Anda di halaman 1dari 44

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | APRIL 2016

SALAM REDAKSI
“Menyelamatkan Hutan, Menyelamatkan Bumi”. Hutan adalah sumberdaya alam
yang selama ini menyediakan sumber kehidupan. Hutan bukanlah sumberdaya
alam yang harus di eksploitasi terus menerus. Tanpa hutan tidak ada binatang,
tanpa hutan tidak ada air, tanpa hutan tidak ada oksigen, tanpa hutan tidak ada
manusia.

Pemanasan global terus terjadi. Suhu permukaan bumi terus meningkat, es-es
abadi terus menerus hilang, muka air laut terus mengancam tenggelamnya pulau-
pulau kecil. Hutan yang menjadi tumpuan utamapun terus berkurang. Ibarat
pepatah bijak suku Indian: “Ketika pohon terakhir ditebang, Ketika sungai terakhir
dikosongkan, Ketika ikan terakhir ditangkap,
Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang.”

Tahun 2013, Indonesia masih memiliki 82 juta Ha hutan alam yang tersebar di
Nusantara. Hingga detik ini, puluhan juta hektar hutan alam yang ada di Nusantara
terus di eksploitasi dan hilang akibat keserakahan manusia.
Majalah “INTIP HUTAN” edisi September ini akan menceritakan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di hutan Indonesia. Mulai dari tata kelola hutan, sungai,
perubahan iklim, konservasi, gender, flora fauna, dan lain sebagainya.

Akhir kata, kami mengucapkan terikamasih kepada seluruh pembaca. Semoga


dengan adanya media publikasi ini dapat terus menumbuhkan semangat kepedulian
akan lingkungan khususnya dalam menjaga sumberdaya hutan.

Selamat membaca...
Terima kasih...!!

                                  
Penanggung Jawab: Soelthon G. Nanggara Pemantau Hutan
Tim Redaksi: Isnenti Apriani, Mufti F. Barri, Dwi Lesmana, Amalya Reza Oktaviani, Agung Adi S., Anggi P.
Prayoga, Andi Juanda @fwindonesia
Kontributor: Linda Rosalina, Anggi P. Prayoga, Mufti F. Barri, Andi Chairil Ichsan, Amalya Reza Oktaviani,
Isnenti Apriani, Fachrudin Surahmat Ardy Kresna Crenata, Nurika Manan, Via Mardiana
Untuk mendapatkan media
Design dan Tata Letak: Hudi Dhuhartadi Hutomo informasi Intip Hutan,
Foto: Forest Watch Indonesia silakan menghubungi bagian
Penerbit: Forest Watch Indonesia sirkulasi ke alamat di atas
Sirkulasi: Amalya Reza Oktaviani
Alamat
I N TRedaksi:
I P H U T Jl.
A NSempur
- F O RKaler
E S T No.
W A T62,
C HBogor;
I N D OTelepon
N E S I A 0251
| A P 8333308,
R I L 2 0 1 Faks
6 0251 8317926, Email
fwibogor@fwi.or.id, Website www.fwi.or.id, Facebook Pemantau Hutan, Fanspage Forest Watch Indonesia,
Twitter @fwindonesia
DAFTAR ISI
                                  
4 Kementerian Agraria dan Tata
Ruang Tidak Mematuhi Undang-
Undang Keterbukaan Informasi
Publik

6 Bertumpu pada Hutan di DAS


Mahakam

12 Pohon Harapan, “Hutan Indonesia


Hanya Tinggal Cerita” © Forest Watch Indonesia

16 Kekeliruan Praktek Pengelolaan


Kawasan Konservasi Di Indonesia

18 Hasil Hutan yang diabaikan : Sagu


Nasibmu Kini

23 Hutan, Masyarakat Kota, dan


Alam Bawah Sadar

27 Membebaskan Perempuan, © FWI © FWI


Melestarikan Bumi

30 Angin segar dari Canguk

34 Cerita Turun Gunung

37 Merawat “Warisan” yang Tersisa di


Tanah Jawa
© Forest Watch Indonesia
40 Kebijakan Kehutanan Dalam
Perspektif Pengelolaan DAS

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


4 L I P U TA N K H U S U S

Kementerian Agraria
dan Tata Ruang / BPN
Dituntut Terbuka
         A  AAAAAAAAAAAAAAAA

           
Jakarta, 19 Agustus 2016.
Organisasi masyarakat sipil Indonesia
mempertanyakan komitmen Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (KemenATR/BPN) terkait keterbukaan
informasi publik. Pernyataan ini dikeluarkan
paska diterimanya pemberitahuan keberatan
(banding) oleh KemenATR/BPN atas putusan
Komisi Informasi Pusat (KIP) yang menyatakan
dokumen Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan
sawit yang dimohonkan Forest Watch
Indonesia (FWI) adalah informasi terbuka.
Surat Pemberitahuan dan Penyerahan
Permohonan Keberatan yang dilayangkan
oleh KemenATR/BPN kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Jakarta tertanggal 9
Agustus 2016, menandakan tidak ada kemauan
terbuka untuk memberi ruang berpartisipasi
bagi publik dalam pengawasan pembangunan
di sektor perkebunan. Padahal pemerintah
Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan
evaluasi terhadap kinerja perkebunan kelapa
sawit melalui usulan kebijakan moratorium. Hal
ini sejalan dengan upaya Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumber Daya Alam (GN-PSDA) kajian terkait pemanfaatan lahan dan hutan.
yang diinisiasi Komisi Pemberantasan Korupsi “Kami sangat menyayangkan sikap KemenATR/
(KPK) dalam menyelesaikan penguasaan BPN yang melakukan banding kepada PTUN.
tanah masyarakat dalam kawasan hutan. Kami kesulitan melakukan verifikasi tanpa
Dokumen HGU perkebunan kelapa adanya dokumen sah (resmi) dari pemerintah.
sawit yang dimohonkan FWI untuk melakukan Padahal kami menemukan adanya tumpang

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


L I P U TA N K H U S U S 5

tindih perizinan yang menye-


babkan kehancuran sumber
daya hutan, konflik tenurial
antara perusahaan dengan
masyarakat, hingga terjad-
inya ancaman keberlanjutan
hidup masyarakat adat dan
lokal,” tegas Linda Rosalina
pengkampanye FWI.
Kejadian serupa terjadi
juga di Kalimantan Timur,
putusan Komisi Informasi
Kaltim yang membuka
dokumen HGU perkebunan
pun ditolak oleh Kantor Wilayah
(Kanwil) BPN. Ki Bagus Hadi
Kusuma, pengkampanye
JATAM menerangkan bahwa
“Setiap dokumen perizinan
dan syarat perizinan adalah
dokumen terbuka. Dokumen
HGU sebagai syarat perizinan
sejatinya terbuka untuk
publik. Apalagi kenyataannya
di lapangan banyak terjadi
tumpang tindih antara HGU
dan konsesi pertambangan.
Bahkan terdapat perusahaan
sawit yang melakukan kegiatan
pertambangan di wilayah HGU-
nya.”
Hal senada diungkapkan
oleh Fathur Roziqin Fen,
Direktur Eksekutif WALHI
Kalimantan Timur, “Konflik di sendiri. “Dipaksa oleh izin yang lam mewujudkan transparan-
perkebunan kelapa sawit terjadi diterbitkan tanpa pelibatan si informasi pengelolaan dan
sejak proses perijinan yang tidak masyarakat secara partisipatif. pemanfaatan sumber daya
transparan. Konflik terpanjang Tren ini terus meluas di hampir alam. Sehingga upaya-upaya
diakibatkan alih fungsi lahan 1 juta Ha konsesi perkebunan terkait penyelamatan hutan,
pertanian produktif (sawah & sawit yang existing di Provinsi pencegahan dan penyelesaian
ladang) menjadi perkebunan Kalimantan Timur”, ujar Fathur. konflik, serta pengakuan hak-
monokultur. Selain berdampak KemenATR/BPN ha- hak masyarakat adat dan lokal
panjang terhadap ekosistem rus mencabut banding dan dapat berjalan sesuai dengan
alam dan keberlanjutan menjalankan putusan Komisi visi Pemerintah yang tertuang
pangan, tidak sedikit yang telah Informasi. Agar masyarakat di dalam NAWACITA.
menjadi buruh di kampung bisa melihat keseriusannya da-

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


6 P E M A N TAUA N

BERTUMPU PADA HUTAN DI DAS MAHAKAM Oleh: Anggi P. Prayoga (FWI)


Sungai Mahakam memiliki sistem se-Pulau Kalimantan sekalipun. Menjadi habitat
persungaian yang melintas di antara Kabupaten bagi berbagai satwa terestrial dan akuatik, yang
Kutai Barat, Kutai Kartanegara, dan Kota bergantung pada keadaan hutan yang terus
Samarinda. Menjadi tumpuan kebutuhan aktivitas tergerus keadaanya.
ekonomi di hulu hingga hilir. Stok pangan abadi Sebagai sebuah sistem yang terkait
bagi masyarakat yang memanfaatkannya dengan hulu-tengah-hilir, ekosistem di Sungai Mahakam
bijak. Tumpuan terakhir bagi satwa endemik sangatlah kompleks. Menjadi sumber air (inlet)
yang tidak ada duanya. Sungai Mahakam, inilah bagi danau-danau di lintasan Sungai Mahakam.
kisah mu. Global Nature Fund sebagai sebuah lembaga
Sungai Mahakam, memiliki hulu di Kutai internasional yang membentuk jaringan yang
Barat dan mengalir hingga delta Mahakam, diberi nama Living Lakes, menyatakan danau-
yang terakumulasi di perairan Selat Makassar. danau di Sungai Mahakam penting untuk
Terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang dilindungi karena sangat bernilai sebagai warisan
memiliki hutan sebagai pemasok oksigen bagi kultural dan alam.
masyarakat di dalam dan sekitar hutan, bahkan Tercatat bahwa 165 danau terletak di sepanjang

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


P E M A N TAUA N 7

Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam


(Anggreini 2001). Danau menjadi pusat aktivitas
ekonomi nelayan. Nelayan menggantungkan
ketersediaan sumber pangannya pada danau-
danau di Sungai Mahakam. Aktivitas nelayan
menangkap ikan di sistem sungai inti dan danau-
danau di Mahakam. Selain itu, menangkap ikan
merupakan mata pencaharian pokok masyarakat
di sekitar bantaran sungai.
Panjang sistem persungaian Sungai
Mahakam mencapai 920 kilometer. Beberapa
catatan menerangkan bahwa Sungai Mahakam
merupakan sungai terpanjang kedua di Sumber: YK RASI
Indonesia. Tidak heran jika menjadi rumah bagi
berbagai satwa. Salah satu satwa endemik yang yang mendukung kelestariannya. Hutan di
menjadi ikon daerah, yaitu pesut mahakam atau Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam sebagai
dalam penamaan umumnya irrawaddy dolphin penyedia unsur hara bagi kehidupan di sungai.
(Orcaella brevirostris). Menyuburkan sungai sehingga membentuk
Pesut mahakam dikenal sebagai mamalia sistem rantai makanan yang stabil.
air tawar yang keberadaannya terancam. Secara nyata Sungai Mahakam banyak
Sebarannya kian menyempit dan semakin sulit dimanfaatkan oleh manusia sebagai jalur
ditemukan di alam. Di Indonesia, pesut mahakam transportasi penting di daerah Kota Samarinda
hanya dapat dijumpai di daerah Kalimantan dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Menjadi jalur
Timur tepatnya di persungaian inti Sungai distribusi produk alam dan olahan dari pusat
Mahakam dan danau-danau (yang terhubung produksi hingga ke tangan konsumen. Tidak
dengan Sungai Mahakam) (Kreb 2005). Namun heran jika Sungai Mahakam masuk ke dalam
tahu kah kita jika pesut saat ini sudah menjadi kategori sungai prioritas berdasarkan Keputusan
hewan yang sangat langka di Indonesia bahkan Presiden RI Nomor 12 tahun 2012 terkait
di dunia? Berdasarkan data IUCN redlist yang Penetapan Wilayah Sungai.
diakui dunia, ditetapkan bahwa spesies yang Sungai Mahakam menjadi pusat aktivi-
dijadikan ikon Kalimantan Timur tersebut masuk tas ekonomi karena menjadi tumpuan distribusi
dalam kategori “sangat terancam punah” pada produk dari hulu ke hilir. Berbagai sektor bergan-
tahun 2000. Bahkan berdasarkan penelitian tung pada kondisi sungai. Produk dari komoditas
yang dilakukan oleh Yayasan RASI pada tahun kehutanan, pertanian, perikanan bahkan sektor
2007, populasi pesut mahakam hanya berjumlah pertambangan yang paling menonjol aktivitasn-
91 ekor. Pupulasi spesies ini terus mengalami ya karena terlihat dalam jumlah dan intensitas
penurunan setiap tahunnya. yang tinggi.Melihat aktivitas laju transportasi di
Mengapa mamalia air tawar ini sudah sulit Sungai Mahakam maka jelas yang paling terlihat
sekali ditemukan di habitat aslinya? Apa pengaruh adalah laju hilir mudik kapal tongkang atau pon-
yang paling nyata sehingga populasinya setiap ton. Kapal tongkang tersebut mampu mengang-
tahun terus mengalami penurunan? Tentunya kut “bergunung-gunung” tumpukan batu bara
hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas dari bumi Kalimantan. Fenomena ini mungkin
manusia yang menyebabkan terdegradasi dan lebih identik di Kalimantan Timur sebagai produ-
berubahnya habitat asli spesies langka ini. sen mineral batu bara di Indonesia.
Berbicara sungai maka tidak bisa dilepaskan Melihat fenomena di atas maka aktivitas
dari kualitas dan kuantitas sumber daya hutan kapal ponton batu bara memiliki pengaruh yang

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


8 P E M A N TAUA N

ramai. Aktivitas hilirisasi batu bara terpusat


di pelabuhan-pelabuhan terbangun di tepian
sungai. Pertambangan menjadi aktifitas yang
menguntungkan bagi kalangan tertentu namun
menimbulkan dampak negatif yang signifikan
pada setiap prosesnya.
Setiap stasiun pengisian batu bara di
sepanjang tepian sungai, kapal tongkang sandar
di tepi sungai sambil menunggu terisi penuh batu
bara. Menahan beratnya beban, sebagian badan
kapal tongkang tenggelam ke bawah perairan
akibat muatan yang terus bertambah. Berhenti
Sumber: Greenpeace hingga mencapai sekitar 3-4 gunung tumpukan
kuat terhadap kelestarian Sungai Mahakam. batu bara. Kemudian mendistribusikannya ke
Sungai yang terus menerus menerima tekanan arah hilir Sungai Mahakam. Aktivitas hilir mudik
ancaman yang sangat tinggi dari aktivitas kapal tongkang di Sungai Mahakam ini bisa
manusia. Bahkan termasuk kehidupan pesut berjalan setiap jam nya.
mahakam dan biota lainnya yang bergantung Lebih dari 1, 2, 3, bahkan 10 kapal ponton
pada kondisi sungai. Sungai yang kini menjadi yang beroperasi di Sungai Mahakam dalam
ramai dengan aktivitas kapal. batas jangkauan pandangan perjamnya. Ada
Sepanjang tepian Sungai Mahakam sangatlah banyak sekali kapal tongkang yang beroperasi.

Sumber: Forest Watch Indonesia

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


P E M A N TAUA N 9

Terlihat dari padatnya aktivitas hilir mudiknya di di sungai.


Sungai Mahakam. Aktivitas pertambangan di hilir membuat
Hilir mudik kapal tongkang di Sungai sempit pergerakan pesut dan ikan-ikan di sungai.
Mahakam terjadi secara terus menerus dengan Salah satu dampak yang ditimbulkan merupakan
cepat dan memadati lebar sungai. Proses pendangkalan sungai. Beban yang ditimbulkan
eksplorasi dan eksploitasi pertambangan batu dari aktivitas pertambangan batu bara sangat
bara yang terjadi di Kota Samarinda, Kabupaten berpengaruh terhadap pola alamiah Sungai
Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat membuat Mahakam. Pendangkalan terjadi di sudut-sudut
perubahan morfologi pada topografi atau kontur sungai. Berasal dari tanah-tanah yang terangkat
permukaan tanah. dan terbawa air hujan, sisa dari aktivitas
Pada pengerjaan tahap ekploitasi, galian batu bara. Limpasan air hujan (run off)
kegiatan pertambangan sangatlah berdampak ini membawa tanah yang mudah tersuspensi
buruk pada kelestarian sungai. Dampak yang karena teksturnya yang mudah larut oleh air.
timbul dari aktivitas pertambangan batu bara Limpasan air terakumulasi pada aliran sungai.
adalah perubahan alam dan kualitas lingkungan Percampuran tersebut mengakibatkan warna
yang menurun karena pencemaran udara, debu, air Sungai Mahakam berwarna coklat pekat.
kebisingan, tanah, limbah B3 dan air limbah dan Sedimentasi menjadi ancaman tambahan yang
terganggunya habitat satwa serta reklamasi ditimbulkan.
yang kurang optimum (Yudha 2007). Kondisi kedalaman Sungai Mahakam
Lahan eksplorasi dan eksploitasi yang semakin dangkal karena terjadinya proses
awalnya berupa hutan digantikan dengan sedimentasi (pengendapan material tanah di
lubang-lubang besar yang tiada manfaat. dasar sungai). Pendangkalan menyebabkan
Malah berdampak pada menurunnya kualitas pergerakan pesut mahakam semakin terbatas
lingkungan. Hutan di DAS Mahakam yang untuk mencari makan, memijah, dan berlindung.
awalnya sebagai penyedia oksigen dan penyedia Pesut sangat menyukai area yang memiliki
nutrient bagi sungai dan danau-danau teraliri kedalaman yang cukup untuk bermanuver
digantikan dengan lubang-lubang ex-batu bara. mengejar ikan-ikan. Limpasan air hujan beserta
Hutan kaya akan nutrient yang berasal material tanah yang tersuspensi di dalamnya
dari dedaunan yang jatuh dan ranting-ranting memperburuk visualisasi kulaitas air.
yang lapuk. Saat hujan turun pada permukaan Perubahan warna air Sungai Mahakam
di areal hutan, limpasannya membawa nutrien- menjadi lebih kotor dan gelap menyebabkan
nutiren unsur hara yang terus meresap dan pergerakan pesut mahakam semakin terbatas.
mengalir hingga ke badan Sungai Mahakam. Pesut kesulitan untuk mencari makan
Nutrien atau unsur hara terlimpas saat hujan dan berenang dari tempat satu ke tempat lain.
datang, berpotensi menyuburkan air di Sungai Jarak pandang yang berkurang menjadi tanda
Mahakam. Nutiren ini dimanfaatkan oleh bahwa kemampuan spesies ini untuk berenang
fitoplankton sebagai bahan makanan. Dalam dan mencari makan turut berkurang. Hal seperti
sistem rantai makanan, fitoplankton dikenal ini juga berlaku bagi seluruh biota air tawar
sebagai produsen. Kelimpahan fitoplankton lainnya, termasuk ikan. Belum lagi, biota air
sangatlah bergantung pada kekayaan nutrient. harus mencari hidup pada kualitas air yang baik
Tidak ada nutrien yang dilepaskan ke dan tidak tercemar.
badan sungai maka kelimpahan fitoplankton Bukan tidak mungkin jika limpasan air
terus menurun. Ketersediaan jumlah produsen hujan membawa bahan lain yang berbahaya,
yang terus menurun mempengaruhi kestabilan seperti limbah hasil aktivitas industri. Terbawanya
rantai makanan serta sistem prey-predator limbah hasil sampingan tersebut dapat melalui
di alam. Sebagai karnivor, pesut mahakam sistem run off (jika limbah dibuang tanpa
akan terus bergerak mencari habitat baru yang pengolahan), atau bisa juga limbah dibuang
banyak menyediakan makanan, yakni ikan-ikan langsung ke dalam sungai. Menurut Syafrudin

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


10 P E M A N TAUA N

dalam Yudha 2005 limbah industri diklasifikasikan menjadi habitat yang tidak “nyaman” bagi pesut
sebagai zat organik terlarut, zat padat mahakam. Pesut kian terpuruk dalam klasemen
tersuspensi, nitrogen dan phospor, minuman penetapan status kepunahannya.
dan bahan-bahan terapung, logam berat cyanida Penguasaan wilayah juga berdampak
dan racun organik, warna kekeruhan, organic pada aktivitas nelayan. Semakin sempitnya ruang
tracer, bahan yang tidak mudah mengalami untuk menangkap ikan akibat hilir mudik kapal
dekomposisi biologis (refactory subtances), pengangkut bara, menyebabkan konsentrasi
dan bahan yang mudah menguap (volatile penangkapan ikan bertumpuk pada beberapa
materialis). Zat-zat tersebut jika masuk ke lokasi. Relung lokasi penangkapan ikan dengan
dalam air Sungai Mahakam maka akan terjadi daerah jelajah pesut beririsan. Tidak sedikit pesut
proses akumulasi bahan pencemar yang bersifat yang pada akhirnya mati karena tersangkut pada
beracun. Mematikan bagi seluruh makhluk hidup jaring nelayan.
yang rentan terhadap pencemaran kualitas Ironis memang jika mamalia pesut
lingkungan perairan. dijadikan sebagai ikon Kalimantan Timur
Proses pencemaran tersebut lambat namun tidak ada upaya serius yang dilakukan
laun akan mempengaruhi sistem metabolisme untuk melestarikan hewan langka ini. Tidak
tubuh hewan yang hidup di dalamnya, termasuk heran jika mamalia pesut sudah sangat sulit
pesut. Pencemaran tersebut berpotensi sekali ditemukan di Sungai Mahakam. Mungkin
dapat mematikan hewan. Sungai Mahakam hanya di bagian hulu yang jauh dari aktivitas
sesungguhnya memiliki daya dukung dan daya pertambangan, itupun jika beruntung. Padatnya
tampung yang saat ini sudah tidak seimbang hilir Sungai Mahakam akibat aktivitas manusia
(Yudha 2007). Hal ini diakibatkan oleh banyaknya menyebabkan pesut tidak mampu bertahan di
beban pencemaran yang masuk ke dalam Sungai bagian hilir. Apalagi di bagian hilir sungai sudah
Mahakam baik berupa limbah cair, padat, gas, menunjukkan terjadinya pencemaran perairan.
atau bahkan pencemaran suara. Pada tahun 2009 sampai 2013 wilayah
Pengisian batu bara ke atas kapal Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakan kehilangan
tongkang menimbulkan suara yang cukup keras. hutan alamnya seluas 128 ribu hektar akibat
Ini merupakan sebuah pencemaran suara yang aktivitas pertambangan, HTI, hak pengusahaan
diakibatkan dari aktivitas pertambangan batu hutan (HPH) dan perkebunan. Hingga tahun
bara. Pencemaran suara ini terus berlangsung 2013, DAS Mahakam hanya menyisakan 4,1 juta
selama pengisian. Besarnya kapal tongkang Ha hutan alam atau 50 % dari total luas wilayah
menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi. DAS tersebut. Alih fungsi hutan menjadi non
Bahkan saat kapal berlayar, pencemaran suara hutan semakin tidak bisa dikendalikan. Terlebih
ini semakin kuat. Suara mesin kapal tongkang banyak temuan akan adanya tumpang tindih
mengganggu sistem alamiah pendengaran pemanfaatan kawasan antar koorporasi di lahan
pesut. Dengan timbulnya suara/kebisingan yang sama. Tercatat provinsi Kalimantan Timur
yang dihasilkan oleh aktivitas transportasi kapal kehilangan hutan seluas 112 ha setiap tahunnya.
tongkang, maka ikan maupun pesut berenang (FWI, 2014)
ke arah perairan yang aman yang terhindar Kerja-kerja korporasi menjadi penyebab
dari sumber datangnya suara. Sementara itu, utama hilangnya tutupan hutan di sepanjang
pesut berenang menggunakan sonar suara. Sungai Mahakam. Korporasi yang bekerja
Mengandalkan pantulan suara untuk menentukan dengan basis sumber daya lahan membutuhkan
arah renang. Sangat beresiko bagi pesut karena ruang hingga ratusan ribu hektar. Menjadi
memungkinkan disorientasi arah. penyebab utama hilangnya hutan di Kalimantan.
Pesut merupakan makhluk mamalia Pertambangan, perkebunan kelapa sawit,
air tawar yang membutuhkan ruang terbuka HPH, dan Hutan Tanaman Industri penyebab
untuk bernafas muncul ke permukaan. Sungai utama hilangnya tutupan hutan di Kalimantan
Mahakam yang dipadati oleh aktivitas kapal Timur. Tercatat bahwa semenjak tahun 2009

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


P E M A N TAUA N 11

Tabel 1. Kabupaten dan angka deforestasi di areal konsesi dan luar areal konsesi Provinsi Kalimantan Timur
(data yang ditunjukan keadaan hutan di Provinsi Kalimantan Timur sebelum ada pemekaran provinsi)

Tabel 2. Deforestasi di areal HPH, HTI, Perkebunan, dan Pertambangan per-kabupaten di Provinsi Kalimantan
Timur tahun 2009 sampai 2013

sampai 2013 Provinsi Kalimantan Timur pesut mahakam. Hutan tidak hanya sebagai
kehilangan hutannya hingga mencapai penyedia oksigen bagi makhluk hidup, namun
448,494.40 hektar. Ironisnya 26.31 persen juga sumber penghidupan biota di sungai,
terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara dan terutama pesut. Hutan dan sungai di wilayah
Kutai Barat, yang menjadi tumpuan resapan air DAS harus terintegrasi pengelolaannya. Aktivitas
di Sungai Mahakam. Tumpuan pengendali banjir pertambangan di lahan berhutan haruslah dikaji
di pemukiman di sepanjang sungai, bahkan Kota kembali. Kehilangan hutan berpengaruh pada
Samarinda sekalipun. kehidupan lainnya. Menjaga agar hutan tetap
Hutan di DAS Mahakam berperan utuh merupakan upaya melestarikan kehidupan
penting bagi kelestarian sungai dan eksistensi yang universal.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


12 P E M A N TAUA N

POHON HARAPAN
“Hutan Indonesia Hanya Tinggal Cerita”
Oleh: Mufti Fathul Barri (FWI)

Foto Kredit : Forest Watch Indonseia


Ratusan orang sibuk mendekorasi terlihat. Booth-booth megah terlihat di tengah-
booth-booth pameran. Dekorasi dilakukan tengah ruangan. Luas dan indahnya sangat
seindah mungkin untuk menarik perhatian para berbeda dengan booth gratis yang ada di sisi
pengunjung nantinya. Entah berapa banyak uang ruangan. Di booth-booth megah tersebut terlihat
yang dikeluarkan untuk dekorasi yang indah dan orang-orang yang sedang sibuk berkerja menata
megah tersebut. Semua ingin memamerkan dan mempercantik booth-booth pemerintah,
hutan Indonesia yang terkenal kaya dan indah. perusahaan-perusahaan swasta, dan BUMN.
Banyak booth dipersiapkan di acara tahunan Diantaranya dari Kementerian Kehutanan
ini. Peserta booth terdiri dari perusahaan dan Lingkungan hidup sebagai Hostnya,
swasta, pemerintah, LSM, sekolah, komunitas, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM,
universitas, dan lain sebagainya. Pertamina, BMKG, APRIL Group, Arta Graha
Memasuki bagian dalam Assembly hall, Group, dan beberapa perusahaan lain.
terdapat booth berukuran 3m x 4m mengelilingi Para pekerja sibuk mendekorasi dan
ruangan seluas 3921 meter persegi. Inilah booth harus mengejar target selesai mendekorasi
gratis yang disediakan panitia untuk para peserta sampai pukul 23.00 WIB. Kegiatan dekorasi
pameran. booth harus selesai malam ini, karena esoknya
Pemandangan yang sangat kontras pun akan ada opening ceremony yang menandakan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


P E M A N TAUA N 13

dibukanya acara Indonesia Climate Change


Edocation Forum and Expo (ICCEFE).
ICCEFE merupakan acara tahunan
pemerintah yang bertujuan meningkatkan
kepedulian dan mengedukasi masyarakat terkait
penyebab perubahan iklim dan dampaknya.
Acara ini diselenggarakan pada tanggal 14-17
April 2016.
“Perubahan Iklim” ialah dua kata yang
ramai diperbincangkan lima tahun kebelakang.
Kata-kata tersebut sengaja dimunculkan sebagai
bentuk awareness kepada publik. Naiknya
permukaan air laut, cuaca ekstrim, pemanasan
global, banjir, kekeringan, gagal panen, dan
lain sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan
dampak dari adanya perubahan pola unsur-
unsur iklim yang terjadi di bumi ini.
faktual hutan Indonesia pun tak pernah sampai
Tanya : mengapa perubahan iklim bisa terjadi? ke masyarakat.
Jawab : karena mencairnya es di Kutub Utara Lalu apa yang disampaikan terkait
Tanya : kenapa es di kutub Utara mencair? kondisi hutan? Teknologi pengelolaan gambut,
Jawab : karena ada pemanasan global
cara pemantauan titik api, indahnya hamparan
Tanya : kenapa ada pemanasan global?
perkebunan sawit yang menggantikan hutan,
Jawab : ....? ....? ...?
berubahnya hutan alam menjadi hutan tanaman,
Banyak orang yang sudah mengetahui satwa-satwa liar yang katanya ada di perkebunan
jawaban dari pertanyaan terakhir di atas. Banyak sawit. Semua terlihat mempesona ketika
juga yang sudah beraksi untuk menyelesaikan dipaparkan. Tetapi masyarakat tidak bisa ditipu.
jawaban tersebut. Tetapi banyak juga yang Kebakaran hebat yang melanda hutan Indonesia
berpura-pura tidak mengetahui dan memilih tahun lalu memperlihatkan sebuah kegagalan
diam dari jawaban tersebut. dalam mengelola hutan.
Ya, salah satu penyebab utama Jadi apakah yang disampaikan murni
munculnya pemanasan global ialah hancurnya sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan
HUTAN alam di Bumi. inilah yang seharusnya iklim..? jika ya, apakah menjawab pertanyaan
dijawab dalam pameran ICCEFE kemarin. tentang apa penyebab terjadinya pemanasan
Namun, sepertinya 90% dari peserta pameran global..? atau ini semua hanya upaya untuk
pura-pura tidak tau jawaban ini. menghilangkan citra buruk akibat prilakunya
Booth-booth mereka memamerkan yang telah merusak hutan Indonesia.
bagaimana caranya membuka perkebunan “Indonesia merupakan paru-paru dunia”,
sawit yang ramah lingkungan, mendorong gaya “hutan indonesia terluas ke dua di Dunia setelah
hidup ramah lingkungan di Perkotaan, green Brazil”, “Indonesia negara yang kaya akan
transportation, teknologi, pengadaan air bersih sumberdaya hutan”. Kalimat-kalimat itulah
bagi masyarakat, dan lain sebagainya. Apa yang yang terdengar di telinga anak-anak SD sejak
dilakukan memang tidak ada yang salah. Bentuk- 15 tahun terakhir. Tapi apakah masih relevan
bentuk adaptasi perubahan iklim memang kalimat-kalimat tersebut digunakan saat ini..?.
penting untuk dilakukan. Tapi bagaimanakah faktanya cerita itulah yang saat ini masih beredar
dengan bentuk-bentuk mitigasinya.? Adakah di masyarakat. dan bagaimanakah kondisi hutan
upaya untuk menyelesaikan permasalahan Indonesia saat ini..?
hancurnya hutan Indonesia. Bahkan kondisi Setiap menitnya, Indonesia kehilangan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


14 P E M A N TAUA N

hutan seluas 3 kali lapangan sepak bola (1,13 mereka.


juta Ha per tahun). Bahkan pada rentan waktu Hutan Indonesia hanya tinggal cerita. Inilah tema
tahun 2000 -2009 kita kehilangan hutan seluas yang diusung FWI dalam pameran ICCEFE ke
6 kali lapangan sepak bola per menit. Dan kini 6 tersebut. Boothnya menjadi pusat perhatian
hanya 45% daratan di Indonesia yang masih karena menggambarkan kondisi hutan yang
memiliki hutan alam. Itupun tidak tersebar merata sesungguhnya. Ranting-ranting kering dan kayu-
di daratan Indonesia. Ketika membaca tulisan kayu yang sudah mati menggambarkan kondisi
ini masih ada hutan Indonesia yang sedang hutan Indonesia yang menangis karena dirusak.
dirusak. Ancamannya tidak pernah hilang. Inilah Di booth ini, para pengunjung pameran bisa
yang menyebabkan adanya pemanasan global menuliskan pesannya untuk hutan Indonesia.
dan bencana di Indonesia. Pesan mereka ditempelkan di ranting pohon
Masih ingatkah pertanyaan seorang guru yang telah mengering. Dan akan menjadi pohon
Sekolah Dasar (SD) ke murid-muridnya..? harapan untuk hutan Indonesia yang lebih baik.
“Apa yang menyebabkan banjir...?” Total ada lebih dari 300 pesan yang tertulis di
pohan harapan. Dari pesan-pesan tersebut ada
Dengan yakin para muridnya pun menjawab:
lebih dari 1900 kata yang menjadi harapan untuk
“Karena hutan di atasnya ditebang” hutan Indonesia. Penulis pesannya pun dari
Jawaban mudah yang anak kecil pun berbagai macam kalangan. Mulai dari TK sampai
mengetahuinya justru dilupakan oleh para orang dengan orang tua. Secara psikologis, peserta
dewasa di Negara ini. Mereka pura-pura lupa yang diminta menuliskan pesan untuk hutan
jika menebang hutan akan menyebabkan banjir. tentunya menggambarkan kata hati mereka
Dengan kecerdikannya mereka pun angkat tentang harapanya untuk hutan Indonesia.
tangan dan tidak mau dipersalahkan akibat ulah

Foto Kredit : Forest Watch Indonseia

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


P E M A N TAUA N 15

Gambar diatas adalah grafik yang bahwa hutan Indonesia dalam keadaan kritis.
memperlihatkan 20 kata yang paling dominan Terdapat dua kata di urutan 11 dan 12
pada pesan untuk hutan Indonesia. Dari grafik yang memperlihatkan masalah utama yang
tersebut terlihat kata “Kita” merupakan kata yang dikeluhkan para penulis pesan. Dua kata tersebut
paling tinggi. Kata “Kita” terulang sebanyak 109 ialah “Penebangan” dan “Kebakaran”. Dua
kali dari 309 pesan yang disampaikan. Kata permasalahan ini yang sampai sekarang tidak
“kita” memperlihatkan bahwa masyarakat umum pernah terselesaikan. Sayangnya pada acara
menilai bahwa hutan adalah milik bersama untuk ICCEFE 2016 ini hanya stand FWI lah yang
kepentingan bersama. bercerita mengenai penebangan dan kebakaran
Masyarakat sangat merasa memilki hutan di Indonesia.
hutan. Sangat wajar jika pengelolaan hutan di Hutan Indonesia hanya tinggal cerita.
Indonesia seharusnya dilakukan secara terbuka. Inilah fakta yang sebenarnya terjadi di bumi
Sehingga haruslah disampaikan fakta tentang pertiwi. Masyarakat pun tau apa dan siapa yang
apa yang sebenarnya terjadi di Hutan Indonesia. menyebabkan hancurnya hutan di Indonesia.
Kata “kita” juga memperlihatkan bahwa Namun, para pengambil kebijakan lupa akan hal
menjaga hutan tidak bisa dilakukan sendiri. tersebut. Para pengambil kebijakan lupa tentang
Melindungi hutan merupakan sebuah gerakan apa yang diucapkan anak-anak mereka bahwa
bersama yang harus dilakukan oleh semua banjir terjadi akibat hutan diatasnya yang telah
pemangku kepentingan. Termasuk masyarakat gundul.
yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Kebanggaan akan rimba Indonesia yang
Dari dua puluh kata yang dominan. gagah hanyalah tinggal cerita. Masyarakat
Terdapat tujuh kata kerja yang menekankan selalu ditipu dengan cerita-cerita kondisi hutan
pentingnya melindungi hutan. Kata jaga, yang hanya menjadi perwakilan di setiap pulau.
lestarikan, save, lindungi, penebangan, sayangi, Hutan Indonesia perlu pertolongan. Saatnya
dan selamatkan memperlihatkan masyarakat bertindak dengan membuka semua informasi
sangat menginginkan adanya perlindungan tentang hutan. Menghentikan deforestasi untuk
terhadap hutan Indonesia. Kata-kata tersebut kehidupan di masa depan.
juga memperlihatkan masyarakat mengetahui

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


16 OPINI

Kekeliruan Praktek Pengelolaan


Kawasan Konservasi Di Indonesia
Oleh: Andi Charil Ichsan
Pengajar Fakultas Kehutanan, Universitas Mataram

Secara konseptual konservasi merupakan 1. Memelihara proses ekologi serta sistem


manajemen penggunaan biosfer oleh manusia penopang kehidupan yang penting bagi
sehingga dapat memberikan atau memenuhi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan;
keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui
untuk generasi-generasi yang akan datang 2. Melestarikan keanekaragaman plasma nutfah
(WCS, 1980). Sedangkan Menurut UU No. 5 yang penting bagi program budidaya, agar dapat
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya melindungi dan memperbaiki sifat-sifat tanaman
Alam Hayati dan Ekosistemnya, konservasi dan hewan budidaya. Selain itu hal ini penting
sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai bagi pengembangan ilmu pengetahuan, inovasi
pengelolaan sumberdaya alam hayati yang teknologi dan terjaminnya sejumlah besar
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana industri yang menggunakan sumberdaya alam.
untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan 3. Menjamin kesinambungan pendayagunaan
kualitas keanekaragaman dan nilainya spesies dan ekosistem oleh manusia, yang
Namun demikian, beberapa literatur mendukung kehidupan jutaan penduduk
juga memberikan definisi yang memungkinkan pedesaan serta dapat menopang sejumlah besar
terjadinya penyimpangan penafsiran makna industri.
konservasi dari makna sebenarnya seperti Dengan demikian fokus tujuan konservasi
yang dimandatkan dalam World Conservation yang sesungguhnya adalah upaya pemeliharaan
Strategy(1980). Salah satu paradigma yang ekosistem esensial yang berkelanjutan, bukan
keliru (tidak berdasarkan pada WCS 1980 menekankan pada aspek perlindungannya.
sebagai pedoman) salama ini menyatakan bahwa Sebagaimana yang dicantumkan dalam pasal 5
tujuan konservasi diidentikan dengan upaya UU No. 5 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. kegiatan konservasi dilakukan melalui:
Sementara tujuan yang sesungguhnya
1. perlindungan sistem penyangga kehidupan
menurut World Conservation Strategy, yaitu (1)
maintenance of ecological processes and life- 2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbu-
support systems, (2) preservation of genetic han dan satwa beserta ekosistemnya;
diversity, (3) sustainable utilization of species 3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya ala-
and ecosystems. Dimana, kegiatan-kegiatan mi hayati dan ekosistemnya.
tersebut difokuskan untuk (MacKinnon et al.
1993):

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


OPINI 17

Meskipun dalam pasal 7 UU No 5 tahun bagaimana kekuasaan diuji,bagaimana


1990 menyatakan dengan tegas bahwa kegiatan keputusan diambil dalam menangani isu utama,
perlindungan dimaknai sebagai proses untuk dan bagaimana masyarakat serta para pihak
menjaga ekologi penting bagi kesejahteraan berperan di dalam pengelolaan. Hal ini sangat
masyarakat, namun dalam prakteknya berpengaruh pada keberhasilan dan efektifitas
interpretasi perlindungan yang dimaksud dalam pengelolaan kawasan konservasi serta keadilan
mandat UU ini sering disalah artikan sebagai pengelolaan dalam hal pembagian biaya dan
konsep untuk membangun kawasan yang distribusi manfaat sumberdaya kawasan.
sangat ekslusif dimana berbagai akses terhadap Berdasarkan pandangan tersebut,
sumberdaya tersebut cenderung dibatasi dan Mestinya pengelolaaan kawasan konservasi
bahkan menegasikan nilai-nilai dan norma yang harus didasarkan pada 3 prinsip utama
sudah lama berlaku di kawasan tersebut. Atas pengelolaan seperti yang dituliskan oleh
nama undang-undang seringkali pihak-pihak Suporahardjo (2005) sebagai berikut :
yang semestinya memiliki keterikatan secara 1. Prinsip Co-ownership
kultural dan spritual dengan kawasan-kawasan Kawasan yang akan dikembangkan untuk
yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi kawasan konservasi adalah milik bersama,
tersebut tersingkir dan bahkan kehilangan pemanfaatan dan perlindungan dilaksanakan
sumber penghidupannya. Perkumpulan untuk bersama berdasarkan pada nilai kearifan
Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan teknologi dan budaya lokal.
Ekologis (HuMa) pada tahun 2012 saja mencatat, 2. Prinsip Co-operation
telah terjadi 278 konflik sumber daya alam dan Dalam pengelolaan kawasan konservasi,
agraria, yang berlangsung di 98 kota/kabupaten dilakukan dengan prinsip mengatur peranan
di 23 provinsi dengan luas area konflik mencapai masing-masing yang dapat dilakukan oleh
2.416.035 hektar. masyarakat dan seluruh para pihak.
Hal-hal demikian, tentunya menjadi potret 3. Prinsip Co-responsibility
buram sistem pengelolaan kawasan konservasi Dalam pengelolaan kawasan konservasi,
di indonesia, dimana pemerintah atas nama kegiatan perlindungan dan pembinaan kawasan
undang-undang tidak jarang mengabaikan menjadi tanggung jawab bersama antara
aspek historis, aspek sosial dan aspek budaya pemerintah, masyarakat dan para pihak.
masyarakat setempat dalam menjalankan mandat
pengelolaan kawasan konservasi tersebut. Hal Referensi :
ini tentunya juga sangat bertentangan dengan MacKinnon J.K, G. Child, J. Thorsell. 1990. Managing
mandat tujuan konservasi yang secara global of protected areas in the tropics. Hari Harsono Amir,
telah memberikan penekanan bahwa untuk penerjemah: Pengelolaan kawasan yang dilindungi di
menjadi efektif, pengelolaan kawasan konservasi daerah tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
harus menyesuaikan dengan kondisi tapak, Feyerabend, G.B. 2007. The “IUCN Protected Areas
Matrix” – A tool towards efective protected area systems.
karena setiap kawasan yang dilindungi memiliki
IUCN WCPA Task Force: IUCN Protected Area Categories.
variasi dalam karakterisitik biologi, sosial,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990
tekanan dan pemanfaatan yang berbeda-beda. Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Dalam pengelolaan kawasan konservasi, Ekosistemnya. Jakarta: Dephut.
Feyerabend (2007), juga mengungkapkan [IUCN] International Union for Conservation of Nature and
suatu konsep pengurusan kawasan yang Natural Resources, 1980. World conservation strategy:
dilindungi (Governance Protected Areas). Istilah living resources conservation for sustainable development.
pengurusan ini mencakup kekuatan, hubungan, Copyright© IUCN-UNEP-WWF .
hak, responsibilitas, dan akuntabilitas. Hal ini Suporahardjo, 2005. Manajemen Kolaborasi. Bogor : Latin
didefinisikan sebagai interaksi antar struktur,
proses, dan tradisi yang mempengaruhi

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


18 OPINI

© Forest Watch Indonesia

HASIL HUTAN YANG DIABAIKAN : SAGU NASIBMU KINI Oleh: Isnenti Apriani (FWI)
Indonesia memiliki letak geografis yang juga layak dilirik.
strategis, selain memiliki tutupan hutan alam Tidak semua negara diberi anugerah
yang masih rapat yaitu seluas 82,5 juta ha.¹ tanaman sagu. Lebih dari 95% tanaman sagu
Juga memiliki kekayaaan sumber daya alam dunia hanya dapat ditemui di Indonesia, Papua
mulai dari flora, fauna dan potensi hidrografis dan Nugini, dan Malaysia.² Indonesia adalah
deposit sumber alamnya yang melimpah. Dalam negara yang paling diberkati. Sebab sekitar
sejarahnya Indonesia selalu diperhitungkan 55% tanaman sagu dunia tumbuh di sini.
dunia internasional karena sumber daya Indonesia menempati Posisi Pertama dengan
alamnya tersebut. Rempah-rempah nusantara luas 1,5 Juta Ha. Hamparan Sagu terluas ada
pernah membuat para pelaut dan pengusaha di Bumi Cendrawasih Papua seluas 1,3 Juta
dunia terutama EROPA ingin menguasai bumi Ha yang terdiri dari Hutan Sagu (Alami) dan
pertiwi selama lebih dari tiga abad. Sampai saat Budidaya. Penyebaran sagu selain Papua
ini negara kita masih diperhitungkan sebagai antara lain Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi
produsen terbesar hasil bumi. Diantaranya Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
adalah kelapa sawit, kakao, rotan, kopi, dan Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jambi,
karet yang masih mendominasi pasar dunia. Sumatera Barat (Mentawai) dan Kepulauan
Selain nama-nama itu, terselip nama sagu yang Riau.

¹ Luas tutupan hutan pada periode 2009-2013 FWI.2014.Potret Keadaan Hutan Indonesia periode 2009-2013
² Freddy Numberi, Sagu, Potensi yang Masih Terabaikan, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2011, hlm 29. Dalam http://indolensia.blogspot.co.id/2015/03/
lumbung-sagu-dunia-itu-bernama-indonesia.html

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


OPINI 19

Tabel 1. Perkiraan Areal Sebaran Sagu³

Sagu (Metroxylon sagu baku industri kosmetik, kertas, dapat digunakan masyarakat
Rotb.) sangat cocok sebagai bioetanol, pengbungkus kapsul, sebagai atap rumbia. Seiring
bahan pangan karena memiliki dan film kemasan makanan perkembangan zaman,
kandungan karbohidrat yang yang biodegradable, dengan beberapa kegunaan utama
terdapat pada pati sagu serta kata lain dapat diuraikan secara sagu mulai menghilang. atap
kalori yang cukup tinggi. Tak sempurna oleh proses biologi. rumbia berganti seng. dinding
jarang sagu juga kerap dijadikan Tak hanya sari pati sagu yang menjadi papan dan pagar
makanan pengganti nasi. dimanfaatkan, beberapa rumah kawat (besi). (Gambar 1. Pohon
Bahkan di Timur Indonesia, sagu penduduk di Timur Indonesia Industri Sagu)
merupakan makanan pokok. menjadikan pelepah sebagai Potensi sagu sebagai
Selain sebagai pengganti nasi, dinding, atau pagar ternak. sumber bahan pangan
beberapa penelitian bahkan Bahkan limbahnya dapat dan bahan industri telah
telah menyingkap manfaatnya dijadikan sebagai biopeptisida disadari sejak tahun 1970-
untuk diolah sebagai bahan maupun kompos. Daunnya pun an. namun sampai sekarang
pengembangan tanaman sagu
di Indonesia masih jalan di
tempat. Areal sagu yang ada
belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai penghasil
tepung sagu untuk bahan
kebutuhan lokal (pangan)
maupun untuk komoditi ekspor.
Pemanfaatan area sagu
hanya 0,1% dari total area
sagu nasional. Rendahnya
pemanfaatan tersebut
disebabkan kurangnya minat
masyarakat dalam mengelola

³ http://www.beritasatu.com/ekonomi/338227-selain-di-papua-pohon-sagu-juga-ada-di-enam-daerah-ini.html

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


20 OPINI

Sumber Bagan: http://disperindagkepri.org/pohon-industri-pengolahan-tanaman-sagu/


Sumber Foto: Google Images

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


OPINI 21

© Forest Watch Indonesia

sagu. Faktor lain ialah rendahnya kemampuan berbasis lahan lainnya.


dalam memproduksi tepung sagu, rendahnya Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka
kemampuan dalam mengolah tepung sagu hutan sagu akan habis. Melestarikan hutan sagu
menjadi bentuk-bentuk produk lanjutannya, berarti menjaga ketahanan pangan. Jika sagu
kondisi geografis dimana habitat tanaman tidak ada lagi di Papua, maka kebutuhan akan
sagu umumnya berada pada daerah marginal/ sagu harus mengimpor dari daerah lain atau
rawa-rawa yang sukar dijangkau, dan adanya bahkan dari negara tetangga Papua New Guinea.
kecenderungan masyarakat menilai bahwa Membuat makanan pokok seperti papeda pun
pangan sagu tidak superior seperti halnya beras akan menjadi sangat mahal jika bahan dasarnya
dan beberapa komoditas karbohidrat lainnya. import dari wilayah lain.
Selain Pemanfaatannya yang tidak Sebaiknya pemerintah setempat
maksimal, upaya pelestariannya pun sangat secepatnya melestarikan hutan sagu, yang
lemah. Salah satu contoh di Papua, Pemerintah berarti melestarikan makanan asli daerah yaitu
Kabupaten Jayapura sebetulnya sudah memiliki papeda. Untuk mencegah hal ini perlunya
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2000 membangkitkan kembali nilai-nilai budaya lokal
tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu. setempat yang berkaitan dengan pelestarian
Sayangnya, peraturan ini seperti mati suri. Alih hutan sagu, penanaman kembali pohon sagu
fungsi hutan sagu pun terus terjadi. Baik untuk dan penegakan hukum dalam pelanggaran
infrastruktur, perkebunan, pangan, dan investasi pengelolaan hutan.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016
OPINI 23

Hutan, Masyarakat Kota,


dan Alam Bawah Sadar
Oleh: Ardy Kresna Crenata¹

Bagi orang-orang yang tinggal di kota yang tertahan, yang terpendam, yang resesif.
dan nyaris tak bersentuhan dengan hutan Yang menjadi sesuatu di atas permukaan, tentu
dalam kesehariannya, apa makna hutan? Kota saja adalah realitas kota.
menghadirkan kemajuan, yang termanifestasikan Hutan, sebagai bagian dari “alam”,
dalam teknologi dan kecepatan—yang mungkin sudah pasti menempati posisi yang sama
mengingatkan kita pada futurismo Italia yang resesifnya—untuk tidak menyebut tragis.
gagal itu. Kota juga menghadirkan perpindahan Sebagaimana halnya orang-orang yang
dan pergerakan yang intens, dengan segala tinggal di kota menyadari bahwa “alam” itu ada
kerumitan dan masalah yang menyertainya. namun bisa diabaikan, begitu-pulalah agaknya
Berada dan tinggal di kota, adalah sebuah cara mereka memandang hutan. Kenyataan
aktivitas aktif, bukan pasif. Seseorang menjalani bahwa hutan ada tak mungkin bisa dipungkiri,
hidup di kota sederhananya adalah untuk kendatipun mereka tak melihatnya, kendatipun
bekerja, bukan untuk berleha-leha. mereka tak merasa benar-benar bersentuhan
Dengan hal-hal yang telah disebutkan dengannya. Namun justru karena dua hal ini—
itu, kota tak membiarkan orang-orang yang karena mereka tak melihatnya dan merasa tak
hidup di dalamnya mengalami “jeda”, yang bersentuhan dengannya, hutan di mata mereka
dengan itu mereka bisa sedikit merasakan apa dengan sendirinya menjadi mitos, fiksi, atau
itu “alam”. Kota, dengan wujud seperti yang bahkan mimpi. Pada titik kritis dari kondisi ini,
tadi tergambarkan itu, adalah realitas, sesuatu sangat mungkin hutan diposisikan sebagai ruang
yang mau tak mau harus diterima, sedangkan atau media belaka yang di sana mereka bisa
“jeda” dan “alam” adalah fiksi, atau mitos, hal- berelaksasi, menyembuhkan diri, atau menekan
hal yang bisa sepenuhnya diabaikan atau tombol reset; sekadar tempat singgah yang
dianggap tak ada. Dalam seharinya orang- pada akhirnya akan mereka tinggalkan (dan
orang tidur beberapa jam, untuk kemudian lupakan) ketika mereka harus kembali ke realitas
bangun dan bergerak beberapa jam, yang dalam yang menantinya—realitas kota dengan segala
pergerakannya itu mereka tentulah bersentuhan kepenatan yang ada padanya itu. Mengalami
dengan “alam”, seperti menghirup udara, dan bersentuhan dengan hutan, pada akhirnya,
meminum air, menjejak tanah, atau yang lainnya. tak ada bedanya dengan membaca novel,
Tetapi kota, dengan kesibukan dan segala hal mendengarkan musik, atau pergi ke bioskop; hal-
yang ada padanya, seperti membuat orang- hal yang umumnya identik dengan “penghiburan”
orang itu tak menyadarinya. Kebersentuhanan semata. Itu pun, dengan syarat “jeda” untuk
dengan alam itu pada akhirnya jadi sesuatu yang melakukannya itu ada.
berada di bawah permukaan, yang tertekan, Pertanyaannya kemudian: cukupkah hutan

¹ Ardy Kresna Crenata adalah tutor kelas Menulis Fiksi dan kelas Bahasa Jepang di Rumah Belajar. Ia bergiat di Komunitas Wahana Telisik Seni-Sastra.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


24 OPINI

sadar dianggap tak memiliki


nilai guna bagi realitas.
Namun kita tahu, cara
pandang tersebut sangatlah
keliru. Jung, misalnya, telah
membuktikan bahwa aktivitas
atau produk alam bawah sadar,
seperti mimpi, sesungguhnya
memiliki nilai guna bagi realitas;
ia bisa digunakan sebagai media
atau alat untuk melakukan
terapi yang akan berlanjut pada
kesembuhan pasien, misalnya;
atau lebih jauh lagi, ia bisa
menjadi semacam partner kita
dalam upaya kita mengenal
diri kita seutuhnya. Dengan
demikian, bersandar pada
dipandang dengan cara seperti berada di dalam diri kita. Dan hal ini, semestinya di mata
itu, terutama bagi masyarakat barangkali, seperti itu jugalah masyarakat kota hutan bisa juga
kota? hutan bagi masyarakat kota. digunakan untuk sesuatu yang
Carl Jung, dalam upaya- Di mata orang-orang menguntungkan mereka dalam
upaya pembacaannya atas yang tinggal dan hidup di kota, realitas yang dihadapinya.
mimpi, kerap melihat hutan apa yang tampak nyata, yang Seperti apa persisnya? Dalam
sebagai simbol dari sesuatu terlihat di permukaan, adalah wujud apa saja kegunaannya
yang primitif, yang tertinggal, realitas kota itu sendiri, dan itu? Inilah kemudian pertanyaan
di mana segala hal yang ada inilah kesadaran, atau alam selanjutnya yang akan coba
di sana masihlah “murni” dan sadar. Sementara hutan, kita jawab.
belum tersentuh oleh “logika”, sebagai bagian dari “alam” Dengan melihat hutan
yang dalam arti tertentu bisa yang disinggung tadi, adalah sebagai alam bawah sadar,
disamakan dengan masa sesuatu yang tidak tampak, otomatis, kita pun melihat hutan
kanak-kanak. Tentu saja oleh sesuatu yang berada di bawah bekerja sebagaimana halnya
Jung, pada akhirnya, hutan permukaan; sebuah alam alam bawah sadar bekerja.
dipandang sebagai manifestasi bawah sadar. Kita menyadari Kita tahu bahwa alam bawah
alam bawah sadar, perwujudan dan mengakui bahwa alam sadar tidak bergerak dalam
dari sesuatu yang terpendam di bawah sadar itu ada, namun kita sebuah garis linear; ia kerap
dalam diri kita; hal-hal yang kita selalu berusaha merepresinya memilih jalan memutar untuk
anggap perlu untuk kita tekan, sehingga ia nyaris tak pernah mengungkapkan sesuatu.
terutama karena kita menilai muncul dan karenanya kita Apa yang pada alam sadar
realitas yang kita hadapi tak mengabaikannya, bahkan adalah A, di alam bawah
membutuhkan sesuatu itu, memperlakukannya seolah- sadar diproyeksikan sebagai
atau bahkan lebih buruk lagi: olah ia tak ada. Itulah kiranya B, atau C, atau D, atau yang
sesuatu itu bisa menghambat yang dilakukan masyarakat lainnya. Akibatnya kita mau
atau menyusahkan kita dalam kota terhadap hutan, terhadap tak mau terlibat dalam aktivitas
menghadapi realitas. Hutan “alam”. Tentunya, sikap menebak-nebak, menduga-
adalah simbol dari alam bawah mereka ini didasarkan pada duga, atau dalam tingkat
sadar. Hutan, adalah proyeksi kepraktisan. Sesuatu yang tertingginya, menafsirkan.
dari diri kita yang lain yang tidak “real” seperti alam bawah Hutan pun semestinya, jika

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


OPINI 25

memang cara pandang kita ini Tapi intinya bukan itu. Yang yang hidup, bisa merespons
benar, melakukan proyeksi- berusaha kita kejar dari cara sikap aktifnya itu, sehingga
proyeksi semacam itu. memandang hutan seperti ini, antara kita dengan hutan
Salah satu wujud adalah timbulnya kesadaran terjadi interaksi, dan akhirnya
nyata dari proyeksi yang dalam diri masyarakat kota komunikasi. Misalnya soal
dilakukan hutan, sebagai akan keberadaan, kegunaan, gangguan-gangguan alam
upayanya mengungkapkan dan kebaikan hutan. Hutan tadi. Kita bisa menafsirkannya
sesuatu kepada kota atau tak lagi dilihat sebagai sesuatu sebagai “hutan telah terusik dan
masyarakat kota, barangkali yang minor atau marginal, ia menyalahkan masyarakat
adalah gangguan alam—untuk melainkan sesuatu yang krusial kota dan akhirnya menghukum
tidak menyebut bencana alam. dan sama pentingnya dengan mereka”, atau “hutan sedang
Misalnya, apabila udara sebuah kota, dengan realitas kota. dalam keadaan tidak baik dan
kota begitu kotor, sementara Lebih jauh dari itu, kita tidak lagi ia meminta bantuan kepada
kota itu sendiri berada tidak jauh melihat hutan sebagai sebuah masyarakat kota sebagai
dari hutan, kita bisa melihatnya “objek” semata, melainkan sekutu terdekat untuk membuat
sebagai sebuah upaya dari juga sebuah “subjek”. Ia keadaannya itu membaik (atau
hutan untuk mengatakan “objek” dalam konteks tertentu bahkan menyembuhkannya)”.
bahwa kondisi mereka sudah (seperti saat kita mengambil Lalu sebagai tindak lanjut
tidak baik, tidak ideal, atau sejumlah pohon di sana untuk dari penafsiran-penafsiran ini,
bahkan memprihatinkan, kita olah kayunya), namun ia masyarakat kota melakukan
sebab ia semestinya berfungsi juga “subjek” dalam konteks sesuatu yang menyenangkan
sebagai semacam filter atau yang lain (seperti saat ia hutan, yang diinginkan hutan,
tameng yang bisa mencegah membiarkan binatang-binatang yang kelak berdampak baik
hal tersebut terjadi. Contoh buas itu menuju kota). Di titik juga bagi mereka. Sebuah
lainnya: kemunculan binatang- ini kita telah memosisikan interaksi telah terjali, antara
binatang buas. Terutama hutan bukan lagi sebagai hutan dengan masyarakat
bagi sebuah kota yang bisa sesuatu yang pasif, melainkan kota, dan berbuah sesuatu
dikatakan bertetangga dengan sesuatu yang aktif. Ia hidup, yang positif. Dan bukankah ini
hutan, kemunculan binatang- ia “bergerak” dan menjalani sesuatu yang baik? Bayangkan
binatang buas di kota tersebut hidup dengan cara-caranya saja sebuah realitas di mana
menunjukkan ada yang tidak sendiri, dan karena itulah kita masyarakat kota memahami
beres dengan hutan itu; mesti memperlakukannya apa yang “dikatakan” hutan
sesuatu yang buruk telah terjadi layaknya kita memperlakukan dan begitu juga sebaliknya.
dengan hutan sehingga habitat sesosok makhluk hidup. Jung Dari interaksi semacam ini, kita
asli binatang-binatang buas itu pun, ketika ia berinteraksi bisa mengharapkan lahirnya
tak cocok lagi mereka tinggali, dengan alam bawah sadarnya, solusi-solusi yang adil, juga
sehingga akhirnya mereka ia melakukannya seolah-olah solutif, bagi kedua belah
memasuki kota dalam rangka alam bawah sadar itu adalah pihak. Barangkali “jeda” yang
mencari habitat ideal baru. sesuatu yang hidup, yang dibutuhkan oleh masyarakat
Masyarakat kota, dalam hal dalam arti tertentu adalah kota tadi akan tersedia
ini, adalah pihak yang dikabari, dirinya sendiri. dengan sendirinya, yang dari
oleh hutan. Yang menarik kemudian sana mereka kemudian bisa
Tentu saja apa yang dari cara pandang ini adalah: memahami apa-apa saja yang
kita kemukakan barusan dengan melihat hutan sebagai bisa dilakukan untuk membuat
perlu dibuktikan terlebih sesuatu yang hidup, di mana kehidupan terasa lebih baik,
dahulu secara ilmiah, sebab ia berusaha mengemukakan tanpa harus mengorbankan
jangan-jangan kita hanya asal sesuatu kepada kita, maka hutan.(*)
menghubung-hubungkan saja. kita, juga sebagai sesuatu Baranangsiang, 5-6 April 2016

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016
OPINI 27

Membebaskan
Perempuan,
Melestarikan Bumi
  Oleh: Amalya R.O. (FWI)                      
Dua penggal kalimat pangan. Istilah “kasur, dapur,
yang dicuplik dari novel Nukila sumur” tepat dalam hal ini.
"Karena lelaki adalah Amal—Cala Ibi—, bila ditafsir, Budaya patriarki ini yang
laut adalah perahu, sepertinya memang masih kemudian mendorong
yang melindungi menjadi panutan pandangan perempuan-perempuan di
pulau. Sedang kelompok konservatif terhadap berbagai daerah memenuhi
peran laki-laki dan perempuan “perannya”. Bagi perempuan
perempuan adalah dalam kehidupan rumah Mentawai yang telah “dibeli”
gunung, yang tangga, dalam bermasyarakat. oleh suaminya, dituntut
membenahi pulau." Indonesia, dan banyak negara menjadi pekerja di rumahnya
lain di dunia, seperti Afrika sendiri. Budaya ini juga yang
(Nukila Amal)
dan negara-negara di Timur menggiring perempuan-
Tengah, masih menganut perempuan di Bali untuk
budaya patriarki, di mana laki- mengabdi pada suami—dalam
laki menjadi pemimpin dalam bentuk menangani segala jenis
rumah tangga. Pemimpin pekerjaan rumah dan harus
rumah tangga, bila kita menurut menahan segala kelakuan
pada stereotip, maka adalah suami, sebejat-bejatnya—
seseorang yang menafkahi, misal yang diceritakan Oka
yang mengambil keputusan Rusmini dalam kumpulan
dan yang harus diikuti dalam cerpennya, Akar Pule. Budaya
keluarga. Sementara letak yang masih dianut dan diamini
perempuan terdapat dalam oleh masyarakat di Indonesia.
ranah-ranah domestik. Secara sadar atau tidak sadar,
Ranah domestik masyarakat masih memiliki
yang dimaksud di sini adalah stereotip tentang kuasa laki-laki
melayani suami, mengasuh dalam sebuah rumah tangga
anak, memasak, mengurus lebih tinggi dari perempuan.
rumah, mengurus keuangan, Sulitnya lepas dari
serta memastikan terpenuhinya stereotip tersebut adalah
kebutuhan sandang dan hal yang wajar, walau pun

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


28 OPINI

mempertahankan stereotip tersebut sama sekali tambahan menjadi sulit dilakukan. Dengan
bukan hal yang baik. Menurut saya pribadi, seringnya berkutat dalam ranah domestik,
stereotip tersebut tidak lahir dari sejarah yang perempuan meletakkan perhatian yang lebih
singkat. Sejak zaman prasejarah, pembagian pada elemen-elemen bumi (udara, air, api, tanah),
tugas juga sudah dilakukan antara laki-laki dan untuk dapat bertahan hidup dan membesarkan
perempuan. Di saat laki-laki berburu, maka anak-anak. Terjadinya perubahan ke arah yang
perempuan bertugas mengasuh anak, mencari lebih buruk pada lingkungan, seminimal apa pun,
makanan berupa buah dan sayur yang dapat menjadi perhatian serius bagi perempuan. Dapat
dimakan dari hutan, dan meramu makanan baik dikatakan, pada posisinya, perempuan lebih
dari hasil temuan maupun buruan. Bisa jadi, peka terhadap lingkungan.
ini adalah awal pembentukan budaya patriarki. Beranjak dari hal ini, sebenarnya
Dalam pembentukannya, perempuan dianggap perempuan pengasuh anak (tanpa menafikan
memiliki sifat peduli, simpati dan merawat. Sifat- perempuan lain yang memutuskan atau dalam
sifat ini biasa diasosiasikan dengan feminin keadaan tidak memiliki anak, karena anak-
tradisional. Bahwa sifat-sifat ini disebut feminin anak di sekitar kita juga menjadi tanggung
tradisional, adalah hanya karena anggapan jawab kita sebagai orang dewasa) memiliki
kelompok konservatif. peran yang besar dalam menjaga lingkungan,
Keberadaan stereotip ini memaksa karena kepekaannya terhadap elemen-elemen
perempuan dan laki-laki, terutama perempuan, tadi. Setiap ibu dapat mendidik anaknya untuk
tetap pada bingkai tersebut. Perempuan di peka terhadap lingkungan. Tidak hanya anak
ranah domestik, dan laki-laki di ranah publik. perempuan, tapi juga kepada anak laki-laki.
Ketika perempuan berusaha memasuki ranah Sehingga mereka dapat tumbuh menjadi sosok
publik, maka akan muncul banyak tantangan yang peka terhadap lingkungan. Selama ini,
baik dari keluarga maupun masyarakat umum pendidikan Indonesia masih kurang mengajarkan
yang sebenarnya tidak punya hak. Hal tersebut kepekaan terhadap lingkungan sehingga masih
berlaku juga sebaliknya, kepada laki-laki. memungkinkan adanya anak-anak yang tidak
Perjuangan untuk mendapatkan tahu dimana nasi dari piring mereka berasal
kesetaraan dan keadilan gender dalam atau air yang mereka minum, karena selama ini
kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat menganggap semuanya keluar dari pabrik.
memang masih terus diperjuangkan. Namun Tokoh-tokoh pejuang lingkungan lain,
selama perjuangan itu berlanjut, kita tidak boleh yang berasal dari masyarakat adat, seperti
menafikan keberadaan perempuan-perempuan Mama Aleta dari Suku Mollo, Gunarti dari Samin,
yang karena kostruksi sosial budaya harus lebih dan Eva Bande Si pembela petani, menunjukkan
banyak berkreasi di ranah domestik. Sebagian perempuan punya dan bisa mengambil peran
kelompok masyarakat adat, tidak semuanya, penting untuk kelestarian lingkungan. Secara
ada dalam konstruksi budaya patriarki. Mereka rumit, lingkungan, terutama hutan, berhubungan
lebih banyak disibukkan dengan tugas-tugas di dengan keadaan rumah tangga para perempuan,
ranah domestik. sehingga kemudian tokoh-tokoh tadi merasa
Seperti dikatakan oleh Wangari Maathai, perlu turun ke jalan untuk memperjuangkannya.
perempuan aktivis lingkungan yang menginisiasi Realistis, karena melihat masih tidak lepasnya
Gerakan Sabuk Hijau, dalam bukunya yang peran perempuan di ranah domestik, pada
berjudul Gerakan Sabuk Hijau, bahwa perempuan tatanan masyarakat adat.
adat di Kenya lebih banyak mengurusi kegiatan di Namun peran yang besar bagi
ranah domestik, terutama dalam hal mencukupi perempuan dalam ranah domestik, tidak
pangan dari hutan. Hal inilah yang kemudian menutup kemungkinan peran perempuan dalam
menjadi masalah, ketika hutan mulai hilang, kelestarian lingkungan di luar ranah tersebut.
maka mencari makanan dan sumber pendapatan Semisal kasus yang baru-baru ini terjadi

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


OPINI 29

mengenai ibu-ibu Rembang yang menyemen


kakinya, untuk menuntut keadilan agar PT.
Semen Indonesia tidak masuk dan merusak
lingkungan beserta sumber air yang mereka
miliki. Dan masih banyak tokoh perempuan lain
yang memperjuangkan kelestarian lingkungan
di luar ranah domestik. Misal dokter hewan
yang melakukan penyelamatan orang utan di
lokasi kebakaran hutan, penyelamatan penyu
di tepi pantai yang telurnya biasa diburu untuk
konsumsi, dan masih banyak lagi.
Masalah timbul di sini. Perempuan yang bergerak
dalam ranah publik, bergerak melestarikan
lingkungan, tidak banyak terpublikasi oleh media-
media mainstream. Seringkali, mereka tidak
mendapat fasilitas, perhatian, dana, dan bantuan
SDM yang memadai. Sehingga perempuan-
perempuan ini harus bekerja lebih keras. Namun
hal yang lebih parah, adalah sinisme dan tidak Sumber Foto: http://www.konde.co/2016/04/aksi-kartini-
kendeng-melawan-bengggu.html
simpatinya masyarakat terhadap perjuangan
perempuan di bidang lingkungan. pandangan sebagian orang bahwa perempuan
Ibu-ibu Rembang yang menyemen “seharusnya” tetap ada dalam ranah domestik,
kakinya, sebagai simbol perlawanan, demi membuat perjuangan tersebut semakin sulit.
mempertahankan kelestarian lingkungan untuk Dalam pemberitaan mainstream, munculnya
generasi berikutnya, menimbulkan berbagai perempuan-perempuan aktivis lingkungan tetap
komentar miring dari masyarakat. Ada yang belum dapat mengalahkan pamor laki-laki.
berkomentar bahwa sebaiknya ibu-ibu tidak Bagi tatanan masyarakat adat, kepekaan
perlu membahayakan dan menyakiti dirinya perempuan terhadap lingkungan sebenarnya
sendiri dalam perjuangan, meminta ibu-ibu dapat menimbulkan perbedaan yang besar
tersebut kembali ke ranah domestik, sampai dalam memperjuangkan kelestarian lingkungan.
yang menanyakan siapa yang mengurus anak Inisiasi perempuan dapat membuat perjuangan
mereka ketika mereka sibuk “aksi” di Jakarta. lebih cepat dilakukan, lebih peka menunjukkan
Hal ini menunjukkan tanpa sadar, masih ada perubahan-perubahan apa saja yang terjadi, dan
kelompok masyarakat yang menganggap derajat nilai-nilai yang diperjuangkan akan memperbesar
perempuan lebih rendah dari laki-laki, sehingga kemungkinan lahirnya keputusan pelestarian
tidak pantas untuk berjuang, bahkan bagi lingkungan yang tidak bias atau buta gender.
lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Berbagai hal tersebut, membuat pembebasan
Hal ini juga terjadi pada Wangari Maathai. perempuan dari budaya patriarki atau stereotip
Perjuangannya banyak mengalami tantangan, gender adalah keharusan. Membebaskan
bahkan dari suaminya sendiri, sehingga ia perempuan berkreasi di ranah publik juga
memutuskan bercerai dari suaminya. Gunarti dari menjadi hal yang penting. Membebaskan berarti
Samin, mengalami sindiran, bahkan ancaman tidak menghakimi. Saya percaya, pembebasan
dalam perjuangannya menghadapi PT. Semen tersebut akan membuat perubahan besar pada
Indonesia. kelestarian lingkungan. Dan membuat tokoh-
Konsep stereotip yang lahir dari budaya patriarki tokoh perempuan pejuang lingkungan muncul
telah mendestruksi peran perempuan dalam di permukaan, serta memacu lebih banyak lagi
ranah publik. Selain terbatasnya input dari luar, kelahiran tokoh perempuan pejuang lingkungan.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


30 C E R I TA

ANGIN SEGAR
DARI CANGUK
Oleh: Fachrudin Surahmat¹

Tahun 2015 bukan kali pertama El Nino


hebat menyambangi Indonesia, menimbulkan
kekeringan di berbagai penjuru negeri. Sembilan
belas tahun lalu, di 1997, El Nino hebat memicu
kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan
dan kebakaran hutan dan lahan yang hebat. Di
wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Lampung, 164 ha hutan hangus terbakar. Pohon-
pohon berukuran besar terbakar, sumber-sumber
air mengering, berbagai jenis satwa terjebak
di dalam api dan mati. Areal yang sebelumnya
penuh dengan pohon dan serasah daun yang
menutupi lantai hutan, menjadi hitam dan
dipenuhi abu. Seperti kita tahu, mengembalikan
keberadaan hutan pasca kebakaran, secara
alami membutuhkan proses yang panjang dan
waktu yang lama.
Delapan belas tahun sudah berlalu sejak
pertama kali dilakukan regenerasi hutan. Proses
perkembangannya diamati dan dicatat secara
rutin setiap tahun. Program ini diadakan oleh
Foto Kredit : Laji Utoyo/WCS-IP
Stasiun Penelitian Way Canguk (SPWC) yang
dikelola oleh Wildlife Conservation Society- Samar-samar nyanyian siamang dan owa ungko
Indonesia Program (WCS-IP). Lokasi stasiun mengisi heningnya pagi. Hijaunya belantara dan
penelitian ini tepatnya terletak di sebelah jernihnya air sungai dapat dilihat dari pojok rumah
tenggara Taman Nasional Bukit Barisan Selatan kayu tempatku duduk. Dari sini, sinar matahari
(TN BBS). Secara administratif lokasi ini berada pagi menerobos melalui sela-sela tajuk pohon
di Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten dan semilir angin pagi berhembus perlahan.
Pesisir Barat, Lampung. Sembari menikmati kopi yang mulai agak dingin,
Di Canguk, menikmati secangkir kopi pagi kuamati perlahan-lahan deretan rumah kayu
bisa terasa lebih nikmat, karena ditemani kicau yang berdiri tegak di pinggir sungai. Beberapa
burung dan derit tonggeret yang menggema. bangunan sepertinya digunakan sebagai tempat

¹ Penulis adalah peneliti kehidupan satwa liar di Wildlife Conservation Society. Saat ini, penulis bertugas di Lampung.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


C E R I TA 31

tinggal, sementara beberapa bangunan lain


digunakan untuk menyimpan barang.
Menurut Kang Rahman, pengelola dan
penjaga SPWC, stasiun penelitian ini digunakan
sebagai tempat penelitian flora-fauna. Yang
istimewa dari areal SPWC adalah kondisi hutan
dataran rendahnya masih alami. “Di sekitar areal
ini masih banyak pohon-pohon yang berukuran
besar dan jenisnya pun macam-macam”, ujar
kang Rahman. Hutan yang masih alami dapat
terlihat dari beragamnya jenis-jenis tumbuhan
dan satwa yang menghuninya. Secara umum
hutan yang masih alami memiliki jenis pohon
yang beragam, dengan pohon yang berukuran
besar masih banyak, memiliki tutupan tajuk
yang rapat, keragaman jenis satwa liar tinggi,
dan tidak terdapat aktifitas penebangan liar di
dalamnya. Oleh karena itu, wilayah ini dipilih
sebagai stasiun penelitian.
Stasiun penelitian ini memiliki enam buah
rumah kayu yang diperuntukkan sebagai tempat
tinggal, menyimpan peralatan, perpustakaan,
dan tempat makan. Kang Rahman menjelaskan Foto Kredit : Laji Utoyo/WCS-IP
bahwa SPWC dibangun sekitar tahun 1997 Satu dari beberapa rumah kayu di SPWC.
oleh Trekforce, WCS-IP dan TN BBS dengan
tujuan utamanya adalah kegiatan penelitian angin akan berputar seperti baling-baling dan
keanekaragaman hayati dan tempat pelatihan. jatuh cukup jauh dari pohon utamanya. Secara
Berbagai jenis penelitian dan pelatihan telah hukum semua jenis Meranti dilindungi (Peraturan
dilakukan di tempat ini, baik yang dilakukan oleh Pemerintah RI no 7 tahun 1998) karena
pihak kehutanan, akademisi, peneliti mandiri pentingnya kelompok pohon ini bagi hutan dan
maupun oleh WCS-IP sendiri. tingginya pembalakan liar terhadap jenis ini. Ini
Setelah menjelaskan mengenai apa adalah satu keistimewaan lain dari hutan alam di
saja yang terdapat di SPWC, Kang Rahman wilayah SPWC.
mengenalkanku pada Laji. Laji adalah satu Sementara untuk fauna yang terdapat di
dari beberapa peneliti muda penuh semangat, sekitar areal SPWC, meliputi 56 jenis mamalia,
yang ikut dalam program regenerasi hutan termasuk di dalamnya 8 jenis primata, 47 jenis
pasca kebakaran. Aku dan Laji mulai katak, 7 jenis reptil dan 207 jenis burung. Satwa
memperbincangkan tentang kegiatan SPWC langka seperti harimau, gajah, siamang dan
dan keanekaragaman hayati yang terdapat di rangkong gading dapat dengan mudah kita
sekitarnya. Menurut cerita Laji, luas areal SPWC jumpai, baik secara langsung maupun melalui
sekitar 800 ha dengan tingkat keanekargaman jejak, cakaran atau bekas aktifitas hariannya.
flora dan fauna yang cukup tinggi. Terdapat Kalau sedang beruntung, dari rumah kayu kita
sekitar sekitar 290 jenis pohon yang didominasi bisa melihat rusa liar yang sedang minum di
oleh family Dipterocarpaceae, atau biasa kita sungai. Mau melihat hal yang lebih menarik lagi?
kenal dengan nama Meranti. Ciri khas dari Kalau mau bersabar menunggu dan mengamati,
kelompok Meranti adalah bentuk buahnya yang atau bila beruntung, di sekitar rumah kayu kita
menyerupai kok bulu tangkis dengan dua sayap juga bisa melihat secara langsung landak, tupai
atau lebih. Ketika sudah tua, buah yang tertiup dan biawak dengan jarak kurang dari 2 meter.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


32 C E R I TA

Siamang, satu di antara jenis primata yang bisa kita jumpai di areal SPWC.
Foto Kredit : Laji Utoyo/WCS-IP

Dengan penuh antusias Laji memapar- berbunga dan berbuah berbagai jenis pohon.
kan berbagai kegiatan penelitian yang dilakukan Sementara untuk program regenerasi hutan
di SPWC. Kegiatan pengambilan data perkem- pasca kebakaran rutin dilaksanakan tiap tahun
bangan pohon dan regenerasi hutan pasca ke- untuk melihat laju pertumbuhan dan jenis-jenis
bakaran, merupakan topik pembicaraan yang tumbuhan yang berkembang. Kegiatan ini
banyak dipaparkan oleh Laji. Kedua kegiatan ini dilakukan dengan mengamati jenis-jenis pohon
rutin dilakukan setiap tahunnya oleh SPWC sejak yang baru tumbuh, tinggi dan diameter pohon
tahun 1998 sampai sekarang. Data yang dicatat yang masih hidup. Pengamatan laju regenerasi
secara rutin ini memberikan informasi dan gam- hutan pasca kebakaran dilakukan pada petak
baran mengenai periode waktu yang dibutuhkan permanen yang berukuran 10 X 10 meter
setiap pohon untuk berkembang dan seberapa dengan total plot yang terdapat di areal SPWC
cepat perkembangan tersebut setiap tahunnya. sebanyak 40 buah. “Kegiatan tersebut tetap
Pengambilan data perkembangan pohon dilakukan sampai saat ini, sekitar 60 persen dari
dilakukan dengan mengamati kemunculan areal kebakaran tampak beberapa areal bekas
bunga, buah dan daun baru. Melalaui data kebakaran sudah kembali rimbun,” tambah Laji.
ini kita bisa mengetahui perkiraan waktu Ini berarti, memulihkan 60 persen kawasan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


C E R I TA 33

Kegiatan pengambilan data pertumbuhan pohon yang rutin dilakukan oleh SPWC
Foto Kredit : Surahmat/WCS-IP

bekas kebakaran, membutuhkan waktu hingga Sebagai sebuah stasiun penelitian,


19 tahun. Belum lagi tidak mungkin untuk SPWC mendukung pengelolaan kawasan
mengembalikan kekayaan biodiversitas yang hutan di Indonesia, khususnya TN BBS melalui
hilang akibat kebakaran. kegiatan penelitian dan sumber informasi
Oleh karena itu, informasi yang diperoleh mengenai flora dan fauna. Data mengenai hutan
dari dua kegiatan di atas sangat penting bagi menjadi dasar bagi pengelola kawasan untuk
upaya penyelamatan hutan di Indonesia, terutama menentukan kebijakan, sehingga kawasan
kawasan TN BBS. Berdasarkan data tersebut, hutan dan satwa yang berada di dalamnya
kita mengetahui kondisi terkini mengenai jumlah tetap terjaga. Mendengar penjelasan Laji dan
dan jenis pohon, tingkat pertumbuhan pohon berdiskusi mengenai SPWC beserta segala
dan pola perkembangannya, terutama jenis-jenis aktifitasnya menjadi sebuah angin segar bagi
pohon yang langka dan dilindungi. Data tersebut upaya penyelamatan hutan, di tengah maraknya
juga memberikan informasi mengenai jenis penebangan liar dan perdagangan satwa
pohon yang cocok digunakan sebagai pohon dilindungi.
reboisasi di kawasan hutan yang rusak akibat
kebakaran atau aktifitas manusia.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


CERITA TURUN
34 C E R I TA

GUNUNG Oleh: Nurika Manan¹

© Forest Watch Indonesia

Dua tangan dengan gurat otot itu kecintaan laki-laki itu pada lahan tak bisa begitu
menggenggam panjang selang air. Diikuti gerakan saja ditanggalkan. Ia tetap saja mengayun
ke segala arah, air dari selang membasahi lahan cangkul meski, sebetulnya penghasilan dari
yang luasnya kira-kira setengah lapangan bola. beternak domba sudah cukup.
Sebuah petak di Desa Sarongge, Kecamatan ***
Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kala itu Yang saya ceritakan tadi namanya Emi.
musim kemarau, petani harus rajin menyiram Ini pertemuan kedua saya dengan Pak Emi—
lahan kalau tak mau hasil panennya buruk. begitu saya biasa menyapanya. Ia sedang berdiri
Tiba-tiba saya membayangkan tokoh di tengah lahan garapan. Tak seperti sepuluh
Santiago dalam novel The Old Man and The Sea tahun silam, kini ia mengolah lahan milik orang.
karya Ernest Hemingway. Santiago, nelayan tua Sedang lahan miliknya, sudah ditinggalkan
yang masih berkeras melaut, mencari ikan. sekitar tiga tahun lalu.
Kini saya seperti melihatnya lekat-lekat. Geraknya masih saja gesit ketika mulai
Namun bukan di tengah arus Teluk Meksiko, ini menggemburkan tanah.
kali di tengah lahan yang sekelilingnya ditumbuhi Saat saya bertanya berapakah usianya
sayuran. Kaos putihnya belepotan tanah, kini, bapak tiga anak itu terdiam lama. Rupanya
menutupi seluruh lengan hingga pergelangan ia tak pernah menghitung usia. Yang melekat
tangan. Celana panjangnya dilipat hingga di hanyalah, hampir separuh hidupnya diabdikan
bawah lutut, sementara topi ia kenakan untuk untuk kebun sayur-mayur.
melindungi kepala dari terik matahari. Namun kini sudah tidak lagi.
Sebagaimana Santiago pada laut, Perubahan itu berawal dari kemunculan

¹ Nurika Manan adalah reporter di Kantor Berita Radio (KBR) 68H.


Cerita ini ditulisnya pada tahun 2015, dan masuk ke kumpulan “Cerita dari Sarongge”.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


C E R I TA 35

program adopsi pohon. Pada awal 2012, pria penghidupan. Namun masa itu telah lewat.
asal Kampung Baros, Cigombong, Kabupaten “Sekarang senang bapak ngurus domba.
Bogor, Jawa Barat yang kemudian menetap di Senang begitu, mau bagaimana juga. Hujan
Kampung Sarongge itu harus rela meninggalkan mau bagaimana juga itu nggak jadi soal, yang
10 petak kebun garapannya. Malang—atau penting domba makan. Biar hujan-hujan bapak
malah untung—lahan garapan seluas 4000 juga tetap nyari rumput,” kata Emi berapi-api.
meter persegi itu masuk kawasan program Saking cintanya, pernah saat tiba
adopsi. Sebuah rencana menghijaukan kembali musim hujan dan petir menggelegar, Emi tetap
kawasan konservasi di Taman Nasional Gunung merumput. Kondisi ngeri itu tak menyurutkan
Gede Pangrango (TNGGP). niat mencarikan pakan untuk ternaknya. “Ada
Emi, harus merelakan tanah yang setiap petir dan hujan besar mah hayuk aja, cari rumput
hari ia rawat sebagai kebun sayur mayur itu sampai dapat. Belum dapat cukup, meski hujan
kembali dihutankan. “Ya diminta sama taman besar mah terus saja,” kata Emi.
nasional, kan itu mau diasrikan lagi katanya, Ketekunan dan kegigihannya mencoba, berbuah
dibuat hutan lindung. Ya mau nggak mau saya hasil ternak yang tak hanya gemuk tapi juga
turun, biar semua selamat sampai anak cucu,” sehat.
kenang Emi pasrah. Dari mulut ke mulut, bandar domba kerap
Tapi rupanya kehilangan itu cepat beroleh mendatangi kandang ternak yang terletak persis
ganti. Emi kemudian dipertemukan dengan di samping rumah Emi. Orang-orang juga kerap
domba. Dari situ, perjalanan keduanya dimulai. gumun, mengapa setiap domba yang mendapat
Saat itu Presiden Susilo Bambang sentuhan tangan Emi menjadi sehat dan gemuk.
Yudhoyono memberikan bantuan untuk tiap “Banyak yang tanya: kumaha mang… domba
petani yang bersedia turun gunung. Turun ini dulunya jelek dari saya, sekarang jadi gemuk
gunung artinya, turun dari kawasan konservasi besar begini?”.
TNGGP. Sejak 1970, puluhan petani berkebun Ia hanya menjawab dengan senyuman.
di kawasan tersebut. Akibatnya, lahan yang ***
seharusnya ditumbuhi pepohonan, dibabat Kini, istri dan anak-anaknya menikmati
menjadi petak-petak garapan. Pak Emi, satu dari jerih payah sang bapak. Pria ini memang tak
puluhan Petani Sarongge yang bersedia turun. pernah ingat kapan dia lahir, tapi ia selalu ingat
Memulai kehidupan baru. Duit bantuan kampung yang kini ditinggalinya itu harus terus
tersebut ia gunakan untuk membikin kandang asri hingga anak cucunya kelak. Itu sebab,
dan membeli domba betina. “Nggak tahu kenapa dulu ia tinggalkan berpetak-petak kebun sayur
setelah turun dulu, Bapak memilih domba. sumber penghidupannya, dan mencoba beralih
Karena bapak senang saja itu. Sudah nasib saya menjadi peternak domba. Sampai kini, ia betul-
berjodoh dengan domba,” kenangnya. betul jatuh cinta kepada hewan ternaknya itu.
Dan benar saja, penghasilan Emi dari Seorang bekas Kepala Taman Nasional
beternak domba boleh dibilang moncer. “Dari Gunung Gede Pangrango (TNGGP) pernah
mulai pas di Kampung Baros, mulai dari nggak berkeluh, sulitnya penyelesaian konflik di
punya apa-apa, nggak punya tanah. Dari ngurus kawasan konservasi taman nasional. Di banyak
domba bisa beli rumah, rumah anak-anak, tanah daerah, persoalan penggarapan dan perambahan
sampai kandang itu hasil beternak domba. kerap diikuti konflik dengan masyarakat. Pak
Sampai mencukupi kebutuhan tiga anak. Lalu Emi, barangkali bisa jadi oase atau teladan—jika
bikin rumah juga buat anak tahun kemarin,” tak berlebihan—di tengah rimbun konflik yang
cerita Emi. menunggu untuk dirampungkan.
Ia tak pernah lupa, keputusan untuk Tapi tentu, Emi saja tak cukup. Sebab
turun gunung dan, beralih ke mata pencaharian tanpa pendampingan yang setia, baik itu dari
baru adalah pilihan berat. Sebab sebelumnya, pemerintah maupun non-pemerintah, mustahil
kebun sayur menjadi satu-satunya sumber terlahir Emi-emi yang lain di berbagai daerah.

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


“Jika aku dapat memberi
kalian wifi, mungkin kalian
akan menjagaku dan
memastikan aku berada
di samping kalian. Bahkan
kalian akan berbondong-
bondong mendekatiku,
membuatku selalu ada.
Tapi sayang, aku hanyalah
pohon dan aku tidak
dapat memberikan akses
internet. Pohon sepertiku
hanya bisa memberikan
oksigen untuk kalian. Itu
saja, tidak lebih”
INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016
C E R I TA 37

Merawat "Warisan"
yang tersisa
di Tanah Jawa Oleh: Via Mardiana

P
ernah berpikir bagaimana jika suatu merasa diri tidak perlu memperhatikan
hari nanti tinggal beberapa pohon yang lingkungan karena masih banyak aktivis
tumbuh di bumi ini? Bumi akan panas, lingkungan hidup yang mati-matian menjaga
gersang, kering. Air akan menjadi barang hutan. Merasa diri tidak perlu turun tangan
berharga yang diperebutkan. Mereka yang dalam rangka reboisasi hutan karena
kaya bisa membeli, mereka yang miskin sudah banyak relawan yang terjun untuk
hanya tinggal menunggu kematian karena melakukannya. Pun yang paling memilukan
dehidrasi. Lalu, bagaimana pula jika suatu adalah merasa diri tidak harus peduli
hari nanti pohon benar-benar tidak ada di karena kita tidak melakukan penebangan
bumi ini? atau perusakan hutan dibumi. Padahal dari
Bagi kita, mungkin tidak akan perasaan tidak peduli tersebut berimbas
merasakannya. Tetapi anak cucu kita kelak pada penanganan terhadap perusakan
akan tahu bahwa mereka mempunyai orang yang kini telah terjadi. Jika hanya sebagian
tua yang tidak pandai merawat bumi. Mereka kecil saja yang sadar tentang kerusakan
akan mengecap kita sebagai generasi yang yang terjadi, bagaimana hutan yang tersisa
tidak tahu diri, generasi yang menyisakan ini bakal terjaga?.
warisan kehidupan yang pilu dimana bumi Cikal bakal dari rasa tidak peduli
sudah semakin kering dan kehidupan kita yakni kehancuran hutan itu sendiri.
berada dimasa yang sangat buruk. Acapkali Kita barangkali tinggal menunggu saja,
kita merasa tidak punya andil dalam Indonesia akan menjadi negara yang
perusakan hutan yang terjadi, kita berpikir gersang dan kering tanpa hutan. Kalimantan
bahwa yang harus bertanggung jawab yang dulu asri dengan hutan rimba yang
terhadap perusakan hutan yang terjadi disebut sebagai zamrud khatulistiwa,
adalah perusahaan-perusahaan besar yang menjadi primadona yang menawan dan
melakukan penebangan pohon di hutan. menarik perhatian dunia kini hanya menjadi
Kadang kita juga merasa pemerintahlah seonggok pulau yang menunggu untuk
yang dianggap paling bersalah karena tidak dihabiskan hutannya oleh orang-orang yang
dapat memberikan efek jera bagi pelaku tidak peduli terhadap keberlangsungan
penebangan pohon. Tetapi sebenarnya, kita kehidupan di bumi. Bagaimana bisa ada
pun ikut serta dalam memuluskan rusaknya terjadi banjir di Kalimantan, Sumatera,
hutan dibumi ini. Papua dan Sulawesi padahal keempat
Rasa acuh yang berkepanjangan, pulau tersebut mempunyai kawasan hutan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


38 C E R I TA

yang sangat luas. Urgensi hutan yang sepertinya belum dipahami


Jawaban yang miris karena kawasan oleh kebanyakan masyarakat, membuat
hutan yang luas itu kini hanya menjadi cerita saja . masyarakat yang khususnya tinggal di pulau
Satu fakta yang dapat dirunut bahwa sebenarnya Jawa merasa tidak mempunyai bagian dalam
keempat pulau tersebut berada pada masa sulit, proses perusakan hutan itu sendiri. Padahal jika
sulit karena hutan-hutan yang ada kini semakin ditelaah lebih jauh, ketika bicara hutan kita akan
sedikit luasannya. Berbagai macam flora dan berbicara tentang keberlangsungan bumi yang
fauna hilang karena sudah tidak punya rumah, kita tempati ini. Dengan kata lain, ketika hutan
sisanya digantikan oleh perkebunan sawit yang hilang maka eksistensi kehidupan manusia di
maha luas. Lalu bagaimana dengan hutan di bumi akan terganggu bahkan ikut hilang.
pulau Jawa? Apakah masih ada warisan yang Urgensi keberadaan hutan bagi manusia,
tersisa di pulau yang menjadi pusat perekonomian yaitu sebagai paru-paru dunia. Pernyataan ini
Indonesia sekaligus pulau terpadat ini. belum juga menggugah kesadaran masyarakat
Pulau Jawa merupakan pulau paling betapa pentingnya keberadaan hutan. Betapa
padat penduduknya di Indonesia, selain karena wajibnya kita menjaga hutan. Keberadaan
menjadi pusat perekonomian Indonesia, pulau pohon-pohon di hutan dapat berfungsi sebagai
Jawa mempunyai magnet yang efektif membuat penyerap karbon dioksida yang merupakan gas
banyak orang dari luar pulau banyak berdomisili berbahaya bagi manusia jika jumlahnya di atas
di pulau Jawa. Semakin banyaknya penduduk batas normal. Dan yang paling penting, bahwa
yang mendiami pulau Jawa, menyebabkan keberadaan pohon adalah dapat memproduksi
banyak dibukanya lahan-lahan yang semula oksigen yang merupakan gas paling penting bagi
hutan menjadi kawasan tempat tinggal penduduk. manusia.
Berkembangnya industri pun menyebabkan Bisa dibayangkan ketika pohon semakin
lahan hijau di pulau Jawa semakin sedikit. sedikit dan jumlah manusia semakin banyak
Berkurangnya luas hutan yang cukup signifikan maka yang terjadi manusia secara tidak sadar
yang terjadi menyebabkan spesies langka memperebutkan oksigen tersebut. Jika kondisi
yang ada di pulau Jawa mengalami penurunan hutan semakin berkurang maka dapat berimbas
populasi. Hilangnya habitat menyebabkan langsung pada kehidupan manusia itu sendiri.
banyak hewan-hewan mati dikarenakan sudah Selain itu, urgensi keberadaan hutan lainnya
tidak ada lagi makanan dihutan. Jikalau hewan- adalah sebagai tempat penyimpanan air, air
hewan tersebut kekurangan makanan maka hujan yang turun ke bumi akan diserap dan
ia akan memasuki perkebunan warga, setelah disimpan oleh akar-akar tanaman. Dalam
itu mereka hanya tinggal menunggu kematian volume yang besar, air hujan yang turun ke bumi
karena dianggap sebagai hama bagi perkebunan jika tidak diserap oleh akar-akar pohon akan
warga. menyebabkan bencana banjir.
Berdasarkan Badan Planologi Selanjutnya, keberadaan pohon-pohon
Departemen Kehutanan, lahan kritis di Jawa di hutan adalah sebagai pengendali bencana.
saat ini diperkirakan sudah mencapai 2.481.208 Keberadaan pepohonan akan mengurangi
hektar dan penutupan lahan oleh pohon tinggal terjadi bencana longsor karena tanah ada
4 %. Pada abad ke-16 sampai pertengahan yang mengikatnya yakni akar pohon. Urgensi
abad ke-18, hutan alam (hutan primer) di keberadaan hutan yang tidak kalah penting
Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. adalah bahwa hutan adalah habitat bagi flora
Sedangkan pada akhir tahun 1980-an, tutupan dan fauna yang ada. Ketahui lah bahwa hutan
hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar tidak di peruntukan bagi manusia saja. Hutan
atau sekitar 7 persen dari luas total Pulau Jawa. pun menjadi rumah bagi flora dan fauna di
Lebih jauh, ternyata pengaruh hilangnya dalamnya, dimana ketika jumlah kawasan hutan
kawasan hutan mempunyai dampak yang menurun khususnya di pulau Jawa maka tingkat
signifikan terhadap kondisi udara di Pulau Jawa. keanekaragaman flora dan fauna pun akan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


C E R I TA 39

mengalami penurunan karena hilangnya habitat tersisa haruslah kita jaga. Selain menunjang
mereka. keberlangsungan hidup makhluk di dalamnya
Dewasa ini banyak fauna yang pun juga menopang kehidupan kita sebagai
dinyatakan menurun populasinya karena hutan manusia yang tidak bisa terlepas dari hutan.
yang berfungsi sebagai tempat tinggal semakin Tentu, ajakan untuk menjaga hutan sudah gencar
sedikit. Terkadang manusia hanya memikirkan dilakukan, Namun, ketika kesadaran manusia
keberlangsungan kehidupan tanpa memikirkan sebagai subjek pertama yang berhubungan
makhluk lain yang juga sangat membutuhkan langsung dengan lingkungan tidak mengerti
keberadaan hutan yang asri yang dapat maka slogan-slogan menjaga hutan pun akan
menunjang kehidupannya. menjadi celotehan semata.
Sudah jelaskan bagaimana kerugian yang Bukan hal baru kampanye-kampanye
terjadi ketika pohon-pohon populasinya semakin lingkungan dilakukan oleh banyak aktivis
berkurang? Banyaknya hal merugikan yang lingkungan di Indonesia, tetapi efek yang
dapat disebabkan oleh hilangnya keberadaan ditimbulkan belum juga merambah kesadaran
hutan khususnya di pulau Jawa seharusnya seluruh manusia yang hidup di Indonesia
dapat menjadi bahan pemikiran setiap manusia khususnya di pulau Jawa. Jika kesadaran
yang ada. Setelah dipikirkan setiap manusia masyarakat mengenai keberadaan hutan yang
yang ada harus mempunyai ide brilian setidaknya makin sedikit luasnya sudah tidak ada, bukan
untuk menjaga satu pohon yang tersisa di bumi tidak mungkin hutan dan pohon-pohon yang
ini khususnya di pulau Jawa. tersisa benar-benar akan hilang. Ketika hal
Kesadaran dan aksi yang nyata jauh itu terjadi bukankah biasanya manusia baru
lebih penting dari sekadar retorika-retorika akan menyesal? Padahal kesempatan untuk
tentang ‘savehutanIndonesia’. Karena berpikir menjaga sudah ada semenjak kerusakan-
saja tentu tidak cukup tanpa aksi nyata dalam kerusakan lingkungan ini terjadi. Tidak ada lagi
rangka reboisasi ataupun pemulihan kawasan tawar-menawar atau pertanyaan siapakah yang
hutan yang sekarang banyak dibakar untuk lebih berhak untuk merawat dan menjaga hutan
dijadikan lahan perkebunan perusahaan- yang tersisa, karena semua dari kita manusia
perusahaan kelapa sawit. Perlu dicamkan yang hidup di bumi khususnya di pulau Jawa
dalam hati kita bahwa efek yang ditimbulkan mempunyai kewajiban yang sama untuk merawat
dapat mempengaruhi berbagai sendi kehidupan yang tersisa.
terlebih mengenai eksistensi manusia itu sendiri. Kita memang tidak akan bisa
Selain kesadaran dalam setiap manusia untuk mengembalikan hijaunya hutan seperti
menjaga hutan, peran pemerintah daerah ratusan tahun yang lalu, tapi kita masih bisa
maupun pemerintah pusat tentu harus dapat untuk menjaga dan merawat yang masih ada.
membuat undang-undang hukuman yang Bagaimana pun juga, anak cucu kita mempunyai
membuat efek jera bagi para pelaku perusakan hak untuk mendapatkan kehidupan di bumi yang
hutan. Bagaimanapun sikap pemerintah baik, sehingga mutlak bagi kita yang hidup di
yang tegas terhadap pelaku perusakan hutan era sekarang untuk menjaga hutan. Siapa pun
sangat dinanti oleh masyarakat, jangan sampai ia yang lahir dari keluarga yang kaya, ataupun
pemerintah malah memuluskan niat para pelaku miskin, pun aktivis lingkungan ataupun bukan
yang sengaja melakukan perusakan tanpa memang harus menjaga hutan. Dan tidak pernah
memperhatikan efek yang ditimbulkan dari apa ada kata terlambat untuk memulai merawat,
yang telah dilakukannya. Mau tidak mau, mutlak meski yang dirawat hanyalah sebagian kecil dari
pemerintah harus memberikan ketegasan dan yang tersisa akibat rakusnya manusia. Siapa pun
hukuman yang setimpal bagi para perusak hutan kita, kita punya kewajiban untuk menjaga hutan
di Indonesia tanpa kecuali. yang masih ada. Entah itu berapa puluh pohon
Oleh karena itu, barangkali hanya yang tersisa.
sebagian kecil saja hutan pulau Jawa yang masih

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


40 RUBLIK PENGUMUMAN

KEBIJAKAN KEHUTANAN
DALAM PERSPEKTIF
PENGELOLAAN DAS

© Forest Watch Indonesia

Masyarakat tentunya berhak seperti bencana alam banjir, kekeringan, longsor,


mendapatkan kualitas lingkungan yang baik dan pencemaran.
yang dapat mendukung sistem keberlanjutan Dalam undang-undang kehutanan
kehidupan yang ditunjang dari keberadaan menyebutkan bahwa selain hak, masyarakat
hutan. Hutan memberikan oksigen, keteduhan, juga dapat memberikan saran, informasi,
kesegaran, serta kesejukan yang telah dan melakukan pengawasan kaitannya
dinikmati manusia selama ini dan tidak pernah dalam pembangunan kehutanan sehingga
diperhitungkan nilainya secara ekonomi. Hutan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-
dipandang sebagai sub sektor pertanian yang besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
dimanfaatkan dalam bentuk produk hasil hutan berkelanjutan dapat tercapai. Melalui buku yang
kayu dan hasil hutan bukan kayu termasuk jasa dituliskan, Forest Watch Indonesia sebagai bagian
lingkungan dan sumber daya air. Pada tahap dari masyarakat yang hidup dan menempati
saat ini, hutan yang menjadi tumpuan kualitas ruang yang sama memberikan pandangan-
lingkungan telah terkikis secara kualitas dan pandangan terkait kondisi hutan serta kawasan
kuantitasnya sehingga menimbulkan dampak hutan dalam perspektif pengelolaan daerah

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


RUBLIK PENGUMUMAN 41

aliran sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane.


Berkaitan dengan pengelolaan DAS,
penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk
menjamin keberadaan hutan dengan luasan
yang cukup dan sebaran yang proporsional
serta meningkatkan daya dukung das. Selain
itu, untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial,
budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan
lestari mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang
meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan
fungsi produksi.
Fakta ironis yang menjadi temuan FWI adalah
terus berkurangnya tutupan hutan di wilayah DAS
CIliwung dan Cisadane sehingga menggugurkan
relevansi antara kondisi eksisting dengan
kebijakan yang mengatur kehutanan. Hutan
Sumber Foto: Forest Watch Indonesia
yang menjadi tumpuan dalam upaya pelestarian
lingkungan dalam konservasi tanah dan sumber dan hutan produksi.
daya air semakin menjauhkan hak masyarakat Pemerintah yang memiliki kewajiban
mendapat kualitas lingkungan yang baik, dalam mengatur perlindungan hutan (luasan
sebagai dampak dari buruknya penyelenggaran tutupan hutan dan kawasan hutan pada suatu
kehutanan yang dilakukan pemerintah selama wilayah das) seolah tidak berdaya menghalau
ini. serangan penghilangan tutupan hutan dan
Hampir 17 tahun sejak berlakunya inkonsistensi implementasi kebijakan kehutanan
Undang-Undang Kehutanan, selama itu pula dalam membangun wilayah das. Padahal upaya
upaya penyelenggaraan kehutanan belum perlindungan hutan dan kawasan hutan sendiri
merespon kecukupan hutan dalam wilayah diartikan sebagai usaha untuk mencegah
das. Padahal kecukupan penutupan hutan dan membatasi kerusakan hutan (di dalam
dan kawasan hutan dijamin oleh pemerintah. maupun di luar kawasan hutan). Dalam arti lain
Dalam Undang-Undang Kehutanan pasal 8 hilangnya tutupan hutan maka dengan secara
disebutkan bahwa pemerintah menetapkan dan sengaja pemerintah telah menghilangkan hak-
mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan hak negara, masyarakat, dan perorangan atas
dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan dari
sungai dan atau pulau. Guna mengoptimalkan keberadaan hutan, kawasan hutan, serta hasil
manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat hutan.
ekonomi bagi masyarakat setempat. Sekurang- Melalui proses yang sudah diatur dalam
kurangnya luas kawasan hutan yang harus perundang-undangan, seharusnya hutan
dipertahankan minimal 30 persen (tiga puluh diurus oleh negera melalui pemerintah yang
persen) dari luas daerah aliran sungai dan atau diberikan kewenangan sehingga masyarakat
pulau dengan sebaran yang proporsional. luas mampu merasakan manfaat secara adil
Ketidaktercukupan luasan penutupan dan lestari. Pengurusan hutan yang seharusnya
hutan serta kawasan hutan dalam upaya dilakukan pemerintah meliputi perencanaan
perlindungan hutan dan konservasi alam pada kehutanan; pengelolaan hutan; penelitian dan
wilayah das menyebabkan menurunnya fungsi pengembangan, pendidikan dan latihan, serta
pokok dari ekosistem hutan itu sendiri. Fungsi penyuluhan kehutanan, serta; pengawasan.
yang dimaksudkan adalah fungsi konservasi, Perencanaan kehutanan dibutuhkan
fungsi lindung, dan fungsi produksi yang untuk memberikan pedoman dan arah yang
terkandung pada hutan konservasi, hutan lindung menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


42 RUBLIK PENGUMUMAN

kehutanan, yakni menjamin keberadaan hutan daerah). Pengawasan kehutanan dimaksudkan


dengan luasan yang cukup, minimal 30 persen untuk mencermati, menelusuri, dan menilai
berupa kawasan hutan dan tersebar secara pelaksanaan pengurusan hutan, termasuk di
proporsional. Namun, pada kenyataannya dalamnya perencanaan dan pengelolaan hutan.
implementasi actual di lapangan kerap kali menjadi Hal tersebut guna menghilangkan praktek-
temuan yang berbeda dengan perencanaannya. praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
Ketidaksesuaian antara kebijakan perencanaan diberlakukan melalui perundang-undangan.
dengan temuan di lapangan tersebut dapat Realita yang ada malahan pemerintah
dikatakan bahwa pemerintah inkonsisten tidak pernah hadir dalam pengurusan hutan
terhadap hal-hal yang ingin dicapai dari sebuah di tingkat tapak sehingga membuka celah-
perencanaan kehutanan. celah penyelewengan dan ketidaksesuaian
Perencanaan kehutanan yang baik perencanaan. Celah tersebut dimanfaatkan
idealnya seirama dan senada dengan oleh mafia untuk membabat hutan tanpa
perencanaan tata ruang daerah melalui proses memperhitungkan aspek ekologis seperti
padu serasi. Padu serasi merupakan proses ketercukupan luas hutan dan kawasan hutan
memadu-serasikan antara perencanaan dalam wilayah das. Selama ini justru masyarakat
kehutanan dengan perencanaan daerah. Padu hadir secara volunteri untuk memantau kondisi
serasi harus dilaksanakan secara transparan, hutan-hutan tersisa.
bertanggung-gugat, partisipatif, terpadu, serta Amanah undang-undang untuk
memperhatikan kekhasan sehingga mampu menghadirkan negara sampai tingkat tapak
menampung kebutuhan daerah. Artinya dalam pengurusan hutan adalah terwujudnya
menyatukan fungsi yang terkandung pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sejak
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan diberlakukannya Undang-Undang Kehutanan
konservasi ke dalam perencanaan daerah berupa tahun 1999. KPH merupakan simpul yang
kawasan lindung. Begitupun pada kawasan hutan menghubungkan antara kepentingan pusat
yang mengandung fungsi produksi dimasukan dengan daerah, termasuk menyelesaikan
ke dalam perencanaan daerah berupa kawasan berbagai konflik dan permasalahan yang selama
budidaya. ini tidak kunjung usai.
Hutan, baik di dalam maupun di luar Tidak adanya KPH maka negara tidak
kawasan hutan terutama yang berada di dalam pernah hadir. Tidak heran jika tutupan hutan alam
kawasan lindung seharusnya mampu menunjukan terus menyusut sehingga menyebabkan kinerja
performa yang lebih baik kontribusinya dalam yang buruk dari sebuah das. Erosi, banjir, dan
pengelolaan das. Secara tata ruang daerah, kekeringan menjadi potret buram pengelolaan
hutan yang berada di dalam kawasan lindung hutan dalam perspektif das saat ini.
dilindungi oleh kebijakan-kebijakan yang Semua hutan beserta sumber daya
menguatkan. Sedikitnya dua kebijakan utama, alam yang terkandung di dalamnya adalah milik
yakni Undang-Undang Kehutanan dan Undang- negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
Undang Penataan Ruang yang melindungi hutan untuk kemakmuran rakyat. Negera memberikan
di dalam kawasan lindung. Selain itu, dokumen kewenangan dalam penguasaan hutan kepada
RTRW yang memuat pola ruang kawasan pemerintah. Maka dari itu Negara dan atau
lindung dan kawasan budidaya dapat juga pemerintah harus hadir dalam pengurusan
menjadi tinjauan dalam pemanfaatan hutan dan hutan bukan hanya dalam hal pemanfaatan
penggunaan kawasan hutan untuk menghindari hutan. Kerusakan hutan dan penghilangan
inkonsistensi. tutupan hutan alam merupakan tanggung jawab
Temuan adanya inkonsistensi menunjukan pemerintah untuk mengembalikannya sesuai
lemahnya pengawasan yang seharusnya amanah Undang-Undang Kehutanan.
dijalankan oleh pemerintah (termasuk pemerintah

INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016


INTIP HUTAN - FOREST WATCH INDONESIA | SEPTEMBER 2016

Anda mungkin juga menyukai