Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan bagian penting dalam setiap tindakan. Perencanaan
memberikan gambaran besar terhadap apa yang dilakukan sehingga menjadi 5
KONSEP DAN KAJIAN ILMU PERENCANAAN jelas. Perencanaan juga
penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Memiliki perencanaan yang
baik akan membuat pekerjaan lebih efektif

Dalam konteks ini, pekerjaan tidak hanya bersifat ritual dan ukhrowi, akan
tetapi juga merupakan pekerjaan sosial yang bersifat duniawi.
Kinerja dalam perspektif Islam merupakan salah satu sarana hidup dan
aktivitas yang mempunyai peran yang penting dalam kehidupan sosial.
Bekerja sebagaimana dianjurkan oleh agama, bahkan bekerja sering dijadikan
tolak ukur untuk menilai seseorang.
Menurut Ricky W. Griffin yang mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.
Mengacu pada urutan proses manajemen tersebut, maka perencanaan adalah
proses yang paling awal dan menentukan langkah menuju sasaran dari
manajemen itu sendiri, perencanaan sangat terkait dengan proses evaluasi
yang dilakukan terus menerus baik selama proses manajemen itu berjalan atau
hingga tercapainya sasaran manajemen tersebut. Dengan perannya yang sangat
menentukan tersebut, perencanaan dianggap penting karena menjadi penentu
dan ketercapaian tujuan. Pentingnya perencanaan tersebut semakin
mengukuhkan perencanaan yang baik, positif dengan pencapaian tujuan suatu
organisasi.

Aspek Perencanaan dalam Islam


“Apakah Islam dalam Al-Qur’an mengajarkan dan mengkaji masalah
perencanaan ini?”
Jawaban yang paling awal yang disodorkan adalah ayat berikut ini:

(٣٨)‫ض فِي دَابَّ ٍة ِمنْ َو َما‬


ِ ‫األر‬ َ َ‫ب فِي فَ َّر ْطنَا َما َأ ْمثَالُ ُك ْم ُأ َم ٌم ِإلبِ َجن‬
ْ ‫اح ْي ِه يَ ِطي ُر طَاِئ ٍر َوال‬ ِ ‫شرُونَ َربِّ ِه ْم ِإلَى ثُ َّم ش َْي ٍء ِمنْ ا ْل ِكتَا‬
َ ‫يُ ْح‬

“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al kitab. Kemudian kepada


Tuhanlah mereka dihimpun.” ( QS. Al An’am, 38)1

Lalu jawaban yang terkait langsung dengan pertanyaan di atas adalah ayat
berikut ini:

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Surat Al-Hasyr, ayat 18 ).2

Soejitno Irmin dalam buku Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna


manafsirkan atas ayat tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta, Allah sebagai
Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha Merencanakan.
pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus mempunyai banyak konsep
tentang manajemen termasuk di dalamnya perencanaan. Pemimpin yang baik
adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut
agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama serta hasil dari perencanaan yang
baik dan matang.
Di samping itu kata perhatikanlah menurut Iman Al-Ghazali mengandung
makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan yang dia
kerjakan, serta harus mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat
yang terbaik demi hari esok.
Manusia harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan sejahtera proses
selamat tersebut harus dimulai dari dunia ini yang diwujudkan dengan tingkah
1

2
laku yang baik, sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat
18 tersebut yaitu Kata: ” hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dalam surat tersebut,”dan kata itu
menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala
tindakan selama di dunia sehingga ia akan mendapatkan keselamatan di
akhirat nanti.
Choiruddin Hadhiri. SP, dalam bukunya “Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an”,
menyatakan : “Dalam setiap langkah gerak , manusia harus instrospeksi
memperhatikan apa-apa yang telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan,
dengan kata lain berarti manusia harus memiliki rencana, sehingga manusia
hidupnya terarah dan tidak terjerumus ke lubang yang sama”.

IMPLIKASI PERENCANAAN

Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat. Manusia sebagai objek


percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya.
Dari penjelasan tersebut dan implikasinya terhadap manajemen akan
memberikan pemahaman bahwa proses perencanaan yang baik berlandaskan
pendekatan Agama Islam pada Surat Al-Hasyr Ayat 18 dapat menciptakan
proses menajemen yang baik (ideal). Perencanaan dalam menajemen adalah
landasan utama untuk mencapai sebuah tujuan yang baik, sehingga
perencanaan yang baik-lah yang akan menghasilkan tujuan yang baik.
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan ke mana harus
melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan
cara efektif dan efisien, sehingga perencanaan sesuai yang diinginkan dalam
Surat Al-Hasyr, ayat :18, mengandung enam pokok pikiran yaitu:
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang
diinginkan.
2. Keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan
sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
4. Usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan
berbagai ikhtiar dan alternative.
5. Perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas
dan efesiensi.
6. Alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menjadi
petunjuk dan pedoman dalam pengambilan keputusan maupun
kebijaksanaan.
Dengan implikasi perencanaan yang benar, maka langkah awal dari sebuah
tatanan proses manajemen sudah terumus dan terarah dengan baik. Perumusan
dan arah yang benar merupakan bagian yang terbesar jaminan tercapainya
tujuan. Dan jika yang diinginkan itu adalah sebuah kebaikan, maka kebaikan
itulah yang siap untuk digenggam dan dinikmati.
Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan
saling terkait satu sama lain. Kita dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu
rencana berjalan dengan baik atau tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya
aktual diajukan manakala kita melihat realitas keseharian yang menunjukkan
banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat. Kesalahan
perencanaan dapat berada ada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat
proses perencanaan itu berlangsung.

B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah :

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah :
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual


Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang). dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya yaitu sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan
kepada karyawan. (Anwar, 2004, hlm 67).

Wirawan (2015:41) menjelaskan kinerja adalah keluaran yang


dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan
atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja atau


prestasi kerja ialah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan
pekerjaan. sejauh mana keberhasilan seseorang atau organisasi dalam
menyelesaikan pekerjaannya disebut “level of performance”. Biasanya
orang yang level of performance tinggi disebut orang yang produktif,
dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standart dikatakan
sebagai tidak produktif atau ber-performance rendah.

2. Kinerja dalam Perspektif Islam


Kinerja ditinjau dalam perspektif Islam wajib merujuk pada teks
Al- Qur’an. Berikut beberapa dalil dalam Al Qur’an yang memuat
kinerja :
a. Al Qur’an surat An Najm ayat 39-41
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu
kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”
Maksud ayat di atas adalah bahwa setiap manusia akan memperoleh
balasan sesuai dengan usahanya. Pada hari akhir nanti segala usaha
manusia akan diperlihatkan juga diberi balasan yang setimpal.

b. Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 19

Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa


yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada
dirugikan. Dari ayat tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas
setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka
kerjakan.”

Maksud dari ayat ini jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan


baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya
maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan
akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.

c. Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 39

Artinya : “Dan Berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara


mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak
mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, Maka rasakanlah
siksaan Karena perbuatan yang telah kamu lakukan".

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya segala kelebihan hanya milik


Allah, oleh karena itu bekerja tidak hanya sebatas ubuddiyah saja,
karena pekerjaan merupakan proses yang frekuensi logisnya adalah
pahala (balasan) yang akan kita terima. Dalam konteks ini, pekerjaan
tidak hanya bersifat ritual dan ukhrowi, akan tetapi juga merupakan
pekerjaan sosial yang bersifat duniawi.
Dari penelitian M. Abd Azizi Rahman beberapa ayat yang tertera di
atas juga dapat disimpulkan bahwa kinerja digambarkan dalam tabel
berikut ini:

d. Al Qur’an Surat al-Taubah ayat 105


Artinya : “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib danyang nyata, lalu diberitahukannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan”.

Dari ayat di atas dengan tegas Allah memerintahkan manusia untuk


bekerja.
Kinerja Islam menurut Mangkunegara (2015:35) mengatakan
bahwa kinerja kerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Zadjuli (2004:18) menyatakan Islam menilai kinerja religius seseorang
dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain niat bekerjanya adalah
karena Allah, dalam bekera menerapkan kaidah/normal/syariah secara
kaffah.
Tasmara (2008:9) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil dari
suatu upaya yang bersungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh
asset, pikir, dzikirnya untuk mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah
SWT yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai
bagian dari masyarakat yang terbaik. Dalam penjelasan tersebut bahwa
sebagai seorang karyawan muslim yang ingin menghasilkan kinerja Islam
diperlukan kesungguhan dalam proses bekerja serta berfokus pada
pencapaian dunia dan akhirat. Hasil dari seorang karyawan dalam
mewujudkan kinerja Islam tersebut menunjukkan semangat bekerja
kepada organisasi dan yang paling utama yakni sikap patuh dan taat
kepada Allah SWT. Supaya mencapai kinerja yang baik, seorang muslim
dituntut untuk bersungguh-sungguh, seorang muslim dapat menunjukkan
jati dirinya sebagai masyarakat yang terbaik yang dapat bermanfaat bagi
lingkungannya. Seorang muslim yang memiliki pemahaman bahwa
bekerja merupakan salah satu ibadah akan selalu terpacu semangatnya
untuk mencapai kinerja optimal.
Setiap orang mempunyai kewajiban bekerja sesuai dengan
kemampuan yang ada padanya, dan sebagai pekerja karena setiap orang
harus mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Dilihat dari segi
ekonomi, bekerja adalah salah satu sarana produksi yang sangat penting
disamping modal dan faktor-faktor alam lainnya.
Dalam konsep Islam, bekerja adalah kewajiban bagi setiap anusia,
walaupun Allah telah menjamin rezeki setiap manusia, namun rezeki
tersebuttidak akan datang kepada manusia tanpa usaha dari orang yang
bersangkutan. Oleh karena itu, jika seseorang ingin berkecukupan dan
sejahtera, ia harus bekerja sesuai dengan Surat At Taubah 105.
Di samping ayat yang sudah dikemukakan di atas, masih banyak
ayat maupun Hadits yang menyuruh manusia bekerja. Bahkan menurut al-
Faruqi, Islam adalah salah satu agama yang sangat tegas memerintahkan
manusia supaya bekerja. Islam mendorong manusia untuk berproduksi
dan menekuni aktivitas ekonomi dalam segala bentuknya seperti
pertanian, peternakan, industri, perdagangan, dan berbagai sesuai dengan
bidang keahlian. Diharapkan setiap amal perbuatan yang dikerjakan
manusia tersebut bermanfaat bagi manusia lain, dan dapat meningkatkan
taraf hidup manusia sehingga hidupnya lebih sejahtera. Dengan bekerja
setiap individu dapat memenuhi hajat hidup diri dan keluarganya, berbuat
baik kepada keluarganya dan dapat memberikan pertolongan kepada
mereka yang memerlukannya. Ini semua merupakan keutamaan-
keutamaan yang yang dijunjung tinggi oleh agama.
Tujuan bekerja menurut Islam tidak hanya untuk mencari
kebahagiaan di dunia saja, akan tetapi juga untuk mencari kebahagiaan di
akhirat. Satu hal yang patut dicatat ialah bahwa Islam menegaskan
mutlaknya bekerja dan berusaha serta menilainya sebagai salah satu
ibadah yang berpahala di hadirat Allah. Islam tidak memerintahkan
manusia untuk bekerja semata, tetapi dia harus ihsan dalam bekerja dan
melaksanakan pekerjaan tersebut dengan penuh ketekunan, kesungguhan,
dan profesional.
Kinerja dalam perspektif Islam merupakan salah satu sarana hidup
dan aktivitas yang mempunyai peran yang penting dalam kehidupan
sosial. Bekerja sebagaimana dianjurkan oleh agama, bahkan bekerja
sering dijadikan tolak ukur untuk menilai seseorang. Menurut ajaran
Islam, setiap orang dituntut untuk mandiri, oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya ia wajib bekerja dan tidak
diperbolehkan meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Dengan kata lain, hendaknya seseorang mencukupi kebutuhannya.

Dari beberapa uraian kinerja dapat disimpulkan bahwa menurut Islam,


kinerja merupakan bentuk atau cara individu dalam mengaktualisasikan diri.
Kinerja merupakan bentuk nyata dari nilai, kepercayaan, dan pemahaman
yang dianut serta dilandasi prinsip-prinsip moral yang kuat dan dapat menjadi
motivasi untuk melahirkan karya bermutu. Dalam pandangan Islam diatas
dapat disimpulkan bahwasanya ketika seseorang menghadirkan dimensi
keyakinan akidahnya ke dalam kehidupannya sering punya keyakinan dapat
meningkatkan energi spiritual yang berguna untuk meningkatkan kinerja.

B. Perencanaan Dalam Perspektif Islam

Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk


mencapai tujuan. Perencanaan merupakan pedoman, garis besar, atau
petunjuk yang harus dituruti jika menginginkan hasil yang baik. Dalam
menyusun sebuah rencana, hal pertama yang harus dilakukan adalah, harus
memusatkan pikiran kepada apa yang ingin dikerjakan, tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang untuk organisasi serta memutuskan alat apa yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bintoro Tjokroaminoto
dalam Husaini Usman (2008) menyebutkan, perencanaan adalah proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo dalam Husaini Usman
(2008) juga berpendapat bahwa perencanaan adalah perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana
cara melakukannya.

Perencanaan merupakan suatu cara rasional untuk mempersiapkan


masa depan Becker (2000) dalam Rustiadi (2008:339). Sedangkan menurut
Alder (1999) dalam Rustiadi (2008:339) menyatakan bahwa : Perencanaan
adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai pada masa yang akan
datang serta menetapkan tahapantahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Sebagian kalangan berpendapat bahwa perencanaan adalah
suatu aktivitas yang dibatasi oleh lingkup waktu tertentu, sehingga
perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai kegiatan terkoordinasi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Artinya perencanaan
adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai pada masa yang akan
datangserta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan dilakukan dengan
menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian
yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya
kemudian memilih arah-arah dan langkah-langkah terbaikuntuk mencapainya.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal.

Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai


berikut: Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan
organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan)
dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan
program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan secara menyeluruh. Definisi perencanaan tersebut menjelaskan
bahwa perencanaan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan secara
menyeluruh.

Karena tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam


perencanaan.

1. Tahapan Perencanaan

a. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang


kuantitatif
b. Proyeksi keadaan di masa akan datang
c. Pencarian dan penilaian berbagai alternative
d. Penyusunan rencana terpilih

2. Syarat-Syarat perencanaan yang baik :

a. Logis, masuk akal


b. Realistik, nyata
c. Sederhana
d. Sistematik dan ilmiah
e. Obyektif
f. Fleksibel
g. Manfaat
h. Optimasi dan efisiensi

3. Faktor-faktor dasar perencanaan :

a. Sumber daya (alam, manusia, modal, teknologi)


b. Idiologi dan falsafah
c. Sasaran dari tujuan pembangunan
d. Dasar kebijakan
e. Data dan metode
f. Kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya

Perencanaan juga bisa diartikan sebagai rangkaian tindakan yang


disusun untuk mempersiapkan gambaran besar yang ingin dikerjakan agar
lebih efektif untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan bagian penting
dalam setiap tindakan. Perencanaan memberikan gambaran besar terhadap
apa yang dilakukan sehingga menjadi 5 konsep dan kajian ilmu perencanaan
jelas. Perencanaan juga penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Memiliki perencanaan yang baik akan membuat pekerjaan lebih efektif. Oleh
sebab itulah perencanaan memiliki banyak keuntungan.

4. Manfaat/Keuntungan Perencanaan :

a. Aktivitas-aktivitas akan teratur yang ditujukan ke arah pencapaian


sasaran
b. Menunjukkan perlu diadakannya perubahan pada masa yang akan
datang
c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan : “apakah yang akan terjadi
apabila…”
d. Memberikan sebuah dasar atau landasan untuk melakukan
pengawasan
e. Mendorong orang memberikan prestasi (sebaik mungkin)
f. Memaksakan orang untuk memandang perusahaan secara
menyeluruh
g. Memperbesar dan mengimbangkan pemanfaatan fasilitas-fasilitas
h. Membantu seorang manajer mencapai status

5. Tujuan Perencanaan :

Setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan perlu


perencanaan yang matang sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut
disesuaikan menurut bidang-bidang yang akan dicapai. Albert Silalahi
(1987: 167), menjelaskan bahwa tujuan perencanaan adalah sebagai
berikut:

a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan


merekam perubahan (a way to anticipate and offset change).
b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada
administrator-administrator maupun non-administrator.
c. Perencanaan juga dapat menghindari atau setidak-tidaknya
memperkecil tumpang-tindih dan pemborosan (wasteful)
pelaksanaan aktivitas-aktivitas
d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang
akan digunakan untuk memudahkan pengawasan.

6. Prinsip Dan Unsur Perencanaan

a. Prinsip Perencanaan

1) Planning harus betul-betul membantu tercapainya tujuan, maka


kemungkinan tindakan yang kita lakukan tidak terjadi kekeliruan
sehingga tidak menimbulkan pengorbanan yang lebih besar. Itu
hanya dapat terjadi jika kita memikirkan jauh-jauh sebelumnya
tindakan yang akan dilakukan.
2) Planning harus merupakan kegiatan pertama dari seluruh proses
manajemen (primary activity). Seperti yang telah kita ketahui,
perencanaan merupakan syarat mutlak untuk dapat melaksanakan
manajemen yang baik. Karena planning di sini memberikan
pedoman, pegangan dan arah, di mana hal tersebut selalu menjadi
kegiatan pertama untuk dilakukan.
3) Perencanaan harus mencakup seluruh kegiatan. Telah kita ketahui
bersama bahwa perencanaan merupakan fungsi pokok dari
manajemen. Dengan demikian berarti perencanaan harus
mencakup seluruh kegiatan, yaitu organizing, directing,
coordinating, dan controlling.
4) Dalam sebuah perencanaan harus ada alternatif, baik menyangkut
bahan, waktu, tenaga kerja, biaya, dan sebagainya.
5) Perencanaan harus mempunyai nilai efisensi dan penghematan
6) Perencanaan harus melihat faktor-faktor yang urgen saja sehingga
harus jelas, terang tidak bertele-tele.
7) Perencanaan harus mudah disempurnakan, diperbaiki, atau
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sewaktu-waktu
berubah.
8) Harus mempunyai strategi untuk dapat diterima oleh semua
pihak, agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

b. unsur perencanaan
Suatu perencanaan yang lengkap dan sempurna harus memuat
enam unsur, yang meliputi lima pertanyaan 5 W + 1 H, yaitu :
1) What - Tindakan apa yang harus dikerjakan? Dalam hal ini
haruslah dijelaskan dan diperinci aktivitas yang diperlukan,
faktor-faktor yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut supaya tujuan dapat tercapai.
2) Why - Apakah sebabnya tindakan itu dikerjakan? Di sini
diperlukan penjelasan dan ketegasan mengapa kegiatan itu
harus dikerjakan dan mengapa tujuan itu harus dicapai.
3) Where - Di manakah tindakan itu akan dilaksanakan? Dalam
planning harus memuat di mana lokasi pekerjaan itu akan
diselesaikan. Hal ini diperlukan untuk menyediakan sarana
dan fasilitas untuk mengerjakan pekerjaan itu.
4) When - Kapankah tindakan tersebuut dilaksanakan?
Diperlukan adanya jadwal waktu dan kapan dimulainya
pekerjaan dampai berakhirnya pekerjaan itu.
5) Who - Siapakah yang akan mengerjakan itu? Dalam
perencanaan tersebut harus dimuat tentang para pekerja yang
mengerjakan pekerjaan itu. Di samping itu juga diperlukan
kejelasan wewenang dan tanggung jawab para perugas.
6) How - Bagaimana cara melaksanakan pekerjaan itu? Dalam
planning harus dijelaskan tekhnik, metode dan sistem
mengerjakan pekerjaan yang dimaksud.

7. Aspek Perencanaan dalam Islam

Apakah Islam dalam AlQur’an mengajarkan dan mengkaji


masalah perencanaan ini? Jawaban yang paling awal yang disodorkan
adalah ayat berikut ini:

“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al kitab. Kemudian kepada


Tuhanlah mereka dihimpun.” ( QS. Al An’am, 38)
Jawabannya yang trekait langsung adalah adalah :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah Setiap dirimemperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalahkepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( SuratAl-Hasyr, ayat 18 )

Soejitno Irmin dalam buku Kepemimpinan Melalui Asmaul


Husna menafsirkan atas ayat tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta,
Allah sebagai Perencana semuamakhluk ciptaannya, Allah adalah Maha
Merencanakan. pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus
mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk didalamnya
perencanaan. Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan
misi,dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan
tujuan bersama sertahasil dari perencanaan yang baik dan matang.

Di samping itu kata “perhatikanlah” menurut Iman Al-Ghazali


mengandung makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap
perbuatan yang dia kerjakan, sertaharus mempersiapkan diri
(merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok

Manusia harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan


sejahtera proses selamat tersebut harus dimulai dari dunia ini yang
diwujudkan dengan tingkah laku yang baik,sesuai dengan apa yang
tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18 tersebut yaitu kalimat:
”hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat) dalam surat tersebut,” dan kata itu menekankan
adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala tindakan
selama di dunia sehingga ia akanmendapatkan keselamatan di akhirat
nanti

Choiruddin Hadhiri. SP, dalam bukunya“Klasifikasi Kandungan


Al-Qur’an”, menyatakan : “Dalam setiap langkah gerak , manusia harus
instrospeksi memperhatikana apa-apa yang telah diperbuatnya untuk
kebaikan masa depan, dengan kata lain berarti manusia harus memiliki
rencana, sehingga manusia hidupnya terarah dan tidak terjerumus ke
lubang yang sama.

Perencanaan merupakan proses untuk menentukan ke mana harus


melangkah danmengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan
dengan cara efektif dan efisien,sehingga perencanaan sesuai yang
diinginkan dalam Surat Al-Hasyr, ayat :18, mengandung enam pokok
pikiran yaitu :

a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang


diinginkan.
b. Keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan
kenyataan sekarang,sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
c. Untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
d. Usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan
berbagai ikhtiar dan alternative.
e. Perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup
efektifitas danefesiensi.
f. Alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat
menjadi petunju kdan pedoman dalam pengambilan keputusan
maupun kebijaksanaan
-

C. Pengukuran Kinerja Dalam Perspektif Islam

Pengukuran kinerja Pengukuran kinerja (prestasi) merupakan sebuah


proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi kinerja
perusahaan secara periodik. Ukuran keberhasilan dalam suatu pekerjaan
memang sulit ditentukan karena berbagai jenis pekerjaan mempunyai
keberagaman ukuran yang berbeda-beda. Kinerja individu atau organisasi
perlu diukur secara periodik enam bulan atau minimal setahun agar dapat
dievaluasi perkembangannya dari tahun ke tahun berikutnya. Oleh karena itu
peneliti menggunakan sistem pengukuran yang menghubungkan ukuran-
ukuran finansial dan non finansial. Ukuran-ukuran itu diharapkan akan
bermanfaat karena lebih berfokus pada tindakan.

1. Manfaat Penilaian Kinerja


Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang
bermanfaat bagi perencanaan kebijakan suatu organisasi. Secara rinci
manfaat penilaian kinerja bagi perusahaan adalah:
a. Perbaikan prestasi kerja (kinerja)
b. Penyesuaian kompensasi
c. Pengambilan keputusan
d. Kebutuhan latihan dan pengembangan
e. Perencanaan dan kepentingan penelitian pegawai.
f. Membantu terhadap kesalahan desain dari pegawai.

2. Tujuan Penilaian Kinerja


Sebuah penilaian yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi
beberapa tujuan yaitu :
a. Mengevaluasi yang menekankan perbandingan antara orang lain.

b. Pengembangan yang menekankan perubahan dalam diriseorang


pegawai dengan seiringnya waktu.
c. Dengan pemeliharaan sistem.
d. Dengan cara mendokumentasi keputusan-keputusansumber daya
manusia.
3. Sistem Penilaian Kinerja
Permasalahan yang telah dihadapi dalam sebuah program penilaian
kinerja adalah upaya menjamin keabsahannya. Keabsahan sebuah
penilaian kinerja karyawan / pegawai dapat diakui apabila suatu sistem
penilaian mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan secara standar.
Secara rinci prosedur atau sistem penilaian kinerja adalah :
a. Keputusan di bidang kepegawaian (karyawan) yaitu berdasarkan
sistem penilaian kinerja yang formal dan terstandar.
b. Proses penilaian hendaknya seragam untuk semua karyawan.
c. Standar dari penilaian dikomunikasikan kepada karyawan.
d. Karyawan dapat melihat hasil penilaiannya.
e. Karyawan diberikan kesempatan untuk tidak menyetujui atau
menyetujuinya.
4. Unsur-unsur Pengukuran Kinerja
Secara garis besar kinerja diketahui melalui apa yang perlu dan
harus diukur dari perilaku kerja yang mencerminkan unsur-unsur
penilaian pelaksanaan pekerjaan, yaitu aspek kondisi lingkungan kerja
fisik dan sosial, dan aspek kepribadian tenaga kerja.

Menurut Putti, seperti yang dikutip oleh Suastha, perkembangan


dan kemajuan ilmu manajemen dan khususnya sumber daya manusia
terjadi akibat evolusi dalam berbagai konsep dan teknik yang digunakan
oleh manajemen.salah satu teknik dalam bidang sumber daya manusia
yang juga mengalami evolusi tersebut adalah pendekatan terhadap
penilaian prestasi karyawan. Putti menyebutkan bahwa objek penilaian
kinerja mengalami evolusi dari pendekatan yang berpusat pada individu
(individual approach centered) bergerak kearah pekerjaan (job
centered),dan akhirnya berpusat pada sasaran (objective centered). kaitan
ini dapat juga dikaitkan sebagai input-proses-output, yaitu individu
sebagai input dalam bentuk traits atau personalitasnya, pendekatan
karakteristik melakukan penilaian terhadap karakter atau karakteristik
pribadi seseorang individu. karakter umum yang dinilai adalah tingkat
inisiatif, kemampuan memutuskan, dan kemampuan mempertanggung
jawabkan. Pendekatan job centered lebih menitikberatkan pada
pendekatan perilaku, yaitu bagaimana seseorang sebenarnya berperilaku.

Perilaku seseorang dalam proses pelaksanaan kerja berperan


penting dalam peningkatan kinerja. karena itu, job centered approach
disebut juga sebagai evaluasi kinerja yang berorientasi pada proses
(process oriented performance appraisal). oleh karena penilaian kinerja
atas proses ini menekankan pada perilaku karyawan dalam proses kerja
tersebut,maka penilaian kinerja atas dasar job centered, yaitu penilaian
kinerja yang didasarkan pada baik buruknya perilaku seseorang.

5. Metode Penilaian Kinerja

Metode penilaian kinerja pada dasarnya dilakukan untuk


mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Siagian menyatakan bahwa
metode penilaian kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah sebagai
berikut:
a. Metode penilaian kinerja pada masa lalu

Metode ini umumnya mempunyai sasaran atau tujuan menilai


prestasi kerja para karyawan secara objektif untuk satu kurun waktu
tertentu pada masa lalu yang hasilnya bermanfaat baik organisasi,
seperti untuk kepentingan mutasi karyawan, maupun bagi karyawan
yang bersangkutan sendiri dalam jangka waktu pengembangan
karirnya.
b. Metode penilaian prestasi kerja berorientasi masa depan
Metode ini umumnya mempunyai sasaran atau tujuan memprediksi
potensi karyawan yang dinilai sehingga secara realistis dapat
menentukan rencana karirnya serta memilih teknik pengembangan
yang paling cocok baginya. Yang termasuk dalam metode penilaian
prestasi kerja berorientasi pada masa depan adalah penilaian diri
sendiri (self appraisal), pendekatan Management By Objectives
(MBO), dan teknik pusat Penilaian.

6. Penilaian Kinerja Syariah


Penilaian kinerja Syariah pada prinsipnya adalah merencanakan,
memantau, serta mengevaluasi kompetensi syariah para karyawan.
kompetensi syariah perlu dievaluasi dan dikembangkan karena sejalan
dengan tujuan perusahaan, yaitu bisnis dan mardhotillah. Namun, untuk
menilai suatu kinerja yang tak berwujud (intangibel) tidaklah mudah.
Umpamanya bagaimana kita dapat menilai naiknya ibadah atau bahkan
tingkat keimanan seseorang? Belum ada “Taqwa meter” yang mampu
mengukurnya dengan cepat dan mudah.
Berdasarkan hadist Nabi, seseorang dapat diminta menjadi imam
sholat dengan beberapa alasan, yaitu hafalannya, bacaannya, dan lain-
lain. Maka dapat diperkirakan bahwa seseorang muslim yang memiliki
bacaan / makhraj yang baik memiliki kepedulian dan tanggung jawab
yang besar terhadap agamanya, sebagai mana hadist : “ Bahwa nilai
dirimu ditentukan dari bacaanmu yang terakhir.” Oleh karenanya,
sebagai salah satu kriteria yang dapat dinilai adalah kemampuan
membaca Al-qur‟an serta hafalannya.
BAB III

PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN
KEPUSTAKAAN

Anwar Prabu Mangkunegara. 2004. Manajemen sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zainal Arifin Zakaria, Tafsir Inspirasi, (Jakarta: Duta Azhar, 2012).

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Edisi Tahun 2002,


(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002) .

3 Nasiruddin Al-Banihi, Ringkasan Shahihnya Bukhori (Jakarta: Lentera


Abadi, kementrian Agama jilid 4, 2010), zus 30 hal 702
4 7
Safri Mangku Prawira, Strategi efektif mengelola Karyawan (Bogor PIB
2011) hal.121
5 8
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2000) hal. 154
10
6 Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Yogyakrta: Graha Ilmu, 2003), hal. 225
11
7 Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson, Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad 21, (Jakarta : Erlangga, 1999), hal. 3
8 12
Ambar Teguh dan Rosidah, Op. cit, hal. 225-226
9 Yusuf Qardlawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,
Diterjemahkan oleh Didin Hafidhuddin, Setiawan Budiutomo dan Ainur
Rafiq S. Tamhid (Jakarta: Robbani Press, 1997), hal 153-156
10 14
Ismail R. al- Furuqi, Tawhid : Its Implication For Thought And Life
(Washington DC: The International Institute Of Islamic Thought, 1982), hal
210.
11 Fahmi Abu dkk,HRD Syariah teori dan implementasi, (Jakarta PT Gramedia
pustaka utama 2014) hal. 179.
12

Anda mungkin juga menyukai