pendorong
perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala
sekolah yang memiliki jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan dinamika kegiatan
di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada
kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri.
Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika bermaksud mencapai
tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam kehidupannya. Kekuatan seorang
wirausaha datang dari dirinya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko
kegagalan selalu mengintip, wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung
jawab atas tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam belajar.
Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah mengalami rintangan dan
kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu wirausaha menyalurkan kegiatan untuk
mencapai hasil yang lebih produktif dan positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari
usaha yang tidak mengenal lelah.
Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam
petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi
dalam mewujudkan keinginan yang dipilih. Menurut McClelland, terdapat sembilan ciri
wirausahawan, yaitu: 1) keinginan untuk berprestasi, 2) bertanggung jawab, 3) preferensi
kepada risiko menengah, 4) persepsi pada kemungkinan berhasil, 5) rangsangan oleh umpan
balik, 6) enerjik dalam beraktivitas, 7) berorientasi ke masa depan, 8) terampil dalam
pengorganisasian, dan 9) sikap positif terhadap uang (dalam Depdiknas, 2002).
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, di mana dalam proses inovasinya
menunjukkan cara-cara baru yang berbeda, lebih baik dan bermanfaat dalam mengerjakan
pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak
menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya untuk memajukan
sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal
dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan
kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik, hasil yang dapat
diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah
yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik.
Pada umumnya, setiap orang termasuk kepala sekolah memiliki pengalaman masa
lampau yang bervariasi. Pengalaman dan pengetahuan masa lampau kepala sekolah yang
memiliki jiwa wirausaha biasanya unik dan kadang-kadang tidak dimiliki orang lain. Namun,
kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha juga memiliki kemauan untuk meniru
dan mengkiblat pada keberhasilan kepala sekolah lain yang lebih berhasil mengelola sekolah.
Model meniru dan mengikuti peran kepala sekolah lain yang berhasil mengembangkan
sekolah dengan prinsip kewirausahaan menghasilkan sosok wirausaha yang memiliki
keterampilan mengelola sekolah.
Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan
pengharapan tertentu yang dijabarkan ke dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang
realistik. Realistik berarti tujuannya disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang
dimiliki. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat
meraihnya. Dengan demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan
yang jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan
tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke dalam
indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing aspek atau dimensi. Dari
indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan subprogram yang lebih
memudahkan implementasinya dalam pengembangan sekolah.

B. Fungsi Kreativitas, Inovatif & Jiwa Kewirausahaan dalam Organisasi


Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki karena merupakan
kemampuan yang sangat berguna dalam proses kehidupan manusia. Makna dan posisi
kreativitas dan inovasi dinyatakan oleh Treffinger (1986) bahwa tidak ada seorang pun yang
tidak memiliki kreativitas. Sementara itu, Timpe (2000: 59) menjelaskan bahwa setiap
individu kreatif dengan cara-cara dan derajat yang berbeda. Dengan demikian, setiap orang
memiliki dasar kreativitas dan inovasi pada dirinya. Masalahnya adalah bagaimana cara
potensi kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan
riil sesuai dengan wawasan kewirausahaan dalam organisasi, khususnya di sekolah.
Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi kepala sekolah dapat mendorong
potensi kerja dan kepuasan pribadi yang tak terhingga besarnya. Dengan terobosan kreatif
kepala sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengubah tantangan
menjadi peluang dan untuk memajukan sekolah. Hal ini menunjukkan terjadinya perwujudan
diri sepenuhnya yang merupakan salah satu esensi dalam kehidupan manusia (Munandar,
1992). Menurut Maslow (1968) yang dikutip Depdiknas (2002), dalam perwujudan diri
manusia kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang memiliki fungsi
penuh. Di sini terlihat bahwa potensi kreativitas dan inovasi penting untuk mengembangkan
prestasi kerja, termasuk prestasi kerja kepala sekolah bersama warga sekolah.
Pada masa sekarang di mana otonomi daerah tengah digalakkan, konsekuensi logis
pergeseran kebijakan tersebut adalah perlunya dipersiapkan tenaga handal dalam mengelola
sistem pemerintahan, termasuk sistem ketenagaan di sektor pendidikan. Disadari bahwa pola
rekruitmen tenaga kependidikan di daerah masih sangat lemah dan satu di antaranya adalah
kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan fungsi kreativitas,
inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi pendidikan (calon) kepala sekolah menjadi salah
satu kajian pokok dalam peningkatan aspek tersebut. Kewirausahaan berbasis kreativitas dan
inovasi juga penting dipahami oleh para guru dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik dan pengajar yang membimbing dan mengantar anak didik ke arah pertumbuhan
dan perkembangan prestasinya secara optimal. Di sisi lain, kepala sekolah karena kelemahan
rekuritmen kadang-kadang tidak memiliki kemampuan tersebut. Padahal, kedudukan kepala
sekolah menjadi sangat sentral dan penting dalam mengoptimalkan fungsi kreativitas, inovasi
dan wawasan kewirausahaan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan perlu pula dipelajari
kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat dan di tempat kerja. Kreativitas yang
merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu
dan organisasi. Semiawan (1997) menguraikan konsep Treffinger (1986) bahwa ada empat
alasan penting mengapa seseorang (termasuk kepala sekolah) perlu belajar menjadi lebih
kreatif, yaitu: 1) belajar kreatif membantu seseorang (kepala sekolah) menjadi lebih berhasil
guna dalam melakukan pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan yang timbul di masa kini dan di masa
depan; 3) belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat
mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan
badan seseorang; 4) belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan ide, cara dan hasil yang baru, unik dan
bermanfaat.
Dalam kaitannya dengan perwujudan fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan
kewirausahaan perlu ada komitmen yang tinggi dari para kepala sekolah dan guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Bagi guru sebagai salah satu pilar
pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS), perlu memiliki
kemampuan dan kesanggupan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa
terangsang untuk lebih ingin mengetahui materi pelajaran, senang bertanya dan berani
mengajukan pendapat serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini
penting dipahami dan dipraktekkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan
harapan agar siswa mendapat kesempatan mengukir prestasi. Selanjutnya, yang lebih penting
adalah peran kepala sekolah, yang juga merupakan salah satu pilar dari tiga pilar pelaksanaan
MPMBS agar memiliki kepedulian yang lebih tinggi dari sisi manajemen sekolah.
C. Strategi Memperkenalkan Inovasi
Banyak cara yang dapat dipilih dalam mensosialisasikan konsep kreativitas dan inovasi,
dari cara yang radikal sampai pada cara halus dan tersamar. Pada prinsipnya, apapun strategi
yang diterapkan memiliki tujuan yang sama agar perubahan dan pembaruan terjadi dalam
organisasi. West (2000) mengemukakan empat strategi memperkenalkan inovasi, yakni
strategi pengaruh minoritas, strategi partisapatif, strategi eklektik dan strategi pemaksaan
kekuasaan (Depdiknas, 2002). Tiga strategi yang erat kaitannya dengan pengembangan
kreativitas dan inovasi dalam konteks pendidikan diuraikan berikut ini.
Strategi Partisipatif, ini cocok dikembangkan apabila kebutuhan akan inovasi dirasakan
oleh personil kelembagaan dan tersedia cukup waktu dan sumber daya untuk menggalakkan
partisipasi khususnya bagi kelompok yang dianggap tidak terlibat langsung dalam proses
inovasi. Sebagai ilustrasi pada konteks persekolahan, strategi partisipasi melibatkan tiga
unsur, yakni 1) kepala sekolah, guru dan warga sekolah, 2) mensosialisasikan informasi
kepada mereka, dan 3) melibatkan kepala sekolah, guru dan warga sekolah termasuk komite
sekolah, orang tua siswa, pengusaha, penguasa dan masyarakat selaku pemangku kepentingan
dalam pembuatan keputusan. Strategi partisipasi dapat diterapkan apabila basis untuk tim
sudah ada di sekolah tersebut.
Strategi Ekletik, menurut Daft (1992) merupakan gabungan dari beberapa metode
dalam mengimplementasikan inovasi. Pendekatan ini melibatkan tujuh teknik mengubah
implementasi, yakni 1) diagnosis kebutuhan akan perubahan; 2) memenuhi ide-ide yang
sesuai kebutuhan; 3) mendapatkan dukungan manajemen puncak; 4) merancang perubahan
untuk implementasi bertahap; 5) mengembangkan rencana untuk mengatasi resistansi
terhadap perubahan; 6) membentuk tim perubahan; dan 7) merangkul dan membina personil
yang kaya ide.
Strategi Pemaksaan Kekuasaan, ini lazim digunakan untuk perubahan paradigma yang
radikal dan tidak mungkin dilakukan dengan cara lain. Pemaksaan kekuasaan dilakukan jika
kelompok organisasi memiliki kemampuan berpikir yang timpang antara kelompok pimpinan
dengan kelompok yang dikenai inovasi. Di samping itu, pemaksaan kekuasaan diterapkan
apabila tidak ada waktu yang cukup untuk menjalankan konsultasi, komunikasi atau
partisipasi dalam menerapkan inovasi. Perlu diingat bahwa strategi pemaksaan hanya efektif
digunakan oleh aktor yang memiliki kekuasaan dan pengaruh cukup besar dalam organisasi
untuk mendesak implementasi inovasi. Konsekuensi penggunaan strategi pemaksaan
kekuasaan adalah adanya kecenderungan memunculkan sikap permusuhan yang cukup besar
di antara anggota organisasi. Pemaksaan kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk
mewujudkan perubahan yang tidak popular. Contoh, perampingan kelembagaan akan sangat
mungkin menimbulkan resistansi besar-besaran, bahkan proses konsultasi, komunikasi dan
partisipasi tidak akan efektif. Program perubahan kultur juga seringkali menuntut pemaksaan
kekuasaan untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan dalam diri orang yang sudah begitu
lama menggeluti “kultur lama.” Misalnya, kepala sekolah sering menentang
pengenalan participative management atau participative leadership karena melihat bahwa
kewenangan, kekuasaan dan kontrol manajemennya akan dipangkas.
D. Semangat Kewirausahaan Sekolah
Berdasarkan trend selama ini dapat dikatakan bahwa di masa datang banyak sekolah
swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik dibanding sekolah negeri, bahkan di kota-kota
besar fenomena tersebut sudah mulai terlihat. Sekolah negeri yang selama ini terlalu
mengandalkan subsidi pemerintah lambat laun akan mulai ketinggalan apabila cara
berpikirnya tidak segera diubah. Pada saat itu, jika sekolah negeri ingin maju harus dikelola
secara profesional dan tidak hanya bergantung pada arahan kebijakan dan alokasi dana
pemerintah melainkan juga harus mampu “mandiri” seperti sekolah swasta. Kepala sekolah
harus memahami prinsip kewirausahaan untuk diaplikasikan dalam mengelola sekolah.
Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku
kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi sekolah dengan cara mencari
dan menerapkan cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya
prinsip“good school governance” (pengelolaan sekolah yang baik). Adapun contoh bentuk
kewirausahaan sekolah ada enam, yaitu 1) penggunaan sarana dan prasarana secara optimal
untuk bisnis di lingkungan sekolah dengan dasar kebutuhan akan peningkatan kemampuan
dan kebutuhan kehidupan bersama warga sekolah dan masyarakat; 2) membangun kerja sama
dan kemitraan usaha dengan dunia usaha dan industri, masyarakat, pemerintah daerah dan
lain-lain; 3) melakukan restrukturisasi organisasi sekolah dengan cara membentuk tim kerja
untuk bisnis dan memilih tenaga yang profesional untuk mendukung pelaksanaan
kewirausahaan; 4) mengadakan pelatihan kemampuan dan keterampilan tambahan yang
sesuai dengan kemajuan ipteks dan imtak untuk meningkatkan kemampuan SDM sekolah;
dan 5) mengembangkan usaha produktif dengan cara bekerja sama dengan lembaga
penyandang dana, investor, kontraktor dan lain-lain yang bermanfaat bagi warga dan dapat
mengembangkan modal serta keuntungan unit produksi atau koperasi secara berlipat ganda.
Contoh good practice kewirausahaan sekolah adalah simulasi Business Takesover Your
Class yang diselenggarakan oleh Sekolah Bisnis Prasetya Mulya (kemampuan
melipatgandakan modal), model bisnis sekolah dasar kota pada SD Negeri Banjarsari I di
Kota Bandung (pola aktivitas bisnis yang menekankan produksi, dengan berorientasi pada
pembelajaran bermutu untuk memupuk kepercayaan masyarakat), dan KPN SMPN 138 (unit
usaha simpan pinjam, pengadaan alat sekolah, konsumsi dan kantin, jasa percetakan,
tabungan anggota) (dikutip dari Sarbini, 1994).
PROGRAM KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN
SD NEGERI GEDANGANAK 03 TAHUN 2018/2019
NO JENIS PROGRAM PELAKSANAAN

1.1.Merintis program inovasi

. punya dokumentasi program perbaikan/


pengembangan/pengayaan/modifikasi
untuk
kemajuan sekolah

1.2.Kerja keras untuk mencapai


keberhasilan :

. dokumentasi kegiatan di dalam, di luar


sekolah
. ada peningkatan kuantitas-kualitas
tenaga,
Sarpras

1.3.Menunjukkan motivasi kuat :

. berfikir positip

. menciptakan perubahan

. membangun harga diri

. membina keberanian

. melakukan yang terbaik

. membasmi sikap menunda-nunda

1.4.Menunjukkan sikap pantang


menyerah :
. kuatkan hati diri sendiri

. tidak mudah putus asa

. Jaga jiwa gara


1.5.Menunjukkan sikap kreatif :
. ada gagasan baru, asli unik

. Gagasan berbeda dan bermanfaat bagi


siswa

1.6.Mampu menjadi teladan :


. bagi guru dan warga sekolah

. semua warga sekolah mengikuti aturan

. punya sikap positip

. punya rasa bangga sebagai warga sekolah

1. Menyusun Program Dan/ Atau Hasil Implemantasi Kegiatan Kewirausahaan


Di Sekolah.
1.1 Merintis Program Inovasi
Kepala Sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong
guru untuk melakukan proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan berpikir
kritis, kreatif, inovatif, cakap menyelesaikan masalah dan bernaluri kewirausahaan
bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Sebagai salah satu dimensi
kompetensi Kepala Sekolah kewirausahaan yang bermakna untuk kepentingan
pendidikan yang bersifat sosial bukan untuk kepentingan bisnis yang
mengkomersialkan sekolah.

Kewirausahaan dalam bidang pendidikan yang diambil adalah karakteristiknya


seperti inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah, kreatif untuk
mencapai solusi yang terbaik dan memiliki naluri kewirausahaan. Semua
karakteristik itu tersebut bermanfaat bagi Kepala Sekolah dalam mengembangkan
sekolah untuk mencapai keberhasilan sekolah melaksanakan tugas pokok dan
fungsi, menghadapi kendala sekolah, dan mengelola kegiatan sebagai sumber
belajar siswa.
1. Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara
kreatif dan inovatif untuk mewujudkan nilai tambah (Overton, 2002). Kreatif
berarti menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Inovatif
berarti memperbaiki/ memodifikasi/ mengembangkan sesuatu yang sudah ada.
Nilai tambah berarti memiliki nilai lebih dari sebelumnya.

2. Tujuan
Tujuan pengembangan kewirausahaan bagi kepala sekolash adalah agar kepala
sekolah inovatif, kerja keras, memiliki motivasi kuat, panyang menyerah, dan
kreatif dalma mencari solusi terbaik sehingga mamapu menjadi contoh bagi
warga sekolahnya.

3. Karakteristik
Ada dua jenis karakteristik atau dimensi kewirausahaan yaitu :
a. Kualitas dasr kewirausahaan meliputi kulitas daya pikir, daya hati, dan daya
fisik
b. Kualitas instrumental kewirauasahaan yakni penguasaan lintas disiplin ilmu

Sesuai dengan definisi, tujuan, dan karakteristik kewirausahaan, maka seorang


kepala sekolah dituntut untuk merintis program inovasi. Adapun program inovasi
diwujuikan dalam program perbaikan, pengembangan, pengayaan sebagai
Modifikasi untuk kemajuan sekolah.

Program yang sudah dilakuka kepala sekolah antara lain :

1. Tiap tahun / semester mengadakan bazar hasil kreatifitas siswa bersama orang
tua, dari hasil bazar orang tua / masyarakat bersama sekolah menyusun
rencana tindak lanjut dan dilanjutkan untuk mengembangkan :
 Paguyuban Kelas
 Kantin Kejujuran
 Memperkaya sudut baca
2. Mengadakan program tabungan harian dan jangka panjang
 Tabungan harian dibagikan di akhir tahun setipa kenaikan kelas
 Tabungan jangka panjang diberikan setiap kelulusan (6 tahun) untuk
mempersiapkan peserta didik melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya
(SLTP)

Tabungan harian dan jangka panjang di simpan dan dipinjamkan pada warga
sekolah dan steak holder dengan memberikan jasa bagi penabung dan peminjam.
Adapun sisa – sisa dana dikembangkan untuk mendukung kegiatan lain seperti
rebana, penambahan buku di perpustakaan, dan kegiatan lainnya.

Adapun program inovasi yang selanjutnya akan dilaksanakan materi


kewirausahaan akan dibuat sebuah silabus supaya ketercapainya dapat terarah.
RENCANA PROGRAM KEWIRAUSAHAAN

Materi : Kewirausahaan
Waktu : 8 Jam
Standar Kompetensi : Memiliki jiwa kewirausahaan

Program Indikator Uraian


No Langkah -langkah Waktu
Inovasi Ketercapaian Kegiatan
1. Kantin  Mencari modal  Meminjam dana 1 semester Setiap kelas
Kejujuran  Penetapan tempat dari koperasi diberi

 Menyeleksi barang  Mencari donatur kepercayaan

yang akan dijual  Mencari mengelola


penyetor barang
dagangan dagangan yang
sama (sejenis)
2. Paguyuban  Menghias kelas  Memberdayakan 1 tahun Setiap bulan
Kelas  Menjaga Komite Sekolah Kepsek
kebersihan kelas dan Steak memantau
 Diadakan Lomba Holder keadaan kelas
 Memotivasi daya dan pada akhir
saing guru tahun ajaran
memberi
penghargaan
kepada kelas
yang prestasi.
3. Warnet  Pembelajaran  Internet dibuat 1 semester Guru
sekolah komputer pararel (dipecah) memberikan
 Pengenalan internet tugas kepada
 Memanfaatkan siswa untuk
internet untuk mencari /
pelajaran menyelesaikan
tugasdi
internet. Guru
bersama siswa
menggunakan
internet dalam
pembelajaran.
4. Perpustakaa  Mengklasifikasikan  Meningkatkan 1 tahun Pada
n aktif jenis buku bacaan sarana dan peringatan
 Membudayakan prasarana bulan bahasa
gemar membaca perpustakaan diadakan
 Presentase absen  Menyediakan lomba baca
pengunjung dan tenaga puisi,
pembaca perpustakaan membaca
perpustakaan  Mengadakan teknik bagi
lomba keaktifan kelas 1-3.
membaca Untuk kelas 4-
6 diadakan
lomba
sinopsis, cipta
puisi, dan
parafase
5. Kreatifitas  Setiap kelas  Menagadakan 1 tahun Setiap
Seni mempersiapkan acara perpisahan
satu atau dua per[isahan / kelas 6
tampilan karya seni Pentas Seni diadakn Pentas
 Membudidayakan  Mengadakan Seni.
permainan daerah lomba – lomba Diadakan
seperti egrang, tradisional pada lomba – lomba
dakon, gerobak hari pada Hari
sodor, dsb. nasional(Hari Besar Nasional
Proklamasi) (Proklamasi,
Hari Kartini,
dll)

1.2 Kerja Keras untuk mencapai keberhasilan


a. Peningkatan Kuantitas Tenaga
- Ada tambahan guru Bahasa Inggris
- Ada tambahan guru komputer
- Ada tambahan pustakawati
- Ada tambahan guru ekstra rebana
b. Peningkatan Kualitas Tenaga
- Jumlah guru bersertifikasi ada 6 dan sudah berijasah S1, yang sekarang
sedang menempuh S1 ada 3,
- Untuk meningkatkan kualitas tenaga didatangkan narasumber, seminar,
workshop
- Diikutertakan dalam seminar,workshop,dll

c. Peningkatan Sarpras
- Pengadaan Ruang computer beserta perangkatnya
- Pembuatan lapangan Badminton dan Volly

1.3 Menunjukkan Motivasi Kuat


a. Berfikir Positif
Yang dimaksud dengan berfikir positif adalah berfikir dengan memberi
dorongan secara positif dengan memberikan kritikan secara membangun.
Dengan kata lain memberikan kritikan kerja orang lain dengan sifat kritik
membangun dan sebelum memberikan kritikan, seorang kepada sekolah juga
harus mau menerima kritikan dari para guru dan tenaga kependidikan demi
kemajuan bersama.
Implementasi dari berfikir positif adalah: bahwa kami selaku kepala
sekolah mengajak warga sekolah untuk saling mengkritik antara satu dengan
yang lain bilamana kritikan tersebut bersifat membangun demi kemajuan dan
peningkatan prestasi sekolah.

b. Menciptakan Perubahan
Yang dimaksud dengan menciptakan perubahan adalah adanya
kemampuan yang kuat untuk merubah situasi oleh diri sendiri baik mengubah
perasaan tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mau menjadi mau. Dengan
demikian dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
Kepala Sekolah mengajak warga sekolah terutama untuk para guru dan
tenaga kependidikan agar kemampuan dan kemauan yang dimiliki oleh para
guru dan tenaga kependidikan untuk dapat dicurahkan pada sekolah agar dapat
meningkatkan prestasi baik bidang akademik maupun non bidang akademik
dan bidang-bidang lainnya.
Implementasi menciptakan perubahan adalah kami selaku kepala sekolah:
- Membagi tugas mengajar diawal semester dari kelas I-VI, Guru PAI dan
Penjas.
- Memberi tugas guru yang mempunyai kemampuan Pramuka untuk tugas
ekstra Pramuka
- Memberi tugas bagi guru yang mempunyai kemampuan seni diberi tugas
untuk memberi ekstra kesenian.
- Guru yang berkompeten olahraga kami beri kepercayaan mengampu ekstra
olahraga.
- Guru yang berkompeten akademik missal Bahasa Indonesia, Matemaika
dan IPA kami beri tugas memberi tambahan pelajaran kelas VI dalam
persiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

c. Membangun Harga Diri


Yang dimaksud dengan membangun harga diri adalah bahwa setiap
orang atau setiap guru pasti mempunyai kelebihan dan memiliki kekurangan
atau kelemahan. Hal ini maka antar guru satu dengan yang lainnya harus
saling menutupi dan melengkapi kekurangan yang dimiliki, karena kita semua
merupakan satu keluarga yaitu keluarga besar warga sekolah dalam satu
keluarga harus dapat saling menutupi dan melengkapi kekurangan dan
kelebihan anggota keluarga. Hal ini semua demi kemajuan dan prestasi
sekolah.
Implementasi membangun harga diri adalah kami selaku kepala
sekolah selalu mengajak pada warga sekolah terutama para guru dan tenaga
kependidikan untuk tidak merasa dirinya paling pandai atau paling bodoh,
karena kelemahan dan kelebihan dari para guru semua dapat saling menutupi
dan menyempurnakan tidak berrebut aku yang paling benar tetapi semua dapat
menjaga situasi dan kondisi di sekolah kondusif, aman dan tentram demi
kemajuan dan prestasi sekolah.

d. Membina Keberanian
Yang dimaksud dengan membina keberanian adalah sebagai seorang
kepala sekolah untuk dapat dan bersedia belajar dari orang lain baik dari guru
yang senior ataupun pada guru lain yang dipandang kompeten dan cakap.
Selain itu kepala sekolah atau guru harus terbiasa membina keberanian kepada
guru lain, juga harus kerja keras demia kemajuan dan peningkatan prestasi
lebih maju sesuai dengan yang dicita-citakan bersama.
Implementasi keberanian adalah kami selaku kepala sekolah selalu
akan melakukan pendekatan dan belajar serta bertanya kepada terutama guru
yang senior ataupun guru yang kompeten dan cakap untuk dimintai
pertimbangan, saran demi kemajuan dan prestasi sekolah.
Contoh : 1. Saat menyusun RKAS, RAPBS dan
2. Pembagian tugas mengajar diawal tahun pelajaran baru
3. Pembagian tugas ekstra kurikuler
Selalu dimusyawarahkan dengan komite, guru dan tokoh masyarakat serta
tenaga kependidikan.

e. Melakukan Yang Terbaik


Yang dimaksud melakukan yang terbaik adalah semua apa yang kita
lakukan harus menghasilkan suatu hasil yang terbaik dan hasil yang
memuaskan agar tidak sia-sia setiap kita melangkah. Maka sebelum
melakukan kegiatan kita harus membuat rencana program terlebih dahulu agar
bisa terarah kegiatannya dan dapat menghasilkan yang lebih, dengan kegiatan
terprogram diharapkan efisien biaya, tenaga dan dapat meraih hasil yang baik
sesuai sasaran yang dituju.
Implementasi melakukan yang terbaik, kami selaku kepala sekolah
selalu menyusun rencana kerja ada rencana kerja tahunan, rencana kerja
jangka menengah dan rencana kerja jangka panjang dan itu semua tidak
terlepas dari musyawarah dengan komite dan guru serta dengan tenaga
kependidikan yang ada.

f. Membasmi Sikap Menunda-Nunda


Yang dimaksud membasmi sikap suka menunda-nunda adalah
menghilangkan sikap untuk menunda-nunda dengan alasan pekerjaan apa itu,
terlalu sulit untuk segera melaksanakan atau memulai mengerjakan tugas.
Lebih baik cepat pekerjaan itu selesai daripada lambat untuk dikerjakan. Yang
cepat akan beruntung, yang lambat sering menunda akan bunting.
Implementasi membasmi sikap menunda-nunda bahwa kami selaku
kepala sekolah, selalu mengajak pada para guru dan tenaga kependidikan yang
lain jangan suka menunda pekerjaan karena pekerjaan yang lain sudah
menanti dibelakangnya. Harus kita lenyapkan sifat yang sering suka menunda-
nunda pekerjaan, kita harus tertib waktu, tertib segalanya.

1.4 Menunjukan sikap pantang menyerah


 Kuatkan hati diri sendiri : walaupun banyak halangan, rintangan tetapi kita
terus berusaha, optimis sampai tujuan tercapai
 Tidak mudah putus asa : walaupun banyak yang menentang program yang
telah ditentukan kita hurus fokus, tidak mudah putus asa untuk mencapai
keberhasilan
 Jaga jiwa raga : kita tetap optimis dan selalu menjaga kesehatan jiwa dan raga
serta menguatkan hati untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan diiringi
doa.

1.5 Menunjukan sikap kreatif


 Gagasan baru, asli, unik.
Tugas seorang Kepala Sekolah sangatlah banyak, salah satu tugasnya adalah
dapat menemukan solusi yang terbaik dalam menghadapi tantangan, kendala-
kendala dan semua permasalahan di sekolah.
Untuk menemukan solusi yang terbaik tersebut Kepala Sekolah harus
memiliki kreatifitas dan solusi masalah, agar apa yang dilakukan membawa
perubahan-perubahan baru kearah peningkatan yang lebih baik.

Beberapa cara untuk meningkatkan kreatifitas Kepala Sekolah adalah:


1. Curah pendapat (brain storming) untuk menghasilkan ide-ide baru
2. Mengubah ide-ide yang sudah ada
3. Mempelajari proses perubahan ide
4. Mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku
5. Bergaul dengan orang-orang yang kreatif

Kepala Sekolah sebagai seorang wirausahawan harus mampu menciptakan


kreatifitas yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah.

Untuk menunjang pembelajaran dan memperluas wawasan siswa dalam


mengakses internet, guru kelas 6 memberi tugas siswa untuk membuka/
mengambil data/ informasi dari internet. Karena sekolah hanya memiliki satui
titik jaringan internet yang berada di ruang kantor sekolah, siswa selalu
berdesak-desakan dalam mengakses internet di ruang Kantor Sekolah tersebut.

Melihat permasalahan ini Kepala Sekolah memutuskan untuk menyambung


(membuat paralel) jaringan internet dari ruang kantor sekolah ke semua
komputer yang berada di ruang laboratorium komputer sekolah, dimana ruang
laboratorium komputer tersebut lebih luas dan nyaman. Dengan
penyambungan jaringan internet tersebut semua siswa dapat mengakses
internet di ruang laboratorium komputer sekolah dangan nyaman tanpa
berjejalan.

Inilah suatu wujud kreatifitas inovasi seorang Kepala Sekolah dalam memberikan
solusi terbaik dalam pengembangan sekolah.

 Gagasan berbeda dan bermanfaat bagi siswa


Kepala Sekolah sebagai seorang wirausahawan harus memiliki jiwa
kewirausahawan personal, yang selalu berusaha meningkatkan nilai tambah
dan selalu ingin mencari perubahan yang lebih baik serta tidak pernaha merasa
puas apa yang telah dicapainya.

Kepala Sekolah melihat suatu persoalan sebagai suatu tantangan dan


cenderung memikirkan tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada
umumnya/ bukan suatu yang sudah biasa dilakukan.

Diluar pagar depan sekolah banyak pedagang kaki lima yang berjualan.
Karena lokasi sekolah berada do pinggir jalan raya, sehingga mengganggu
bahkan membahayakan keselamatan siswa. Melihat kondisi yang demikian
ini dapat dimanfaatkan oleh Kepala Sekolah sebagai peluang untuk
mendapatkan nilai tambah sekaligus menemukan solusi agar pada waktu/
pada saat istirahat siswa dalam membeli jajan siswa tidak diperbolehkan
keluar dari pagar sekolah (lingkungan sekolah). Dengan demikian siswa
bisa mebeli jajan di kantin sekolah, tanpa harus keluar dari pagar sekolah
(lingkungan sekolah).

Demikian wujud kreatifitas Kepala Sekolah dalam mencari solusi terbaik agar
siswa mendapatkan perlindungan keselamatan dari bahaya.
1.6 Mampu menjadi teladan
 Bagi guru dan warga sekolah
 Semua warga sekolah mengikuti aturan
 Mempunyai sikap positip
 Mempunyai rasa bangga sebagai warga sekolah
- Mengambil keputusan secara bijaksana
- Memberi tugas sesuai porsinya
- Warga sekolah berpakaian rapi
- Datang awal dan pulang akhir
- Bertutur kata dan berperilaku yang baik
- Mengerjakan administrasi kelas atau sekolah degan baik
- Mendampingi kegiatan ekstrakutikuler sekolah (sesuai jadwal)
- Semua warga sekolah mengikuti kegiatan upacara bendera dengan
berseragam lengkap
- Memasang atribut seragam pada seragam identitas sekolah
- Warga sekolah mentaati tata tertib sekolah

BAB III
Simpulan dan Saran

A. Simpulan
Pengembangan kreativitas dan inovasi sebagai basis kewirausahaan sekolah merupakan
ikon baru bagi kepala sekolah bersama warga sekolah. Kewirausahaan sekolah dipahami
sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk
mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan sekolah adalah
kemampuan kepala sekolah bersama warga sekolah untuk menciptakan sesuatu yang baru,
unik, berbeda atau bermakna (bernilai) melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi
terciptanya peluang, ruang dan uang. Tiga dari empat strategi pengembangan kreativitas dan
inovasi, selain strategi pengaruh minoritas relevan diterapkan di sekolah yakni strategi
eklektif, strategi pemaksaan kekuasaan dan strategi partisipatif.

B. Saran
Agar kepala sekolah dapat meraih sukses menerapkan pola kewirausahaan di sekolah,
kepala sekolah bersama guru dan tenaga kependidikan lainnya berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Kepala sekolah perlu
memberi pembelajaran kepada guru dan staf untuk memahami dan mengaktualisasikan
semangat dan jiwa kewirausahaan sekolah dengan cara menyesuaikan dengan bidang
tugasnya masing-masing. Kepala sekolah diharapkan mampu menyakinkan semua pihak
bahwa sekolah adalah “lahan garapan bersama” dan maju mundurnya sekolah menjadi
tanggung jawab bersama. Jika sekolah maju, maka kemajuan itu menjadi “milik bersama”
artinya semua pihak mendapatkan manfaat dalam segala bentuknya. Manajemen partisipatif
yang diterapkan di sekolah akan memberikan kepercayaan kepada guru dan staf sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Sekolah harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki dan mengoptimalkan peran serta masyarakat sebagai salah satu pilar dalam
pengembangan sekolah berbasis kewirausahaan.

Kepala UPTD SPF


SD Negeri Gedanganak 03

MURYANTO,S.Pd,M.Pd
NIP. 19640507 198405 1 001

Anda mungkin juga menyukai