POKOK BAHASAN : KONSEP NOS DALAM MENDUKUNG MODEL PEMB 21 MODEL PEMBELAJARAN : CASE METHOD IDENTITAS MAHASISWA :WIDI ASTUTI SULEMAN NIM : A 202 22 011 INSTITUSI : UNIVERSITAS TADULAKO
Dari materi yang telah di unggah:
• Nature of Science | NSTA. (2020.). • Park, W., Wu, J. Y., & Erduran, S. (2020). The Nature of STEM Disciplines in the Science Education Standards Documents from the USA, Korea and Taiwan: Focusing on Disciplinary Aims, Values and Practices. Science and Education, 29(4), 899–927. https://doi.org/10.1007/s11191-020-00139-1 • Pleasants, J. (2020). Inquiring into the Nature of STEM Problems: Implications for Pre- college Education. Science and Education, 29(4), 831–855. https://doi.org/10.1007/s11191- 020-00135-5
Diskusikan dengan kelompok anda:
1. Bagaimanakah relevansi NoS dalam pembelajaran IPA masa kini? Pengajaran tentang sifat sains atau natural of science (NoS) dianggap sebagai tujuan penting dari pendidikan sains. NoS dapat dimaknai sebagai hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yaitu merujuk kepada karakteristik ilmu pengetahuan itu sendiri. Hakikat IPA mempelajari tentang ilmu pengetahuan alam melalui metode ilmiah dengan menanamkan nilai-nilai etos saintis. NoS di era digital meliputi (1) Kreatif, pengetahuan ilmiah tercipta dari proses kreatifitas dengan menggunakan teknologi digital, (2) Tentatif, pengetahuan ilmiah dapat berubah dengan adanya bukti-bukti baru dari data digital, (3) Kedekatan dengan social dan budaya, pengetahuan ilmiah dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya masyarakat digital, (4) Terdapat perbedaan antara hukum dan teori ilmiah, perbedaan teori dan hukum dalam pengetahuan ilmiah dapat dibuktikan dengan teknologi digital, (5) Empiris, bukti empiris banyak menggunakan bukti digital, (6) Adanya metode dan aturan metodologis, metode ilmiah dilakukan melalui proses menganalisis, mengevaluasi, menginterpretasi, informasi dan konten digital, (7) Pengetahuan ilmiah membantu kita dalam memecahkan masalah, informasi dan konten digital dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dan dapat menjawab masalah (8) Kerjasama dan kolaborasi, sertifikasi, dan disseminasi, (9) Etos ilmiah (Scientific ethos), Ilmuwan dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah dengan menggunakan teknologi digital harus berdasarkan norma-norma dan etos ilmiah. Hakikat IPA di era digital menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami oleh para guru, mahasiswa, dan siswa. 2. Apakah konsep NoS dalam berbagai bidang imlu (e.g Science, Technology, Engineering, and Mathematics) perlu untuk dikembangkan dalam model pembelajaran di abad 21? Inovasi pembelajaran perlu terus dikembangkan untuk membelajarkan IPA sesuai hakikatnya (Nature of Science) dan adaptif untuk dilakukan dalam kondisi tertentu, misalnya pembelajaran yang dilakukan dalam kondisi pencegahan pandemi Covid 19. Inilah perlu peran teknologi untuk dapat membelajarkan IPA sesuai hakikatnya sebagai Nature of Science (NoS). Pengembangan digital secara kreatif dapat menciptakan pengetahuan baru. NoS dapat menciptakan pengetahuan baru dengan penggunaan teknologi. Pembelajaran IPA berorientasi pada pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini selaras dengan hakikat IPA bahwa IPA sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body of knowledge, dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat. Dalam IPA mengembangkan dimensi cara berpikir, cara investigasi, bangunan ilmu dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Hal ini menjadi substansi yang mendasar pentingnya pembelajaran IPA yang mengembangkan kompetensi keterampilan ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir peserta didik. Pembelajaran IPA yang sesuai hakikatnya memerlukan teknologi yang dapat memfasilitasi siswa untuk konseptualisasi dari gejala sains. Hal ini dapat diamati pada pembelajaran online ketika wabah Covid 19 dimana belum semua peserta didik secara mandiri dapat memahami konten dengan baik. Selain itu, belum semua guru membelajarkan IPA dalam pembelajaran online ini mengajak siswa untuk membentuk konsep melalui investigasi.Tanpa adanya perantara atau media pembelajaran, gejala sains kurang untuk dikonseptualisasi oleh siswa. Inilah urgensinya penggunaan teknologi yang terintegrasi dalam penyelidikan IPA. Model ini dikenal dengan TESI (Technology Embedded Scientific Inquiry). Secara substansi bahwa diperlukan inovasi dalam pembelajaran IPA. Inovasi ini disesuaikan dengan tuntutan keterampilan pada abad 21 dan literasi yang diperlukan pada era revolusi 4.0. Bentuk inovasinya dengan menggunakan teknologi dan model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan dan sikap, antara lain pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematic), Project Based Learning dan Problem Based Learning. 3. Bagaimana konsep pemilihan masalah yang perlu di sajikan dalam model pembelajaran abad 21 sehingga siswa di sekolah mampu untuk mengembangkan konsep berpikir tingkat tinggi? Pengembangan keterampilan siswa dapat melalui berbagai inovasi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu model yang sesuai dengan daya kreatif siswa yaitu dengan Creative Poblem Solving. Creative problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan suatu masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghapal, keterampilan memecahkan masalah dapat juga memperluas proses berpikir. Alasan yang mendasari pemilihan dan penerapan model pembelajaran creative problem solving yaitu : 1) Model pembelajaran Creative Poblem Solving termasuk ke dalam model dengan pendekatan konstruktivistik, di mana yang menjadi pusat pembelajaran adalah peserta didik (student centered) sehingga model ini dianggap mampu mengaktifkan peserta didik. Sebagaimana yang diketahui bahwa belajar aktif merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam pembelajaran. (Indrasari, 2016: 90), 2) Model pembelajaran Creative Poblem Solving dapat digunakan pada siswa dengan kemampuan intelektual beragam, sehingga tidak perlu memisahkan antara anak yang cerdas dan anak yang memiliki kemampuan intelektual menengah ke bawah. Sehingga mereka tidak merasa “terpinggirkan”, menurut Daties (dalam Mayasari dkk, 2013:58). 3) Gamze Sezgin Sel uk, dkk (dalam Mayasari dkk, 2013: 59) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan Creative Poblem Solving secara efektif dapat meningkatkan pestasi belajar fisika, kemampuan pemecahan masalah dan strategi penggunaanya. 4. Bagaimanakah keterampilan dan sikap yang perlu dibangun dalam mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran abad 21? Pembelajaran di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan yang perlu dibangun di abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian keterampilan abad ke-21 tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan partisipasi, menyesuaikan personalisasi belajar, menekankan pada pembelajaran berbasis proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi, dan mengembangkan pembelajaran student-centered. Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara eksplisit diajarkan. Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.