Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INDIVIDU HOME VISIT 1

KELUARGA BINAAN Tn. H DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN


KESEHATAN KELUARGA

Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Departemen Komunitas


RT 12 RW 04 Kelurahan Desa Langlang Kota Malang
Wiayah Kerja Puskesmas Singosari Kota Malang

Di Bimbing Oleh :
Ns. Annisa Wuri Kartika, S. Kep M. Kep

Oleh:
SAMUEL BAYU SANTOSA HARI SUSILO
NIM. 200070302111016
Kelompok 2B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BINAAN Ny. S

Kunjungan ke-1 Tanggal : 26 April 2021

A. Latar Belakang
Karakteristik klien
Ny. S merupakan pasien lansia RT 12 RW 04 yang berusia 84 th. Ny. S
menderita Hipertensi, saat dilakukan pemeriksaan fisik TD klien yaitu 160/120 mmHg
dan Nadi klien 80 x/menit. Klien mengatakan mengeluhkan pusing kepala dan juga
merasa berat atau kaku di bagian lehernya. Pengkajian nyeri sebagai berikut : P =
ketika tekanan darah tinggi, Q= cenut-cenut, R= kepala dan leher, S= sala 3/10, T=
hilang timbul. Ny. S mengatakan jika kepalanya pusing Ny, S beristirahat dan
meminum obat antihipertensi. Riwayat obat antihipertensi Ny. S yaitu Nopertine.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau
tenang (Kemenkes RI, 2014). Pada populasi lansia,hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90mmHg (Rohaendi, 2008).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang
banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus
senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertensi dan arteriosclerosis
(pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk
penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha dalam menangani
atau mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya
faktor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi yang
meliputi manajemen pengobatan farmakologis dan non farmakologis.
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari
proses penuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia tergolong tinggi. Setelah umur
69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada studi yang dilakukan
oleh Borzecki, juga didapatkan bahwa individu dengan usia 50 tahun sangat rentan
terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler, terutama hipertensi (Borzecki. AM., et al
2006).
Di Indonesia hipertensi masih menjadi tantangan besar. Hal ini
dikarenakan  hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Sekitar 1 dari 3 orang penduduk Indonesia menderita hipertensi.
Berdasarkan prevalensinya, persentase penderita hipertensi yang berusia diatas 18
tahun yaitu 25,8%. Jumlah kasus hipertensi yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan hanya sebesar 36,8% dan selebihnya (63,2%) tidak terdiagnosis. Hasil
pengukuran yang dilakukan menunjukkan persentase penderita hipertensi
mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan rentang usia. Pada kelompok
umur 35-44 sebanyak 24,8% menderita hipertensi, umur 45-54 sebesar 35,6%,
meningkat lagi pada umur 65-74 sebesar 57,6% dan yang paling tinggi sebanyak
63,8%dari lansia berusia 75 tahun keatas mengalami hipertensi. (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan penjabaran tersebut diatas, dirasa perlu untuk melakukan
pembinaan kesehatan pada pasien dan keluarga penderita hipertensi guna
mencegah komplikasi lebih lanjut dan menurunkan angka morbiditas serta mortalitas
akibat hipertensi.

B. Proses keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x30 menit keluarga mampu
memahami tentang Diit Hipertensi dengan DASH
3. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan kembali mengenai diet
b. Mampu menjelaskan kembali bagaimana cara diet
C. Implementasi dan Tindakan Keperawatan
a. Metode : Ceramah, Diskusi
b. Alat : lembar perubahan perilaku diet hipertensi metode DASH
c. Waktu dan tempat
Tempat : Rumah keluarga Ny. S RT 12 RW 04, Kelurahan Desa
Langlang, Kecamatan Singosari Kota Malang
Waktu : Pukul 09.30 WIB

D. Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta Metode Media
Kegiatan 2 - Membuka dengan - Menjawab salam, Ceramah
Pembuka menit salam, memperkenalkan mendengarkan dan
diri, dan kontrak waktu memberikan
- Menjelaskan tujuan persetujuan
penyuluhan - Memperhatikan
- Menjelaskan cakupan batasan materi
materi yang akan
dibahas
- Pengecekan tekanan Tabel
darah keluarga peruba
Memperhatikan dan
Uraian 25 - Menjelaskan diet han
menyimak penjelasan Ceramah
Materi menit hipertensi metode DASH perilaku
dari Pemateri
- Menjelaskan tabel dan
perubahan perilaku leaflet
- Meminta salah satu
- Mengutarakan
anggota keluarga
jawaban
menjelaskan sedikit
tentang hasil diskusi
- Mengutarakan ide/ Tabel
yang telah dilakukan
pendapat Ceramah peruba
- Menawarkan komentar
Pra 2 - Menyimak dan han
atau pertanyaan dari
Penutupan menit Tanya perilaku
peserta
- Mengutarakan Jawab dan
- Menjawab komentar
jawaban leaflet
atau pertanyaan dari
peserta
- Mengajukan beberapa
pertanyaan
- Memberikan kesimpulan
- Menyimak dan
1 dari pembahasan
Penutupan Memperhatikan Ceramah
menit - Menutup pertemuan dan
- Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
- Persiapan materi dilakukan sebelum pemberian intervensi pada keluarga.
- Persiapan media dilakukan sebelum pemberian intervensi pada keluarga.
- Melakukan konfirmasi kembali terkait hari dan waktu untuk pelaksanaan
intervensi dengan keluarga.

b. Kriteria proses
- Proses pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal waktu yang disepakati.
- Keluarga antusias selama proses kegiatan diskusi.
- Keluarga berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan.
- Keluarga memberikan respon umpan balik berupa tanya jawab saat diskusi.

c. Kriteria hasil
- Keluarga dapat memahami pengertian dan memahami manajemen
pencegahan hipertensi yang tepat.
- Keluarga dapat berperan sebagai caregiver dengan baik
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sesuai

Materi
A. DEFINISI
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur dan produk susu yang rnedah lemak.
Kurangi juga asupan garam sampai dengan enam gram NaCl (garam dapur) per hari
(Sinaga, 2012)

B. PATOFISIOLOGI
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbu han ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Sel endotel
pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu
molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak
terjadi pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya,
volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

C. KLASIFIKASI
D. KOMPLIKASI
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ
tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak
terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan
kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-
lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap
garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan
pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah:
1) Jantung
- hipertrofi ventrikel kiri
- angina atau infark miokardium
- gagal jantung
2) Otak
- stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati
E. DOCUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai