Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

QADA' DAN QADAR

NAMA : SARI WULAN

KELAS : XII IPS 2

SMA NEGERI 1 KELAPA


TAHUN AJARAN 2022/2023

Takdir Menurut 4 Imam Mazhab

1. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM HANAFI


Seseorang mendatangi Imam Abu Hanifah dan berdebat dengannya tentang masalah qadar.

Imam Abu Hanifah berkata: “Takdir Allah ada di Lauh Mahfuzh.”

Dia berkata: “Allah telah mengetahui segala sesuatu sejak dahulu kala, sebelum segala
sesuatu menjadi ada.”

Dia juga berkata: “Kami menetapkan, bahwa Allah telah memerintahkan al-Qalam dan dia
berkata, ‘Apa yang harus aku tulis, ya Tuhanku?’. Allah menjawab: ‘Tuliskanlah apa yang
terjadi dan akan terjadi sampai hari kiamat.’ Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :

“Semua yang mereka lakukan tertulis di dalam Alkitab. Dan segala sesuatu yang kecil dan
besar tertulis.” (QS. Al-Qamar: 52-53)

Dia juga berkata: “Di dunia ini dan di akhirat tidak ada sesuatu dan sesuatu yang terjadi
kecuali berdasarkan kehendak Allah.”

Dia juga berkata: “Kami menetapkan, bahwa hamba itu dengan perbuatannya. Tekad dan
pengetahuannya adalah makhluk. Jika yang berbuat hanya makhluk, maka perbuatannya lebih
tepat disebut makhluk.”

Dia berkata: “Semua perbuatan para hamba, baik bergerak atau diam, adalah upaya mereka,
dan Allah menciptakan mereka. Semua tindakan tersebut didasarkan pada kehendak,
pengetahuan, tekad, dan takdir Allah. Semua ketaatan itu wajib berdasarkan perintah Allah,
dan itu disukai, disenangi, diketahui, dikehendaki, ditentukan, dan ditentukan oleh Allah.
Sedangkan maksiat itu semua diketahui, ditentukan, ditakdirkan dan dikehendaki oleh Allah,
tetapi Allah tidak menyukai dan tidak menyetujuinya, bahkan Allah pun tidak
memerintahkannya.”

“Allah mengeluarkan keturunan Adam dari tulang punggungnya berupa sel-sel, kemudian
mereka diberi akal, kemudian Allah memerintahkan mereka untuk beriman dan melarang
mereka untuk kekafiran. Kemudian mereka mengakui keilahian (rububiyyah) Allah. Jadi
itulah iman mereka. Kemudian mereka dilahirkan berdasarkan sifat itu. Oleh karena itu,
sebenarnya ia telah mengubah dan menggantikan sifat itu. Adapun orang yang beriman
dengan penuh keyakinan di dalam hatinya, maka dia tetap di alam itu.”
Dia juga berkata: “Allah-lah yang menentukan segalanya. Tidak ada sesuatu pun di dunia
dan akhirat kecuali dengan kehendak, ilmu, dan qadha dan qadar Allah. Dan itu sudah
tertulis di Lauh Mahfuzh.”

2. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM MALIKI


Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibn Wahb, dia berkata: “Saya mendengar Imam Malik
berkata kepada seseorang, ‘Kemarin Anda bertanya kepada saya tentang qadar, bukan?’.
‘Ya,’ jawab pria itu. Imam Malik berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman:

“Jika mau, kami akan memberikan bimbingan kepada semua orang. Tetapi keputusan-Ku
tetap, bahwa Aku akan mengisi Neraka dengan semua jin dan manusia.” (QS. As-Sajdah: 13)

Jadi tidak bisa dihindari, takdir Tuhan yang terjadi.”

3. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM SYAFI’I


Imam al-Baihaqi berkata dalam kitab “Manaqib asy-Sayfi’I”, bahwa Imam Syafi’i berkata:
“Kehendak manusia terserah kepada Allah. Manusia tidak menginginkan apapun kecuali
yang dikehendaki Allah Ta’ala. Manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Perbuatan itu
adalah salah satu makhluk Tuhan. Nasib baik dan buruk, semua dari Tuhan. Siksa kubur
adalah hak (benar), soal kubur juga hak, bangkit dari kubur juga hak, hisab (perhitungan
perbuatan) juga hak, surga dan neraka juga hak, demikian dalam sunnah Nabi shallallahu
alaihi wasallam”

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari asy Syafi’i, ia berkata: “Kelompok Qodariyah oleh
Rasulullah saw. Yang dimaksud dengan kelompok Majusi dari kaum Muslimin adalah
mereka yang berpendapat bahwa Allah tidak mengetahui kemaksiatan sampai seseorang
melakukannya.”

4. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM HAMBALI


Imam Ibn al-Jauzi menuturkan dalam kitab “al-Manaqib” tentang kitab Imam Ahmad bin
Hanbal karya Musaddad. Dalam kitab itu terdapat keterangan bahwa Imam Ahmad berkata:
“Kita mengimani takdir yang baik, yang buruk, yang manis, yang pahit, semuanya dari
Allah.”

Dalam kitab “as-Sunnah” karya Imam Ahmad beliau mengatakan: “Takdir itu, yang baik dan
yang buruk, yang sedikit dan yang banyak, yang lahir dan yang batin, yang manis dan yang
pahit, yang disuka dan yang dibenci, yang elok dan yang jelek, yang awal dan yang akhir,
semuanya sudah ditetapkan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Dan tidak ada seorang
pun dari hamba Allah yang dapat keluar dari kehendak dan ketetapan Allah. ”

Imam al-Khallal juga meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Harun, dari al-Harits, katanya,
saya mendengar Imam Ahmad berkata: “Allah Ta’ala telah mentakdirkan ketaatan dan
maksiat, kebaikan dan keburukan. Orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang
berbahagia, maka ia berbahagia, dan orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang celaka,
ia akan celaka.”

Pengertian Qada dan Qadar Beserta


Contohnya
Percaya kepada qada dan qadar termasuk ke dalam rukun iman yang ke-6.
Dalam Al-Qur'an, perintah beriman kepada qada dan qadar terdapat pada surat Al-Qamar
ayat 49, yang berbunyi :
ٍ ‫اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْق ٰنهُ بِقَد‬
‫َر‬
Artinya : "Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."

Selain itu, terdapat juga pada surat Al-Ahzab ayat 36 yang berbunyi :
‫وما َكانَ لمْؤ من َّواَل مْؤ منَ ٍة ا َذا قَضى هّٰللا ُ ورسُوْ لُهٗ ٓ اَمرًا اَ ْن يَّ ُكوْ نَ لَهُم ْالخيرةُ م ْن اَمرهم ۗوم ْن يَّع هّٰللا‬
‫ض َّل‬َ ‫ْص َ َو َرسُوْ لَهٗ فَقَ ْد‬ ِ َ َ ِْ ِ ْ ِ َ َِ ُ ْ َ َ َ ِ ِ ُ ٍ ِ ُِ َ َ
‫ض ٰلاًل ُّمبِ ْينً ۗا‬
َ
Artinya : "Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain)
bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata."

Secara bahasa, qada memiliki arti ketentuan. Sedangkan secara istilah, qada berarti ketentuan
Allah SWT yang sifatnya umum dan azali serta berlaku terhadap semua makhluk.
Dikutip dari buku Aqidah Akhlaq yang disusun oleh Taofik Yusmansyah, ketentuan yang
bersifat umum maksudnya hukum-hukum umum seperti keberhasilan dan kegagalan. Hukum
umum kegagalan mengatakan bahwa kegagalan terjadi akibat kemalasan.
Sebaliknya, hukum umum keberhasilan terjadi karena orang tersebut rajin belajar. Orang
yang malas belajar dipastikan tidak dapat meraih keberhasilan.
Sedangkan makna azali mengandung pengertian hukum atau ketentuan telah ada sejak
dahulu, bahkan sebelum manusia ada di muka bumi. Hukum hukum tersebut tertulis di lauh
al mahfuz.

Terkait dengan qadar, secara bahasa artinya ketetapan atau ukuran. Secara istilah qadar
berarti perwujudan atau ketentuan hukum Allah atas semua makhluk yang ia ciptakan jika
syaratnya terpenuhi.
Qadar memiliki sifat yang lebih spesifik ketimbang qada. Maksudnya, terjadinya qadar dapat
didasarkan pada ikhtiar dan doa seseorang.
Qadar sama artinya dengan takdir. Takdir sendiri terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubram
dan takdir muallaq.
• Takdir mubram merupakan takdir dan ketetapan Allah SWT yang tidak dapat diubah oleh
siapa pun. Sebagai contoh setiap makhluk pasti akan mengalami mati, ketetapan itu termasuk
takdir mubram.
• Takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah melalui usaha atau ikhtiar manusia itu
sendiri. Contoh dari takdir muallaq yaitu seseorang yang dilahirkan dari keluarga yang
kurang mampu namun ingin mengenyam pendidikan tinggi. Menyadari semua itu, orang
tersebut berusaha keras untuk mengejar cita-citanya dan akhirnya ia dapat melanjutkan
pendidikannya ke perguruan tinggi. Cita-citanya tercapai dan akhirnya ia dapat hidup dengan
layak.

Hikmah Mengimani Qada dan Qadar


1. Dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Dengan beriman kepada qada
dan qadar, maka kita keimanan dan ketakwaan kita akan meningkat.
2. Mendidik diri untuk selalu bersyukur, bersabar dan bertawakkal. Saat Allah SWT
memberikan kita kenikmatan, maka kita harus bersyukur karena itu merupakan takdir Tuhan
yang berupa kebahagiaan.
3. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa serta memberikan ketenangan batin.
Ketika kita memahami betul tentang qada dan qadar, maka kita tidak akan sombong apabila
memperoleh keberhasilan.
4. Menumbuhkan sikap optimis dan kerja keras.
5. Memotivasi manusia untuk semakin kreatif dalam rangka mengungkap hukum hukum
alam.

Anda mungkin juga menyukai