Anda di halaman 1dari 129

ii

ANALISIS DETERMINAN
KEPUTUSAN PEREMPUAN USIA KERJA
BERSTATUS KAWIN TERLIBAT DALAM
KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SAKERNAS 2017)

TESIS
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat sarjana S-2

Program Studi
Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Khayu Caroline
12020115410005

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
ii
ii

TESIS
ANALISIS DETERMINAN
KEPUTUSAN PEREMPUAN USIA KERJA
BERSTATUS KAWIN TERLIBAT DALAM
KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SAKERNAS 2017)
disusun Oleh

Khayu Caroline
12020115410005

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal 3 Agustus 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama Anggota Penguji

Prof. Drs. Waridin, MS, Ph.D Drs. Edy Yusuf AG, MSc, Ph.D

Pembimbing Pendamping

Dr. Nugroho SBM, MT Dr. Deden Dinar Iskandar, Agr.,SE, MA.

Telah dinyatakan lulus Program Studi


Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Tanggal ...................................
Ketua Program Studi

Drs. Edy Yusuf AG, MSc, Ph.D


NIP. 195811221984031002

ii
iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum

atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, Juli 2018

Khayu Caroline

iii
iv

ABSTRACT

A great number of labors can become a great asset for Indonesian


economic growth, especially female labors that have lower value of Labor Force
Participation Rate (TPAK) compared to male labors, therefore, it is necessary to
to conduct analysis to improve women participation especially the working age
women with married status to participate actively in economic activity (working).
This study aims to analyze the determinants of decisions of working age
women with married status involved in economic activities in Indonesia using
Sakernas 2017 data. The dependent variable is the decision of working age
women to involve in economic activity (working) and the independent variables
are education, residence, age, household members, toddler existence, domestic
position, training and certificate.
The results of binary logistic regression in this study indicate that the
variables of education, residence, age, domestic position, training and certificate
have a significant positive effect on the decision of working age women with
married status to actively involve in economic activity (working), whereas the
variable of household members and toddler existence have a significant negative
effect on the decision of working age women with married status to actively
involve in economic activity (working). Efforts of all parties involved are needed
to improve the participation of female labors, in this case goverment as the policy-
maker, husband as the partner of life, and also the women themselves to improve
their participation in economic activities in Indonesia.
Keywords: female labor, labor force, economic activity

iv
v

ABSTRAKSI

Tenaga kerja yang melimpah merupakan aset yang besar dalam


pertumbuhan ekonomi terutama tenaga kerja perempuan di Indonesia yang
memiliki nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) lebih rendah
dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki, sehingga perlu dilakukan analisis
untuk meningkatkan partisipasi perempuan khususnya perempuan usia kerja
berstatus kawin agar ikut aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan keputusan
perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia dengan menggunakan data Sakernas 2017. Variabel terikat adalah
keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan
ekonomi (bekerja) dan variabel bebas adalah pendidikan, tempat tinggal, umur,
anggota rumah tangga, keberadaan balita, kedudukan dalam rumah tangga,
pelatihan dan sertifikat.
Hasil regresi logistik biner pada penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel pendidikan, tempat tinggal, umur, kedudukan dalam rumah tangga,
pelatihan dan sertifikat berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi
(bekerja), sedangkan variabel anggota rumah tangga dan keberadaan balita
berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perempuan usia kerja berstatus
kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja). Perlunya upaya dari semua
pihak dalam hal ini pemerintah sebagai pengambilan kebijakan, suami sebagai
pasangan dalam rumah tangga, dan juga perempuan itu sendiri untuk
meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan dalam hal ini keputusan
perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia.

Kata Kunci : tenaga kerja perempuan, angkatan kerja, kegiatan ekonomi

v
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat

yang berupa kesehatan, kelonggaran, dan ithaln yang tiada putusnya sehingga

tesis dengan judul ―ANALISIS DETERMINAN KEPUTUSAN PEREMPUAN

USIA KERJA BERSTATUS KAWN TERLIBAT DALAM KEGATAN

EKONOMI DI INDONESIA (ANALISIS DATA SAKERNAS 2017)‖ dapat

terselesaikan.

Tesis ini disusun dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai derajat Sarjana S2 pada program studi Magister Ilmu Ekonomi

dan Studi Pernbangunan (MIESP) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang. Topik dari tesis ini diambil dengan harapan dapat

memberikan sumbangan di bidang ekonomi sumber daya manusia, khususnya

mengenai ketenagakerjaan perempuan agar dapat lebih berkembang dan menjadi

bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Penyusunan tesis ini tidak lepas dari doa, dukungan dan bantuan dari

banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Abah Abdul Rochman dan Ummi Sri Sunarni

serta adek-adekku atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang tak

akan bisa terbalas oleh apapun, untuk anakku tersayang Queena yang

vi
vii

selalu memberikan dukungan dan pengertiannya kepada bunda dalam

menyelesaikan pendidikan S2 ini.

2. Dr. Suharnomo, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu di Program Studi Magister Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro.

3. Drs. Edy Yusuf AG MSc, Ph.D selaku Ketua Program studi Magister Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan dan Dr. Deden Dinar Iskandar, Agr., SE,

MA selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang.

4. Prof. Drs. Waridin MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr.

Nugroho SBM, MT selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

meluangkan waktunya dan memberikan arahan dalam penyusunan tesis

ini.

5. Segenap dosen MIESP Universitas Diponegoro Semarang yang telah

memberikan pengetahuan dan membagi ilmu selama proses perkuliahan.

6. Seluruh staf admisi MIESP Universitas Diponegoro Semarang (mbak

Indri, mas Budi, mbak Ingga dan lainnya) yang sudah direpotkan oleh

penulis sejak proses penerimaan mahasiswa hingga penyusunan tesis ini.

7. Seluruh teman MIESP khususnya angkatan XXII plus (mbak Sari, mas

Arman, Aisyah, mb Intan, mas Rafi, mas Roto, mas Aul, Tito, pak Dib,

pak Zainul, mas Felix, Setyo, mas Ben, mas Irman) yang telah

memberikan bantuan dan dukungannya selama ini.

vii
viii

8. Seluruh teman-teman angkatan XII ke atas ataupun ke bawah atas bantuan

dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.

9. Masku tersayang, FAW atas dukungan, bantuan, nasehat, dan kesabaran,

yang tiada henti dari awal perkuliahan sampai tesis ini terselesaikan.

10. Tim beasiswa Kementerian Ketenagakerjaan atas kesempatan yang

diberikan kepada saya untuk menjalani pendidikan S2 ini.

11. Segenap pimpinan Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan khususnya

bapak Anton yang telah membantu dalam memenuhi data untuk

menyelesaikan tesis ini.

12. Seluruh pimpinan BBPLK Semarang yang memberikan kesempatan

kepada saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan S2 ini, dan teman-

teman di Seksi Evaluasi dan Pelaporan yang sudah bersedia menunggu

saya sampai pendidikan S2 saya selesai.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan

semangat dalam proses penyelesaian tesis ini.

Semoga semua dan bantuan yang selama ini telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa

masih banyak kekurangan pada penyelesaian tesis ini, untuk itu diharapkan saran

dan kritik demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Juli 2018

Penulis

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
ABSTRAKSI ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian .............................................. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................. 9
1.3.2 Manfaat Hasil Penelitian.................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 12
2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu .................................. 12
2.1.1 Teori Pekerja Perempuan Dalam Perspektif Gender ......... 12
2.1.2 Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Ekonomi .............. 16
2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan untuk Bekerja/Tidak Bekerja
........................................................................................... 19
2.1.4 Penelitian Terdahulu .......................................................... 22
2.1.5 Faktor Penentu Keputusan Perempuan Usia Kerja Berstatus
Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja)37
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 41
2.3 Hipotesis ........................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 43
3.1 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 43

ix
x

3.1.1 Variabel Terikat ................................................................. 43


3.1.2 Variabel Bebas ................................................................... 44
3.2 Jenis dan Sumber data ................................................................... 46
3.3 Sampel ........................................................................................... 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 47
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 47
3.5.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 47
3.5.2 Regresi Logistik Biner ....................................................... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN .................................... 51
4.1 Analisis Deskriptif Variabel Bebas ............................................... 51
4.1.1 Variabel Pendidikan........................................................... 51
4.1.2 Variabel Tempat Tinggal ................................................... 53
4.1.3 Variabel Umur ................................................................... 54
4.1.4 Variabel Anggota Rumah Tangga ..................................... 55
4.1.5 Variabel Keberadaan Balita ............................................... 57
4.1.6 Variabel Kedudukan Dalam Rumah Tangga ..................... 57
4.1.7 Variabel Pelatihan dan Sertifikat ....................................... 58
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Bebas Keputusan Perempuan
Berstatus Kawin Untuk Bekerja .................................................... 60
4.2.1 Variabel Pendidikan........................................................... 60
4.2.2 Variabel Tempat Tinggal ................................................... 61
4.2.3 Variabel Umur ................................................................... 63
4.2.4 Variabel Anggota Rumah Tangga ..................................... 64
4.2.5 Variabel Keberadaan Balita ............................................... 65
4.2.6 Variabel Kedudukan Dalam Rumah Tangga ..................... 66
4.2.7 Variabel Pelatihan dan Sertifikat ....................................... 67
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 69
5.1 Analisis Fungsi Probabilitas Perempuan Usia Kerja Berstatus
Kawin Untuk Bekerja .................................................................... 69
5.1.1 Deteksi Secara Parsial Pada Fungsi Probabilitas Perempuan
Usia Kerja Berstatus Kawin Untuk Bekerja ...................... 69

x
xi

5.1.2 Pengujian Secara Simultan Pada Fungsi Probabilitas


Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Untuk Bekerja ... 72
5.2 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis .......................................... 73
5.2.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Perempuan Usia
Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan
Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ....................................... 73
5.2.2 Pengaruh Tempat Tinggal Terhadap Keputusan Perempuan
Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan
Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ....................................... 75
5.2.3 Pengaruh Umur Terhadap Keputusan Perempuan Usia
Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan
Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ....................................... 78
5.2.4 Pengaruh Anggota Rumah Tangga Terhadap Keputusan
Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif
Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ............ 80
5.2.5 Pengaruh Keberadaan Balita Terhadap Keputusan
Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif
Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ............ 81
5.2.6 Pengaruh Kedudukan Dalam Rumah Tangga Terhadap
Keputusan Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat
Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia .. 83
5.2.7 Pengaruh Pelatihan Dan Sertifikat Terhadap Keputusan
Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif
Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia ............ 85
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................... 88
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 88
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 91
6.3 Rekomendasi ................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA

xi
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Profil Ketenagakerjaan Indonesia Tahun 2013 –2016 ....................... 1


Tabel 1.2 Perempuan Usia Kerja Berdasarkan Status Perkawinan di Indonesia
Tahun 2017 ......................................................................................... 2
Tabel 2.1 Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Bersih Selama Sebulan Pekerja di
Indonesia Tahun 2013-2016 (rupiah) ................................................. 18
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 32
Tabel 4.1 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Pendidikan di
Indonesia Tahun 2017 ........................................................................ 53
Tabel 4.2 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Daerah di Indonesia
Tahun 2017 ......................................................................................... 54
Tabel 4.3 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Umur di Indonesia
Tahun 2017 ......................................................................................... 55
Tabel 4.4 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Tanggungan
Keluarga di Indonesia Tahun 2017 .................................................... 56
Tabel 4.5 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Keberadaan Balita di
Indonesia Tahun 2017 ........................................................................ 57
Tabel 4.6 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Kedudukan Dalam
Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2017 .......................................... 58
Tabel 4.7 Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Pelatihan dan
Sertifikat di Indonesia Tahun 2017 .................................................... 59
Tabel 4.8 Perempuan Yang Bekerja Menurut Pendidikan dan Status Pekerjaan
Utama di Indonesia Tahun 2017 ........................................................ 60
Tabel 4.9 Perempuan Yang Bekerja Menurut Daerah dan Status Pekerjaan
Utama di Indonesia Tahun 2017 ........................................................ 61
Tabel 4.10 Perempuan Yang Bekerja Menurut Umur dan Status Pekerjaan Utama
di Indonesia Tahun 2017 .................................................................... 63
Tabel 4.11 Perempuan Yang Bekerja Menurut Tanggungan Keluarga dan Status
Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2017........................................ 64
Tabel 4.12 Perempuan Yang Bekerja Menurut Keberadaan Balita dan Status
Pekerjaan Utama ................................................................................ 65
Tabel 4.13 Perempuan Yang Bekerja Menurut Kedudukan Dalam Rumah Tangga
dan Status Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2017 ...................... 66
Tabel 4.14 Perempuan Yang Bekerja Menurut Pelatihan dan Sertifikat dan Status
Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2017........................................ 67
Tabel 5.1 Hasil Estimasi Probabilitas Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin
Untuk Bekerja .................................................................................... 69
Tabel 5.2 Hasil Estimasi Secara Simultan Variabel Determinan Perempuan Usia
Kerja Berstatus Kawin Untuk Bekerja ............................................... 72
Tabel 5.3 Rata-rata Upah Pekerja Perempuan Berstatus Kawin Menurut
Pendidikan .......................................................................................... 75
Tabel 5.4 Komposisi Kesempatan Kerja (%) Menurut Sektor Lapangan Usaha
............................................................................................................ 77
xii
xiii

Tabel 5.5 Persentase Perempuan Yang Bekerja Menurut Jumlah Anggoota


Rumah Tangga dan Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2017 ....... 77

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rasio Ketergantungan Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2012-


2035 ............................................................................................... 7
Gambar 2.1 Kurva Indiferen ............................................................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 41
Gambar 5.1 Alasan Perempuan Menikah Mencari Pekerjaan ............................ 84
Gambar 5.2 Angka Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Berstatus Kawin
Menurut Kepemilikan Sertifikat Pelatihan .................................... 87

xiv
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Statistik Deskriptif ........................................................................... 98


Lampiran 2. Regresi logistik Biner ...................................................................... 106
Lampiran 3. Kuesioner Sakernas 2017 ................................................................ 108

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di

dunia dan saat ini menduduki peringkat 4, yaitu sebesar 260.580.739 jiwa yang

dilansir pada Juli 2017 (CIA, 2017) mempunyai aset yang besar dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan tersedianya faktor produksi berupa

melimpahnya tenaga kerja. Pada hakikatnya melimpahnya tenaga kerja sangat

membantu dalam pembangunan Indonesia menjadi negara yang mempunyai daya

saing dengan negara lain di dunia. Dengan adanya tenaga kerja yang melimpah

diharapkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Tabel 1.1
Profil Ketenagakerjaan Indonesia
Tahun 2013 – 2016

2013 2014 2015 2016


KEGIATAN
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Angkatan Kerja 45.328.259 74.843.744 46.046.837 75.826.094 45.569.429 76.810.592 48.088.578 77.355.170
Bekerja 42.425.831 70.335.241 43.164.719 71.463.307 42.668.611 72.150.588 45.468.346 72.943.627
Pengangguran Terbuka 2.902.428 4.508.503 2.882.118 4.362.787 2.900.818 4.660.004 2.620.232 4.411.543
Bukan Angkatan Kerja 44.863.921 14.931.437 45.643.853 15.475.720 47.667.474 16.053.422 46.635.992 17.016.982
Sekolah 7.341.498 7.289.354 8.381.146 8.388.348 8.367.060 8.367.903 7.967.222 7.954.807
Mengurus rumah tangga 34.169.962 1.866.817 34.221.695 1.797.554 36.173.547 2.030.154 35.794.239 3.540.964
Lainnya 3.352.461 5.775.266 3.041.012 5.289.818 3.126.867 5.655.365 2.874.531 5.521.211
TPAK 50,26% 83,37% 50,22% 83,05% 48,87% 82,71% 50,77% 81,97%
Tingkat Pengangguran
6,40% 6,02% 6,26% 5,75% 6,37% 6,07% 5,45% 5,70%
Terbuka (TPT)
PUK (1 + 2) 90.192.180 89.775.181 91.690.690 91.301.814 93.236.903 92.864.014 94.724.570 94.372.152
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) (diolah), 2017

Dengan melihat profil ketenagakerjaan Indonesia pada tabel 1.1 dapat

diketahui bahwa dari tahun 2013 sampai tahun 2016 jumlah Penduduk Usia Kerja

(PUK) mengalami peningkatan, yaitu sebesar 179.967.361 jiwa (dimana jumlah

1
2

PUK perempuan sebesar 90.192.180 jiwa dan jumlah PUK laki-laki 89.775.181

jiwa) pada tahun 2013 menjadi 189.096.722 jiwa (dimana jumlah PUK

perempuan sebesar 94.724.570 jiwa dan jumlah PUK laki-laki 94.372.152 jiwa)

pada tahun 2016. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah PUK Perempuan

lebih tinggi dibandingkan PUK laki-laki. Pada data bukan angkatan kerja,

khususnya jumlah perempuan yang memilih untuk mengurus rumah tangga,

dalam hal ini perempuan usia kerja berstatus kawin masih sangat besar dan

cenderung semakin meningkat. Hal ini dipertegas dengan data pada tabel 1.2

bahwa jumlah perempuan usia kerja berstatus kawin sangat besar jika

dibandingkan dengan status perkawinan lainnya yaitu sebesar 63.590.096 orang

atau lebih dari 50% dari jumlah keseluruhan status perkawinan lainnya yang

berarti menunjukkan masih rendahnya peran dan partisipasi perempuan pada pasar

tenaga kerja khususnya di bidang ekonomi.

Tabel 1.2
Perempuan Usia Kerja Berdasarkan Status Perkawinan di Indonesia
Tahun 2017

Status Perkawinan
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
19.185.408 63.590.096 2.829.045 10.592.204
Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Peran perempuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi suatu

keharusan, akibat semakin mendesaknya kebutuhan hidup. Sulitnya keadaan

ekonomi keluarga sering kali memaksa beberapa anggota keluarga khususnya

perempuan untuk mencari nafkah, mengingat kebutuhan hidup semakin sulit

untuk dipenuhi dengan hanya mengandalkan penghasilan suami, terlebih lagi

dengan mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan untuk membiayai


3

anak-anaknya. Hal ini terlihat pada keluarga dengan ekonomi rendah, perempuan

lebih termotivasi untuk bekerja di sektor publik demi membantu meningkatkan

pendapatan keluarganya. Perempuan dari keluarga ekonomi menengah ke atas

juga tidak sedikit yang terjun ke dalam dunia kerja (Nilakusmawati dan

Susilawati, 2012).

Perempuan adalah salah satu input dalam penggerak perekonomian di

Indonesia. Hal ini dipertegas dengan pefngesahan Konvensi ILO No. 111 melalui

UU No. 21 tahun 1999 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan menjadi

hal yang wajar seorang perempuan ikut berpartisipasi dalam bekerja, guna

meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Kemenakertrans, 2011). Pekerja

perempuan memiliki beberapa potensi yang sama dengan pekerja laki-laki, baik

dari segi kemampuan, keterampilan, dan intelektual. Terlebih lagi keikutsertaan

pemerintah dalam memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama dalam

pekerjaan terhadap pekerja perempuan, secara tidak langsung hal ini sebagai

motivasi perempuan untuk ikut berpartisipasi penuh di pasar kerja.

Secara agregat, partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi khususnya

terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi

(sebagai angkatan kerja dapat diukur dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) karena TPAK adalah satu dari beberapa indikator keberhasilan

pembangunan khususnya pembangunan ekonomi. TPAK adalah persentase

banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya PUK. Pada tabel 1.1, TPAK

perempuan selalu mempunyai kecenderungan lebih rendah (berkisar pada

persentase 50%) dibandingkan TPAK laki-laki (berkisar pada persentase 80%).


4

Pada masa lajang atau belum pernah menikah, perempuan yang sudah

bekerja mempunyai kecenderungan untuk terus bekerja walaupun sudah menikah.

Dengan bermacam-macam alasan perempuan dengan status ibu rumah tangga

akan tetap bekerja seperti untuk memenuhi kebutuhan dalam hal memaksimalkan

kemampuan dirinya dan membantu perekonomian rumah tangganya (Perdana,

2014). Tetapi, Rahamah dan Bakar (2009) juga menyatakan bahwa ada juga

sebagian perempuan yang berstatus menikah akan memilih tidak berpartisipasi

ekonomi dikarenakan faktor keluarga. Sama halnya dengan Indonesia, pada

penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk partisipasi ekonomi tenaga kerja

perempuan di Korea sebelum menikah akan lebih besar jika dibandingkan dengan

partisipasi ekonomi tenaga kerja laki-laki; tetapi partisipasi ekonomi tenaga kerja

perempuan setelah menikah lebih kecil daripada partisipasi ekonomi tenaga kerja

laki-laki (Sayyida, 2011).

Menurut Simanjuntak (1985) dan Sumarsono (2003), faktor-faktor yang

dapat berpengaruh terhadap besarnya jumlah TPAK yaitu tingkat pendidikan,

dimana tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap keputusan seseorang

untuk terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi. Tingginya tingkat pendidikan

menjadikan mahalnya waktu yang dimiliki seseorang dan berakibat semakin

tingginya keinginan untuk bekerja. Perempuan dengan tingkat pendidikan yang

semakin tinggi cenderung untuk bekerja daripada sekedar menghabiskan waktu di

rumah, sehingga TPAK semakin besar pula. Pada faktor umur, penduduk berumur

25 tahun ke bawah cenderung belum memiliki tanggung jawab besar dalam

mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan penduduk pada kelompok umur 25-

55 tahun, bagi penduduk laki-laki cenderung dituntut untuk ikut mencari nafkah
5

bagi keluarganya, sehingga TPAK relatif besar. Pada faktor upah, dengan semakin

tingginya tingkat upah dalam suatu masyarakat, akan semakin tinggi pula

keinginan masyarakat untuk ikut berpastisipasi dalam pasar kerja sehingga

mempertinggi nilai TPAK.

Menurut Handayani dan Artini (2009) banyaknya jumlah anggota keluarga

menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja, dengan

makin banyaknya jumlah anggota dalam suatu rumah tangga yang tidak bekerja

makin banyak pula tanggungan keluarga sehingga mengharuskan orang tersebut

untuk bekerja lebih keras. Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa keluarga adalah

salah satu unit dari pengambilan keputusan yang menentukan siapa yang harus

bekerja, siapa yang mengurus rumah tangga dan siapa yang meneruskan sekolah.

Jika makin banyak jumlah anggota keluarga (tanggungan keluarga) sedangkan ada

keterbatasan dalam penghasilan keluarga, sehingga makin banyak anggota

keluarga yang harus bekerja. Susanti dan Woyanti (2014) juga menyatakan bahwa

jumlah anggota keluarga mempengaruhi perempuan untuk bekerja. Hal ini

dikarenakan jika jumlah tanggungan keluarga semakin besar, maka biaya hidup

yang dikeluarkan semakin tinggi. Tetapi menurut Eliana dan Ratina (2007)

banyaknya anggota dalam rumah tangga (tanggungan keluarga) tidak berpengaruh

terhadap keikutsertaan perempuan dalam bekerja. Hal ini dikarenakan sampel

yang digunakan terlalu kecil sehingga belum bisa memberikan gambaran

seutuhnya pengaruh tanggungan keluarga dengan keikutsertaan perempuan dalam

bekerja.

Fadah dan Yuswanto (2004) menyatakan bahwa intensitas kerja

perempuan berstatus kawin dipengaruhi oleh upah per hari yang diterima, jumlah
6

anak, dan jarak dari rumah tempat tinggal terhadap tempat kerjanya. Sayyida

(2011) juga menyatakan hampir semua perempuan yang bertempat tinggal dikota

bekerja disektor non pertanian dengan jam kerja normal sedangkan yang

bertempat tinggal di desa lebih setengah dari mereka bekerja disektor pertanian

dengan jam kerja tidak normal. Sedangkan menurut Wirawan (2014) pada

penelitiannya terhadap tenaga kerja usia muda, probabilitas bekerja tenaga kerja di

perkotaan lebih kecil jika dibandingkan dengan probabilitas bekerja tenaga kerja

di perdesaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa perempuan memiliki

kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia dan untuk mengetahui seberapa

besar partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi maka penelitian ini

mengambil judul ANALISIS DETERMINAN KEPUTUSAN PEREMPUAN

USIA KERJA BERSTATUS KAWIN TERLIBAT DALAM KEGIATAN

EKONOMI DI INDONESIA (ANALISIS DATA SAKERNAS 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Indonesia memiliki ketersediaan tenaga kerja perempuan yang melimpah

dan sebagian besar berada pada usia produktif, tetapi kenyataannya hanya sedikit

yang terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi pasar kerja (bekerja).

Dilihat dari sudut pandang pembangunan ekonomi, rendahnya tingkat partisipasi

perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan suatu kerugian bagi Indonesia.

Terlebih, dengan adanya fakta bahwa Indonesia tengah menyongsong Bonus

Demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2020-2030 dan berimplikasi pada

munculnya jendela peluang (window of opportunity). Hal ini dapat diketahui dari

rasio ketergantungan pada gambar 1.1, dimana beban ekonomi yang ditanggung
7

oleh penduduk produktif terhadap penduduk tidak produktif menurun dari tahun

2020-2030 yaitu sebesar 47,8 % pada tahun 2020 kemudian turun secara teratur

hingga mencapai angka 46,9 %. (BPS, 2013)

Gambar 1.1
Rasio Ketergantungan Proyeksi Penduduk Indonesia
Tahun 2012-2035
49,6

50
49,3

Rasio ketergantungan
48,9

49,5
48,6

49
48,4
48,1

48,5
47,9

47,8
47,7

47,6
47,5
48

47,4

47,3
47,3
%

47,2

47,2
47,1

46,9
47,5

46,9
46,9

46,9
47

47
47
47
46,5
46
45,5

Tahun

Sumber : BPS (diolah), 2017

Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat

dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun), sedangkan

proporsi usia tidak produktif (usia 15 tahun ke bawah dan usia 65 tahun ke atas)

mengalami penurunan dalam evolusi demografi (kependudukan). Fenomena ini

terjadi dikarenakan proses transisi demografi sebagai dampak dari angka kelahiran

dan angka kematian bayi yang makin menurun serta usia harapan hidup yang

makin meningkat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Jendela peluang hanya

terjadi sekali dalam sejarah demografi dimana proporsi penduduk usia produktif

menjadi kunci yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,

Indonesia harus dapat memanfaatkannya sebaik-baiknya dengan adanya jendela

peluang ini. Menurut Adioetomo (2013), diperlukan empat syarat agar jendela

peluang bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk percepatan pembangunan


8

ekonomi, yaitu: (1) ledakan penduduk usia produktif harus diiringi dengan adanya

pekerjaan yang produktif dan penduduk yang dapat menabung, yang pada saatnya

tabungan ini dapat (2) diinvestasikan untuk menciptakan lapangan kerja yang

mampu menghasilkan keuntungan dalam jumlah besar, (3) keterlibatan

perempuan dalam pasar kerja dapat menambah tabungan rumah tangga, dan (4)

adanya investasi akan meningkatkan kualitas modal manusia agar munculnya

jendela peluang dapat dimanfaatkan pada saatnya nanti. Dari poin (3) jelas terlihat

bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi di pasar kerja menjadi

salah satu kunci bagi keberhasilan Indonesia memanfaatkan ‗jendela peluang‘.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan

diatas, pertanyaan penelitian yang akan diteliti dan dicari jawabannya adalah:

1. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia

2. Bagaimana pengaruh tempat tinggal terhadap keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia

3. Bagaimana pengaruh umur terhadap keputusan perempuan usia kerja

berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia

4. Bagaimana pengaruh anggota rumah tangga terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) di Indonesia.


9

5. Bagaimana pengaruh keberadaan balita terhadap keputusan perempuan

usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja)

di Indonesia.

6. Bagaimana pengaruh kedudukan dalam rumah tangga terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) di Indonesia.

7. Bagaimana pengaruh pelatihan dan sertifikat terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) di Indonesia.

8. Bagaimana pengaruh secara simultan antara pendidikan, tempat tinggal,

umur, anggota rumah tangga, keberadaan balita, kedudukan dalam rumah

tangga, pelatihan dan sertifikat terhadap keputusan perempuan usia kerja

berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) dan

bagaimana rekomendasi dalam mengatasi rendahnya partisipasi kerja

perempuan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia
10

2. Menganalisis pengaruh tempat tinggal terhadap keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia

3. Menganalisis pengaruh umur terhadap keputusan perempuan usia kerja

berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia

4. Menganalisis pengaruh anggota rumah tangga terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) di Indonesia.

5. Menganalisis bagaimana pengaruh keberadaan balita terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) di Indonesia.

6. Menganalisis bagaimana pengaruh kedudukan dalam rumah tangga

terhadap keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif

dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di Indonesia.

7. Menganalisis bagaimana pengaruh pelatihan dan sertifikat terhadap

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam

kegiatan ekonomi (bekerja) di Indonesia.

8. Menganalisis bagaimana pengaruh secara simultan antara pendidikan,

tempat tinggal, umur, anggota rumah tangga, keberadaan balita,

kedudukan dalam rumah tangga, pelatihan dan sertifikat terhadap

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam

kegiatan ekonomi (bekerja) di Indonesia dan bagaimana rekomendasi

dalam mengatasi rendahnya partisipasi kerja perempuan.


11

1.3.2 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan sumbangan di bidang ekonomi sumber daya manusia,

khususnya mengenai ketenagakerjaan perempuan agar dapat lebih

berkembang.

2. Dapat memberi informasi kepada pemerintah terkait dengan pengambilan

kebijakan pada pengembangan partisipasi kerja perempuan.

3. Dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca, mahasiswa ataupun pihak-

pihak yang bermaksud melaksanakan penelitian pada bidang yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Teori Pekerja Perempuan Dalam Perspektif Gender

Tenaga kerja (manpower) mencakup penduduk yang memiliki pekerjaan,

sedang mencari pekerjaan dan mengerjakan kegiatan lainnya, seperti sekolah dan

mengurus rumah tangga yang secara fisik dianggap mampu untuk suatu saat ikut

bekerja tanpa dibatasi umur maksimum (Simanjuntak, 1985). Berdasarkan UU

Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja

adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan

melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tenaga

kerja adalah seluruh penduduk baik laki-laki atau perempuan yang mampu untuk

bekerja tanpa dibatasi umur maksimum dan memiliki kemampuan untuk

menghasilkan barang atau jasa.

Mosse (2003) mengemukakan bahwa apabila pekerjaan tradisional yang

dilakukan perempuan tidak diakui sebagai bagian dari perekonomian nasional,

maka perlu dilakukan upaya untuk memberi pekerjaan yang lebih bernilai, upaya

tersebut hendaknya diintegrasikan ke dalam pembangunan atau setidaknya dalam

perekonomian pasar, dimana barang dan jasa yang dihasilkan dapat menjamin

pendapatan mereka dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan. Untuk

12
13

memberi perlakuan yang sama terhadap perempuan diperlukan adanya

pendidikan, pelatihan teknis, dan pelatihan ketrampilan dalam menunjang potensi

pada diri perempuan itu sendiri.

Budiman (1982) mengemukakan bahwa terdapat dua teori mengenai

pembagian kerja secara seksual, yaitu teori nature dan teori nurture. Teori nature

adalah teori yang mendasari perbedaan psikologi antara laki-laki dan perempuan

yang disebabkan oleh faktor biologis yang ada pada diri laki-laki dan perempuan

itu sendiri sedangkan teori nurture adalah teori yang mendasari perbedaan laki-

laki dan perempuan yang tercipta melalui proses yang terjadi di lingkungan. Hal

ini dapat diartikan bahwa pembagian kerja secara seksual disebabkan oleh faktor

biologis yang ada pada diri laki-laki dan perempuan dan faktor sosial budaya.

Budiman juga berpendapat bahwa faktor penyebab terjadinya pembagian kerja

secara seksual dapat bertahan hingga saat ini didasarkan pada kebutuhan sosial

ekonomi yang ada pada masyarakat dan didasarkan pada sistem psikokultural

yang bersumber dari ideolologi sistem patriarkal yang menjadikan lelaki lebih

dominan dalam hal kekuasaan dan kewenangannya atas diri perempuan.

Ketika berbicara mengenai perempuan maka akan dihubungkan dengan

pembagian gender. Secara tidak langsung gender telah menciptakan ketidakadilan

antara peran laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja. Hal ini diakibatkan dari

sistem dan struktur sosial yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga

laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Menurut Hastuti

(2005) ada 3 dimensi yang membuat perempuan masih termaginalkan, seperti

yang dijelaskan oleh Sjaifudin, yaitu :


14

a. Perempuan dipekerjakan pada semua sub sektor lapisan terbawah sehingga

terjadi pemisahan pekerjaan menurut gender, dan menempatkan perempuan

pada pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan dibayar dengan

upah yang murah.

b. Kurangnya akses bagi para perempuan yang berprofesi sebagai pengusaha

maupun buruh jika dibandingkan dengan laki-laki.

c. Perempuan yang terlibat di sektor non pertanian tidak masuk dalam kategori

homogen.

Untuk lebih menjelaskan peran laki-laki dan perempuan, Morgan (1944)

menyatakan bahwa keluarga menjadi satu institusi utama yang ada dalam

masyarakat beradab dalam semua tahapan yang terjadi pada evolusi masyarakat

sehingga dalam bukunya Morgan mencoba menjelaskan beberapa bentuk keluarga

dimana suami dan istri mempunyai kedudukan yang sama dalam martabat, hak

pribadi, dan status sosial.

Selanjutnya sebagai penyempurna buku yang ditulis Morgan, Engels

(1884) membuat buku yang memberi tekanan dari data yang sudah para

antropolog kumpulkan yaitu dengan memberi pembenaran bahwa pada awalnya

komunitas manusia tidak terbagi dalam gender dan kelas sosial. Engels

menjelaskan bahwa pemanfaatan untuk keuntungan pribadi dan kekerasan seksual

atas perempuan hadir secara bersamaan yang bertujuan untuk melayani sistem

kepemilikan pribadi. Adanya kepemilikan pribadi, posisi perempuan semakin

tersingkir sehingga tidak memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan

seperti laki-laki. Hal ini diperjelas dengan pembagian peran sosial di fase
15

selanjutnya dalam masyarakat yaitu perbudakan, feodalisme dan kapitalisme

dimana banyak perempuan memikul ―beban ganda‖.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari sejarahnya

perbedaan peran laki-laki dan perempuan dikarenakan posisi perempuan yang

sebelumnya memiliki hak yang sama dengan laki-laki sengaja digulingkan oleh

laki-laki sebagai pada akhirnya ketidakadilan pembagian peran antara laki-laki

dan perempuan dimana laki-laki dianggap sebagai pemegang kuasa.

Dari segi ketenagakerjaan, Galley berpendapat bahwa berdasarkan gender

pembagian kerja dibedakan menjadi dua konsep, yaitu maskulin (untuk laki-laki)

dan feminin (untuk perempuan). Pada dua konsep ini terdapat berbagai macam hal

yang mendasari perbedaan dalam pembagian kerja terutama dari sisi sosial dan

budaya karena pada saat ini banyaknya perubahan pandangan dari feminin ke

maskulin atau sebaliknya. Hal ini ditandai dari perubahan peran laki-laki dan

perempuan dalam pasar kerja. Pekerjaan yang berkonsep maskulin, seperti kuli

bangunan, sopir bus, pilot, politikus dan sejenisnya telah banyak dikerjakan oleh

perempuan sedangkan pekerjaan yang berkonsep feminin seperti guru, perawat,

koki, pelayan dan sejenisnya telah banyak dikerjakan oleh laki-laki. Bahkan

pekerjaan tersebut berhasil dikerjakan dengan baik. Sulitnya membedakan

pekerjaan maskulin dan feminin mengarahkan pada suatu kesimpulan pekerjaan

tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial yang ada pada masyarakat setempat

(Effendi, 1995).
16

2.1.2 Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Ekonomi

Menurut Hastuti (2005), usaha peningkatan peran perempuan dalam

pembangunan tersirat dalam falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD

1945, dan GBHN. Pada dasarnya Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa

Indonesia, tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tertuang

dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia tentang

Hak Asasi Manusia dimana setiap manusia memiliki seperangkat hak yang ada

pada dirinya sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan

setiap orang tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status

ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik . Tetapi sampai saat ini

masih saja ada pandangan mengenai kodrat perempuan sebagai pengurus rumah

tangga sehingga membentuk opini publik bahwa perempuan yang beraktivitas

diluar rumah dianggap telah menyalahi kodratnya. Hastuti (2005) juga

menjelaskan berdasarkan penelitian Vitayala bahwa pengembangan peran

perempuan pada abad XXI membentuk perempuan menjadi beberapa peran, yaitu:

a. Peran tradisi yaitu peran yang melekat pada perempuan sebagai fungsi

reproduksi (melanjutkan keturunan), dimana seluruh hidupnya diperuntukkan

bagi keluarga dengan pembagian tugas yang jelas dimana perempuan

mengurus rumah tangga di rumah dan laki-laki bekerja di luar rumah.

b. Peran transisi yaitu peran yang lebih mengutamakan peran tradisi daripada

yang lainnya, dimana pembagian tugas sesuai dengan aspirasi gender,


17

perempuan mempunyai tanggung jawab penuh dalam menjaga keharmonisan

rumah tangga dan pengendalian urusan rumah tangga.

c. Dwiperan yaitu peran yang menempatkan perempuan dalam peran ganda,

dimana peran domestik (di dalam rumah) dan peran publik (di luar rumah)

sama pentingnya. Pada peran ini dibutuhkan dukungan moral dari suami agar

peran ganda tersebut dapat berjalan seimbang.

d. Peran egalitarian yaitu peran yang cenderung akan menghabiskan waktu dan

perhatian perempuan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Pada peran ini

dukungan moral dan pengertian yang besar dari laki-laki sangat dibutuhkan

untuk menghindari konflik kepentingan.

e. Peran kontemporer yaitu peran yang dipilih perempuan untuk hidup mandiri

dalam kesendirian. Hal ini diakibatkan dari adanya benturan demi benturan

dari dominasi laki-laki yang belum terlalu peduli pada kepentingan perempuan.

Di Indonesia, peran serta perempuan dalam pasar kerja masih dianggap

rendah dan dipandang sebelah mata. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan dalam

segi pekerjaan, upah, dan akses dalam sumber daya. Dari segi upah dapat dilihat

perbedaannya pada tabel 2.1 dimana pada tahun 2013-2016 rata-rata upah yang

diterima laki-laki selalu lebih besar daripada perempuan dan pada tahun 2016

selisih antara rata-rata upah antara laki-laki dan perempuan mencapai nilai yang

paling tinggi diantara tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 458.412,-. Hal ini

mengindikasikan adanya ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan.

Sedangkan pada Konvensi ILO Nomor 100 Mengenai Upah yang setara bagi

Pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang nilainya sama memberikan
18

penjelasan bahwa nilai upah yang ditetapkan tanpa disertai diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin (Kemenakertrans, 2011).

Tabel 2.1
Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Bersih Selama Sebulan Pekerja
di Indonesia Tahun 2013-2016 (rupiah)

Jenis Kelamin
Tahun
Perempuan Laki-laki
2013 1.427.856 1.797.956
2014 1.490.202 1.868.203
2015 1.675.269 1.944.251
2016 1.977.207 2.435.619
Sumber : BPS, Sakernas (diolah), 2013-2016

Pada pembangunan negara, perempuan mempunyai peran ganda yaitu

peran dalam pembangunan keluarga merupakan peran penting dari perempuan

karena dalam hal ini perempuan sebagai pencetak generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan berperan serta dalam pembangunan sebagai tenaga kerja yang

berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi. Namun, ada batasan bagi perempuan

untuk bekerja karena peran perempuan dalam mengurus rumah tangga adalah

tanggung jawab utamanya. Partisipasi perempuan dalam pasar kerja bukan

merupakan hal baru. Ada beberapa hal yang mendorong perempuan untuk bekerja

demi mendapatkan penghasilan, diantaranya adalah (1) keinginan perempuan

untuk dapat berdiri sendiri dari segi ekonomi, yaitu dengan membiayai kebutuhan

hidupnya dan mungkin juga untuk membiayai kebutuhan keluarganya dari

penghasilan yang didapatkannya, (2) kebutuhan untuk menambah penghasilan

keluarga, dan (3) kesempatan kerja yang makin luas akan menyerap tenaga kerja

perempuan (Sumarsono, 2009).


19

Ada dua proses yang menandai partisipasi perempuan dalam kegiatan

ekonomi semakin meningkat, yaitu (1) dengan meningkatnya jumlah perempuan

yang bekerja di luar rumah tangga, hal ini ditandai dengan naiknya TPAK

perempuan dan (2) dengan meningkatnya jumlah bidang pekerjaan untuk

perempuan, hal ini ditandai dengan masuknya perempuan dalam bidang pekerjaan

yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki. Dengan adanya dua proses tersebut

maka perkembangan kuantitatif menjadi bagian penting dalam kehidupan

perempuan, dimana perempuan memiliki kesempatan kerja yang lebih luas, tetapi

juga mempunyai arti penting bagi analisis tentang makna perkembangan yang

terjadi bagi laki-laki dan perempuan di masyarakat secara umum. (Sumarsono,

2009).

2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan untuk Bekerja/Tidak Bekerja

Pada dasarnya teori ekonomi merupakan teori pilih memilih, yang

bertujuan untuk mencapai kepuasan maksimal dari bermacam-macam kebutuhan

dari sumber daya yang terbatas. Setiap orang mempunyai pilihan untuk

menentukan berapa lama dia bekerja yang disesuaikan pada apa yang menjadi

pilhan dan prioritasnya. Apabila waktu untuk bekerja dan waktu untuk tidak

bekerja (bersantai) disesuaikan dengan pilihannya maka dapat dikatakan bahwa

seseorang tersebut bersikap tidak mau tahu terhadap kedua kombinasi waktu

tersebut. Kurva yang dibentuk berdasarkan prioritas dari konsumen disebut kurva

indiferen (indifference curves). Manfaat yang diperoleh individu dalam

mengkonsumsi kedua jenis barang tersebut, dalam hal ini waktu untuk bekerja dan

waktu bersantai dapat digambarkan dengan kurva indiferen (Ananta, 1990).


20

Teori pilihan konsumen akan kombinasi barang dapat digunakan untuk

menganalisis bagaimana seseorang mengambil keputusan untuk mengalokasikan

waktunya untuk bekerja atau tidak bekerja (bersantai), dimana waktu untuk

bekerja dan waktu untuk bersantai dianggap sebagai dua jenis barang.

Gambar 2.2
Kurva Indiferen

Konsumsi ($)

Waktu bersantai
Jam kerja

Sumber : Borjas (2016)

Kurva ini memberikan gambaran kapan seseorang akan menghabiskan

waktu untuk bekerja dan bersantai. 𝑈0 , 𝑈 ∗ , dan 𝑈1 adalah kurva indiferen yang

menggambarkan konsumsi untuk dua jenis barang, dalam hal ini waktu untuk

bekerja (memenuhi kebutuhan konsumsinya) dan waktu untuk bersantai. Dalam

kurva ini, diasumsikan pada garis anggaran FE menggambarkan peluang yang

tersedia bagi tenaga kerja untuk memperoleh upah $100 per minggu, dalam

menghadapi tingkat upah pasar sebesar $10 perjam maka waktu yang tersedia

dalam seminggu adalah 110 jam yang dialokasikan untuk bekerja dan bersantai

(dengan asumsi tidur kira-kira 8 jam per hari). Titik P menunjukkan batas

anggaran dalam mencapai kurva indiferen tertinggi yaitu 𝑈 ∗ , dimana waktu untuk
21

bekerja dan waktu untuk bersantai berada pada batas maksimal seseorang dengan

waktu untuk bekerja adalah 40 jam per minggu dan waktu untuk bersantai adalah

70 jam per minggu dengan upah sebesar $500 per minggu yang nantinya dapat

digunakan untuk mengkonsumsi barang. Dengan melihat titik Y dalam hal ini

kurva indiferen adalah 𝑈1 tenaga kerja akan memilih ini tetapi dalam hal ini tidak

dapat dilakukan karena upah terlalu tinggi untuk waktu kerja selama 40 jam per

minggu, sedangan dengan melihat titik A dalam hal ini kurva indiferen adalah 𝑈0

tenaga kerja tidak akan memilihnya hal ini tidak akan dilakukan karena tingkat

kepuasan dalam menikmati waktu untuk bersantai akan sangat pendek.

Kurva indiferen memiliki 4 sifat penting yaitu:

1. Bentuk dari kurva indiferen miring ke bawah. Hal ini dapat diasumsikan bahwa

individu lebih memilih keduanya yaitu konsumsi barang dan waktu untuk

bersantai.

2. Kurva indiferen yang lebih tinggi dapat menunjukkan tingkat kepuasan yang

lebih tinggi. Karena pada kurva indiferen yang lebih tinggi memungkinkan

seseorang untuk mengkonsumsi lebih banyak barang dan memiliki lebih

banyak waktu untuk bersantai.

3. Kurva indiferen tidak berpotongan. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa

individu suka mengkonsumsi barang dan bersantai, maka jika berpotongan

maka akan bertentangan dengan asumsi tersebut.

4. Kurva indiferen cembung ke titik asal jika ingin mengamati sesorang dalam

membagi waktu antara bekerja dan bersantai.


22

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam membuat kerangka teori,

maka penelitian terdahulu yang dirasa sangat bersinggungan untuk mendasari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sayyida dengan judul Analisis Partisipasi Ekonomi Perempuan dengan

Metode Regresi Logistik Biner Bivariat pada tahun 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat partisipasi tenaga

kerja perempuan Variabel yang digunakan adalah partisipasi ekonomi

perempuan berdasarkan lapangan pekerjaan dan jumlah jam kerja sebagai

variabel terikat. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, status rumah tangga,

tempat tinggal, status perkawinan, keinginan untuk bekerja, status

keanggotaan dalam rumah tangga sebagai variabel bebas. Metode

pengumpulan data menggunakan survei yang telah dilakukan oleh BPS yaitu

Susenas tahun 2009. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah

dengan menggunakan analisis regresi logistik biner bivariat. Hasil dari

penelitian ini secara parsial dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap lapangan kerja adalah umur, tingkat pendidikan, status

rumah tangga, tempat tinggal, dan status perkawinan. Sedangkan yang

berpengaruh terhadap jam kerja adalah umur, tingkat pendidikan, status

rumah tangga, tempat tinggal, status perkawinan, dan keinginan untuk

bekerja.
23

2. Rizky Amalia Yulianti dan Vita Ratnasari dengan judul Pemetaan dan

Pemodelan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di

Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Model Probit pada tahun 2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik

angkatan kerja perempuan, pemetaan wilayah Jawa Timur dari segi sektoral

berdasarkan TPAK perempuan dengan analisis kelompok dan memodelkan

faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK perempuan dengan regresi probit.

Variabel yang digunakan adalah TPAK perempuan di masing-masing

kabupaten/kota Jawa Timur sebagai variabel terikat. Tingkat pendidikan, usia,

status perkawinan, pengeluaran perkapita, Upah Minimum Kabupaten/Kota,

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), daerah tempat tinggal asal kota, PDRB

sebagai variabel bebas. Metode pengumpulan data menggunakan survei yang

telah dilakukan oleh BPS yaitu Susenas dan Sakernas tahun 2011. Metode

yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan

analisis kelompok dan analisis regresi probit. Hasil dari penelitian ini adalah

berdasarkan pada analisis kelompok terdapat empat kelompok bentukan yaitu

kelompok wilayah TPAK perempuan di sektor pertanian, perdagangan,

industri perdagangan, dan pertanian perdagangan sedangkan pada pemodelan

probit variabel yang berpengaruh terhadap TPAK perempuan adalah variabel

pengeluaran perkapita, daerah tempat tinggal asal kota, dan PDRB.

3. Muinah Kusnul Kotimah dan Sri Pingit Wulandari dengan judul Model

Regresi Logistik Biner Stratifikasi Pada Partisipasi Ekonomi Perempuan

di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014


24

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi ekonomi perempuan di Provinsi Jawa Timur pada

daerah perkotaan dan perdesaan. Variabel yang digunakan adalah partisipasi

ekonomi perempuan untuk bekerja atau tidak bekerja sebagai variabel terikat.

Sedangkan umur, status pernikahan, status dalam keluarga, jumlah anggota

keluarga, pendidikan, dan jumlah jam kerja/minggu sebagai variabel bebas.

Metode pengumpulan data menggunakan survei yang telah dilakukan oleh

BPS yaitu data Susenas Jawa Timur tahun 2009. Metode yang digunakan

untuk menganalisis data adalah dengan regresi logistik biner dengan

stratifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah pada daerah perkotaan ada 3

variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap partisipasi ekonomi

perempuan yaitu status pernikahan, status dalam keluarga, dan pendidikan,

sedangkan pada daerah perdesaan ada 2 variabel bebas yang berpengaruh

signifikan yaitu status pernikahan dan pendidikan. Hal ini berarti ada variabel

yang berbeda yang mempengaruhi partisipasi ekonomi perempuan yaitu pada

variabel status dalam keluarga.

4. Nieke Andriani dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi TPAK Wanita Di 30 Provinsi Indonesia Periode 2009-

2013 pada tahun 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi TPAK perempuan di 30 provinsi Indonesia dengan rentang

tahun 2009-2013. Variabel yang digunakan adalah TPAK perempuan sebagai

variabel terikat. Sedangkan pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan dasar


25

dan menengah, serta upah minimum provinsi sebagai variabel bebas. Metode

pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan data yang sudah ada.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan

menggunakan panel data fixed effect. Hasil dari penelitian ini adalah (1)

pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap TPAK

perempuan, (2) antara pertumbuhan ekonomi dan TPAK perempuan di

Indonesia membentuk fungsi yang menyerupai kurva-U, yang

mengindikasikan adanya hambatan bagi wanita untuk memasuki pasar tenaga

kerja, (3) tingkat pendidikan dasar berpengaruh positif signifikan terhadap

TPAK perempuan, tingkat pendidikan menengah tidak berpengaruh terhadap

TPAK perempuan, (4) upah minimum provinsi berpengaruh negatif

signifikan terhadap TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan perlunya peran

pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan bagi wanita ke jenjang

yang lebih tinggi serta memberikan kemudahan akses bagi wanita untuk

memasuki lapangan pekerjaan sektor formal.

5. Noor Rahamah dan Hj Abu Bakar dengan judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Segregasi Pekerjaan Mengikut Gender di Malaysia: Satu

Ilustrasi Mikro dari Seremban, Negeri Sembilan pada tahun 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi segregasi (pemisahan) pekerjaan menurut gender. Variabel

yang digunakan adalah pemisahan pekerjaan menurut gender sebagai variabel

terikat. Sedangkan pendidikan formal dan latihan, pembagian kerja dalam

rumah tangga, budaya masyarakat orang Melayu lokal, kondisi kerja, fasilitas
26

di tempat kerja yang tidak ―ramah perempuan‖, dan prioritas individu dalam

hal selera, preferensi, dan bakat sebagai variabel bebas. Metode pengumpulan

data menggunakan teknik snowball sampling yaitu suatu metode untuk

memperoleh responden yang potensial agar dapat menghasilkan informasi

yang jelas dan akurat dan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Sensus Penduduk dan Perumahan oleh Depatemen Statistik pada tahun 1970,

1980, 1991, dan 2003. Jumlah sampel yang digunakan dalam teknik snowball

sampling adalah 120 orang, dimana jumlah tersebut adalah 10% dari populasi

sebuah studi terhadap 1155 orang. Metode yang digunakan untuk

menganalisis data adalah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil dari

penelitian ini adalah pendidikan formal dan latihan penting bagi seorang

perempuan untuk menentukan fokus mereka pada jenis pekerjaan tertentu.

Studi mikro menunjukkan bahwa pembagian kerja dalam rumah tangga,

budaya masyarakat orang Melayu lokal, kondisi kerja, fasilitas di tempat

kerja yang tidak ―ramah perempuan‖, dan prioritas individu mempengaruhi

fokus perempuan pada jenis pekerjaan tertentu. Ada 3 cara untuk memperluas

keterlibatan tenaga kerja perempuan dalam bidang pekerjaannya sekaligus

mengurangi terjadinya pembagian kerja menurut gender yaitu menbuat

peraturan-peraturan di tempat kerja yang ―ramah perempuan, mengatur

kembali pekerjaan, dan memperbaiki kebijakan pendidikan dan pelatihan.

6. Muhammad Zahir Faridi, Imran Sharif Chaudhry dan Mumtaz Anwar

dengan judul The Socio-Economic and Demographic Determinants of


27

Women Work Participation in Pakistan: Evidence from Bahawalpur

District pada tahun 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai faktor yang

mempengaruhi partisipasi kerja perempuan yaitu dengan melihat rumah

tangga pada sosial ekonomi, demografi, dan modal manusia. Variabel yang

digunakan adalah partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi, sebagai

variabel terikat. Sedangkan variabel pendidikan, umur, pendidikan orang tua,

status perkawinan, aset rumah tangga, partisipasi pasangan dalam kegiatan

ekonomi, susunan keluarga, jumlah tanggungan, ukuran rumah tangga, lokasi,

jumlah anak, penghasilan suami, usia anak, sebagai variabel bebas. Metode

pengumpulan data menggunakan teknik survei yang dilakukan pada tahun

2007-2008. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 164 pekerja perempuan

pada kelompok usia 15-64 tahun. Metode analisis yang digunakan adalah

dengan 2 level, pertama dengan melakukan analisis statistik pada partisipasi

angkatan kerja perempuan. Kedua, memodelkan keputusan angkatan kerja

perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dalam kerangka

teori tradisional maksimum utility dengan menggunakan teknik estimasi

maksimum likelihood logit. Hasil dari penelitian ini adalah variabel

pendidikan, umur, status perkawinan, susunan keluarga, jumlah tanggungan,

jumlah anak mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap keputusan

perempuan dalam bekerja sedangkan aset rumah tangga, partisipasi pasangan

dalam kegiatan ekonomi, lokasi (perkotaan), usia anak (kelompok usia 0-6
28

tahun) mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap keputusan

perempuan dalam bekerja.

7. Dr. Rummana Zaheer dan Miss Sahar Qaiser dengan judul Factors That

Affect the Participation of Female in Labor Force: A Macro Level Study of

Pakistan pada tahun 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di

Pakistan. Variabel yang digunakan adalah tingkat partisipasi perempuan

dalam angkatan kerja, sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel populasi

perempuan, tingkat pengangguran perempuan, tingkat pertumbuhan PDB

negara, tingkat kematian dan tingkat kesuburan, sebagai variabel bebas.

Metode pengumpulan data menggunakan data rangkaian waktu tahunan

dikumpulkan dari World Development Indicator untuk periode 1990 sampai

2013. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis

regresi dengan pendekatan pengujian Ordinary Least Square. Hasil dari

penelitian ini adalah tingkat pengangguran perempuan dan angka kematian

berpengaruh negatif signifikan, sedangkan populasi perempuan berpengaruh

positif signifikan terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan. Faktor

lainnya seperti tingkat pertumbuhan PDB dan tingkat kesuburan berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam angkatan kerja

di Pakistan.
29

8. Betilde Rincon de Munoz dengan judul Determinants of Female Labor

Force Participation in Venezuela : A Cross-Sectional Analysis pada tahun

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan analisis mendalam

mengenai partisipasi angkatan kerja di Venezuela selama tahun 1990.

Variabel yang digunakan adalah partisipasi angkatan kerja perempuan

sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel umur, pendidikan, status

perkawinan, tempat tinggal perkotaan, wilayah, status sebagai kepala rumah

tangga, status sosial ekonomi, pendapatan nonlabor, keadaan interaksi,

tanggal survei sebagai variabel bebas. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis menggunakan model logistik binomial dan model logistik

multinomial. Hasil dari penelitian ini adalah variabel umur, pendidikan,

tempat tinggal perkotaan, wilayah, status sebagai kepala rumah tangga

berpengaruh positif signifikan terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan

pada sektor formal sedangkan variabel status perkawinan dan tanggal survei

berpengaruh positif signifikan terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan

pada sektor informal.

9. Goher Fatima dengan judul Female Education As A Determinant Of

Economic Growth: The Case Study Of Pakistan pada tahun 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peluang untuk

mendorong peran perempuan dalam kegiatan pembangunan. Variabel yang

digunakan adalah Gross Domestic Produk (GDP), sebagai variabel terikat.

Sedangkan variabel investasi, pendidikan laki-laki, pendidikan perempuan,


30

partisipasi angkatan kerja, sebagai variabel bebas. Metode pengumpulan data

menggunakan data yang dikumpulkan dari Statistik Keuangan Internasional

(2006) dan Survei Ekonomi Pakistan. Metode analisis yang digunakan adalah

Teknik Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini adalah tidak

adanya hubungan yang kuat antara pendidikan perempuan dan pertumbuhan

PDB. Kualitas pendidikan dasar dan menengah memiliki kecenderungan

menurun, yang menurunkan jumlah anak perempuan.

10. An Liu dan Inge Noback dengan judul Determinants of regional female

labour market participation in the Netherlands : A spatial structural

equation modelling approach pada tahun 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penentu

partisipasi pekerja perempuan. Variabel yang digunakan adalah partisipasi

perempuan, sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel status sosial

ekonomi, perempuan yang berumur 35-45 tahun, tekanan demografi,

pengangguran perempuan, pengangguran perempuan di daerah tertinggal,

pengangguran laki-laki, pengangguran laki-laki di daerah tertinggal, kawasan

yang didominasi perempuan sebagai variabel bebas. Metode pengumpulan

data menggunakan data tentang partisipasi perempuan tersedia untuk 377

kotamadya, dan data tentang variabel penjelas tersedia untuk 278 kotamadya

pada tahun 2002. Metode analisis yang digunakan adalah dengan

menggunakan analisis maximum likelihood dengan estimasi model dan

pengujian dilakukan dengan menggunakan LISREL. Hasil dari penelitian

tersebut adalah adalah variabel status sosial ekonomi, perempuan yang


31

berumur 35-45 tahun, pengangguran perempuan di daerah tertinggal,

pengangguran laki-laki, dan kawasan yang didominasi perempuan

mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap keputusan perempuan

dalam bekerja sedangkan tekanan demografi, pengangguran perempuan,

pengangguran laki-laki di daerah tertinggal mempunyai pengaruh yang

negatif signifikan terhadap keputusan perempuan dalam bekerja.


Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

No. Judul, Peneliti, Tahun Variabel Metode Penelitian Hasil


1. Analisis Partisipasi Variabel terikat : Analisis regresi logistik Secara parsial dapat disimpulkan bahwa
Ekonomi Perempuan partisipasi ekonomi biner bivariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dengan Metode Regresi perempuan berdasarkan lapangan kerja adalah umur, tingkat
Logistik Biner Bivariat lapangan pekerjaan dan pendidikan, status rumah tangga, tempat
(Sayyida, 2011) jumlah jam kerja. tinggal, dan status perkawinan. Sedangkan
Variabel bebas : umur, yang berpengaruh terhadap jam kerja
tingkat pendidikan, status adalah umur, tingkat pendidikan, status
rumah tangga, tempat rumah tangga, tempat tinggal, status
tinggal, status perkawinan, dan keinginan untuk bekerja.
perkawinan, keinginan
untuk bekerja, status
keanggotaan dalam rumah
tangga
2. Pemetaan dan Variabel terikat : TPAK Analisis kelompok dan Berdasarkan pada analisis kelompok
Pemodelan Tingkat perempuan di masing- analisis regresi probit terdapat empat kelompok bentukan yaitu
Partisipasi Angkatan masing kabupaten/kota kelompok wilayah TPAK perempuan di
Kerja (TPAK) Jawa Timur. sektor pertanian, perdagangan, industri
Perempuan di Provinsi Variabel terikat : tingkat perdagangan, dan pertanian perdagangan
Jawa Timur dengan pendidikan, usia, status sedangkan pada pemodelan probit variabel
Pendekatan Model perkawinan, pengeluaran yang berpengaruh terhadap TPAK
Probit (Yulianti dan perkapita, Upah Minimum perempuan adalah variabel pengeluaran
Ratnasari, 2013) Kabupaten/Kota, Indeks perkapita, daerah tempat tinggal asal kota,
Pembangunan Manusia dan PDRB.
32
(IPM), daerah tempat
tinggal asal kota, PDRB.
3. Model Regresi Logistik Variabel terikat : Regresi logistik biner Pada daerah perkotaan ada 3 variabel bebas
Biner Stratifikasi Pada Partisipasi ekonomi dengan stratifikasi yang berpengaruh signifikan terhadap
Partisipasi Ekonomi perempuan untuk bekerja partisipasi ekonomi perempuan yaitu status
Perempuan di Provinsi atau tidak bekerja pernikahan, status dalam keluarga, dan
Jawa Timur (Kotimah Variabel bebas : umur, pendidikan, sedangkan pada daerah
dan Wulandari, 2014) status pernikahan, status perdesaan ada 2 variabel bebas yang
dalam keluarga, jumlah berpengaruh signifikan yaitu status
anggota keluarga, pernikahan dan pendidikan.
pendidikan, dan jumlah
jam kerja/minggu
4. Analisis Faktor-Faktor Variabel terikat : TPAK Panel data fixed effect Pertumbuhan ekonomi dan tingkat
Yang Mempengaruhi perempuan pendidikan dasar berpengaruh positif
TPAK Wanita Di 30 Variabel bebas : signifikan terhadap TPAK perempuan,
Provinsi Indonesia pertumbuhan ekonomi, sedangkan upah minimum provinsi
Periode 2009-2013 tingkat pendidikan dasar berpengaruh negatif signifikan terhadap
(Andriani, 2016) dan menengah, serta upah TPAK perempuan
minimum provinsi
5. Faktor-Faktor yang Variabel terikat : Statistik deskriptif Pendidikan formal dan latihan penting bagi
Mempengaruhi pemisahan pekerjaan seorang perempuan untuk menentukan
Segregasi Pekerjaan menurut gender. fokus mereka pada jenis pekerjaan tertentu.
Mengikut Gender di Variabel bebas : Studi mikro menunjukkan bahwa
Malaysia: Satu Ilustrasi pendidikan formal dan pembagian kerja dalam rumah tangga,
Mikro dari Seremban, latihan, pembagian kerja budaya masyarakat orang Melayu lokal,
Negeri Sembilan dalam rumah tangga, kondisi kerja, fasilitas di tempat kerja yang
(Rahamah dan Bakar, budaya masyarakat orang tidak ―ramah perempuan‖, dan prioritas
2009) Melayu lokal, kondisi individu mempengaruhi fokus perempuan
33
kerja, fasilitas di tempat pada jenis pekerjaan tertentu
kerja yang tidak ―ramah
perempuan‖, dan prioritas
individu dalam hal selera,
preferensi, dan bakat
6. The Socio-Economic Variabel terikat : 1. Analisis statistik pada Variabel pendidikan, umur, status
and Demographic partisipasi perempuan partisipasi angkatan perkawinan, susunan keluarga, jumlah
Determinants of Women dalam kegiatan ekonomi kerja perempuan. tanggungan, jumlah anak mempunyai
Work Participation in Variabel bebas : 2. Memodelkan keputusan pengaruh yang positif signifikan terhadap
Pakistan: Evidence from pendidikan, umur, angkatan kerja keputusan perempuan dalam bekerja
Bahawalpur District pendidikan orang tua, perempuan untuk sedangkan aset rumah tangga, partisipasi
(Faridi, dkk, 2009) status perkawinan, aset berpartisipasi dalam pasangan dalam kegiatan ekonomi, lokasi
rumah tangga, partisipasi kegiatan ekonomi dalam (perkotaan), usia anak (kelompok usia 0-6
pasangan dalam kegiatan kerangka teori tahun) mempunyai pengaruh yang negatif
ekonomi, susunan tradisional maksimum signifikan terhadap keputusan perempuan
keluarga, jumlah utility dengan dalam bekerja.
tanggungan, ukuran menggunakan teknik
rumah tangga, lokasi, estimasi maksimum
jumlah anak, penghasilan likelihood logit
suami, usia anak
7. Factors That Affect the Variabel terikat : tingkat Analisis regresi dengan Tingkat pengangguran perempuan dan
Participation of Female partisipasi perempuan pendekatan pengujian angka kematian berpengaruh negatif
in Labor Force: A dalam angkatan kerja Ordinary Least Square signifikan, sedangkan populasi perempuan
Macro Level Study of Variabel bebas : populasi berpengaruh positif signifikan terhadap
Pakistan (Zaheer dan perempuan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.
Qaiser, 2016) pengangguran perempuan, Faktor lainnya seperti tingkat pertumbuhan
tingkat pertumbuhan PDB PDB dan tingkat kesuburan berpengaruh
negara, tingkat kematian negatif tidak signifikan terhadap partisipasi
34
dan tingkat kesuburan perempuan dalam angkatan kerja di
Pakistan.
8 Determinants of Female Variabel terikat: Analisis menggunakan Variabel umur, pendidikan, tempat tinggal
Labor Force partisipasi angkatan kerja model logistik binomial perkotaan, wilayah, status sebagai kepala
Participation in perempuan dan model logistik rumah tangga berpengaruh positif
Venezuela : A Cross- Variabel bebas: umur, multinomial signifikan terhadap partisipasi angkatan
Sectional Analysis pendidikan, status kerja perempuan pada sektor formal
(Munoz, 2007) perkawinan, tempat sedangkan variabel status perkawinan dan
tinggal perkotaan, tanggal survei berpengaruh positif
wilayah, status sebagai signifikan terhadap partisipasi angkatan
kepala rumah tangga, kerja perempuan pada sektor informal.
status sosial ekonomi,
pendapatan nonlabor,
keadaan interaksi, tanggal
survei
9 Female Education As A Variabel terikat: Gross Teknik Ordinary Least Hasil dari penelitian ini adalah tidak
Determinant Of Domestic Produk (GDP) Square (OLS) adanya hubungan yang kuat antara
Economic Growth: The Variabel bebas: investasi, pendidikan perempuan dan pertumbuhan
Case Study Of Pakistan pendidikan laki-laki, PDB. Kualitas pendidikan dasar dan
(Fatima, 2011) pendidikan perempuan, menengah memiliki kecenderungan
partisipasi angkatan kerja menurun, yang menurunkan jumlah anak
perempuan.
10 Determinants of Variabel terikat : Analisis maximum Variabel status sosial ekonomi, perempuan
regional female labour partisipasi perempuan likelihood dengan estimasi yang berumur 35-45 tahun, pengangguran
market participation in Variabel bebas : status model dan pengujian perempuan di daerah tertinggal,
sosial ekonomi, dilakukan dengan pengangguran laki-laki, dan kawasan yang
the Netherlands : A
perempuan yang berumur menggunakan LISREL didominasi perempuan mempunyai
spatial structural 35-45 tahun, tekanan pengaruh yang positif signifikan terhadap
35
equation modelling demografi, pengangguran keputusan perempuan dalam bekerja
approach (Liu dan perempuan, pengangguran sedangkan tekanan demografi,
Noback, 2011) perempuan di daerah pengangguran perempuan, pengangguran
tertinggal, pengangguran laki-laki di daerah tertinggal mempunyai
laki-laki, pengangguran pengaruh yang negatif signifikan terhadap
laki-laki di daerah keputusan perempuan dalam bekerja
tertinggal, kawasan yang
didominasi perempuan

36
37

2.1.5 Faktor Penentu Keputusan Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin

Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja)

Penelitian ini meneliti determinan atau faktor-faktor yang menentukan

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja di Indonesia.

Banyak faktor yang menjadi penentu dari keputusan perempuan usia kerja

berstatus kawin untuk bekerja di Indonesia tetapi dalam penelitian dibatasi oleh

faktor-faktor yang berasal dari dalam data Sakernas 2017 yaitu variabel

pendidikan, tempat tinggal, umur, anggota rumah tangga, keberadaan balita,

kedudukan dalam rumah tangga, pelatihan dan sertifikat dengan sumber referensi

yang berasal dari tinjauan pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu agar hasil

penelitian ini dapat memberikan gambaran yang cukup akurat bahwa terdapat

faktor-faktor yang menentukan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk

mengambil keputusan dalam bekerja.

Pendidikan menjadi salah satu faktor penentu perempuan untuk bekerja,

dimana dengan semakin tingginya tingkat pendidikan perempuan maka cenderung

untuk bekerja daripada sekedar menghabiskan waktu di rumah. (Simanjuntak,

1985; Sumarsono, 2003)

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011)

dimana pendidikan menjadi faktor penentu perempuan dalam partisipasi ekonomi

dan menegaskan bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan perempuan

memiliki kecenderungan untuk bekerja di sektor non pertanian dan jam kerja

normal. Penelitian yang dilakukan oleh Kotimah dan Wulandari (2014), Andriani

(2016), Rahamah dan Bakar (2009), Faridi, dkk (2009), dan Munoz (2007) juga
38

memberikan hasil bahwa pendidikan berpengaruh terhadap keputusan perempuan

untuk bekerja.

Tempat tinggal juga menjadi salah satu faktor penentu perempuan untuk

bekerja. Pada tempat tinggal dibedakan menjadi 2, yaitu perkotaan dan perdesaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011), Yulianti dan Ratnasari (2013),

Faridi, dkk (2009) dan Wirawan (2014) juga memberikan hasil bahwa tempat

tinggal berpengaruh terhadap keputusan perempuan untuk bekerja. Apabila

ditelusuri lebih dalam dari penelitian-penelitian tersebut terdapat perbedaan

daerah tempat tinggal yang mempengaruhi keputusan perempuan untuk bekerja.

Pada penelitian Sayyida (2011) menjelaskan hampir semua perempuan yang

bertempat tinggal di perkotaan bekerja disektor non pertanian dengan jam kerja

normal (bekerja antara 35 sampai 48 jam per minggu) sedangkan di perdesaan

bekerja disektor pertanian dengan jam kerja tidak normal (bekerja kurang dari 35

jam per minggu). Pada penelitian Yulianti dan Ratnasari (2013) dan Faridi, dkk

(2009) menjelaskan bahwa tempat tinggal perkotaan berpengaruh terhadap

partisipasi kerja perempuan. Sedangkan pada penelitian Wirawan (2014)

menjelaskan bahwa probabilitas tenaga kerja yang bekerja di perkotaan lebih kecil

jika dibandingkan dengan tenaga kerja di perdesaan. Penelitian ini lebih condong

pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirawan (2014) karena memiliki

lingkup wilayah yang sama yaitu Indonesia.

Umur juga menjadi salah satu faktor penentu perempuan untuk bekerja,

dimana perempuan lebih memiliki kecenderungan untuk tidak bekerja dengan

umur yang semakin bertambah dikarenakan kondisi fisik perempuan lebih cepat
39

melemah jika dibandingkan dengan laki-laki. Tetapi pada umur tertentu

perempuan cenderung memutuskan untuk bekerja karena tanggung jawab yang

dimilikinya (Simanjuntak, 1985; Sumarsono, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011), Faridi, dkk (2009), dan

Munoz (2007) juga memberikan hasil bahwa umur mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi. Pada

penelitian Faridi, dkk (2009) menjelaskan bahwa ada umur-umur tertentu

perempuan ikut berpartisipasi dalam bekerja yaitu di umur 25-54 tahun sedangkan

pada umur 15-24 tahun dan umur 55-64 tahun kurangnya partisipasi perempuan

dalam bekerja. Pada penelitian Munoz (2007) menjelaskan bahwa partisipasi

angkatan kerja tertinggi berada pada umur 30-39 tahun.

Anggota rumah tangga juga menjadi salah satu faktor penentu perempuan

untuk bekerja, dimana semakin banyak jumlah anggota rumah tangga sebagai

tanggungan keluarga maka akan mendorong perempuan untuk ikut bekerja demi

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya terlebih jika anggota keluarganya dalam

usia sekolah atau tidak mampu untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Handayani dan Artini (2009), Susanti dan Woyanti

(2014) serta Simanjuntak (1985).

Keberadaan balita juga menjadi salah satu faktor penentu perempuan

untuk bekerja. Kerap kali adanya balita dalam suatu rumah tangga membuat

perempuan yang sebelumnya bekerja memutuskan untuk mengurus rumah

tangganya demi menjaga balitanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Faridi, dkk (2009) dimana dalam penelitiannya menyebutkan umur
40

anak sedangkan 0-6 tahun perempuan cenderung tidak berpartisipasi dalam

kegiatan ekonomi (bekerja) dan ketika umur anak 7-11 tahun probabilitas

partisipasi perempuan meningkat.

Kedudukan dalam rumah tangga juga menjadi salah satu faktor penentu

perempuan untuk bekerja. Dimana kedudukan tersebut diartikan sebagai

perempuan yang bertindak sebagai kepala rumah tangga. Pada penelitian Sayyida

(2011) , Kotimah dan Wulandari (2014) menyatakan bahwa status sebagai kepala

rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi perempuan dalam kegiatan

ekonomi (bekerja).

Pelatihan dan sertifikat juga menjadi salah satu faktor penentu perempuan

untuk bekerja. Pelatihan adalah salah usaha bentuk pendidikan non formal untuk

meningkatkan kualitas SDM dalam dunia kerja. Untuk lebih mengetahui kualitas

dari SDM tersebut maka setelah menjalani pelatihan kerap kali diikuti dengan

proses sertifikasi yang nantinya dapat digunakan sebagai nilai tambah dalam

melamar pekerjaan ataaupun untuk berwirausaha agar orang yang bersangkutan

dapat mengetahui kualitas dirinya. Oleh karena itu, keikutsertaan dalam pelatihan

dan perolehan sertifikat menjadi satu pertimbangan dari perempuan untuk bekerja.

Dalam bukunya, Simanjuntak (1985) dan Sumarsono (2003) menyatakan bahwa

keputusan untuk bekerja dipengaruhi oleh pendidikan baik itu formal ataupun

informal yang diikuti oleh seseorang. Fadah dan Yuswanto (2004), Sayyida

(2011), Kotimah dan Wulandari (2014), Andriani (2016), Rahamah dan Bakar

(2009), dan Faridi, dkk (2009) juga sependapat melalui penelitian yang mereka

lakukan. Bahkan Rahamah dan Bakar (2009) dalam penelitiannya menegaskan


41

bahwa pendidikan formal dan pelatihan penting bagi seorang perempuan dalam

menentukan pekerjaan yang akan diambilnya.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang dapat digambarkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis

Pendidikan H1
(didik)

Tempat Tinggal H2
(lok)

Umur H3
(umur)
Keputusan Perempuan Usia
Anggota rumah tangga H4 Kerja Berstatus Kawin Terlibat
(art) Aktif dalam Kegiatan Ekonomi
(Pi)
Keberadaan Balita H5
(balita)

Kedudukan dalam Rumah


Tangga H6
(kdrt)

Pelatihan dan Sertifikat H7


(lat)

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah prediksi (kemungkinan) yang dibuat oleh peneliti dalam

melaksanakan suatu penelitian yang berisi hubungan antar variabel yang

didasarkan pada teori atau jurnal yang dimuat pada penelitian-penelitian yang

sudah ada sebelumnya.


42

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang telah dibahas

di atas, maka dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

1. Variabel pendidikan (didik) diduga berpengaruh positif terhadap keputusan

perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) (H1),

2. Variabel tempat tinggal (lok) (perdesaan) diduga berpengaruh positif

terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) (H2),

3. Variabel umur (umur) diduga berpengaruh positif terhadap keputusan

perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) (H3).

4. Variabel anggota rumah tangga (art) diduga berpengaruh positif terhadap

keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi

(bekerja) (H4).

5. Variabel keberadaan balita (balita) diduga berpengaruh negatif terhadap

keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi

(bekerja) (H5).

6. Variabel kedudukan dalam rumah tangga (kdrt) diduga berpengaruh positif

terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) (H6).

7. Variabel pelatihan dan sertifikat (lat) diduga berpengaruh positif terhadap

keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi

(bekerja) (H7).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

Creswell (2014) berpendapat bahwa variabel mengacu pada suatu

karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh individu atau organisasi yang dapat

diukur atau dinilai berdasarkan satu skala. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005),

pada penelitian kuantitatif variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel

bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel

bebas adalah variabel-variabel yang (mungkin) menyebabkan, mempengaruhi,

ataupun mempunyai efek pada hasilnya nanti dan keberadaannya dapat

menjelaskan terjadinya topik penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah

variabel-variabel yang bergantung pada variabel bebasnya dan merupakan hasil

dari pengaruh variabel bebas. Pada penelitian ini, keputusan perempuan usia kerja

berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di Indonesia bertindak

sebagai variabel terikat, sedangkan pendidikan, tempat tinggal, umur, anggota

rumah tangga, keberadaan balita, kedudukan dalam rumah tangga, pelatihan dan

sertifikat sebagai variabel bebas.

Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah :

3.1.1 Variabel Terikat

1. Keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam

kegiatan ekonomi (bekerja)

43
44

Dalam penelitian ini, keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) merupakan variabel terikat.

Keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat aktif atau tidak aktif

dalam kegiatan ekonomi adalah keputusan perempuan berstatus kawin untuk

bekerja atau tetap mengurus rumah tangga. Variabel keputusan perempuan ini

termasuk dalam variabel dummy, dimana 1 untuk responden aktif dalam kegiatan

ekonomi (bekerja) dan 0 untuk responden tidak aktif dalam kegiatan ekonomi

(mengurus rumah tangga).

3.1.2 Variabel Bebas

1. Pendidikan (didik)

Jenjang pendidikan yang berhasil ditempuh atau diselesaikan pada

pendidikan formal untuk yang terakhir kali, dihitung berdasarkan lama masa

pendidikan yang dihabiskan dengan penjelasan sebagai berikut :

a. 0  Tidak punya ijazah SD

b. 6  Paket A, SDLB, SD/MI

c. 9  Paket B, SMPLB, SMP/MTs

d. 12  Paket C, SMLB, SMA/MA

e. 13,5  Diploma I/II

f. 15  Diploma III

g. 16  Diploma IV/S1

h. 18  S2

i. 21  S3
45

2. Tempat Tinggal (lok)

Dibedakan berdasarkan desa/kota. Dimana 1 menunjukkan bahwa

responden bertempat tinggal di perdesaan dan 0 menunjukkan bahwa responden

bertempat tinggal di perkotaan.

3. Umur (umur)

Segi umur sangat fleksibel bahwa pekerjaan ini tak mengenal usia. Mulai

dari anak-anak sampai orang tua renta dan pada penelitian ini batasan umur

minimal responden yang disurvei adalah 15 tahun. Dihitung dari ulang tahun

terakhir. Diukur dalam satuan tahun.

4. Anggota Rumah Tangga (art)

Yaitu banyaknya anggota rumah tangga yang terdiri dari keluarga inti

ataupun orang lain yang berada atau hidup dalam satu rumah dan ditanggung oleh

responden. Pada penelitian ini anggota rumah tangga yang dimaksud adalah

banyaknya anggota rumah tangga yang berumur 5 tahun ke atas. Diukur dalam

satuan orang.

5. Keberadaan Balita (balita)

Dibedakan berdasarkan ada tidaknya balita yang menjadi tanggungan bagi

responden. Dimana 1 menunjukkan bahwa ada balita dan 0 menunjukkan bahwa

tidak ada balita.

6. Kedudukan Dalam Rumah Tangga (kdrt)

Yaitu status atau kedudukan perempuan Usia Kerja dengan status kawin

dalam rumah tangganya. Pada penelitian dibedakan menjadi dua variabel dummy,
46

dimana 1 menunjukkan bahwa perempuan sebagai kepala rumah tangga dan 0

menunjukkan bahwa perempuan bukan sebagai kepala rumah tangga.

7. Pelatihan dan Sertifikat (lat)

Pada penelitian ini yang dimaksud pelatihan dan sertifikat tersebut adalah

keikutsertaan responden dalam pelatihan/kursus/training dan memperoleh

sertifikat, dengan skala pengukuran dimana 1 yang berarti Ya dan 0 yang berarti

Tidak. Pertanyaan ini ada pada kuesioner dengan kode pertanyaan b5_r1d.

3.2 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang berbentuk angka yang bersifat objektif dan bisa dimengerti oleh semua

orang sedangkan sumber datanya berasal dari data sekuder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro

dan Supomo, 2002). Data sekunder yang digunakan berasal dari data mentah hasil

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2017 dan data yang diperoleh

dari sumber kepustakaan lainnya.

3.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang bersifat representatif sehingga pada akhirnya menghasilkan

kesimpulan yang dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2007). Penelitian

ini berasal dari data individu hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

pada tahun 2017. Dari data tersebut diperoleh sampel data perempuan umur 15

tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan definisi penduduk usia kerja. Jumlah
47

sampel perempuan usia kerja berstatus kawin yang bekerja dan mengurus rumah

tangga dalam Sakernas Agustus 2017 sebanyak 176.005 responden dari 34

provinsi di Indonesia.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti baik berupa angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),

dokumentasi dan lainnya untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian yang

nantinya digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian

(Riduwan, 2013). Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode pengumpulan data dengan dokumentasi dimana data

diperoleh dari row data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada bulan

Agustus tahun 2017 yang berasal dari BPS dan penelitian kepustakaan (library

research).

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk

menyederhanakan data sehingga menghasilkan data yang lebih mudah untuk

dibaca dan ditafsirkan. Metode yang dipilih dalam analisis data harus sesuai

dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis data sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi silang (crosstab).

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum karakteristik

perempuan yang bekerja dan mengurus rumah tangga berstatus kawin serta g
48

memberikan gambaran perempuan usia kerja berstatus kawin yang memutuskan

untuk bekerja menurut status pekerjaan utamanya yang ada di Indonesia pada

tahun 2017.

3.5.2 Regresi Logistik Biner

Regresi logistik (logistic regression) sebenarnya sama dengan analisis regresi

berganda, hanya variabel terikatnya merupakan variabel kategori. Dengan kata lain,

regresi logistik biner adalah suatu metode analisis data yang digunakan untuk

mencari hubungan antara variabel terikat (y) yang bersifat biner/dikotomi (yang

dinotasikan dengan 0 dan 1) dengan variabel bebas (x) (Hosmer dan Lemeshow,

2000), maka terbentuklah fungsi distribusi logistik sebagai berikut :

1
Pi  (  xi )
1 e

Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:

1 e zi
Pi  
1  e  zi 1  e zi

Dimana Z i =   X i

Persamaan diatas lebih dikenal sebagai logistic distribution function.

Apabila dimisalkan persamaan Pi adalah keputusan perempuan usia kerja terlibat

dalam kegiatan ekonomi (bekerja) maka selain persamaan untuk menentukan

kejadian di atas, perlu juga menentukan persamaan kejadian tidak bekerja

(mengurus rumah tangga) (1- Pi), sehingga didapat persamaan seperti dibawah ini:

e zi 1
1  P1  1  
1 e zi
1  e zi
49

Setelah didapatkan persamaan di atas, maka selanjutnya dapat juga dibuat rasio

peluang (Odd Ratio) dari rasio probabilitas keputusan perempuan usia kerja terlibat

dalam kegiatan ekonomi (bekerja) terhadap probabilitas tidak bekerja, yang ditulis

seperti dibawah.

e zi
 1  e  e zi
Pi zi

1  Pi 1
1  e zi

Untuk mendapatkan nilai z yang sudah linear maka diperlukan treatment tambahan

setelah melakukan odd ratio, yakni dengan mengalikan persamaan diatas dengan

Logaritma Natural, dengan tujuan membuat persamaan menjadi linear, sehingga

bentuk persamaan akan menjadi seperti dibawah ini:

 P 
ln  i   Z i    X i
 1  Pi 

Logaritma Natural atau ln dari odds ratio tidak hanya bersifat linear pada X tetapi

juga bersifat linear terhadap parameter. Persamaan tersebut yang kemudian dikenal

sebagai model logit (Gujarati dan Porter, 2009).

Dari uraian di atas, persamaan model probabilitas keputusan perempuan

usia kerja berstatus kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di

Indonesia dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 P 
ln  i  =∝ +𝛽1 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 + 𝛽2 𝑙𝑜𝑘 + 𝛽3 𝑢𝑚𝑢𝑟 + 𝛽4 𝑢𝑚𝑢𝑟 2 + 𝛽5 𝑎𝑟𝑡 +
 1  Pi 

𝛽6 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 + 𝛽7 𝑘𝑑𝑟𝑡 + 𝛽8 𝑙𝑎𝑡

dimana :

Pi = probabilitas bekerja
50

didik = pendidikan

lok = tempat tinggal (desa)

art = anggota rumah tangga

balita = keberadaan balita (ada balita)

kdrt = kedudukan dalam rumah tangga (sebagai kepala rumah

tangga)

lat = Pelatihan dan Sertifikat (ya)


BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1 Analisis Deskriptif Variabel Bebas

4.1.1 Variabel Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di Indonesia karena dengan

pendidikan seseorang yang semakin tinggi maka diharapkan akan semakin

bertambah kualitas diri baik itu kualitas dalam menyikapi sesuatu hal maupun

kualitas intelektualnya. Indonesia menjadikan pendidikan menjadi salah satu

bagian dari sumber hukum di Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 pasal

31 ayat 1-5, dimana pendidikan merupakan salah satu hak dari setiap warga

negara maka dari itu Indonesia mengalokasikan sebagian Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) sebesar 20% dari APBN dan APBD untuk membiayai pendidikan dasar

yang saat ini adalah 9 tahun demi mencetak SDM yang berkualitas demi

kemajuan bangsa.

Pada tabel 4.1 dibawah ini menjelaskan bahwa pendidikan perempuan di

Indonesia pada tahun 2017 didominasi oleh pendidikan tertinggi yang ditamatkan

kurang dari sama dengan SD yaitu sebesar 83.250 orang atau 47,30 % dari total

perempuan berstatus kawin yang bekerja dan mengurus rumah tangga. Hal ini

mengindikasikan bahwa kesadaran perempuan Indonesia akan pentingnya

pendidikan masih rendah. Tetapi disisi lain pada jumlah perempuan yang bekerja

51
52

jumlah tertinggi berada pada pendidikan tertinggi yang ditamatkan kurang dari

sama dengan SD yaitu 15.635.935 orang (26,90%). Jumlah tersebut cukup

seimbang jika dibandingkan dengan perempuan yang mengurus rumah tangga

yaitu 35.905 orang (20,40%). Pada perempuan bekerja dengan pendidikan kurang

dari sama dengan SD tentunya mengisyaratkan bahwa perempuan tersebut bekerja

di sektor informal, yang artinya pekerjaan yang dilakukan tidak menuntut suatu

keahlian khusus. Di lain pihak pemerintah berharap perempuan juga berhak

mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana laki-laki karena secara tidak

langsung dengan pendidikan yang tinggi dapat mencetak generasi penerus bangsa

yang berkualitas.

Pada pendidikan tertinggi yang ditamatkan semakin tinggi pendidikan

maka semakin rendah persentase yang bekerja yaitu kurang dari sama dengan SD

26,90%, SMP 9,23%, SMA 8,20%, SMK 3,30%, Diploma I/II/III/Akademi

2,11%, tetapi pada pendidikan Universitas (S1/S2/S3) persentase meningkat

sebesar 6,48%. Seirama dengan jumlah perempuan berstatus kawin yang

mengurus rumah tangga, semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah

persentase mengurus rumah tangga yaitu kurang dari sama dengan SD 20,40%,

SMP 9,66%, SMA 8,47%, SMK 3,06%, Diploma I/II/III/Akademi 0,89%, dan

pada pendidikan Universitas (S1/S2/S3) sedikit meningkat jika dibandingkan

dengan pendidikan Diploma I/II/III/Akademi yaitu sebesar 1,31%. Hal ini

menandakan bahwa semakin banyak tenaga kerja perempuan berstatus kawin

yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dengan pendidikan yang semakin tinggi.

Karena dengan menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dapat


53

memberikan motivasi perempuan berstatus kawin untuk bekerja. Sehingga

pendidikan yang sudah dicapai tidak menjadi sia-sia

Tabel 4.1
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Pendidikan di Indonesia
Tahun 2017

Keputusan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan


Perempuan Diploma
Universitas Total
Berstatus <=SD SMP SMA SMK I/II/III/
Kawin (S1/S2/S3)
Akademi
Bekerja 47.345 16.237 14.426 5.806 3.712 11.405 98.931
% 26,90 9,23 8,20 3,30 2,11 6,48 56,21
Mengurus
rumah 35.905 17.000 14.900 5.389 1.566 2.314 45.340
tangga
% 20,40 9,66 8,47 3,06 0,89 1,31 43,79

Total 5.278 13.719 176.005


83.250 33.237 29.326 11.195
% 47,30 18,88 16,66 6,36 3,00 7,79 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

4.1.2 Variabel Tempat Tinggal

Pada PUK perempuan berstatus kawin menurut daerah tempat tinggalnya

dapat diketahui bahwa jumlah yang bekerja sebesar 37.274 orang (21,16 %)

tinggal di daerah perkotaan, 39.827 orang (22,63 %) tinggal di daerah perdesaan

dan yang mengurus rumah tangga sebesar 42.752 orang (24,29 %) tinggal di

daerah perkotaan, 56.179 orang (31,92 %) tinggal di daerah perdesaan dimana

total perempuan yang mengurus rumah tangga jumlahnya relatif lebih besar jika

dibandingkan dengan yang bekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan

perempuan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi dalam hal ini bekerja atau

mengurus rumah tangga belum tentu didasarkan pada daerah tempat tinggal

melainkan dapat didasarkan pada kebutuhan yang harus dipenuhi demi

kelangsungan hidup keluarganya.


54

Tabel 4.2
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Daerah di Indonesia
Tahun 2017

Keputusan Perempuan Daerah Tempat Tinggal


Total
Berstatus Kawin Perkotaan Perdesaan
Bekerja 37.247 39.827 77.074
% 21,16 22,63 43,79%
Mengurus rumah 42.752 56.179 98.931
tangga
% 24,29 31,92 56,21
Total 79.999 96.006 176.005
% 45,45 54,55 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

4.1.3 Variabel Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan

perempuan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi dalam hal ini bekerja atau tidak

bekerja, tetapi ada salah satu hal unik dari umur dimana pada umur tertentu

seseorang akan memasuki usia produktif dan tidak produktif yang jika

digambarkan akan membentuk suatu grafik yang berbentuk kurva parabola (U

terbalik). Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3 bahwa ada saat dimana pada

masing-masing kelompok umur terjadi kenaikan kemudian penurunan.

Pada PUK perempuan berstatus kawin umur 30-44 tahun adalah masa

puncak untuk perempuan berstatus kawin dalam bekerja dimana 14.121 orang

(8,02%) pada umur 30-34 tahun, 16.272 orang (9,25%) pada umur 35-39 tahun,

dan 15.918 orang (9,04%) pada umur 40-44 tahun, di lain pihak pada umur 25-39

tahun adalah masa puncak untuk perempuan berstatus kawin dalam mengurus

rumah tangga dimana 10.201 orang (5,80%) pada umur 25-29 tahun, 11.652 orang

(6,62%) pada umur 30-34 tahun , dan 10.939 orang (6,22%) pada umur 35-39
55

tahun. Kemudian pada umur setelahnya jumlah tersebut berkurang dengan

sendirinya.

Tabel 4.3
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Umur di Indonesia
Tahun 2017

Keputusan Perempuan Berstatus Kawin


Kelompok Mengurus Total %
Umur Bekerja % rumah %
(tahun) tangga
15-19 587 0,33 1.495 0,85 2.082 1,18
20-24 3.872 2,20 6.427 3,65 10.299 5,85
25-29 9.638 5,48 10.201 5,80 19.839 11,27
30-34 14.121 8,02 11.652 6,62 25.773 14,64
35-39 16.272 9,25 10.939 6,22 27.211 15,46
40-44 15.918 9,04 9.229 5,24 25.147 14,29
45-49 13.953 7,93 8.078 4,59 22.031 12,52
50-54 11.020 6,26 6.347 3,61 17.367 9,87
55-59 7.318 4,16 5.160 2,93 12.478 7,09
60-64 3.622 2,06 3.679 2,09 7.301 4,15
65 + 2.610 1,48 3.867 2,20 6.477 3,68
Total 98.931 56,21 77.074 43,79 176.005 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

4.1.4 Variabel Anggota Rumah Tangga

Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga di

Indonesia berkisar antara 1-20 orang anggota rumah tangga yang berumur 5 tahun

ke atas. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga mengindikasikan bahwa di

Indonesia masih banyak penduduk yang hidup dalam satu rumah tangga meskipun

umurnya sudah memasuki usia produktif dan bahkan sudah bekerja.

Tabel 4.4 menjelaskan jika jumlah anggota rumah tangga semakin banyak

maka jumlah yang bekerja semakin menurun dimana jumlah anggota rumah

tangga 1-4 orang sebesar 69.492 orang (39,48%), anggota rumah tangga 5-8 orang
56

sebesar 28.391 orang (16,13%), anggota rumah tangga 9-12 orang sebesar 985

orang (0,56%), anggota rumah tangga 13-16 orang sebesar 62 orang (0,04%) dan

persentase anggota rumah tangga 17-20 orang hanya sebesar 1 orang (0,00%). Hal

ini disebabkan sebagian dari anggota rumah tangga ikut aktif dalam bekerja

sehingga secara otomatis akan meringankan beban dalam suatu rumah tangga

karena pada penelitian ini anggota rumah tangga adalah anggota keluarga yang

berumur lima tahun ke atas.

Pada perempuan berstatus kawin yang mengurus rumah tangga secara

berturut-turut yaitu 53.890 orang (30,62%) pada anggota rumah tangga 1-4 orang,

22.166 orang (12,59%) pada anggota rumah tangga 5-8 orang, 948 orang (0,54%)

pada anggota rumah tangga 9-12 orang, 67 orang (0,04%) pada pada anggota

rumah tangga 13-16 orang, dan 4 orang (0,00%) pada anggota rumah tangga 17-

20 orang.

Tabel 4.4
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Anggota Rumah Tangga
di Indonesia Tahun 2017

Keputusan Jumlah Anggota Rumah Tangga (orang)


Perempuan
Total
Berstatus 1-4 5-8 9-12 13-16 17-20
Kawin
Bekerja 69.492 28.391 985 62 1 98.931
% 39,48 16,13 0,56 0,04 0,00 56,21
Mengurus
53.890 22.166 948 67 3 77.074
rumah tangga
% 30,62 12,59 0,54 0,04 0,00 43,79
Total 123.382 50.557 1.933 129 4 176.005
% 70,10 28,72 1,10 0,07 0,00 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)
57

4.1.5 Variabel Keberadaan Balita

Keberadaan balita merupakan salah satu faktor yang mendasari

pengambilan keputusan perempuan berstatus kawin terlibat untuk bekerja. Hal ini

berkaitan dengan siapa yang akan merawat balita mereka dan bagaimana

perkembangan balita mereka jika ditinggal bekerja. Pada tabel 4.6 dapat diketahui

bahwa jumlah perempuan yang bekerja lebih besar 2x lipat tanpa keberadaan

balita yaitu 68.212 orang (38,76%) untuk yang bekerja jika dibandingkan dengan

adanya balita yaitu 30.719 orang (17,45%) untuk yang bekerja.

Pada perempuan yang mengurus rumah tangga jumlah yang tidak

memiliki balita masih sangat besar yaitu 44.656 orang (25,37%). Hal ini

mengindikasikan bahwa masih kurangnya kesadaran perempuan untuk bekerja.

Tabel 4.5
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Keberadaan Balita
di Indonesia Tahun 2017
Keputusan Keberadaan Balita
Perempuan Total
Berstatus Kawin Ada Balita Tidak Ada Balita
Bekerja 30.719 68.212 98.931
% 17,45 38,76 56,21
Mengurus
32.418 44.656 77.074
rumah tangga
% 18,42 25,37 43,79
Total 63.137 112.868 176.005
% 35,87 64,13 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

4.1.6 Variabel Kedudukan Dalam Rumah Tangga

Kedudukan perempuan berstatus kawin sebagai kepala rumah tangga pada

tabel 4.6 mencapai 3.386 orang (1,92%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada

beberapa perempuan berstatus kawin yang mempunyai tanggung jawab atas

kebutuhan sehari-hari, baik itu mengatur berbagai jenis pengeluaran rumah tangga
58

atau menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rumah

tangga dari sekelompok anggota rumah tangga walaupun sebenarnya tugas

tersebut adalah bagian dari tanggung jawab suami.

Kedudukan dalam rumah tangga yang bukan berstatus sebagai kepala

rumah tangga sebesar 96.536 orang (54,85%) yang bekerja sedangkan yang

berstatus sebagai kepala rumah tangga sebesar 2.395 orang (1,36%) yang bekerja.

Kedudukan dalam rumah tangga yang berstatus bukan sebagai kepala

rumah tangga sebesar 76.083 orang (43,23%) yang mengurus rumah tangga

sedangkan yang berstatus sebagai kepala rumah tangga sebesar 991 orang (0,56%)

yang mengurus rumah tangga.

Tabel 4.6
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Kedudukan
Dalam Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2017

Kedudukan Dalam Rumah Tangga


Keputusan
Perempuan bukan sebagai Total
sebagai kepala
Berstatus Kawin kepala rumah
rumah tangga
tangga
Bekerja 2.395 96.536 98.931
% 1,36 54,85 56,21
Mengurus rumah
991 76.083 77.074
tangga
% 0,56 43,23 43,79
Total 3.386 172.619 176.005
% 1,92 98,08 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

4.1.7 Variabel Pelatihan dan Sertifikat

Saat ini beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta mengadakan

bermacam bentuk pelatihan yang bersertifikasi ataupun tidak dalam menunjang

keterampilan, keahlian dan kompetensi bagi tenaga kerja untuk bersaing masuk

dalam pasar kerja ataupun untuk menambah kompetensi tenaga kerja agar menjadi
59

SDM yang berdaya saing. Bahkan beberapa instansi pemerintah menawarkan

pelatihan yang bersertifikasi secara gratis. Hal ini tidak lain untuk memberi

kesempatan kepada tenaga kerja khususnya perempuan yang berstatus kawin

bahwa status tidak membatasi ruang geraknya untuk ikut aktif dalam kegiatan

ekonomi.

Tetapi saat ini antusias perempuan berstatus kawin masih sangat kurang,

ini terlihat dari tabel 4.7 secara keseluruhan. Perempuan yang mengikuti pelatihan

dan bersertifikat hanya sebesar 14.875 orang (8,45%) yang bekerja sedangkan

yang tidak mengikuti pelatihan dan tidak bersertifikat sebesar 84.056 orang

(47,76%) yang bekerja.

Pada perempuan yang mengikuti pelatihan dan bersertifikat sebesar 5.329

orang (3,03%) yang mengurus rumah tangga sedangkan yang tidak mengikuti

pelatihan dan tidak bersertifikat sebesar 71.745 orang (40,76%) yang mengurus

rumah tangga.

Tabel 4.7
Keputusan Perempuan Berstatus Kawin Menurut Pelatihan dan
Sertifikat di Indonesia Tahun 2017

Keputusan Pelatihan dan Sertifikat


Perempuan
Total
Berstatus Ya Tidak
Kawin
Bekerja 14.875 84.056 98.931
% 8,45 47,76 56,21
Mengurus
5.329 71.745 77.074
rumah tangga
% 3,03 40,76 43,79
Total 20.204 155.801 176.005
% 11,48 88,52 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)
60

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Bebas Keputusan Perempuan Berstatus

Kawin Untuk Bekerja

Untuk lebih mengetahui mengenai gambaran perempuan usia kerja

berstatus kawin yang memutuskan untuk bekerja maka pada penelitian ini akan

ditampilkan crosstab yang menyandingkan variabel bebas dengan status pekerjaan

utama.

4.2.1 Variabel Pendidikan

Tabel 4.8
Perempuan Yang Bekerja Menurut Pendidikan dan Status Pekerjaan Utama
di Indonesia Tahun 2017

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan


Status Pekerjaan Diploma
Universitas Total
Utama <=SD SMP SMA SMK I/II/III/
(S1/S2/S3)
Akademi
Berusaha sendiri 9.670 3.969 3.356 1.333 335 432 19.095
Berusaha
dibantu buruh
7.155 2.584 2.012 842 143 216 12.952
tidak tetap/tak
dibayar
Berusaha
dibantu buruh 385 252 459 147 88 212 1.543
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/
5.312 3.242 4.770 2.246 2.912 10.146 28.628
pegawai
Pekerja bebas di
2.727 423 134 40 1 2 3.327
pertanian
Pekerja bebas di
920 364 145 84 6 5 1.524
non pertanian
Pekerja
keluarga/tak 21.176 5.403 3.550 1.114 227 392 31.862
dibayar
Total 47.345 16.237 14.426 5.806 3.712 11.405 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.8 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang

bekerja menurut pendidikan dan status pekerjaan utama adalah pekerja

keluarga/tak dibayar dengan pendidikan kurang dari sama dengan SD yaitu


61

sebesar 21.176 orang dimana perempuan yang ada pada posisi ini dimanfaatkan

tenaganya untuk menghasilkan pendapat yang nantinya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya. Selanjutnya yang menduduki urutan kedua

adalah buruh/karyawan/pegawai dengan pendidikan universitas (S1/S2/S3) yaitu

sebesar 10.146 orang dimana perempuan pada posisi ini mempunyai kualitas

SDM yang memadai, mereka dengan pendidikan yang tinggi tidak menyia-

nyiakan ilmu yang mereka miliki sehingga memutuskan untuk bekerja.

Pekerja bebas di pertanian ataupun non pertanian menduduki urutan

terakhir dengan pendididikan Diploma I/II/III/Akademi sebesar 1 orang untuk

pekerja bebas di pertanian dan 6 orang untuk pekerja bebas di non pertanian

sedangkan pada pendidikan Universitas (S1/S2/S3) sebesar 2 orang untuk pekerja

bebas di pertanian dan 5 orang untuk pekerja bebas di non pertanian. Hal ini

mengindikasikan bahwa dengan pendidikan yang tinggi perempuan bekerja untuk

memiliki kehidupan yang lebih mapan dan beranggapan menjadi pekerja bebas

tidak menjamin kehidupan yang lebih baik untuk dirinya sendiri ataupun

keluarganya.

4.2.2 Variabel Tempat Tinggal

Tabel 4.9
Perempuan Yang Bekerja Menurut Daerah dan Status Pekerjaan Utama di
Indonesia Tahun 2017

Daerah Tempat Tinggal


Status Pekerjaan Utama Total
Perkotaan Perdesaan
Berusaha sendiri 9.612 9.483 19.095
Berusaha dibantu buruh
5.036 7.916 12.952
tidak tetap/tak dibayar
Berusaha dibantu buruh
1.107 436 1.543
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 18.208 10.420 28.628
62

Daerah Tempat Tinggal


Status Pekerjaan Utama Total
Perkotaan Perdesaan
Pekerja bebas di
718 2.609 3.327
pertanian
Pekerja bebas di non
846 678 1.524
pertanian
Pekerja keluarga/tak
7.225 24.637 31.862
dibayar
Total 42.752 56.179 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.9 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang

bekerja menurut daerah dan status pekerjaan utama adalah pekerja keluarga/tak

dibayar dengan tempat tinggal perdesaan yaitu sebesar 24.637 orang. Hal ini

mengindikasikan bahwa masih sangat tinggi hubungan keeratan dalam keluarga

yang ada di perdesaan karena perempuan tersebut mau untuk bekerja tanpa

dibayar. Selanjutnya yang menduduki urutan kedua adalah

buruh/karyawan/pegawai dengan tempat tinggal perkotaan yaitu sebesar 18.208

orang. Hal ini mengindikasikan bahwa cukup banyak lowongan pekerjaan bagi

perempuan yang bertempat tinggal di perkotaan.

Selanjutnya di urutan terakhir ada perempuan yang berusaha dibantu buruh

tetap/dibayar atau lebih dimaknai dengan perempuan yang berwirausaha yang

tinggal di perdesaan yaitu sebesar 436 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa

usaha yang dilakukan di perdesaan cukup sulit menghasilkan pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga terlebih lagi dengan mempunyai buruh yang harus

dibayar.
63

4.2.3 Variabel Umur

Tabel 4.10
Perempuan Yang Bekerja Menurut Umur dan Status Pekerjaan Utama di
Indonesia Tahun 2017

Status Pekerjaan Utama


Berusaha Berusaha
Kelompok dibantu dibantu Pekerja Pekerja Total
Umur buruh tidak buruh Buruh/ Pekerja bebas di keluarga/
(tahun) Berusaha tetap/tak tetap/ karyawan/ bebas di non tak
sendiri dibayar dibayar pegawai pertanian pertanian dibayar
15-19 75 45 - 148 16 11 292 587
20-24 614 291 25 1.408 93 63 1.378 .872
25-29 1.562 791 82 4.081 155 136 2.831 .638
30-34 2.578 1.497 195 5.363 303 227 3.958 4.121
35-39 3.055 2.149 260 5.226 474 277 4.831 6.272
40-44 3.229 2.311 280 4.293 587 283 4.935 15.918
45-49 2.791 2.063 280 3.667 568 234 4.350 13.953
50-54 2.208 1.578 192 2.695 510 131 3.706 11.020
55-59 1.524 1.124 112 1.385 314 99 2.760 7.318
60-64 831 634 67 238 180 40 1.632 3.622
65 + 628 469 50 124 127 23 1.189 2.610
Total 19.095 12.952 1.543 28.628 3.327 1.524 31.862 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.10 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang

bekerja menurut umur dan status pekerjaan utama adalah

buruh/karyawan/pegawai yang berumur 30-34 tahun yaitu sebesar 5.363 orang.

Selanjutnya yang menduduki urutan kedua adalah buruh/karyawan/pegawai yang

berumur 35-39 tahun yaitu sebesar 5.226 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa

pada umur 30-39 semangat kerja perempuan cukup tinggi untuk bekerja di luar

rumah. Tetapi pada umur 60-65+ tahun partisipasi kerja perempuan menurun dari

semua aspek status pekerjaan utama. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan

bertambahnya umur, berkurang pula produktifitas atau pun kekuatan perempuan

dalam bekerja. Terlebih pada umur tersebut banyak perusahaan dan instansi-
64

instansi yang memberi batasan umur bagi buruh/karyawan/pegawai atau berada

pada masa pensiun.

4.2.4 Variabel Anggota Rumah Tangga

Tabel 4.11
Perempuan Yang Bekerja Menurut Anggota Rumah Tangga
dan Status Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2017

Status Jumlah Anggota Rumah Tangga (orang)


Pekerjaan Total
Utama 1-4 5-8 9-12 13-16 17-20
Berusaha
13.743 5.177 166 9 19.095
sendiri -
Berusaha
dibantu
buruh tidak 8.510 4.290 141 10 1 12.952
tetap/tak
dibayar
Berusaha
dibantu
1.053 469 21 1.543
buruh - -
tetap/dibayar
Buruh/karya
20.063 8.239 308 18 28.628
wan/pegawai -
Pekerja
bebas di 2.479 826 19 3 3.327
-
pertanian
Pekerja
bebas di non 1.043 463 18 1.524
- -
pertanian
Pekerja
keluarga/tak 22.601 8.927 312 22 - 31.862
dibayar
Total 69.492 28.391 985 62 1 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.11 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang bekerja

menurut anggota rumah tangga dan status pekerjaan utama adalah pekerja

keluarga/tak dibayar yang memiliki jumlah anggota rumah tangga 1-4 orang yaitu

sebesar 22.601 orang. Hal ini mengindikasikasikan bahwa dengan bekerja dalam

keluarga perempuan masih bisa bertanggung jawab penuh atas anggota rumah

tangga karena dalam usaha keluarga tidak memberi batasan waktu untuk para
65

anggota keluarganya atau dapat diartikan jam kerjanya bebas dan tidak mengikat.

Selanjutnya yang menduduki urutan kedua adalah buruh/karyawan/pegawai yang

memiliki jumlah anggota rumah tangga 1-4 orang yaitu sebesar 20.063 orang. Hal

ini mengindikasikan bahwa dengan jumlah anggota rumah tangga tersebut

perempuan masih bisa membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangganya

walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pilihan bekerja dengan status

buruh/karyawan/pegawai cukup menyita waktu perempuan untuk berada di luar

rumah.

4.2.5 Variabel Keberadaan Balita

Tabel 4.12
Perempuan Yang Bekerja Menurut Keberadaan Balita dan Status Pekerjaan
Utama di Indonesia Tahun 2017

Keberadaan Balita
Status Pekerjaan Utama Total
Ada Balita Tidak Ada Balita
Berusaha sendiri 5.667 13.428 19.095
Berusaha dibantu buruh
3.845 9.107 12.952
tidak tetap/tak dibayar
Berusaha dibantu buruh
423 1.120 1.543
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 10.189 18.439 28.628
Pekerja bebas di
742 2.585 3.327
pertanian
Pekerja bebas di non
429 1.095 1.524
pertanian
Pekerja keluarga/tak
9.424 22.438 31.862
dibayar
Total 30.719 68.212 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.12 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang bekerja

menurut keberadaan balita dan status pekerjaan utama adalah pekerja keluarga/tak

dibayar yang tidak memiliki balita yaitu sebesar 22.438 orang. Selanjutnya yang

menduduki urutan kedua adalah buruh/karyawan/pegawai yang tidak memiliki


66

balita yaitu sebesar 18.439 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan tidak

ada balita partisipasi kerja perempuan sangat tinggi dikarenakan perempuan tidak

mempunyai beban berat sebagai seorang ibu yang harus mengasuh dan merawat

balitanya. Terlebih saat ini banyaknya kejahatan yang menimpa pada balita akibat

dari pengasuhnya dan juga dibutuhkan biaya yang lebih besar dari untuk

mengasuh balita. Untuk itu perempuan yang memiliki balita cenderung

memutuskan untuk tidak bekerja (mengurus rumah tangganya).

4.2.6 Variabel Kedudukan Dalam Rumah Tangga

Tabel 4.13
Perempuan Yang Bekerja Menurut Kedudukan
Dalam Rumah Tangga dan Status Pekerjaan Utama
di Indonesia Tahun 2017

Kedudukan Dalam Rumah Tangga


Status Pekerjaan Utama bukan sebagai Total
sebagai kepala
kepala rumah
rumah tangga
tangga
Berusaha sendiri 805 18.290 19.095
Berusaha dibantu buruh
537 12.415 12.952
tidak tetap/tak dibayar
Berusaha dibantu buruh
68 1.475 1.543
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 738 27.890 28.628
Pekerja bebas di
133 3.194 3.327
pertanian
Pekerja bebas di non
57 1.467 1.524
pertanian
Pekerja keluarga/tak
57 31.805 31.862
dibayar
Total 2.395 96.536 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 4.13 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang bekerja

menurut kedudukan dalam rumah tangga dan status pekerjaan utama adalah

pekerja keluarga/tak dibayar yang bukan sebagai kepala rumah tangga yaitu
67

sebesar 31.805 orang. Selanjutnya yang menduduki urutan kedua adalah

buruh/karyawan/pegawai yang bukan sebagai kepala rumah tangga yaitu sebesar

27.890 orang dan yang menduduki urutan ketiga adalah berusaha sendiri yang

bukan sebagai kepala rumah tangga yaitu sebesar 18.290 orang. Dari tabel 4.13

urutan 1-3 didominasi oleh perempuan yang bukan sebagai kepala rumah tangga

dimana pada posisi tersebut mereka lebih leluasa dalam menggunakan upah dari

hasil kerja mereka. Sedangkan pada perempuan yang berkedudukan sebagai

kepala rumah tangga mereka harus bisa mengatur keuangan rumah tangga baik itu

yang berasal dari suami ataupun dari perempuan itu sendiri. Sehingga perempuan

yang berkedudukan bukan sebagai kepala rumah tangga memiliki angka

partisipasi kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan perempuan yang

berkedudukan sebagai kepala rumah tangga.

4.2.7 Variabel Pelatihan dan Sertifikat

Tabel 4.14
Perempuan Yang Bekerja Menurut Pelatihan dan Sertifikat dan Status
Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2017

Pelatihan dan Sertifikat


Status Pekerjaan Utama Total
Ya Tidak
Berusaha sendiri 1.749 17.346 19.095
Berusaha dibantu buruh tidak
991 11.961 12.952
tetap/tak dibayar
Berusaha dibantu buruh
379 1.164 1.543
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 10.477 18.151 28.628
Pekerja bebas di pertanian 47 3.280 3.327
Pekerja bebas di non pertanian 83 1.441 1.524
Pekerja keluarga/tak dibayar 1.149 30.713 31.862
Total 14.875 84.056 98.931
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)
68

Pada tabel 4.14 yang menduduki urutan pertama dari perempuan yang

bekerja menurut pelatihan dan sertifikat dan status pekerjaan utama adalah pekerja

keluarga/tak dibayar yang tidak mengikuti pelatihan dan tidak memiliki sertifikat

yaitu sebesar 30.713 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa status pekerjaan ini

tidak memerlukan latihan khusus untuk meningkatkan kualitas kerja mereka.

Selanjutnya yang menduduki urutan kedua adalah

buruh/karyawan/pegawai yang tidak mengikuti pelatihan dan tidak memiliki

sertifikat yaitu sebesar 27.890 orang dan yang menduduki urutan ketiga adalah

berusaha sendiri yang tidak mengikuti pelatihan dan tidak memiliki yaitu sebesar

18.151 orang. Jika dilihat secara berurutan pentingnya pelatihan dan kepemilikan

sertifikat masih sangat kurang. Padahal saat ini pemerintah menggencarkan

pelatihan bersertifikat agar SDM di Indonesia lebih berkualitas dan berdaya saing.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Fungsi Probabilitas Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin

Untuk Bekerja

5.1.1 Deteksi Secara Parsial Pada Fungsi Probabilitas Perempuan Usia

Kerja Berstatus Kawin Untuk Bekerja

Analisis fungsi probabilitas pada penelitian ini adalah menggunakan model

regresi logistik biner. Model fungsi probabilitas pada penelitian ini merupakan

fungsi dari variabel pendidikan, tempat tinggal, umur, anggota rumah tangga,

keberadaan balita, kedudukan dalam rumah tangga, pelatihan dan sertifikat.

Tabel 5.1
Hasil Estimasi Probabilitas Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin
Untuk Bekerja

Variabel B Sig. Exp(B)


Pendidikan ,006 0,000 1,006
Tempat tinggal(1) ,353 0,000 1,423
Umur ,150 0,000 1,161
Umur_kuadrat -,002 0,000 0,998
Anggota rumah tangga -,006 0,056 0,994
Keberadaan balita(1) -,370 0,000 0,691
Kedudukan dalam Rumah Tangga(1) ,597 0,000 1,818
Pelatihan dan Sertifikat(1) ,918 0,000 2,503
Konstanta -3,054 0,000 0,047
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada variabel

anggota rumah tangga lebih dari 0,05 untuk tingkat kepercayaan 5% tetapi jika

69
70

digunakan tingkat kepercayaan 10% maka variabel tersebut mempengaruhi

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja.

Pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa semua variabel bebas mempunyai

nilai signifikansi (tingkat kepercayaan) kurang dari 0,10, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa setiap variabel bebas memiliki pengaruh terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja, sehingga model regresi

logistik yang terbentuk dari probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) di Indonesia, adalah :

 P 
ln  i  = −3,054 + 0,006 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 + 0,353 𝑙𝑜𝑘 + 0,150 𝑢𝑚𝑢𝑟
 1  Pi 

− 0,002 𝑢𝑚𝑢𝑟 2 − 0,006 𝑎𝑟𝑡 − 0,370 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 + 0,597 𝑘𝑑𝑟𝑡

+ 0,918 𝑙𝑎𝑡

Variabel Pendidikan

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk pendidikan yang bernilai

signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda positif karena nilai

signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽1 sebesar 0,006.

Variabel tempat tinggal

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk tempat tinggal yang

bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda positif karena nilai

signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽2 sebesar 0,353.


71

Variabel umur

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk umur yang bernilai

signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda positif karena nilai

signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽3 sebesar 0,150, sedangkan

untuk umur2 bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda negatif

karena nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽4 sebesar - 0,002.

Variabel anggota rumah tangga

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk anggota rumah tangga

yang bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda negatif karena

nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,056 untuk tingkat kepercayaan 10% dan

nilai 𝛽5 sebesar - 0,006.

Variabel keberadaan balita

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk keberadaan balita yang

bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda negatif karena nilai

signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽6 sebesar - 0,370.

Variabel kedudukan dalam rumah tangga

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk kedudukan dalam rumah

tangga yang bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda positif

karena nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽7 sebesar 0,597.
72

Variabel pelatihan dan sertifikat

Secara parsial probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus

kawin untuk bekerja memiliki estimasi koefisien untuk pelatihan dan sertifikat

yang bernilai signifikan dalam mempengaruhi model dan bertanda positif karena

nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dan nilai 𝛽8 sebesar 0,918.

5.1.2 Pengujian Secara Simultan Pada Fungsi Probabilitas Perempuan Usia

Kerja Berstatus Kawin Untuk Bekerja

Tabel 5.2
Hasil Estimasi Secara Simultan Variabel Determinan Perempuan Usia Kerja
Berstatus Kawin Untuk Bekerja

Chi-square 10.324,065
sig. 0,000
Overall Percentage 60,9
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)

Pada output Omnibus Test of Model Coefficients blok 1, selisih dari -2 Log

likelihood sama dengan nilai Chi-square yaitu sebesar 10.324,065 > nilai kritis 𝛘2

dari tabel Chi-square yaitu 15,5073, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

secara simultan ketujuh variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

Selanjutnya pada nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05

dengan hipotesis 0 (H0) tidak ada variabel bebas yang sigifikan mempengaruhi

variabel terikat, sehingga dapat diartikan bahwa ada minimal satu variabel bebas

yang berpengaruh secara signifikan pada variabel terikat. Hal ini menunjukkan

bahwa analisis yang lebih lanjut dapat digunakan pada model ini.

Pada output Classification Table blok 1 dapat diketahui bahwa model

yang digunakan telah cukup baik dimana 60,9 % mewakili situasi yang terjadi.
73

Terlebih Sakernas adalah survei yang dilaksanakan tingkat nasional yang tentunya

banyak sekali kendala yang dihadapi di lapangan oleh para surveior dalam

menjembati segala perbedaan yang ada di tiap-tiap wilayah di Indonesia.

5.2 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

5.2.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Perempuan Usia Kerja

Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja)

Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja akan naik 1,006

kali untuk setiap bertambahnya rata-rata lama pendidikan dalam jangka waktu 1

tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

perempuan usia kerja berstatus kawin maka semakin tinggi pula keinginan

perempuan untuk memutuskan ikut aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja). Hal

ini juga menguatkan dugaan pada hipotesis 1 bahwa variabel pendidikan

berpengaruh positif terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam

kegiatan ekonomi (bekerja).

Seperti diketahui bahwa, didalam setiap lowongan pekerjaan, syarat

pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan, misalnya ada batasan

minamal pendidikan yang dipersyaratkan untuk calon pelamar kerja. Artinya,

semakin tinggi pendidikan seseorang, dianggap orang tersebut juga semakin

memiliki kualitas yang baik. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi

oleh pemberi kerja dianggap akan lebih mampu memberikan output yang lebih

besar. Sehingga memiliki potensi ekonomi yang lebih besar juga.


74

Secara ekonomi pendidikan adalah investasi yang diharapkan akan

memberikan keuntungan yang lebih besar. Perkembangan pengetahuan seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, dan lamanya menempuh pendidikan akan

memperbesar peluang seseorang memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik di

bandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah. Karena itu, mereka yang

berpendidikan lebih tinggi merasa telah melakukan investasi pada sumberdaya

manusia khususnya dibidang pendidikan, sehingga mereka menginginkan

keuntungan dari investasi yang telah dilakukan dengan memperoleh pendapatan

yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Implikasinya, mereka yang memiliki pendidikan lebih baik, akan memiliki

peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuat perempuan

yang semakin tinggi tingkat pendidikannya akan merasa lebih percaya diri untuk

bersaing sehingga meningkatkan minat masuk ke pasar kerja.

. Tabel 5.3 memperlihatkan bagaimana pola rata-rata upah yang diterima

pekerja perempuan menurut pendidikannya. Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan, akan semakin besar rata-

rata upah yang diterima. Hal ini tentu akan menjadi dorongan bagi perempuan

yang berpendidikan lebih tinggi untuk bekerja, karena berpotensi untuk bisa lebih

banyak menghasilkan pendapatan bagi dirinya sendiri dan rumah tangganya.

Tabel 5.3
Rata-rata Upah Pekerja Perempuan Berstatus Kawin Menurut Pendidikan

Pendidkan Rata-rata Upah Sebulan


<=SD 919.278
SMP 1.263.320
75

Pendidkan Rata-rata Upah Sebulan


SMU 1.931.833
SMK 2.087.061
Diploma I/II/III/ Akademi 2.929.957
Universitas (S1/S2/S3) 3.642.306
Total 2.193.687
Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Hasil regresi pengaruh pendidikan terhadap partisipasi kerja perempuan

berstatus kawin menguatkan dugaan pada hipotesis 1 bahwa variabel pendidikan

berpengaruh positif terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam

kegiatan ekonomi (sebagai angkatan kerja). Hasil ini juga sejalan dengan yang

disampaikan oleh Simanjuntak (1985) dan Sumarsono (2003) dimana tingginya

tingkat pendidikan seseorang akan memiliki kecenderungan untuk memutuskan

untuk bekerja. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011),

Kotimah dan Wulandari (2014), Andriani (2016), Rahamah dan Bakar (2009),

Faridi, dkk (2009) memberikan kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam kegiatan

ekonomi.

5.2.2 Pengaruh Tempat Tinggal Terhadap Keputusan Perempuan Usia

Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi

(Bekerja) Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin di perdesaan 1,423 kali lebih mungkin

untuk memutuskan untuk bekerja dibanding perempuan usia kerja berstatus kawin

di perkotaan. Sehingga dapat diketahui bahwa perempuan usia kerja berstatus

kawin yang tinggal di perdesaan lebih memiliki kecenderungan untuk ikut aktif
76

dalam kegiatan ekonomi (bekerja) dibandingkan perempuan usia kerja berstatus

kawin yang tinggal di perkotaan.

Kondisi ekonomi penduduk di perdesaan pada umumnya lebih rendah

dibanding penduduk di perkotaan. Hal ini ditunjukkan oleh data BPS dimana

persentase penduduk miskin di perdesaan pada September 2017 mencapai 13,47

persen, sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 7,26 persen.

Selain itu, masih berdasarkan data BPS, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan

untuk barang makanan dan non makanan di daerah perdesaan pada tahun 2017

sebesar Rp.780.593,-. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan

untuk barang makanan dan non makanan di daerah perkotaan pada tahun 2017

sebesar Rp.1.263.526,-.

Kondisi kesejahteraan ekonomi di perdesaan yang rendah mendorong

lebih banyak perempuan di perdesaan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi

produktif untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi rumah tangganya. Ini

dilakukan meski dengan bayaran yang relatif lebih rendah.

Selain dari faktor kesejahteraan rumah tangga, faktor karakteristik

kesempatan kerja di perdesaan juga menentukan mengapa perempuan di

perdesaan cenderung lebih mudah terlibat dalam pekerjaan dibanding perempuan

di perkotaan. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa kesempatan kerja perempuan

menikah di perkotaan lebih banyak dari sektor perdagangan dan jasa. Sementara

itu kesempatan kerja perempuan menikah di perkotaan mayoritas dari sektor

pertanian.
77

Pekerjaan-pekerjaan di sektor pertanian tidak terlalu membutuhkan tenaga

kerja dengan kualifikasi pendidikan dan ketrampilan yang tinggi. Oleh karena itu,

perempuan di perdesaan cederung lebih mudah terserap dalam pekerjaan di sektor

tersebut. Apalagi pekerjaan di sektor pertanian memiliki jam kerja yang fleksibel

sehingga perempuan dapat membagi waktu antara pekerjaan domestik dan

pekerjaan publik dengan baik. Yang tentu saja hal ini semakin mendorong

perempuan di perdesaan lebih mudah masuk dan terlibat kedalam kegiatan

produktif.

Tabel 5.4
Komposisi Kesempatan Kerja (%) Menurut Sektor Lapangan Usaha

Sektor Lapangan Usaha Perkotaan Perdesaan


Pertanian 9,93 55,73
Pertambangan dan Penggalian 0,25 0,49
Industri 14,22 9,41
Listrik, Gas dan Air Minum 0,18 0,03
Konstruksi 0,36 0,20
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
39,59 20,02
Akomodasi
Transportasi, Pergudangan dan
0,94 0,25
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
2,48 0,46
Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
32,05 13,41
Perorangan
Total 100,00 100,00
Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Apabila merujuk pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persentase

angkatan kerja yang bekerja di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan

walaupun perbedaannya tidak begitu jauh, karena PUK di perkotaan lebih

mempunyai kesadaran untuk bekerja dan upah di perkotaan lebih menjanjikan..


78

Tetapi jika dilihat pada persentase bukan angkatan kerja yang mengurus rumah

tangga di perkotaan mengindikasikan bahwa perempuan lebih banyak bergantung

pada suaminya ataupun tidak diperbolehkan bekerja oleh suaminya.

Secara garis besar, dari hasil estimasi pada tabel 5.1 menguatkan dugaan

pada hipotesis 2 bahwa variabel tempat tinggal berpengaruh positif terhadap

keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011), dan

Yulianti dan Ratnasari (2013) yang memberikan kesimpulan bahwa tempat

tinggal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi perempuan

dalam kegiatan ekonomi.

5.2.3 Pengaruh Umur Terhadap Keputusan Perempuan Usia Kerja

Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi (Bekerja)

Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, didapatkan nilai B pada umur sebesar 0,150 dan

nilai umur kuadrat sebesar -0,002 sehingga fungsi kuadrat dari keduanya

membentuk kurva parabola yang membuka ke bawah dan menghasilkan titik

maksimum sebesar 37,5, yang artinya umur maksimum perempuan usia kerja

berstatus kawin yang memutuskan untuk bekerja adalah 37,5 tahun. Dimana

partisipasi ekonomi perempuan usia kerja berstatus kawin akan naik seiring

bertambahnya umur hingga mencapai umur 37,5 tahun, dan setelah melewati

umur 37,5 tahun partisipasi ekonomi tenaga kerja perempuan berstatus kawin

akan berbalik turun seiring bertambahnya umur. Besarnya pengaruh umur


79

terhadap probabilitas untuk bekerja pada titik umur tertentu dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut exp{(0,150 x umur) – (0,002 x umur²)}.

Dapat dijelaskan bahwa pada saat umur masih relatif muda (15-19 tahun)

meskipun sudah menikah, namun pada umumnya mereka belum memiliki anak.

Kalaupun mereka telah memiliki anak, jumlahnya belum terlalu banyak. Dengan

kondisi ini, perempuan masih cukup leluasa untuk ikut terjun ke pasar kerja

membantu suami mencari nafkah.

Apabila dilihat dari tabel 5.5 nampak bahwa pada kelompok umur 35-39

tahun jumlah anggota keluarga tertinggi ada pada 1-4 orang yaitu sebesar 10,99%.

Hal ini mengindikasikan bahwa pada usia tersebut jumlah anggota rumah tangga

yang didominasi oleh anak-anak sudah mulai beranjak remaja sehingga

perempuan sudah berani mengambil keputusan untuk bekerja.

Tabel 5.5
Persentase Perempuan Yang Bekerja Menurut Jumlah Anggoota
Rumah Tangga dan Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2017

Jumlah Anggota Rumah Tangga (orang)


Kelompok Umur Total
1-4 5-8 9-12 13-20
15-19 tahun 0,38 0,20 0,01 0,00 0,59
20-24 tahun 2,80 1,03 0,07 0,01 3,91
25-29 tahun 7,43 2,19 0,12 0,01 9,74
30-34 tahun 10,67 3,44 0,15 0,02 14,27
35-39 tahun 10,99 5,30 0,14 0,01 16,45
40-44 tahun 10,13 5,81 0,15 0,00 16,09
45-49 tahun 9,41 4,57 0,12 0,00 14,10
50-54 tahun 8,06 2,98 0,09 0,01 11,14
55-59 tahun 5,53 1,78 0,07 0,01 7,40
60-64 tahun 2,77 0,85 0,04 0,00 3,66
65 tahun + 2,06 0,55 0,02 0,00 2,64
Total 70,24 28,70 1,00 0,06 100
Sumber : BPS, Sakernas (diolah)
80

Namun setelah mencapai umur maksimal, yang dalam penelitian ini pada

umur 37,5 tahun, keinginan perempuan menikah untuk bekerja mulai berkurang.

Penurunan ini tidak lain dikarenakan dengan adanya keterbatasan kemampuan

dalam bekerja, keterbatasan lapangan kerja untuk perempuan yang berumur lebih

dari 37,5 tahun, dan dapat dipengaruhi juga oleh berkurangnya beban rumah

tangga dengan anggota rumah tangga yang mulai beranjak dewasa atau masuk

dalam usia produktif sehingga berakibat partisipasi perempuan usia kerja berstatus

kawin mulai menurun, hal ini menguatkan dugaan pada hipotesis 3 bahwa

variabel umur berpengaruh positif terhadap keputusan perempuan usia kerja

terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja).

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Simanjuntak (1985) dan

Sumarsono (2003) dimana pada umur tertentu seseorang akan memiliki

kecenderungan untuk memutuskan untuk bekerja karena tanggung jawab yang

dimilikinya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011)

memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi.

5.2.4 Pengaruh Anggota Rumah Tangga Terhadap Keputusan Perempuan

Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi

(Bekerja) Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja akan turun 0,994 kali untuk

setiap bertambahnya jumlah anggota rumah tangga. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin banyak jumlah anggota rumah tangga perempuan usia kerja
81

berstatus kawin maka semakin rendah keinginan perempuan untuk memutuskan

ikut aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja) dikarenakan tidak ada batasan umur

dalam rumah tangga tersebut sehingga dapat diasumsikan bahwa beberapa

diantara anggota rumah tangga sudah bekerja dan bisa membantu memenuhi

kebutuhan keluarganya. Hal ini bertolak belakang pada hipotesis 4 bahwa variabel

anggota rumah tangga berpengaruh negatif terhadap keputusan perempuan usia

kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja).

5.2.5 Pengaruh Keberadaan Balita Terhadap Keputusan Perempuan Usia

Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi

(Bekerja) Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin yang memiliki balita dalam memutuskan

untuk bekerja 0,691 kali lebih rendah dari probabilitas perempuan usia kerja

berstatus kawin yang tidak memiliki balita. Hasil ini berarti bahwa perempuan

menikah yang belum memiliki balita lebih mungkin terlibat dalam kegiatan

ekonomi di pasar kerja.

Tabel 5.6
Alasan Perempuan Menikah Tidak Mencari Pekerjaan Berdasarkan
Keberadaan Balita Dalam Rumah Tangga

Keberadaan Balita
Alasan tidak mencari pekerjaan tidak ada ada Total
balita balita
Sudah diterima bekerja tapi belum mulai
0,03
bekerja 0,04 0,03
Sudah mempunyai usaha tapi belum
0,09 0,08 0,09
memulainya
Putus asa 0,51 0,36 0,45
82

Keberadaan Balita
Alasan tidak mencari pekerjaan tidak ada ada Total
balita balita
Sudah mempunyai pekerjaan/usaha 41,74 32,53 38,44
Merasa sudah cukup/memiliki sumber
1,34 0,68 1,10
pendapatan lain
Mengurus rumah tangga 53,05 64,47 57,15
Sedang bersekolah 0,12 0,14 0,13
Hamil 0,67 0,54 0,62
Kurangnya infrastruktur 0,16 0,18 0,17
Mengalami pengucilan/penolakan sosial 0,01 0,01 0,01
Tidak mampu melakukan pekerjaan 0,02 0,02 0,02
Lainnya 2,24 0,95 1,78
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Baik sudah memiliki balita maupun belum memiliki balita, pada umumnya

perempuan tetap bertanggung jawab dalam mengurus pekerjaan rumah tangga.

Namun, pada perempuan yang memiliki balita beban pekerjaan rumah tangga

menjadi lebih besar. Anak pada usia balita sangat membutuhkan ibunya dimana

pada usia tersebut adalah masa emas anak yang akan menentukan tumbuh

kembangnya. Untuk itu peran ibu sangat penting, terlebih pada usia 0-2 tahun,

balita mempunyai hak penuh dalam menerima ASI dari ibunya. Hal ini

mendorong banyak perempuan menikah yang sudah memiliki balita cenderung

memilih untuk tidak bekerja.

Dari sisi ekonomi, jika seorang perempuan yang memiliki balita memilih

bekerja, maka ia harus mempekerjakan orang lain untuk menggantikannya

merawat balita tersebut. Artinya harus ada pengeluaran tambahan didalam rumah

tangga tersebut. Sehingga, jika upah/gaji yang didapat dari bekerja tidak
83

sebanding dengan pengeluaran untuk menggaji pengasuh balita tersebut maka

perempuan tersebut cenderung memilih untuk tidak bekerja.

Hasil ini menjadi bukti hipotesis 5 bahwa variabel keberadaan balita

diduga berpengaruh negatif terhadap keputusan perempuan usia kerja terlibat aktif

dalam kegiatan ekonomi (bekerja). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Faridi, dkk (2009) yang menyebutkan bahwa anak-

anak di kelompok usia dini mengurangi partisipasi angkatan kerja perempuan.

Bertolak belakang dengan pernyataan dari Simanjuntak (1985) dan Sumarsono

(2003) juga penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Artini (2009), Susanti

dan Woyanti (2014) yang menyampaikan bahwa tanggungan keluarga

mempengaruhi keputusan perempuan dalam bekerja tetapi jika tanggungan

keluarga tersebut dipecah menjadi ada dan tidaknya keberadaan balita maka

cukup relevan jika hasil penelitian ini berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh

Simanjuntak (1985), Sumarsono (2003), Handayani dan Artini (2009), juga

Susanti dan Woyanti (2014). Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Eliana dan Ratina (2007) yang menyebutkan bahwa banyaknya tanggungan

keluarga tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan perempuan dalam bekerja.

5.2.6 Pengaruh Kedudukan Dalam Rumah Tangga Terhadap Keputusan

Perempuan Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam

Kegiatan Ekonomi (Bekerja) Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin yang berkedudukan sebagai kepala rumah

tangga dalam memutuskan untuk bekerja 1,818 kali lebih besar dari probabilitas
84

perempuan usia kerja berstatus kawin yang bukan berkedudukan sebagai kepala

rumah tangga.

Dengan menjadi kepala rumah tangga berarti tanggung jawab seseorang

menjadi lebih besar karena dia juga harus bertanggung jawab terhadap anggota

rumah tangganya. Sebagai kelapa rumah tangga, seorang perempuan bertanggung

jawab untuk membina kehidupan keluarganya agar dapat menjadi keluarga yang

mandiri dan sejahtera. Dalam hal ini perempuan yang berstatus kepala rumah

tangga harus mampu memenuhi kebutuhan ekonomi demi kesejahteraan dirinya,

anak-anaknya dan keluarganya. Karena itu, seorang perempuan yang menjadi

kepala rumah tangga cenderung akan lebih banyak terlibat dalam kegiatan

bekerja.

Gambar 5.1 memperlihatkan bahwa status sebagai kepala rumah tangga

memperbesar peluang perempuan menikah memilih bekerja. Dengan menjadi

kepala rumah tangga, sebagian besar perempuan merasa bahwa dia

bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi rumah tangganya. Karena itu, dia

harus masuk ke pasar kerja untuk bekerja.


85

Gambar 5.1
Alasan Perempuan Menikah Mencari Pekerjaan

Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Hal ini juga menguatkan dugaan pada hipotesis 6 bahwa variabel

kedudukan dalam rumah tangga berpengaruh positif terhadap keputusan

perempuan usia kerja terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja). Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011) , Kotimah dan Wulandari

(2014) memberikan kesimpulan bahwa kedudukan dalam rumah tangga

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam

kegiatan ekonomi.

5.2.7 Pengaruh Pelatihan Dan Sertifikat Terhadap Keputusan Perempuan

Usia Kerja Berstatus Kawin Terlibat Aktif Dalam Kegiatan Ekonomi

(Bekerja) Di Indonesia

Dari hasil nilai estimasi, dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin yang pernah mengikuti pelatihan dan

mendapat sertifikat dalam memutuskan untuk bekerja 2,503 kali lebih besar dari
86

probabilitas perempuan usia kerja berstatus kawin yang tidak pernah mengikuti

pelatihan dan mendapat sertifikat.

Sama halnya seperti pendidikan formal, pelatihan yang merupakan

pendidikan non formal menjadi satu hal yang cukup menarik untuk diikuti terlebih

pelatihan tidak memerlukan waktu yang lama dan beberapa diantaranya tidak

memberikan syarat untuk mengenyam pendidikan di jenjang formal.

Sama halnya seperti pendidikan formal, pelatihan yang merupakan

pendidikan non formal merupakan investasi dan menjadi satu hal yang cukup

menarik untuk diikuti. Pelatihan juga memiliki keunggulan tersendiri dibanding

pendidikan formal. Kurikulum pelatihan umumnya mengikuti motode vokasi

dimana yang diajarkan lebih banyak praktek dibanding teori. Selain itu, jurusan

pelatihan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Terlebih pelatihan

tidak memerlukan waktu yang lama dan beberapa diantaranya tidak memberikan

syarat untuk mengenyam pendidikan di jenjang formal.

Dengan mengikuti pelatihan, artinya para perempuan memiliki ―human

capital‖ yang lebih baik. Dengan demikian peluang mereka mendapatkan

pekerjaan pun akan semakin besar. Sehingga dengan mengikuti pelatihan juga

akan meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk masuk ke pasar kerja.

Kondisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.2. Terlihat bahwa angka

partisipasi angkatan kerja perempuan menikah yang memiliki sertifikat pelatihan

lebih besar dari angka partisipasi angkatan kerja perempuan menikah yang tidak

memiliki sertifikat pelatihan, yakni 73,55 persen dibanding 53,72 persen.


87

Gambar 5.2
Angka Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Berstatus Kawin Menurut
Kepemilikan Sertifikat Pelatihan

Sumber: BPS, Sakernas (diolah), 2017

Hasil ini membuktikan dugaan pada hipotesis 7 bahwa variabel pelatihan

dan sertifikat berpengaruh positif terhadap keputusan perempuan usia kerja

terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja).

Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Simanjuntak (1985)

dan Sumarsono (2003) dimana pendidikan (formal maupun informal) seseorang

akan memiliki kecenderungan untuk memutuskan untuk bekerja. Begitu pula

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayyida (2011), Kotimah and Wulandari

(2014), Andriani (2016), Rahamah and Bakar (2009), dan Faridi, dkk (2009)

memberikan kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi. Hal ini lebih diperjelas

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahamah Rahamah dan Bakar (2009) yang

menyatakan bahwa pendidikan formal dan latihan penting bagi seorang

perempuankdalamkmenentukankpekerjaan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini sedikit memberikan gambaran mengenai determinan

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi

di Indonesia dilihat dari karakteristik perempuan usia kerja dengan menggunakan

analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja dengan menggunakan analisis

regresi logistik biner.

Penelitian ini menggunakan variabel bebas yang ada pada kuesioner

Sakernas Agustus 2017 yaitu variabel pendidikan, tempat tinggal, umur, anggota

rumah tangga, keberadaan balita, kedudukan dalam rumah tangga, pelatihan dan

sertifikat.

Pada karakteristik perempuan usia kerja terlihat bahwa masih tingginya

kegiatan mengurus rumah tangga pada semua variabel bebas yang digunakan pada

penelitian ini.

Hasil dari analisis regresi logistik biner pada keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin untuk bekerja adalah:

1. Pada uji simultan dengan menggunakan nilai Chi-square didapat nilai

sebesar 10.324,065 yang artinya secara simultan kedelapan variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat.

88
89

2. Pada penelitian ini data yang digunakan digunakan telah cukup baik

dimana 60,9 % mewakili keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

terlibat dalam kegiatan ekonomi.

3. Pada uji parsial didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Variabel pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi,

dimana probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

untuk bekerja akan naik 1,006 kali untuk setiap bertambahnya rata-rata

lama pendidikan dalam jangka waktu 1 tahun.

b. Variabel tempat tinggal berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam

kegiatan ekonomi, dimana probabilitas perempuan usia kerja berstatus

kawin di perdesaan yang memutuskan untuk bekerja akan naik 1,423

kali dari probabilitas perempuan usia kerja berstatus kawin di

perkotaan.

c. Variabel umur berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi

dimana probabilitas keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

untuk bekerja akan naik seiring bertambahnya umur hingga mencapai

umur 37,5 tahun, dan setelah melewati umur 37,5 tahun partisipasi

ekonomi tenaga kerja perempuan berstatus kawin akan berbalik turun

seiring bertambahnya umur. Besarnya pengaruh umur terhadap

probabilitas untuk bekerja pada titik umur tertentu dapat dihitung


90

menggunakan persamaan berikut exp{(0,150 x umur) – (0,002 x

umur²)}.

d. Variabel anggota rumah tangga berpengaruh negatif signifikan

terhadap keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat

dalam kegiatan ekonomi dimana probabilitas perempuan usia kerja

berstatus kawin untuk bekerja akan turun 0,994 kali untuk setiap

bertambahnya jumlah anggota rumah tangga.

e. Variabel keberadaan balita berpengaruh negatif signifikan terhadap

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam

kegiatan ekonomi dimana probabilitas perempuan usia kerja berstatus

kawin yang memiliki balita dalam memutuskan untuk bekerja akan

turun 0,691 kali dari probabilitas perempuan usia kerja berstatus kawin

yang tidak memiliki balita.

f. Variabel kedudukan dalam rumah tangga berpengaruh positif

signifikan terhadap keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

terlibat dalam kegiatan ekonomi dimana probabilitas perempuan usia

kerja berstatus kawin yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga

dalam memutuskan untuk bekerja akan naik 1,818 kali dari

probabilitas perempuan usia kerja berstatus kawin yang bukan

berkedudukan sebagai kepala rumah tangga.

g. Variabel pelatihan dan sertifikat berpengaruh positif signifikan

terhadap keputusan perempuan usia berstatus kawin terlibat dalam

kegiatan ekonomi dimana probabilitas perempuan usia kerja berstatus


91

kawin yang pernah mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat dalam

memutuskan untuk bekerja akan naik 2,503 kali dari probabilitas

perempuan usia kerja berstatus kawin yang tidak pernah mengikuti

pelatihan dan mendapat sertifikat.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih terbatas pada data sekunder yang berasal dari BPS dan

determinan keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam

kegiatan ekonomi di Indonesia belum bisa mencakup keseluruhan variabel yang

sekiranya mempengaruhi. Penelitian ini hanya mencakup data Sakernas pada satu

periode saja yaitu periode Agustus 2017. Namun penulis berharap ada manfaat

yang dapat diambil hasil penelitian ini.

6.3 Rekomendasi

Untuk meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan dalam hal ini

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin terlibat dalam kegiatan ekonomi

di Indonesia dan dengan masih tingginya perempuan usia kerja berstatus kawin

yangbmengurus rumah tangga dari masing-masing variabel dalam penelitian maka

diperlukan upaya dari semua pihak dalam hal ini pemerintah sebagai pengambilan

kebijakan, suami sebagai pasangan dalam rumah tangga, dan juga perempuan itu

sendiri.

Rekomendasi yang sekiranya dapat meningkatkan partisipasi perempuan

untuk bekerja adalah :


92

1. Pendidikan berpengaruh positif terhadap keputusan perempuan usia

kerja berstatus kawin untuk bekerja tetapi di lain pihak pada analisis

deskriptif jumlah yang bekerja dengan pendidikan kurang dari sama

dengan SD masih relatif tinggi. Untuk itu, perlunya pemberian

motivasi kepada perempuan untuk menempuh pendidikan yang lebih

tinggi dan memberikan pengertian bahwa dengan status kawin bukan

berarti membatasi perempuan untuk memperoleh pendidikan yang

lebih tinggi. Agar nantinya perempuan tersebut dapat memperoleh

pekerjaan yang layak.

2. Tempat tinggal perdesaan memberikan pengaruh positif terhadap

keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja. Hal ini

dikarenakan ketersediaan lapangan kerja di perdesaan lebih banyak di

sektor informal yang tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan

keterampilan khusus. Oleh karena itu, untuk lebih memotivasi

perempuan dalam bekerja perlu adanya kebijakan dari segi penyediaan

lapangan kerja pada sektor informal yang lebih menjanjikan seperti

industri rumah tangga, dagang, atau jasa agar kehidupan perekonomian

perempuan di perdesaan lebih meningkat.

3. Pada hasil penelitian keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin

untuk bekerja akan naik hingga mencapai umur 37,5 tahun setelah

mengalami penurunan. Untuk itu diperlukan upaya dari pemerintah

dalam pemerataan kesempatan kerja tanpa batasan umur dan juga

perempuan dapat berupaya untuk menggali potensi dirinya untuk lebih


93

produktif agar tidak hanya bergantung pada suami melainkan dapat

ikut berpartipasi dalam kegiatan ekonomi baik itu dengan berwirausaha

atau bekerja di luar rumah dengan tidak melupakan perannya sebagai

istri dan juga ibu. Sehingga secara tidak langsung peran serta mereka

dalam kegiatan ekonomi dapat berdampak pada meningkatnya

pertumbuhan ekonomi.

4. Anggota rumah tangga berpengaruh negatif terhadap keputusan

perempuan usia kerja berstatus kawin untuk bekerja. Untuk itu

diperlukan dukungan dari semua anggota dalam rumah tangga tersebut

agar perempuan dapat ikut bekerja.

5. Dalam hal keberadaan balita dalam rumah tangga, pemerintah

bekerjasama dengan pihak-pihak terkait mendirikan ruang laktasi di

tempat umum ataupun perkantoran bagi ibu pekerja yang masih

memberikan ASI kepada bayinya, pengadaan tempat penitipan anak

yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan bagi balita yang

masih sangat membutuhkan pengawasan.

6. Pemerintah berupaya untuk meyakinkan perempuan akan menjamin

kesetaraan peluang kerja dan upah antara laki-laki dan perempuan

terlebih saat ini banyak ditemui perempuan yang berkedudukan

sebagai kepala rumah tangga. Hal ini tentunya akan sangat membantu

perekonomian rumah tangga.

7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan kerja berpengaruh

positif terhadap keputusan perempuan usia kerja berstatus kawin untuk


94

bekerja. Untuk itu, pemerintah khususnya Kementerian

Ketenagakerjaan melalui balai latihan kerja yang tersebar di Indonesia

diharapkan agar lebih gencar mempromosikan program-program

pelatihan kerja bagi perempuan dan memperbesar akses perempuan

untuk mengikuti program-program pelatihan yang dapat menambah

keterampilan perempuan untuk berwirausaha sehingga dapat tetap

berkarya dan mempunyai penghasilan sendiri walaupun berada di

rumah. Dengan upaya-upaya yang dilakukan tersebut diharapkan akan

memaksimalkan potensi bonus demografi yang terjadi di Indonesia

pada tahun 2020-2030 yang tentunya akan meningkatkan

pembangunan ekonomi di Indonesia.


95

DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2013. ―Upaya Memanfaatkan Terbukanya Jendela


Peluang Bagi Angkatan Kerja Muda.‖ Forum Masyarakat Statistik, April
2013.
Ananta, Aris. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga
Demografi Universitas Indonesia.
Andriani, Nieke. 2016. ―Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TPAK
Wanita Di 30 Provinsi Indonesia Periode 2009-2013.‖ Universitas Gadjah
Mada.
Borjas, George. 2016. Labor Economics. 7thed. New York: McGraw-Hill
Education.
BPS. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta.
Budiman, Arief. 1982. Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan
Sosiologis Peran Wanita Di Dalam Masyarakat. 2nded. Jakarta: PT
Gramedia.
CIA, Factbook. 2017. ―Indonesia Profile.‖ 2017.
https://www.cia.gov/library/publications/ theworld-factbook/geos/id.html .
Creswell, John W. 2014. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
Dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja Dan
Kemiskinan. 2nded. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Eliana, Novita, and Rita Ratina. 2007. ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Curahan Waktu Kerja Wanita.‖ EPP 4 (2):11–18.
Engels, F. 1884. The Origin of the Family, Private Property and The State.
Moscow: Foreign Languages Publishing House.
Fadah, Isti, and Istatuk Budi Yuswanto. 2004. ―Karakteristik Demografi Dan
Sosial Ekonomi Buruh Wanita Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tembakau Di Kabupaten Jember).‖
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 6 (2):137–47.
Faridi, Muhammad Zahir, Imran Sharif Chaudhry, and Mumtaz Anwar. 2009.
―The Socio-Economic and Demographic Determinants of Women Work
Participation in Pakistan: Evidence from Bahawalpur District.‖ Journal of
South Asian Studies 24 (2):351–67. https://doi.org/10.5897/JAERD12.088.
Fatima, Goher. 2011. ―Female Education As A Determinant Of Economic
Growth: The Case Study Of Pakistan.‖ The Clute Institute 4 (11):15–23.
96

Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. 5thed.
New York: McGraw-Hill Education.
Handayani, M.Th., and Ni Wayan Putu Artini. 2009. ―Kontribusi Pendapatan Ibu
Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga.‖
Piramida V (1).
Hastuti, Endang Lestari. 2005. ―Hambatan Sosial Budaya Dalam
Pengarusutamaan Gender Di Indonesia (Socio-Cultural Constraints On
Gender Mainstreaming In Indonesia).‖ SOCA 5 (2):1–14.
Hosmer, David W, and Stanley Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression.
2nded. New York: John Willey & Sons.
Indriantoro, Nur, and Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kemenakertrans. 2011. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Kesetaraan Dan Perlakuan Yang Sama Di Tempat Kerja. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan HI&Jamsostek.
Kotimah, Muinah Kusnul, and Sri Pingit Wulandari. 2014. ―Model Regresi
Logistik Biner Stratifikasi Pada Partisipasi Ekonomi Perempuan Di Provinsi
Jawa Timur.‖ Jurnal Sains Dan Seni Pomits 3 (1):D-1-D-5.
Liu, An, and Inge Noback. 2011. ―Determinants of Regional Female Labour
Market Participation in The Netherlands A Spatial Structural Equation
Modelling Approach.‖ Springer, 641–58. https://doi.org/10.1007/s00168-
010-0390-8.
Morgan, Lewis H. 1944. Ancient Society. Calcutta: Bharti Library.
Mosse, Julia Cleves. 2003. Gender Dan Pembangunan. 3rded. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Munoz, Betilde Rincon de. 2007. ―Determinants of Female Labor Force
Participation in Venezuela: A Cross-Sectional Analysis.‖ University of South
Florida.
Nilakusmawati, Desak Putu Eka, and Made Susilawati. 2012. ―Studi Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Di Kota Denpasar.‖ Piramida
VIII (1):26–31.
Perdana, Biondi. 2014. ―Partisipasi Kerja Perempuan Dalam Rangka
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada KUD Sumber
Makmur Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang 2013).‖ Universitas
Brawijaya Malang.
Prasetyo, Bambang, and Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif : Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
97

Rahamah, Noor, and Abu Bakar. 2009. ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Segregasi Pekerjaan Mengikut Gender Di Malaysia: Satu Ilustrasi Mikro
Dari Seremban, Negeri Sembilan.‖ Malaysian Journal of Society and Space
5 (2):45–54.
Riduwan. 2013. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sayyida. 2011. ―Analisis Partisipasi Ekonomi Perempuan Dengan Metode Regresi
Logistik Biner Bivariat.‖ Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Simanjuntak, Payaman. 1985. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFE UI.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
———. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori Dan Kebijakan Publik
Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susanti, Ayu, and Nenik Woyanti. 2014. ―Analisis Pengaruh Upah, Pendidikan,
Pendapatan Suami Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan
Jam Kerja Perempuan Menikah Di IKM Mebel Kabupaten Jepara.‖
Diponegoro Journal Of Economics 3 (1):1–11.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
UU Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003.
Wirawan, F. Anton. 2014. ―Penawaran Tenaga Kerja Usia Muda Di Indonesia
(Analisis Data Susenas Triwulan III Tahun 2012).‖ Indonesia University.
Yulianti, Rizky Amalia, and Vita Ratnasari. 2013. ―Pemetaan Dan Pemodelan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) Perempuan Di Provinsi Jawa
Timur Dengan Pendekatan Model Probit.‖ Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2
(2):159–64.
Zaheer, Rummana, and Sahar Qaiser. 2016. ―Factors That Affect the Participation
of Female in Labor Force : A Macro Level Study of Pakistan.‖ IOSR Journal
of Economics and Finance 7 (2):20–24. https://doi.org/10.9790/5933-
0702032024.
LAMPIRAN 1 - STATISTIK DESKRIPTIF

keputusanbekerja * Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Crosstabulation


Count

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan


Diploma
I/II/III/ Universitas
<=SD SMP SMU SMK Akademi (S1/S2/S3) Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 35905 17000 14900 5389 1566 2314 77074
bekerja 47345 16237 14426 5806 3712 11405 98931
Total 83250 33237 29326 11195 5278 13719 176005

keputusanbekerja * Tempat tinggal Crosstabulation


Count

Tempat tinggal
Perkotaan Perdesaan Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 37247 39827 77074
bekerja 42752 56179 98931
Total 79999 96006 176005

keputusanbekerja * Kelompok Umur Crosstabulation


Count

Kelompok Umur
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 1495 6427 10201 11652 10939 9229 8078 6347
bekerja 587 3872 9638 14121 16272 15918 13953 11020
Total 2082 10299 19839 25773 27211 25147 22031 17367

98
99

Kelompok Umur
55-59 60-64
tahun tahun 65 tahun + Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 5160 3679 3867 77074
bekerja 7318 3622 2610 98931
Total 12478 7301 6477 176005

keputusanbekerja * Anggota Rumah Tangga Crosstabulation


Count

Anggota Rumah Tangga


1 2 3 4 5 6 7 8
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 173 13347 20443 19927 12618 5629 2651 1268
bekerja 335 16160 25745 27252 16556 7341 3189 1305
Total 508 29507 46188 47179 29174 12970 5840 2573

Anggota Rumah Tangga


9 10 11 12 13 14 15 16
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 507 226 151 64 35 18 9 5
bekerja 547 235 126 77 29 14 11 8
Total 1054 461 277 141 64 32 20 13

Anggota Rumah Tangga


17 20 Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 3 0 77074
bekerja 0 1 98931
Total 3 1 176005
100

keputusanbekerja * Keberadaan Balita Crosstabulation


Count

Keberadaan Balita
tidak ada
balita ada balita Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 44656 32418 77074
bekerja 68212 30719 98931
Total 112868 63137 176005

keputusanbekerja * Kedudukan dlm RT Crosstabulation


Count

Kedudukan dlm RT
bukan
sebagai
kepala sebagai
rumah kepala rumah
tangga tangga Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 76083 991 77074
bekerja 96536 2395 98931
Total 172619 3386 176005

keputusanbekerja * Pelatihan dan Sertifikat Crosstabulation


Count

Pelatihan dan Sertifikat


Ya Tidak Total
keputusanbekerja mengurus rumah tangga 5329 71745 77074
bekerja 14875 84056 98931
Total 20204 155801 176005
101

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama


Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Pendidikan <=SD 9670 7155 385 5312 2727 920 21176 47345
tertinggi
SMP 3969 2584 252 3242 423 364 5403 16237
yang
ditamatkan SMU 3356 2012 459 4770 134 145 3550 14426
SMK 1333 842 147 2246 40 84 1114 5806
Diploma I/II/III/ 335 143 88 2912 1 6 227 3712
Akademi
Universitas (S1/S2/S3) 432 216 212 10146 2 5 392 11405
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931

Tempat tinggal * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama


Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Tempat Perkotaan 9612 5036 1107 18208 718 846 7225 42752
tinggal
Perdesaan 9483 7916 436 10420 2609 678 24637 56179
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931
102

Kelompok Umur * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama


Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Kelompok Umur 15-19 tahun 75 45 0 148 16 11 292 587
20-24 tahun 614 291 25 1408 93 63 1378 3872
25-29 tahun 1562 791 82 4081 155 136 2831 9638
30-34 tahun 2578 1497 195 5363 303 227 3958 14121
35-39 tahun 3055 2149 260 5226 474 277 4831 16272
40-44 tahun 3229 2311 280 4293 587 283 4935 15918
45-49 tahun 2791 2063 280 3667 568 234 4350 13953
50-54 tahun 2208 1578 192 2695 510 131 3706 11020
55-59 tahun 1524 1124 112 1385 314 99 2760 7318
60-64 tahun 831 634 67 238 180 40 1632 3622
65 tahun + 628 469 50 124 127 23 1189 2610
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931
103

Anggota Rumah Tangga * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama Total


Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tida
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian k dibayar
Anggota Rumah Tangga 1 141 26 9 128 19 9 3 335
2 3125 1714 223 4291 592 179 6036 16160
3 5113 3092 368 7504 956 410 8302 25745
4 5364 3678 453 8140 912 445 8260 27252
5 3026 2487 269 4835 520 277 5142 16556
6 1345 1118 131 2087 208 112 2340 7341
7 571 487 44 909 67 60 1051 3189
8 235 198 25 408 31 14 394 1305
9 89 80 13 156 13 13 183 547
10 45 35 4 90 1 3 57 235
11 21 12 0 39 5 2 47 126
12 11 14 4 23 0 0 25 77
13 7 4 0 8 0 0 10 29
14 1 5 0 5 0 0 3 14
15 0 1 0 2 0 0 8 11
16 1 0 0 3 3 0 1 8
20 0 1 0 0 0 0 0 1
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931
104

Keberadaan Balita * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama

Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Keberadaan Balita tidak ada balita 13428 9107 1120 18439 2585 1095 22438 68212
ada balita 5667 3845 423 10189 742 429 9424 30719
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931

Kedudukan dlm RT * Status pekerjaan utama Crosstabulation


Count

Status pekerjaan utama

Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Kedudukan dlm bukan sebagai 18290 12415 1475 27890 3194 1467 31805 96536
RT kepala rumah
tangga
sebagai kepala 805 537 68 738 133 57 57 2395
rumah tangga
Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931
105

Pernah mendapat pelatihan & mendapat sertifikat * Status pekerjaan utama Crosstabulation
Count

Status pekerjaan utama

Berusaha
dibantu buruh Berusaha
tidak tetap/ dibantu Buruh/ Pekerja Pekerja Pekerja
Berusaha pekerja buruh karyawan/ bebas di bebas di keluarga/tidak
sendiri keluarga/tidak tetap/dibayar pegawai pertanian nonpertanian dibayar Total
Pernah mendapat Ya 1749 991 379 10477 47 83 1149 14875
pelatihan & mendapat
sertifikat Tidak 17346 11961 1164 18151 3280 1441 30713 84056

Total 19095 12952 1543 28628 3327 1524 31862 98931


106

LAMPIRAN 2 - REGRESI LOGISTIK BINER

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 1765005 100.0
Missing Cases 0 0.0
Total 1765005 100.0
Unselected Cases 0 0.0
Total 1765005 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Mengurus rumah tangga 0
bekerja 1

Categorical Variables Codings


Parameter
coding
Frequency (1)
Pelatihan dan Sertifikat tidak 155801 0.000
Ya 20204 1.000
Keberadaan Balita tidak ada balita 112868 0.000
ada balita 63137 1.000
Kedudukan dlm RT bukan sebagai kepala rumah tangga 172619 0.000
sebagai kepala rumah tangga 3386 1.000
Tempat tinggal Perkotaan 79999 0.000
Perdesaan 96006 1.000
107

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Pendidikan ,006 ,001 20,335 1 ,000 1,006
tempat_tinggal(1) ,353 ,011 1126,046 1 ,000 1,423
Umur ,150 ,003 3448,493 1 0,000 1,161
UMUR_kuadrat -,002 ,000 3324,375 1 0,000 ,998
Anggota Rumah Tangga -,006 ,003 3,647 1 ,056 ,994
Keberadaan_Balita(1) -,370 ,011 1084,114 1 ,000 ,691
Kedudukan_RT(1) ,597 ,039 230,665 1 ,000 1,818
Pelatihan_Sertifikat(1) ,918 ,018 2462,156 1 0,000 2,503
Constant -3,054 ,058 2805,343 1 0,000 ,047
a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, tempat_tinggal, Umur, UMUR_kuadrat, Keberadaan_Balita, Kedudukan_RT, Pelatihan_Sertifikat.

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 10324.065 8 0.000
Block 10324.065 8 0.000
Model 10324.065 8 0.000

a
Classification Table
Predicted
keputusanbekerja
mengurus rumah Percentage
Observed tangga bekerja Correct
Step 1 keputusanbekerja mengurus rumah tangga 29335 47739 38.1
bekerja 21088 77843 78.7
Overall Percentage 60.9
108
109
110
111
112
113
BIODATA

Penulis bernama Khayu Caroline, lahir di Kota Semarang, pada tanggal 18


Oktober 1986. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan sarjana (Strata
1 – Statistika) di Universitas Diponegoro Semarang. Pada tahun 2009, penulis
bekerja di Kementerian Ketenagakerjaan pada unit kerja Pusat Data dan Informasi
Ketenagakerjaan dan pada tahun 2014 pindah tugas pada unit kerja BBPLK
Semarang hingga saat ini. Kemudian tahun 2015, penulis memperoleh
kesempatan menerima beasiswa dari Kementerian Ketenagakerjaan untuk
menempuh pendidikan Program Pasca Sarjana S-2 Magister Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan (MIESP), Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro Semarang.

Anda mungkin juga menyukai