Anda di halaman 1dari 12

Biofarmasi 1 (2): 65-76, Agustus 2003, ISSN: 1693-2242 DOI: 10.

13057/biofar/f010205
 2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

REVIEW: Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.)


dan Aktivitas Biologinya

REVIEW: Organosulphure compound of garlic (Allium sativum L.) and its


biological activities

UDHI EKO HERNAWAN♥, AHMAD DWI SETYAWAN


Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 57126.
Korespondensi: udhi_z@myquran.com, biodiv@uns.ac.id. Tel./Faks. +6271-663375.

Diterima: 7 Juli 2003. Disetujui: 17 Agustus 2003.

Abstract. Garlic was used a long time ago as traditional medicine. The valuable bulb is used to treat hypertension,
respiratory infection, headache, hemorrhoids, constipation, bruised injury or slice, insomnia, cholesterol, influenza,
urinary disease, etc. Garlic bulbs can be used as anti-diabetic, anti-hypertension, anti-cholesterol, anti-atherosclerosis,
anti-oxidant, anti-cell platelet aggregation, fibrinolysis spur, anti-viral, anti-microbial, and anti-cancer. The ultimate
bioactive compound of garlic is organo-sulfur components, i.e., alliin, allicin, ajoene, allyl sulfide groups, and allyl
cysteine. There was not any report of any side effects or toxicity of garlic.

Keywords: garlic, organo-sulfur, biological activities.

PENDAHULUAN gangguan pernafasan, sakit kepala, ambeien,


sembelit, luka memar atau sayat, cacingan,
Ribuan tahun sebelum Masehi, manusia telah insomnia, kolesterol, flu, gangguan saluran kencing,
memiliki pengetahuan tradisional tentang pengo- dan lain-lain (Thomas, 2000; Rukmana, 1995).
batan dengan menggunakan ramuan tumbuh-
tumbuhan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
utama pengobatan telah menjadi bagian dari TANAMAN BAWANG PUTIH
kebudayaan hampir setiap negara di dunia (Lee et
al., 2000). Lebih dari 13.000 jenis tanaman Sejarah dan penyebaran
digunakan untuk membuat ribuan resep ramuan Bawang putih telah lama menjadi bagian
pengobatan tradisional dari berbagai belahan dunia kehidupan masyarakat di berbagai peradaban dunia.
(Dahanukar et al., 2000). Peran tumbuhan sebagai Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan
bahan obat sama pentingnya dengan perannya tanaman ini mulai dimanfaatkan dan dibudidayakan.
sebagai bahan makanan (Raskin et al., 2002). Awal pemanfaatan bawang putih diperkirakan
Dewasa ini minat masyarakat untuk kembali berasal dari Asia Tengah. Hal ini didasarkan temuan
pada pengobatan tradisional semakin meningkat. sebuah catatan medis yang berusia sekitar 5000
Pengobatan dengan ramuan tradisional dirasakan tahun yang lalu (3000 SM). Dari Asia Tengah
lebih murah dari pada obat kimiawi sintetik. kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk
Prosedur pembuatannya pun mudah bahkan dalam Indonesia. Sehingga bagi bangsa Indonesia bawang
keadaan mendesak. Peluang untuk mendapatkan putih merupakan tanaman introduksi (Santoso,
ramuan mujarab dan mudah diperoleh masih 2000).
terbuka lebar, mengingat potensi tanaman obat Bangsa Sumeria telah mengenal bawang putih
Indonesia yang tinggi dan belum termanfaatkan untuk pengobatan, sekitar tahun 2600–2100 SM.
semuanya (Thomas, 2000). Sedangkan bangsa Mesir Kuno, dalam Codex Ebers
Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat (1550 SM), mengenal bawang putih sebagai bahan
obat adalah bawang putih (Allium sativum L.). ramuan untuk mempertahankan stamina tubuh para
Informasi paling awal tentang khasiat obat tanaman pekerja dan olahragawan. Orang Yahudi kuno mem-
dimulai sekitar tahun 3000 SM oleh bangsa Cina pelajari pemanfaatan bawang putih dari Bangsa
(Banerjee dan Maulik, 2002), dan suku-suku Mesir dan menyebarkannya ke semenanjung Arab.
pengelana (nomad) Asia Tengah yang Penduduk Romawi diketahui telah lama mengkon-
menggunakannya untuk mengusir roh jahat dan sumsi bawang putih terutama, para tentara dan bu-
menjaga kesehatan (Aaron, 1996). Bagian tanaman dak. Penduduk Cina dan Korea sudah biasa meman-
bawang putih yang paling berkhasiat adalah umbi. faatkan bawang putih sebagai obat dan pengusir roh
Di Indonesia, selain umum digunakan sebagai jahat (Banerjee dan Maulik, 2002; Yarnell, 1999).
bumbu masakan, umbi bawang putih digunakan Bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno sangat
pula untuk mengobati tekanan darah tinggi, memuji dan menggunakan bawan putih. Hippo-
66 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

crates menyarankan penggunaannya untuk mengo- dasar perhiasan bunga. Ovarium superior, tersusun
bati sembelit dan diuretik. Aristoteles menyarankan atas 3 ruangan. Buah kecil berbentuk kapsul
untuk mengobati rabies (Anonim, 1997a). Bawang loculicidal (Becker dan Bakhuizen van den Brink,
putih dipercaya dapat meningkatkan stamina para 1963; Zhang, 1999).
kuli yang membangun piramid, meningkatkan Bawang putih umumnya tumbuh di dataran
keberanian tentara Romawi dan melawan roh-roh tinggi, tetapi varietas tertentu mampu tumbuh di
jahat (Dobelis, 1990). Selama awal Perang Dunia I, dataran rendah. Tanah yang bertekstur lempung
dokter bedah tentara Inggris menggunakan bawang berpasir atau lempung berdebu dengan pH netral
putih sebagai bakterisida (Anonim, 1997a). menjadi media tumbuh yang baik. Lahan tanaman
Teks kuno Charaka-Samhita dari India ini tidak boleh tergenang air. Suhu yang cocok
menyebutkan khasiat bawang putih untuk serangan untuk budidaya di dataran tinggi berkisar antara
jantung dan arthritis. Bawang putih juga masuk 20–25OC dengan curah hujan sekitar 1.200–2.400
dalam catatan kuno India lainnya, yaitu Bower mm pertahun, sedangkan suhu untuk dataran
Manuscript (300 SM) (Banerjee dan Maulik, 2002; rendah berkisar antara 27–30OC (Santoso, 2000).
Yarnell, 1999). Bawang putih mencapai Eropa
beberapa abad sebelum akhirnya dintroduksikan ke
Amerika (Yarnell, 1999). Kapan tanaman tersebut METABOLIT SEKUNDER: ORGANOSULFUR
masuk Indonesia, belum diketahui dengan pasti,
diduga dibawa oleh para pedagang dari India, Cina, Metabolit sekunder yang terkandung di dalam
Arab, dan Portugis pada abad 19 (Rukmana, 1995). umbi bawang putih membentuk suatu sistem
kimiawi yang kompleks serta merupakan
Morfologi dan ekologi mekanisme pertahanan diri dari kerusakan akibat
Bawang putih termasuk dalam familia Liliaceae mikroorganisme dan faktor eksternal lainnya.
(Becker dan Bakhuizen van den Brink, 1963). Sistem tersebut juga ikut berperan dalam proses
Tanaman ini memiliki beberapa nama lokal, yaitu, perkembangbiakan tanaman melalui pembentukan
dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda), tunas (Amagase et al., 2001).
bawang (Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain,
kasuna (Bali), lasuna mawura (Minahasa), bawa bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit
badudo (Ternate), dan bawa fiufer (Irian Jaya) sekunder yang secara biologi sangat berguna
(Santoso, 2000; Heyne, 1987). (Challem, 1995). Senyawa ini kebanyakan
Bawang putih merupakan tanaman herba mengandung belerang yang bertanggungjawab atas
parenial yang membentuk umbi lapis. Tanaman ini rasa, aroma, dan sifat-sifat farmakologi bawang
tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994). Dua senyawa
setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas organosulfur paling penting dalam umbi bawang
permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri putih, yaitu asam amino non-volatil -glutamil-S-
dari pelepah–pelepah daun. Sedangkan batang yang alk(en)il-L-sistein (1) dan minyak atsiri S-alk(en)il-
sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal sistein sulfoksida atau alliin (2).
batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang
banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar NH2
yang tumbuh pada batang pokok bersifat H2 H H2
CH C N C
rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap
HOOC C C SH
makanan (Santoso, 2000). C
H2 OOH
Bawang putih membentuk umbi lapis berwarna
putih. Sebuah umbi terdiri dari 8–20 siung (anak O
bawang). Antara siung satu dengan yang lainnya
dipisahkan oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk (1) -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein
satu kesatuan yang kuat dan rapat. Di dalam siung
terdapat lembaga yang dapat tumbuh menerobos O
pucuk siung menjadi tunas baru, serta daging NH2
pembungkus lembaga yang berfungsi sebagai H
C S CH
pelindung sekaligus gudang persediaan makanan.
Bagian dasar umbi pada hakikatnya adalah batang H2C C C COOH
H2 H2
pokok yang mengalami rudimentasi (Santoso, 2000;
Zhang, 1999). (2) alliin
Helaian daun bawang putih berbentuk pita,
panjang dapat mencapai 30–60 cm dan lebar 1–2,5 Dua senyawa di atas menjadi prekursor sebagian
cm. Jumlah daun 7–10 helai setiap tanaman. besar senyawa organosulfur lainnya. Kadarnya
Pelepah daun panjang, merupakan satu kesatuan dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa
yang membentuk batang semu. Bunga merupakan organosulfur di dalam umbi (Zhang, 1999). Senya-
bunga majemuk yang tersusun membulat; mem- wa -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein (1) merupakan
bentuk infloresensi payung dengan diameter 4–9 senyawa intermediet biosintesis pembentukan
cm. Perhiasan bunga berupa tenda bunga dengan 6 senyawa organosulfur lainnya, termasuk alliin (2).
tepala berbentuk bulat telur. Stamen berjumlah 6, Senyawa ini dibentuk dari jalur biosintesis asam
dengan panjang filamen 4–5 mm, bertumpu pada
HERNAWAN dan SETYAWAN – Bioaktivitas organosulfur Allium sativum 67

NH2 Proses reaksi pemeca-


H2 H H2 han -glutamil-S-alk(en)il-
CH C N C L-sistein (1) berlangsung
HOOC C C SH
H2
C
OOH
dengan bantuan enzim -
glutamil - transpeptidase
O
O
NH2 dan -glutamil-peptidase
(1) g-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein H oksidase, serta akan
C S CH menghasilkan alliin (2)
H2C C C COOH (Song dan Milner, 2001).
H2 H2
Pada saat umbi bawang
(2) alliin putih diiris-iris dan di-
haluskan dalam proses
allinase pembuatan ekstrak atau
bumbu masakan, enzim
O allinase menjadi aktif dan
NH2 H H2 menghidrolisis alliin (2)
H
C S CH
C S C CH2 menghasilkan senyawa
C C COOH
H2C C S C intermediet asam allil
H2C H2 H
H2 H2 sulfenat (5). Kondensasi
(3) allicin asam tersebut menghasil-
(4) S- allil sistein kan allisin (3), asam
piruvat, dan ion NH4+
(Gambar 2). Satu miligram
alliin (2) ekuivalen dengan
senyawa allil sulfida 0,45 mg allisin (3) (Zhang,
1999). Pemanasan dapat
Gambar 1. Jalur Pemecahan -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein. menghambat aktivitas en-
zim allinase. Pada suhu di
atas 60oC, enzim ini inaktif
O
NH2 (Song dan Milner, 2001).
H Asam amino alliin (2)
C S CH
akan segera berubah men-
H2C C C COOH jadi allisin begitu umbi
H2 H2
(2) alliin diremas (Dreidger, 1996).
Allisin (3) bersifat tidak
allinase + H2O stabil (Amagase et al.,
2001), sehingga mudah
mengalami reaksi lanjut,
H2
C S tergantung kondisi pengo-
H3C C OH lahan atau faktor eksternal
H2 lain seperti penyimpanan,
(5) asam allil sulfenat suhu, dan lain-lain. Eks-
traksi umbi bawang putih
O dengan etanol pada suhu
O
di bawah 0oC, akan meng-
O- hasilkan alliin (2). Eks-
H H2
CH2 +
traksi dengan etanol dan
C S C H3C + NH4 air pada suhu 25oC akan
H2C C S C
H2 H menghasilkan allisin (3)
O dan tidak menghasilkan
(3) allicin pyruvate alliin (2). Sedang ekstraksi
dengan metode distilasi
Gambar 2. Reaksi pembentukan allicin (3). uap (100oC) menyebabkan
seluruh kandungan alliin
amino. Dari -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein (1), berubah menjadi senyawa
reaksi enzimatis yang terjadi akan menghasilkan allil sulfida (Zhang, 1999). Oleh karena itu proses
banyak senyawa turunan, melalui dua cabang ekstraksi perlu dilakukan pada suhu kamar.
reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan S- Pemanasan dapat menurunkan aktivitas anti-kanker
allil sistein (SAC) (4) (Gambar 1). Dari jalur ekstrak umbi bawang putih. Pengolahan ekstrak
pembentukan thiosulfinat akan dihasilkan senyawa dengan microwave selama 1 menit menyebabkan
allisin (allisin) (3). Selanjutnya dari jalur ini akan hilangnya 90% kinerja enzim allinase. Pemanasan
dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin, ajoene, dan dapat menyebabkan reaksi pem-bentukan senyawa
senyawa sulfur lain (Song dan Milner, 2001). allil-sulfur terhenti (Song dan Milner, 2001).
68 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

H
C S
C S
H H2 H2C
H2
C S C CH2
H2 H2
C S C H2C C C CH
H2C
H2 H C S C
H H
O
(6) diallil disulfida (15) Z-ajoene

H2 H2 S
H2C C S C CH2 CH2

CH S S C
H S

(7) diallil trisulfida (16) 2-vinil-(4H)-1,3-dithiin

H H S
C S C S

H2C C C CH2 CH2


H2 H2

(8) diallil sulfida (17) 3-vinil-(4H)-1,2-dithiin

NH2
CH3 CH3
H2
C S CH
C S C
H3C C C COOH
H2C C C CH2 H2 H2
H2 H2

(9) metallil sulfida (18) S-propil-sistein

NH2
H2 H2
C S C
H3C S CH
H3C C C CH3
H2 H2 C C COOH
H2 H2

(10) dipropil sulfida (19) S-etil-sistein

NH2
H2 H2
C S C CH3
S CH
H3C C S C
H2 H2 H3C C COOH
H2

(11) dipropil disulfida (20) S-metilsistein

H2 CH3 NH2
H2C C
C SH Se CH
H C COOH
H2
(12) allilmerkaptan (21) Se-(metil)selenosistein

H2 NH2
H2C C CH3
Se CH
C S
H H3C C COOH
H2
(13) allil metil sulfida (22) selenometionin

H2 H2 H H NH2 NH2
H2C C C C S C
C S C S C CH2 CH Se Se CH
H H H2
HOOC C C COOH
O H2 H2
(14) E-ajoene (23) selenosistein
HERNAWAN dan SETYAWAN – Bioaktivitas organosulfur Allium sativum 69

OH OCH3

HO O HO O

HO HO
O O
OH OH
OH OH
OH O O OH O O
CH2OH CH2OH
(24) kaempferol-3-O--D-glukopiranosa (25) isorhamnetin-3-O--D-glukopiranosa

OH NH2
H NH2
N H
O C S CH COOH
NH
OH H2C C S C
HO COOH
H2 H2
OH
(26) Nα-(1-deoxy-D-fructose-1-yl)-L-arginin (27) S-allil merkaptosistein

Allisin (3) merupakan prekursor pembentukan 57% diallil sufida (8), 37% allil metil sulfida (13),
allil sulfida, misalnya diallil disulfida (DADS) (6), dan 6% dimetil sulfida. Minyak bawang komersial
diallil trisulfida (DATS) (7), diallil sulfida (DAS) (8), umumnya mengandung 26% diallil disulfida (6),
metallil sulfida (9), dipropil sulfida (10), dipropil 19% diallil trisulfida (7), 15% allil metil trisulfida,
disulfida (11), allil merkaptan (12), dan allil metil 13% allil metil disulfida, 8% diallil tetrasulfida, 6%
sulfida (13). Kelompok alllil sulfida memiliki sifat allil metil tetrasulfida, 3% dimetil trisulfida, 4%
dapat larut dalam minyak. Oleh karena itu, untuk pentasulfida, dan 1% heksasulfida. Minyak bawang
mengekstraknya digunakan pelarut non-polar hasil maserasi mengandung kelompok vinyl-dithiin
(Gupta dan Porter, 2001). Pembentukan kelompok 0,8 mg/g dan ajoena 0,1 mg/g, sedangkan ekstrak
ajoene, misalnya E-ajoene (14) dan Z-ajoene (15), eter mengandung vinyl-dithiin 5,7 mg/g, allil sulfida
serta kelompok dithiin, misalnya 2-vinil-(4H)-1,3- 1,4 mg/g, dan ajoena 0,4 mg/g (Banerjee dan
dithiin (16) dan 3-vinil-(4H)-1,2-dithiin (17), juga Maulik, 2002).
berawal dari pemecahan allisin (3) (Zhang, 1999).
Senyawa organosulfur lain yang terkandung
dalam umbi bawang putih antara lain, S-propil- AKTIVITAS BIOLOGI
sistein (SPC) (18), S-etil-sistein (SEC) (19), dan S-
metil-sistein (SMC) (20). Umbi bawang putih juga Para pakar kesehatan secara konsisten
mengandung senyawa organo-selenium dan melakukan penggalian informasi khasiat bawang
tellurium, antara lain Se-(metil)selenosistein (21), putih melalui penelitian farmakologi laboratoris yang
selenometionin (22), dan selenosistein (23). sistematis (Rukmana, 1995). Tahapan pengujian,
Senyawa-senyawa di atas (18–23) mudah larut penelitian, dan pengembangan secara sistematis
dalam air (Gupta dan Porter, 2001). Beberapa perlu dilakukan agar pemanfaatan dan khasiat
senyawa bioaktif flavonoid penting yang telah bawang putih dapat dipertanggungjawabkan secara
ditemukan antara lain: kaempferol-3-O--D- ilmiah (Budhi, 1994), bukan sekedar pengetahuan
glukopiranosa (24) dan iso-rhamnetin-3-O--D- yang diperoleh secara turun temurun. Pembuatan
glukopiranosa (25) (Kim et al., 2000). Senyawa catatan atau dokumentasi ilmiah atas hasil
frukto-peptida yang penting, yaitu Nα-(1-deoxy-D- penelitian tersebut dilakukan agar dapat terus
fructose-1-yl)-L-arginin (26) (Ryu et al., 2001). dimanfaatkan dan dikembangkan oleh generasi di
Ekstrak segar umbi bawang putih dapat disimpan masa depan. Penelitian farmakologi tentang bawang
lama dalam ethanol 15–20%. Penyimpanan selama putih telah banyak dilakukan, tidak hanya secara in
sekitar 20 bulan pada suhu kamar akan vivo (dengan hewan percobaan) tetapi juga in vitro
menghasilkan AGE (aged garlic extract). Selama (dalam tabung kultur). Hal ini ditempuh untuk
penyimpanan, kandungan allisin (3) akan menurun membuktikan khasiat dan aktivitas biologi dari
dan sebaliknya diikuti naiknya konsentrasi senyawa- senyawa aktif bawang putih, sekaligus dosis dan
senyawa baru. Senyawa yang dominan terkandung kemungkinan efek sampingnya. Berbagai penelitian
adalah S-alil sistein (4) dan S-allilmerkaptosistein yang telah dikembangkan untuk mengeksplorasi
(SAMC) (27) (Banerjee dan Maulik, 2002; Amagase aktivitas biologi umbi bawang putih yang terkait
et al., 2001). dengan farmakologi, antara lain sebagai anti-
Selain dalam bentuk ekstrak padatan, umbi diabetes, anti-hipertensi, anti-kolesterol, anti-
bawang putih dapat pula diolah melalui distilasi uap atherosklerosis, anti-oksidan, anti-agregasi sel
menjadi minyak atsiri bawang putih yang banyak platelet, pemacu fibrinolisis, anti-virus, anti-
digunakan dalam pengobatan. Kandungan kimia mikrobia, dan anti-kanker.
minyak atsiri bawang ini secara umum terdiri dari
70 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

Anti-diabetes Anti-hipertensi
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit Hipertensi merupakan salah satu bentuk
fisiologis berupa perubahan homeostasis glukosa penyakit kardiovaskuler. Penyakit ini dicirikan
yang menyebabkan kadar glukosa plasma darah di tekanan darah penderita yang mengalami kenaikan
atas normal. Kondisi ini sering disebut hiperglikemik di atas normal (Koya dan King, 1998). Tekanan
(Maher, 2000). Berbagai jenis tumbuhan obat telah normal untuk manusia adalah sistolik di bawah 140
dimanfaatkan untuk terapi penyakit tersebut. mm Hg dan diastolik 90 mm Hg. Gaya hidup dan
Banyak penelitian telah sampai pada isolasi pola makan merupakan faktor utama yang berperan
senyawa aktif tumbuhan yang mampu memberikan sebagai pemicu hipertensi. Oleh karena itu, terapi
efek hipoglikemik atau anti-diabetes, termasuk yang paling tepat untuk pengobatan dan
diantaranya umbi bawang putih. pencegahan adalan perbaikan gaya hidup dan pola
Efek hipoglikemik umbi bawang putih telah makan (Banerjee dan Maulik, 2002).
dibuktikan secara in vivo, sedangkan secara in vitro Penelitian awal tentang efek hipotensif
belum dilakukan. Penelitian awal mengenai efek (penuruan tekanan darah) dari ekstrak umbi
hipoglikemik bawang putih dilakukan oleh Mathew bawang putih dilakukan oleh Foushee et al. (1982).
dan Augusti (1973), dengan melakukan isolasi Perlakuan diberikan dengan dosis 0,1; 0,25; dan
allisin (3) dan memberikannya pada tikus diabetes. 0,5 ml/kg BB secara oral. Efek hipotensif ekstrak
Pada perlakuan dengan dosis 250 mg/kb BB, mulai muncul 1 jam setelah perlakuan dan
diketahui allisin (3) mampu menurunkan kadar menghilang 24 jam kemudian. Dosis 0,5 ml/kg BB
glukosa darah 60% lebih efektif daripada merupakan dosis perlakuan yang memiliki aktivitas
tolbutamid. Selanjutnya, Augusti (1975) memberi hipotensif paling tinggi.
perlakuan ekstrak umbi bawang putih pada kelinci Ekstrak umbi bawang putih dengan dosis 2,4
yang diinduksi diabetes menggunakan alloksan. g/individu/hari mampu menurunkan tekanan darah
Allisin (3) dari ekstrak umbi bawang putih dapat penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah
menurunkan kadar glukosa darah kelinci seperti muncul 5–14 jam setelah perlakuan. Ekstrak
halnya tolbutamid (obat sintetis untuk penderita tersebut mengandung allisin (3) 1,3%. Efek
diabetes). Pada perkembangan berikutnya, semua samping pada sukarelawan setelah perlakuan tidak
penelitian yang mengkaji efek hipoglikemik umbi ditemukan (McMahon dan Vargas, 1993). Penelitian
bawang putih menunjukkan hasil posiitif (Banerjee juga menunjukkan bahwa pemanfaatan umbi
dan Maulik, 2002). bawang putih dalam bumbu masakan dapat
Sheela et al. (1995) mengisolasi senyawa asam menekan peluang terkena hipertensi. Rata-rata
amino sulfoksida dari bawang putih untuk kemudian konsumsi umbi bawang putih 134 gram per bulan
diperlakukan pada tikus diabetes. Senyawa yang dianjurkan untuk mencegah hipertensi (Qidwai et
berhasil diisolasi adalah S-metilsistein sulfoksida al., 2000). Mekanisme penurunan tekanan darah
(SMCS) dan alliin atau S-allilsistein sulfoksida (2). diperkirakan berkaitan dengan vasodilatasi otot
Perlakuan ekstrak selama sebulan menunjukkan pembuluh darah yang dipengaruhi senyawa dalam
penurunan kadar glukosa darah yang signifikan. ekstrak umbi bawang putih. Potensial membran otot
Alliin (2) pada dosis 200 mg/kg BB mempunyai polos mengalami penurunan hingga nilainya negatif.
unjuk kerja yang sama dengan glibenclamide (obat Hal ini menyebabkan tertutupnya Ca2+-channel dan
diabetes) dan hormon insulin. terbukanya K+-channel sehingga terjadi hiper-
Perlakuan ekstrak minyak atsiri bawang putih polarisasi. Konsekuensinya otot akan mengalami
pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar enzim relaksasi (Siegel et al., 1992).
fosfatase dalam sel darah merah, fosfatase asam Senyawa aktif umbi bawang putih yang diketahui
dan alkali, transferase alanin, transferase aspartat, mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+ untuk
dan amilase dalam serum darah. Enzim-enzim kontraksi otot jantung dan otot polos pembuluh
tersebut berperan dalam metabolisme glukosa darah adalah kelompok ajoene (14-15). Konsentrasi
(Ohaeri, 2001). Perlakuan dengan ekstrak yang ion Ca2+-intraseluler yang tinggi dapat
sama pada manusia normal juga menunjukkan menyebabkan vasokonstriksi yang menyebabkan
adanya aktivitas hipoglikemik pada serum darah. hipertensi. Senyawa aktif tersebut diperkirakan
Kadar glukosa darah para sukarelawan mengalami dapat menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam
penurunan setelah diberi perlakuan selama 11 sel, sehingga konsentrasi ion Ca2+ intraseluler
minggu (Zhang et al., 2001). menurun dan terjadi hiperpolarisasi, diikuti relaksasi
Mekanisme penurunan kadar glukosa darah oleh otot. Relaksasi menyebabkan ruangan dalam
ekstrak bawang putih masih belum diketahui secara pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah
jelas. Senyawa yang berperan telah diketahui yakni turun (Siegel et al., 1992).
allisin (3) dan alliin (2) (Augusti, 1975; Sheela et
al., 1995). Kemungkinan masih terdapat senyawa Anti-oksidan
lain yang juga mampu menurunkan kadar glukosa Oksidasi DNA, protein, dan lemak oleh oksigen
darah pada diabetes mellitus. Allisin (3) dan alliin reaktif (reactive oxygen species/ ROS) merupakan
(2) mampu menjadi agen anti-diabetes dengan faktor utama kasus penuaan dini, penyakit
mekanisme perangsangan pankreas untuk kardiovaskuler, kanker, neurodegenerasi dan
mengeluarkan sekret insulinnya lebih banyak inflamasi. Untuk mencegah proses oksidasi, maka
(Banerjee dan Maulik, 2002). digunakan senyawa anti-oksidan. Aktivitas senyawa
tersebut, biasanya disebut anti-oksidatif. Dari
HERNAWAN dan SETYAWAN – Bioaktivitas organosulfur Allium sativum 71

berbagai penelitian in vitro, ekstrak umbi bawang (Mabey, et al., 1988). Allisin dan adrenosin
putih diketahui memilki aktivitas anti-oksidatif merupakan kandungan anti-platelet paling penting
(Borek, 2001). dalam bawang putih (Agarwal, 1996). Minyak
Borek (2001) menyebutkan aktivitas anti- bawang putih yang diberikan kepada pasien
oksidatif ekstrak umbi bawang putih, antara lain penyakit jantung koroner dapat menghambat
peningkatan enzim protektif, yaitu glutation agregasi platelet secara in vivo. Pemberian bawang
superoksida dismutase, katalase, glutation putih dengan dosis rendah menghambat agregasi
peroksidase pada sel endotel pembuluh darah; platelet tersebut (Bordia et al., 1996). Dithiin (16-
peningkatan sitoproteksi terhadap radikal bebas dan 17) dan ajoene memiliki sifat-sifat antithrombik,
senyawa asing, seperti benzopyrene, karbon bahkan ajoene kini dikembangkan untuk obat
tetraklorida, acetaminophen, isoproterenol, gangguan thromboembolik (Agarwal, 1996). Dithiin
doxorubicin, dan adrymiacin; penghambatan dan ajoene menurunkan kecepatan pembekuan
peroksidasi pada lemak jantung, hati, dan ginjal; darah karena bersifat antikoagulasi dan darah
penghambatan aktivitas ROS; penghambatan rendah. Hal ini secara langsung dapat mengurangi
oksidasi yang diinduksi oleh Cu2+ pada LDL; resiko strok dan penyakit kardiovaskuler (Jesse et
penghambatan aktivitas NF-kB (nuclear factor- kB); al., 1997).
penghambatan mutagenesis DNA oleh aflatoksin Bawang putih dapat menaikkan fungsi
dari Salmonella typhimurium; penghambatan kardiovaskuler karena dapat menjaga serangan
aktivitas sitokrom P450; dan penghambatan TNF- hiperkolesterolemik, arthero sklerosis, ischemia-
(tumor necrosis factor-) pada sel T. reperfusi, arrhythmia, dan infarksi. Radikal bebas
Allisin (3) merupakan anti-oksidan utama dalam merupakan penyebab utama penyakit ini dan
umbi bawang putih. Senyawa ini mampu menekan antioksidan tampaknya dapat mengimbangi hal ini
produksi nitrat oksida (NO) melalui 2 jalur, yakni karena dapat memburu radikal bebas ini (Prasad et
pada konsentrasi rendah (10 M), menghambat al., 1996). Suatu keadaan dimana kadar lemak
kerja enzim cytokine-induced NO synthase (iNOS) dalam darah mengalami kenaikan melebihi batas
melalui pengendalian iNOS mRNA, sedangkan pada normal disebut hiperlipidaemia. Keadaan ini biasa
konsentrasi tinggi (40 M) menghambat transport dihadapi oleh seseorang yang mengalami masalah
arginin melalui mekanisme pengendalian CAT-2 kegemukan. Hiperlipidaemia meliputi dua kondisi
mRNA (cationic amino acid transporter-2 mRNA). yaitu, hiperkolesterolaemia (kolesterol tinggi) dan
Akumulasi NO akan menginduksi pembentukan hipertrigliseridaemia (trigliserida tinggi). Keduanya
oksidator kuat, peroksinitrit. NO dapat dihasilkan memicu atherosklerosis dan mempertinggi resiko
dari asam amino arginin dengan bantuan enzim penyakit kardiovaskuler (Barness, 2002).
nitrat oksida sintase (Schwartz et al., 2002). Penelitian yang menguji khasiat umbi bawang
Radikal bebas yang terdapat dalam rokok juga putih untuk menurunkan kadar kolesterol dalam
dihambat aktivitasnya oleh ekstrak umbi bawang darah telah dilakukan pada hewan percobaan dan
putih (Torok et al., 1994). Senyawa organosulfur manusia. Dari berbagai penelitian tersebut,
dalam ekstrak AGE umbi bawang putih, yaitu SAC diketahui pemberian ekstrak umbi bawang putih
(4) dan SAMC (27), mampu menghambat oksidasi dengan kandungan 10 mg alliin (2) dan/atau 4000
yang disebabkan senyawa chemiluminescense dan g allisin (3) dapat menurunkan kadar kolesterol
mencegah pembentukan senyawa asam total serum antara 10-12%; kolesterol LDL turun
tiobarbiturat reaktif dalam hati. SAC (4) dan SAMC sekitar 15%; kolesterol HDL naik sekitar 10%; dan
(27) juga menghambat aktivitas t-butil trigliserida turun 15% (Berthold et al. 1998; Pizorno
hidroperoksida dan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl dan Murray, 2000; Zhang et al., 2001; Yeh dan Liu,
(DPPH). Dua senyawa ini merupakan senyawa 2001).
oksidator yang cukup kuat (Imai et al., 1994). Senyawa SAC (4), SPC (18) dan SEC (19) pada
Ekstrak AGE juga dapat melindungi jaringan dari konsentrasi 2–4 mmol/liter mampu menghambat
hipersensitivitas radiasi sinar ultraviolet B (280–320 kecepatan sintesis kolesterol antara 40–60%,
nm) (Reeve et al., 1993). sedangkan -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein (1)
Senyawa yang mampu menghambat aktivitas mampu menghambat kecepatannya hingga 20–
hidrogen peroksida adalah Nα-(1-Deoxy-D-Fructose- 35%. Kelompok senyawa allil sulfida, yakni DADS
1-yl)-L-arginin (26). Senyawa ini ditemukan pada (6), DATS (7), DAS (8), dipropil sulfida (10),
ekstrak AGE. Dalam 5 liter ekstrak AGE komersial dipropil disulfida (11), dan allil metil sulfida (13)
terkandung 700 mg senyawa anti-oksidan tersebut pada konsentrasi 0,05–0,5 mmol/liter mampu
(Ryu et al., 2001). Dua senyawa flavonoid, menghambat 10–15%. Sedangkan alliin (2) tidak
kaempferol-3-O--D-glukopiranosa (24) dan menunjukkan aktivitas penghambatan (Yeh dan Liu,
isorhamnetin-3-O--D-glukopiranosa (25), diketahui 2001). Ekstrak segar umbi bawang putih 1 g/L
menghambat oksidasi yang disebabkan DPPH dan menunjukkan 50% inhibitory concentrasi (IC50)
peroksida asam linoleat (Kim et al., 2000). pada aktivitas enzim squalene mono-oksigenase.
Enzim tersebut merupakan enzim yang berperan
Anti-kolesterol dan anti-atherosklerosis dalam biosintesis kolesterol. Senyawa yang
Bawang putih dapat mengurangi pembekuan menunjukkan aktivitas penghambatan adalah
darah dan mengurangi tekanan darah, sehingga selenosistein (23) (IC50 = 65 mmol/L), SAC (4)
penting dalam terapi penyakit kardiovaskuler (IC50 = 110 mmol/L), alliin (2) (IC50 = 120
mmol/L), DATS (7) (IC50 = 195 mmol/L), dan
72 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

DADS (6) (IC50 = 400 mmol/L). Reaksi menunjukkan potensi umbi bawang putih sebagai
penghambatan kerja enzim tersebut bersifat agen anti-agregasi platelet.
irreversibel (Gupta dan Porter, 2001). Ekstrak metanol umbi bawang putih mampu
Penelitian secara in vitro menggunakan hepatosit menghambat agregasi platelet yang dinduksi oleh
menunjukkan senyawa organosulfur bawang putih kolagen, trombin, dan arakhidonat. Dari ekstrak
menghambat biosintesis kolesterol. Namun, tahap tersebut, diisolasi tiga senyawa aktif, yaitu DAT (7),
biosintesis yang lebih detail belum diketahui. vinil dithiin (16-17), dan alil-heksa-dienil trisulfida
Kemungkinan mekanisme penghambatannya (Apitz-Castro et al., 1983). Ajoene (14-15) yang
melalui dua cara, yaitu: (i) penghambatan pada diisolasi dari minyak atsiri bawang putih memliki
reaksi enzim hydroxymethylglutaryl-CoA reduktase aktivitas anti-agregasi paling tinggi dibandingkan
dan (ii) penghambatan pada reaksi enzim lain, senyawa-senyawa lain, termasuk allisin (3) dan
seperti squalene mono-oksigenase dan lanosterol- adenosin (Lawson et al., 1992).
14-demethylase (Pizorno dan Murray, 2000; Gupta Perlakuan 5 mL atau 1,4 g ekstrak AGE pada
dan Porter, 2001). sukarelawan selama 13 minggu berturut-turut dapat
Atherosklerosis merupakan penyempitan pembu- menghambat kecepatan aggregasi platelet yang
luh darah karena lemak. Oleh karena itu, hubungan diinduksi dengan ADP sampai 10 mol/L (Rahman
atherosklerosis dengan fungsi metabolisme lemak dan Billington, 2001). Kadar platelet yang melekat
sangat erat. Kelainan metabolisme lemak, seperti pada kolagen, fibrinogen, dan faktor von Willebrand
hiperlipidaemia, dapat mempertinggi resiko athero- menurun setelah 2 minggu perlakuan ekstrak AGE
sklerosis. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa pada dosis antara 2,4-7,2 g (Steiner dan Li, 2001).
ekstrak umbi bawang putih dapat menekan terjadi- Penghambatan agregasi platelet oleh umbi bawang
nya atherosklerosis (Yarnell, 1999). Perlakuan putih diperkirakan terjadi melalui ion Ca2+. Proses
ekstrak umbi bawang putih selama 2 tahun dapat transport Ca2+ ke dalam sitoplasma sel platelet
menjaga elastisitas aorta sukarelawan pada berba- dihambat oleh ajoene dan senyawa organosulfur
gai kelompok umur. Hal ini ditunjukkan dengan nilai lain, sehingga tidak terjadi agregasi platelet (Steiner
kecepatan denyut nadi (PWV/pulse wave velocity) dan Liu, 2001).
dan resistensi pembuluh elastis (EVR/elastic vascu-
lar resistance) yang secara signifikan lebih rendah Pemacu fibrinolisis
dari kontrol, baik pada kondisi tubuh istirahat Fibrinolisis merupakan salah satu mekanisme
maupun bekerja (Breithaupt-Grogle et al., 1997). dalam hemostasis. Gumpalan darah yang tidak
Ekstrak AGE dapat mengurangi 64% area dalam perlu dibersihkan melalui proses fibrinolisis. Tanpa
aorta yang tertutup oleh lemak dan secara fibrinolisis, pembuluh darah dapat macet karena
signifikan menurunkan kadar kolesterol. Ekstrak tersumbat gumpalan darah (Marieb, 1997). Pada
AGE juga dapat mengurang penebalan dinding aorta penderita diabetes mellitus, hipertensi, hiper-
sampai 50%, mencegah perubahan fenotipe dan lipidaemia, dan atherosklerosis, proses fibrinolisis
proliferasi jaringan otot polos pembuluh darah, dan dapat mengalami penurunan (Banerjee dan Maulik
mengurangi akumulasi lemak pada kultur makrofag. 2002). Perlakuan minyak atsiri bawang putih (dosis
Mekanisme aktivitas biologi tersebut berkaitan 1 g/kg BB/hari) dan jus umbi bawang putih (dosis
dengan pengaruh umbi bawang putih terhadap 250 mg/hari) dapat menaikkan aktivitas fibrinolisis
metabolisme kolesterol (Campbell et al., 2001). secara signifikan pada kelinci yang diberi asupan
kolesterol selama 12–13 minggu. Aktivitas
Anti-agregasi sel platelet fibrinolisis mengalami penurunan pada kelompok
Platelet (trombosit) berperan penting dalam kontrol karena asupan kolesterol dengan dosis 0,2
hemostasis (penghentian perdarahan). Mekanisme g/kg BB/hari (Banerjee dan Maulik, 2002).
hemostasis diawali dengan agregasi platelet pada Penelitian pada manusia juga menunjukkan hasil
dinding pembuluh darah yang terluka. Agregasi ini yang positif dalam hitungan 6–12 jam setelah
terjadi apabila sel platelet diaktivasi oleh adanya perlakuan berbagai macam ekstrak umbi bawang
luka dan diinduksi oleh ADP (adenosin difosfat), putih. Alliin (2) diperkirakan berperan dalam
epinefrin, kolagen, thrombin, arachidonat, PAF peningkatan aktivitas fibrinolisis (Pizorno dan
(platelet agregation factor) dan ionofor A-23187 Murray, 2000).
(Apitz-Castro et al., 1983; Marieb, 1997). Agregasi
platelet terjadi apabila reseptor fibrinogen pada Anti-mikrobia
permukaan sel terbuka. Dengan bantan ion Ca 2+ Umbi bawang putih berpotensi sebagai agen
ekstraseluler, reseptor tersebut berikatan dengan anti-mikrobia. Kemampuannya menghambat
fibrinogen dan sel platelet yang telah teraktivasi pertumbuhan mikrobia sangat luas, mencakup
untuk membentuk agregat. Reseptor fibrinogen virus, bakteri, protozoa, dan jamur (Tabel 1) (Nok
merupakan heterodimer dari G-ptotein (GP) IIb dan et al., 1996; Zhang, 1999; Ohta et al., 1999;
IIIa. Reseptor ini banyak mengandung gugus –SH Pizorno dan Murray, 2000; Yin et al., 2002). Ajoene
(Steiner dan Liu, 2001). Agregasi platelet dapat (14-15), yang terdapat dalam ekstrak maserasi
juga terjadi pada pembuluh darah yang mengalami bawang putih, mempunyai aktivitas anti-virus paling
atherosklerosis, sehingga aliran darah terhenti oleh tinggi dibandingkan senyawa lain, seperti allisin (3),
aktivitas pembekuan darah. Terhentinya aliran allil metil tiosulfinat, dan metil allil tiosulfinat.
darah dapat berakibat serius, yaitu kematian Ajoene (14-15) juga menghambat per-tumbuhan
(Banerjee dan Maulik, 2002). Berbagai penelitian bakteri gram negatif dan positif, serta khamir
HERNAWAN dan SETYAWAN – Bioaktivitas organosulfur Allium sativum 73

(Naganawa, et al., 1996). Tes Ames membuktikan yang disebut tumor. Kanker dapat timbul karena
bahwa senyawa ini dapat menghambat mutagenesis terjadinya mutasi gen. Perubahan sel normal men-
baik yang disebabkan perlakuan benzo[a]pyreded jadi sel kanker disebut karsinogenesis, yang terdiri
(B[a]P) atau 4-nitro-1,2-phenylenediamine atas beberapa tahap, diawali dengan inisiasi keru-
(Ishikawa et al., 1996). Penghambatan ini sangat sakan DNA sampai akhirnya penyebaran sel kanker
efektif pada mutasi tipe transisi (Agarwal, 1996). ke berbagai jaringan (Snustad dan Simmon, 2000).
Ajoene (14-15) di pasaran tidak diperoleh dari Bawang putih dapat mencegah terjadinya
bawang putih, karena jumlahnya sangat sedikit kangker lambung dan usus secara signifikan. Orang
dalam minyak atsiri alami (Ishikawa et al., 1996). yang secara teratur mencerna bawang putih
menunjukkan angka kejadian kangker saluran
Tabel 1. Spesies mikrobia yang pertumbuhannya pencernakan yang lebih rendah (Anonim, 1994;
dihambat ekstraks bawang putih. Howe, 1997). Bawang putih dapat menstimulasi
sistem kekebalan tubuh. Senyawa kimia dalam umbi
Kelompok Spesies
ini dapat mendorong aktivitas makrofage dan sel T,
1. Staphylococcus aureus
serta efektif dalam mengatasi infeksi virus pada
2. - & -hemolytic streptococcus
3. Citrobacter freundii saluran pernapasan atas dan melindungi membran
4. Enterococuc cloacae sel untuk mencegah rusaknya DNA (Holladay,
5. Enterpbacter cloacae 1997).
6. Eschericia coli Secara umum, aktivitas anti-kanker umbi
7. Proteus vulgaris bawang putih terjadi melalui dua jalur dasar, yaitu:
Bakteri 8. Salmonella enteritidis (i) apoptosis yang menyebabkan kematian sel dan
9. Citrobacter (ii) anti-proliferasi yang menyebabkan
10. Klebsiella pneumonia
terhambatnya pertumbuhan sel kanker. Apoptosis
11. Mycobacteria
12. Pseudomonas aeruginosa dan anti-proliferasi dapat terjadi melalui berbagai
13. Helicobacter pylori mekanisme molekuler yang melibatkan protein
14. Lactobacillus odontyliticus kinase, ion Ca-channel, modifikasi hormon steroid,
15. Candida albicans dan unsur-unsur transduksi sel lainnya. Ekstrak AGE
16. Cryptococcuc neofarmans mampu menghambat karsinogenesis, sejak stadium
17. Aspergillus niger awal inisiasi kerusakan DNA sampai stadium akhir.
Jamur 18. Fusarium oxysporium Baik pada jaringan kelenjar payudara, epitel kulit,
19. Saccharomyces cereviseae
usus besar, maupun lambung (Borek, 2001).
20. Geotrichum candidanum
21. Cladosporium werneckii
Umbi bawang putih secara in vitro mampu
22. Herpes simplex virus tipe 1 menghambat aktivitas senyawa 12-O-tetradecanoyl-
23. Herpes simplex virus tipe 2 phorbol-13-acetate (TPA). Senyawa ini merupakan
Virus 24. Parainfluenza tipe 3 promotor tumor dengan meningkatkan metabolisme
25. Vaccinia virus fosfolipida sel. Secara in vivo, pertumbuhan kanker
26. Vessicular stomatitis pada kulit tikus terhambat setelah diberi perlakukan
27. Human rhinovirus tipe 2 ekstrak umbi bawang putih (Nishino et al, 1989).
28. Trypanosoma brucei Ekstrak AGE (dosis 10 mg/ml dan 20 mg/ml) dapat
Protozoa 29. Trypanosoma congolense
menghambat pertumbuhan sel tumor sarkoma tikus
30. Trypanosoma vivax
mulai 3 hari setelah perlakuan. Penyebaran sel
tumor juga dihambat ekstrak tersebut pada dosis 5
Kandungan alliin bawang putih yang diremas
mg/ml; 10 mg/ml; dan 20 mg/ml. Hal ini
akan segera teroksidasi menjadi allisin dan
menunjukkan bahwa ekstrak AGE dapat mencegah
selanjutnya menjadi deoksi-alliin, DADS (2) dan
perkembangan metastasis tumor (Hu et al., 2002).
DATS (7), suatu senyawa anti bakteri (Mabey, et
Senyawa organosulfur dan selenium dalam umbi
al., 1988), namun tidak mempunyai aktivitas anti-
bawang putih mampu mengikat senyawa karsinogen
virus (Pizorno dan Murray, 2000). Senyawa-
(Borek, 2001). Aktivitas senyawa anti-kanker ini
senyawa tersebut dapat mereduksi sistein dalam
tidak hanya pada satu atau dua karsinogen dan
tubuh mikrobia sehingga mengganggu ikatan
jaringan tubuh, namun dapat ditemukan pada
disulfida dalam proteinnya. Resep yang
hampir semua karsinogen dan jaringan tubuh
mengandung ekstrak bawang putih, baik digunakan
(Milner, 1996). Senyawa organosulfur yang
sendirian ataupun dengan amphotericin B, dapat
mempunyai aktivitas anti-kanker adalah allisin (3),
melawan infeksi fungi sistemik pada manusia dan
ajoene (14-15), DAS (8), DADS (6), DATS (7), SAC
meningitis (Howe, 1997). DATS (7) merupakan
(4), dan SAMC (27) (Knowles dan Milner, 2001;
senyawa yang mempunyai aktivitas anti-bakteri
Anonim, 1997b). Penelitian terbaru menunjukkan
paling kuat (Yin et al., 2002). Senyawa yang dapat
senyawa-senyawa tambahan (minor) yang selama
menghambat pertumbuhan Trypanosoma adalah
ini kurang diperhatikan, secara keseluruhan
DADS (6) (Nok et al., 1996).
berafiliasi mencegah kangker (Davis, 1989).
Allisin (3) mampu menghambat pembentukan
Anti-kanker
nitrosamina (karsinogen kuat yang terbentuk di
Kanker adalah sekumpulan sel yang pertumbu-
dalam saluran pencernaan (Pizorno dan Murray,
hannya tidak terkendali dan tidak terorganisasi. Di
2000). Ajoene (14–15) mampu menginduksi
dalam tubuh, sel kanker membentuk suatu badan
peroksida sel dan mengaktifkan nuclear factor kB
74 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

yang akan menyebabkan sel kanker leukemia mM secara nyata dapat menurunkan viabilitas sel,
mengalami apoptosis. Kadar ajoene (14–15) yang mengubah morfologi sel, dan menurunkan
memberikan efek tersebut pada kultur in vitro sel aktivitasnya (Sheen et al., 1996).
kanker promyeleukemia adalah 10–40 M. Efek Umbi bawang putih aman untuk dikonsumsi
akan muncul 20 jam setelah perlakuan (Dirsch et manusia pada takaran normal, yakni kurang dari
al., 1998). tiga umbi per hari. Pada takaran tersebut, toksisitas
Perlakuan intraperitoneal DADS (6) dengan dosis dan efek samping konsumsi umbi bawang putih
1–2 mg sebanyak 3 kali seminggu secara signifikan belum ada. Bahkan untuk wanita hamil dan
menghambat aktivitas sel kanker payudara, KPL-1. menyusui, umbi bawang putih tidak menunjukkan
Secara in vitro, perlakuan tersebut dapat menye- efek negatif. Pada kasus yang jarang terjadi,
babkan penurunan proliferasi sel kanker. DADS (6) bawang putih dapat menyebabkan alergi (Pizorno
pada konsentrasi 1,8–18,1 M, dapat menyebabkan dan Murray, 2000; Yarnell, 1999; Lemiere et al.,
apoptosis sel kanker setelah diinkubasi 72 jam 1996; Delaney dan Donnely, 1996; Burden et al.,
(Nakagawa et al., 2001). Selain itu, DADS (6) pada 1994). Bawang putih juga tidak berefek negatif
kadar 11,5–23 mol/L mampu mnghambat proli- terhadap sekresi enzim pencernaan (Sharatchandra
ferasi sel kanker kolon dan mengaktifkan NAG-1, et al., 1995). Efek positif konsumsi bawang putih
yaitu gen proapoptosis dan anti-tumor (Bottone et jauh lebih tinggi dibandingkan efek negatifnya.
al., 2002). DADS (6) menginduksi apoptosis sel Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bawang
kanker melalui penghambatan aktivitas protein putih merupakan obat mujarap untuk meningkatkan
p34cdc2-kinase dengan fosforilasi dan konformasi vitalitas tubuh bagaikan ginseng (Jesse et al.,
pada cyclin B1 (Knowles dan Milner, 2000). DATS 1997).
(7) dapat mengurangi penyebaran sel kangker
dalam paru-paru. Senyawa ini sangat efektif dalam KESIMPULAN
mereduksi pertumbuhan sel karsinoma paru-paru
(Anonim, 1997b). Umbi bawang putih dapat dimanfaatkan secara
Senyawa SAC (4) dan SAMC (27), pada kadar tradisional untuk mengobati tekanan darah tinggi,
200 mol/L, dapat mempengaruhi siklus sel, fase gangguan pernafasan, sakit kepala, ambeien,
G2–M, yang pada akhirnya akan menginduksi sembelit, luka memar atau sayat, cacingan,
apoptosis sel. Perlakuan SAC (4) dan SAMC (27) insomnia, kolesterol, flu, gangguan saluran kencing,
juga meningkatkan aktivitas caspase-3-like, enzim dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan penelitian-
yang berperan sebagai media apoptosis sel. Pada penelitian ilmiah yang telah dilakukan, umbi bawang
dosis yang sama, dua senyawa tersebut meng- putih dapat digunakan sebagai obat anti-diabetes,
induksi sintesis GSH, tripeptidatiol yang melindungi anti-hipertensi, anti-kolesterol, anti-atherosklerosis,
sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Seluruh anti-oksidan, anti-agregasi sel platelet, pemacu
efek yang ditimbulkan SAC (4) dan SAMC (27) mulai fibrinolisis, anti-virus, anti-mikrobia, dan anti-
muncul 24 jam setelah perlakuan (Shirin et al., kanker. Senyawa bioaktif utama bawang putih
2001). Di samping kegunaan di atas, umbi bawang adalah alliin, allisin, ajoene, kelompok allil sulfida,
putih dapat menyebabkan vasodilatasi pada dan allil sistein. Efek samping dan toksisitas bawang
pembuluh darah paru-paru, sehingga dapat putih tidak ditemukan sehingga, aman untuk
memperlancar pertukaran udara dan aliran dikonsumsi.
pernafasan (Kaye et al., 2000). Umbi bawang putih
juga dapat dimanfaatkan untuk anti-asma dan anti-
batuk, anti-helmintik (terutama cacing Ascaris DAFTAR PUSTAKA
lumbricoides), anti-moluska, dan terapi untuk
penderita anemia sel sabit (Pizorno dan Murray, Aaron, C. 1996. Garlic and life. The North American
2000; Singh dan Singh 2000; Takasu et al., 2002). Review 281: 14-24.
Agarwal, K.C. 1996. Therapeutic actions of garlic
constituents. Medicinal Research Reviews 16: 111-124.
Toksisitas dan efek samping
Amagase, H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, and Y.
Beberapa literatur menyatakan adanya efek Itakura. 2001. Intake of garlic and bioactive
negatif konsumsi bawang putih, namun sebagian components. Journal of Nutrition 131 (3): 955S– 962S.
besar tidak memiliki bukti yang cukup, hanya Anonim. 1994. Pressing garlic for possible health benefits.
berupa studi awal, studi kasus atau studi Tufts University Diet and Nutrition Letter 12: 3-7.
epidemiologi (Jesse et al., 1997). Dugaan diet Anonim. 1997a. Health Benefits and Folklore.
bawang putih terkait dengan kangker mulut tidak http://www.ibs.net/garlic/health.html
benar, mengingat bawang putih bersifat anti Anonim. 1997b. Garlic Slows Growth of Lung Cancer Cells.
http://www.hhdev.psu.edu/research/lung.htm
kangker. Kangker tersebut merupakan akibat cara
Apitz-Castro, R., S. Cabrera, M.R. Cruz, E. Ledezma, and
menyikat gigi untuk menghilangkan bau menyengat M.K. Jain. 1983. Effects of garlic extract and of three
yang salah (Kabat et al., 1989). Salah satu kajian pure components isolated from it on human platelet
ilmiah dengan bukti cukup mengenai efek negatif aggregation, arachidonate metabolism, release reaction
bawang putih adalah kajian hepatosit pada tikus. and platelet ultrastructure. Thrombine Research 32
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang (2): 155–159.
putih sangat bernilai untuk detoksifikasi dan Augusti, K.T. 1975. Studies on the effect of allicin (diallyl
antioksidasi pada kadar 1 mM, namun pada kadar 5 disulphideoxide) on alloxan diabetes. Experientia 31
(11): 1263–1265.
HERNAWAN dan SETYAWAN – Bioaktivitas organosulfur Allium sativum 75

Banerjee, S. K. and S. K. Maulik. 2002. Effect of garlic on International Journal of Molecular Medicine 9: 641–
cardiovasculer disorders: a review. Nutrition Journal 1 643.
(4): 1–14. Imai, J., N. Ide, S. Nagae, T. Morigachi, H. Matsuura, and
Barness, J. 2002. Herbal therapeutics: hyperlipidaemia. Y. Itakura. 1994. Antioxidant and radical scavenging
The Pharmaceutical Journal 269. Agustus: 193–195. effects of aged garlic extract and its copnstituents.
Becker, C.A. and R.C. Bakhuizen van den Brink. Flora of Planta Medica 60 (5): 417–420.
Java. Volume: 1. Netherlands: N.V.P. Nordhoff. Ishikawa, K., R. Naganawa, H. Yoshida, N. Iwata, H.
Berthold, K.H., T. Sudhop, K. von Bergmann. 1998. Effect Fukuda, T. Fujino, and A. Suzuki. 1996. Anitmutagenic
of a garlic oil preparation on serum lipoproteins and effects of ajoene, an organosulfur compound derived
cholesterol metabolism: a randomized controlled trial. from garlic. Bioscience, Biotechnology, and Biochemisry
JAMA 279 (23): 1900–1902 60: 2086-2088.
Bordia, A., S.K. Verma, and K.C. Srivastava. 1996. Effect Jesse, J. Mohseni, and N. Shah. 1997. Medical Attributes
of garlic on platelet aggregation in humans: A study in of Allium sativum – Garlic. http://wilkes1.wilkes.edu/
healthy subjects and patients with coronary artery ~kklemow/Allium.html
disease. Prostoglandins, Leukotrines, and Essential Kabat G.C., J.R. Hebert, and E.L. Wynder. 1989. Risk
Fatty Acids 55: 201-205. factors for oral cancer in women. Cancer Research 49:
Borek, C. 2001. Antioxidant health effects of aged garlic 2803-2806.
extract. Journal of Nutrition 131: 1010S–1015S. Kaye, A.D., B.J. De-Witt, M. Anwar, D.E. Smith, C.J. Feng,
Bottone Jr, F.G., S.J. Baek, J. B. Nixon, and T.E. Eling. P.J. Kadowitz, and B.D. Nossoman. 2000. Analysis of
2002. Diallyl disulfide (DADS) induces the responses of garlic derivatives in the pulmonary
antitumorigenic NSAID-activated gene (NAG-1) by a vasculer bed of the rat. Journal of Applied Physiology
p53-dependent mechanism in human colorectal HCT 89: 353–358.
116 cells. Journal of Nutrition 132: 773–778. Kim, M.Y., S.W. Choi, and S. K. Chung. 2002.
Breithaupt-Grogler, K., M. Ling, H. Boudoulas, and G.G. Antioxidative flavonoids from the garlic (Allium
Belz. 1997. Protective effect of chronic garlic intake on sativum L.) shoot. Food Science and Biotechnology 9
elastic properties of aorta in the elderly. Circulation 96 (4): 199-203.
(8): 2649–2655. Knowles, L. M. and J. A. Milenr. 2001. Possible mechanism
Budhi, M. 1994. Tahap–tahap pengembangan obat by which allyl sulfides supresses neoplastic cell
tradisional. Majalah Kedokteran Udayana. 5: 107–113. proliferation. Journal of Nutrition 131: 1061S–1066S.
Burden A.D., S.M. Wilkinson, M.H. Beck and R.J. Chalmers. Knowles, L. M. and J. A. Milner. 2000. Diallyl disulfide
1994. Garlic-induced systemic contact dermatitis. inhibits p34cdc2 kinase activity trough changes in
Contact Dermatitis 30: 299-300. complex formation and phosphorylation.
Campbell, J.H., J.L. Efendy, N.J. Smith, and G.R. Carcinogenesis 21 (6): 1129–1134.
Campbell. 2001. Moleculer basis by which garlic Koya, D. and G.L. King. 1998. Perspectives in diabetes:
supresses atherosclerosis. Journal of Nutrition 131: protein kinase activation and the development of
1006S–1009S. diabetic complications. Diabetes 49: 859–866.
Challem, J. 1995. The Wonders of Garlic. Lawson, L.D., D.K. Ransom, and B.G. Hughes. 1992.
http://www.jrthorns. com/ Challem/garlic.html Inhibition of whole blood platelet-aggregation by
Dahanukar, S.A., R.A. Kulkarni, and N.N. Rege. 2000. compounds in garlic cloves extracts and comercial
Pharmacology of medicinal plants and natural products. garlic products. Thrombine Research 65 (2): 141–156.
Indian Journal of Pharmacology 32: S81-S118. Lee, K.H., H.K. Wang, H. Itokawa, and S.L. Morris-
Davis D.L. 1989. Natural anticarcinogens, carcinogens, and Natschke. 2000. Current perspectives on chinese
changing patterns in cancer: Some speculation. medicines and dietary supplements in China, Japan and
Envionmental Research 50: 322-340. the United States. Journal of Food and Drug Analysis 8
Delaney, T.A. and A.M. Donnelly. 1996. Garlic dermatitis. (4): 219–228.
Australian Journal of Dermatology 37: 109-110. Lemiere, C., A. Cartier, S.B. Lehrer and J.L. Malo. 1996.
Dirsch, V. M., A. L. Gerbes, and A. M. Vollmar. 1998. Occupational asthma caused by aromatic herbs. Allergy
Ajoene, a compound of garlic, induces apoptosis in 51: 647-649.
human promyeloleukemic cells, accompanied by Mabey, R., M. McIntyre, P. Michael, G. Duff and J. Stevens.
generation of reactive oxygen species and activation of 1988. The New Herbalist. New York: Macmillan:.
nuclear factor kB. Molecular Pharmacology 53: 402– Maher, J. Timothy. 2000. Alpha-lipoic acid and Co-Q10 in
407. diabetes mellitus. Natural Healing Track. Juli: 2–7.
Dobelis, I. 1990. Reader's Digest Magic and Medicine of Marieb, E.N. 1997. Human Anatomy and Physiology. Edisi
Plants. New York: The Reader's Digest Association, Inc. ke-4. New York: Benjamin/ Cummings Science
Dreidger, S. 1996. Ode to garlic: The stinky rose can be Publishing.
good for you. Maclean 's 109: 62-64. Mathew P.T. and K.T. Augusti. 1973. Studies on the effect
Ellmore, G. and R. Feldberg. 1994. Alliin lyase localization of allisin (diallyl disulphide–oxide) on alloxan diabetes:
in bundle sheaths of garlic clove (Allium sativum). I. Hypoglycaemic action and enhancement of serum
American Journal of Botany 81: 89-95. insulin effect and glycogen synthesis. Indian Journal of
Foushee, D.B., J. Rufin, and U. Banerjee. 1982. Garlic as a Biochemistry and Biophysics 10: 209–212.
natural agent for treatment of hypertension: a McMahon, F.G. and R. Vargas. 1993. Can garlic lower
preliminary report. Cytobios. 34: 145–152. blood pressure? a pilot study. Pharmacotherapy 13 (4):
Gupta, N. and T.D. Porter. 2001. Garlic and garlic-derived 406–407.
compounds inhibit human squalene monooxygenase. Milner, J.A. 1996. Garlic: its anticarcinogenic and
Journal of Nutrition 131: 1662–1667. antitumorigenic properties. Nutrition Review 54 (11):
Holladay, S. 1997. Garlic: The Great Protector. 82–86.
http://www.botanical.com/botanical/article/garlic.html Naganawa, R., N. Iwata, K. Ishikawa, H. Fukuda, T. Fujino,
Howe, L. 1997. Great Garlic: A Miracle Right Under Our and A. Suzuki. 1996. Inhibition of microbial growth by
Noses. http://wellweb.com/ALTERN/column/garlic.htm ajoene, a sulfur-containing compound derived from
Hu, X., B.N. Cao, G. Hu, J. He, D.Q. Yang, and Y.S. Wan. garlic. Applied and Environmental Microbiology 62:
2002. Attenuation of cell migration and induction of cell 4238-4243.
death by aged garlic extract in rat sarcoma cells.
76 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76

Nakagawa, H., K. Tsuta, K. Kiuchi, H. Senzaki, K. Tanaka, Sheela, C.G., K. Kumud, and K.T. Augusti. 1995. Anti-
K. hioki, and A. Tsubura. 2001. Growth inhibitory diabetic effect of onion and garlic sulfoxide amino acid
effects of diallyl disulfide on human breast cancer cell in rats. Planta Medica 61: 356–357.
lines. Carcinogenesis 22 (6): 891–897. Sheen, L.Y., C.K. Lii, S.F. Sheu, R.H. Meng, and S.J. Tsai.
Nishino, H., H. Iwashima, Y. Itakura, H. Matsuura, and T. 1996. Effect of the Active Principle of Garlic – diallyl
Fuwa. Antitumor-promoting activity of garlic extracts. sulfide – on cell viability, detoxification capability and
Oncology 46 (4): 277–280. the antioxidation system of primary rat hepatocytes.
Nok, A.J., S. Williams, and P.C. Onyenekwe. 1996. Allium Food and Chemical Toxicology 34: 971-978.
sativum-induced death of African trypanosomes. Shirin, H., J. T. Pinto, Y. Kawabata, J. W. Soh, T. Delohery,
Parasitology Research 82: 634–637. S. F. Moss, V. Murty, R. S. Rivlin, P. R. Holt, and I. B.
Ohaeri, O.C. 2001. Effect of garlic oil on the levels of Weinstein. 2001. Antiproliferative effects of S-
various enzymes in the serum and tissue of allylmercapto-cysteine on colon cancer cells when
streptozotocin diabetic rats. Bioscience Report 21 (1): tested alone or in combination with sulindac sulfide.
19 –24. Cancer Research 61: 725–731.
Ohta, R., N. Yamada, H. Kaneko, K. Ishikawa, H. Fukuda, Siegel, G., J. Enden, K. Wenzel, J. Mironneau, and G.
T. Fujino, and A. Suzuki. 1999. In vitro inhibition of the Stock. 1992. Potassium channel activation in vascular
growth of Helicobacter pylori by oil-macerarated smooth muscle. Advance Experiment in Medical Biology
garlic constituens. Antimirobial Agent and Chemisthry 311: 53–72.
43 (7): 1811–1812. Singh, K. and D.K. Singh. 2000. Effect of different
Pizorno, J.E. and M.T. Murray. 2000. A Textbook of Natural combinations of MGK-264 or piperonyl butoxide with
Medicine: Allium sativum. Edisi ke-2. Washington: plant-derived molluscicides on snail reproduction.
Bastyr University. Archipes of Environmental Contamination and
Prasad, K., V.A. Laxdal, M. Yu, and B.L. Raney. 1996. Toxicology 38: 182–190.
Evaluation of hydroxyl radical- scavenging property of Snustad, D.P., and M.J. Simmons. 2000. Principles of
garlic. Molecular and Cellular Biology 154: 55-63. Genetics. Edisi ke-2. New York: John Wiley and Sons,
Qidwai, W., R. Qureshi, S.N. Hasan, S.I. Azam. 2000. Inc.
Effect of dietry garlic (Allium sativum) on the blood Song, K. and J. A. Milner. 1999. Heating garlic inhibits its
pressure in humans: a pilot study. Journal of Pakistani ability to suppress 7,12-dimethylbenz(a)anthracene-
Medical Association 50 (6): 204–207. induced DNA adduct formation in rat mammary tissue
Rahman, K. and D. Billington. 2001. Dietary 1–4. Journal of Nutrition 129: 657–661.
supplementation with aged garlic extract ihibits ADP- Song, K. and J. A. Milner. 2001. The influence of heating
induced platelet aggregation in humans. Journal of on the anticancer properties of garlic. Journal of
Nutrition 130: 2662S–2665S. Nutrition 131: 1054S–1057S
Raskin, I., D.M. Ribnicky, S. Komamytsky, N. Ilic, A. Steiner, M. and W. Li. 2001. Aged garlic extract, a
Poulev, N. Borisjuk, A. Brinker, D.A. Moreno, C. Ripoll, modulator of cardiovascular risk factors: a dose-finding
N. Yakoby, J.M. O’Neal, T. Cornwell, I. Pastor, and B. study on the effects of AGE on platelet fuctions. Journal
Fridlender. 2002. Plants and human health in the of Nutrition 130: 980S–984S.
twenty-first century. Trends in Biotechnology 20 (12): Takasu, J., R. Uykimpang, M.A. Sunga, H. Amagase, and
522-531. Y. Niihara. 2002. Aged garlic extract therapy for sickel
Reeve, V.E., M. Bosnic, E. Rozinova, and C. Boehm-Wilcox. cell anemia patients. BMC Blood Orders 2 (3): 1–4.
1993. A garlic extract protects from ultraviolet B (280– Thomas, A.N.S. 2000. Tanaman Obat Tradisional I. Edisi
320 nm) radiation-induced supression of contact ke-13. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
hypersensitivity. Photochemistry and Photobiology 58 Torok, B., J. Belagyi, B. Rietz, R. Jacob. 1994.
(6): 813–817. Effectiveness of garlic on the radical activity in radical
Rukmana, R. 1995. Budidaya Bawang Putih. Edisi ke-1. generating systems. Arzneimittelforchung 44 (5): 608–
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 611.
Ryu, K., N. Ide, H. Matsuura, and Y. Itakura. 2001. Nα-(1- Yarnell, E. 1999. Garlic: Continuing education module.
deoxy-D-fructose-1-yl)-L-arginine, an anti-oxidant Natural Healing Track. Januari: 2–6.
compound identified in aged garlic extract. Journal of Yeh, Y.Y., and L. Liu. 2001. Cholestrol-lowering effects of
Nutrition 131: 972S–976S. garlic extracts and organosulfur compounds: human
Santoso, H.B. 2000. Bawang Putih. Edisi ke-12. and animal studies. Journal of Nutrition 131: 989S–
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 993S.
Schwartz. I.F., R. Hershokovitz, A. Iaina, E. Gnessin, Y. Yin, M.C., H.C. Chang, and S.M. Tsao. 2002. Inhibitory
Wollman, T. Chernikowski, M. Blum, Y. Levo, and D. effects of aqueous garlic extract, garlic oil and four
Schwartz. 2002. Garlic attenuates nitric oxide diallyl sulphides against four enteric pathogens. Journal
production in rat cardiac myocytes through inhibition of of Food and Drug Analysis 10 (2): 120- 126.
inducible nitric oxide synthase and the arginine Zhang, X. 1999. WHO Monographs on Selected Medicinal
transporter CAT-2 (cationic amino acid transporter-2). Plants: Bulbus Allii Sativii. Geneva: World Health
Clinical Science 102: 487–493. Organization.
Sharatchandra, J.N.N., K Platel, and K. Srinivasan. 1995. Zhang, X.H., D. Lowe, P. Giles, S. Fell, M. J. Connock, and D. J.
Digestives enzymes of rat pancreas and small intestine Maslin. 2001. Gender may affect the action of garlic oil
in response to orally administererd mint (Metha on plasma cholesterol and glucose levels of normal
spicata) leaf and garlic (Allium sativum). Indian subjects. Journal of Nutrition 131: 1471–1478.
Journal of Pharmacology 27: 156–160.

Anda mungkin juga menyukai