Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ilmu Mawaris adalah ilmu yang sangat penting dan hanya terdapat di
dalam Agama Islam, karena dengan Ilmu Mawaris harta peninggalan
seseorang dapat diberikan kepada yang berhak sekaligus dapat mencegah
adanya perselisihan tentang harta peninggalan tersebut, sehingga harta pusaka
bisa dibagi kepada yang berhak menerimanya dengan baik dan benar tanpa
ada yang merasa dirugikan, karena semuanya berlandaskan aturan atau
ketentuan hukum yang berlaku.

Jika kita melihat di Pesantren-pesantren tertentu kenapa sangat


menekankan santrinya belajar Ilmu Faraid? Karena Ilmu Faraid akan hilang
seiring meninggalnya Para Ulama. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai Abu Hurairah, pelajarilah Ilmu Faraid dan ajarkanlah karena ia
setengah dari ilmu dan dilupakan orang. Ia adalah yang pertama kali akan
dicabut dari umatku" (HR. Ibnu Majah & Ad-Daruquthuny).

Terkadang jika kita melihat kenyataannya banyak orang yang


mengabaikannya padahal hal tersebut sangat penting dijaga dalam kehidupan
kita di dunia ini. Sebagai salah satu contoh hal yang dimaksud adalah
semakin punahnya orang-orang (KTP-nya islam) menggunakan Ilmu Faraid
dalam pembagian harta pusaka peninggalan almarhum/almarhumah
keluarganya. Dengan demikian, tidak heran di zaman sekarang tidak sedikit
ikatan kekeluargaan tercerai berai hanya gara-gara berebut harta warisan
peninggalan si mayit yang pasti diwariskan hanya pada ahli warisnya saja
tidak semua anggota keluarga besar berhak mendapatkannya.

1
2

Allah SWT telah menegaskan dalam berfirman-Nya:

            

           

           
Artinya “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”
(Q.S. Al-Baqoroh, 2: 103).
Hal demikian sangat disayangkan menurut penyusun. Melihat betapa
pentingnya Ilmu Faraid dalam kehidupan kita di dunia ini yang memiliki
dampak positif yang sangat besar khususnya umat Muslim dituntun
mempelajari, memahami dan mempraktekannya. Namun demikian,
kenyataannya sebagian besar dari umat muslim mulai mengabaikannya
karena dianggap ribet.

Dasarnya setelah seseorang wafat, harta warisannya secara otomatis


menjadi hak bagi para ahli warisnya. Dalam pembagian harta warisan ini,
masing-masing ahli waris mendapat bagian dari harta itu. Jadi, harta warisan
ibarat sepotong kue yang akan dibagi-bagi dengan cara dipotong-potong
menjadi beberapa bagian untuk beberapa orang dan potogan-potongan itu
besarnya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan orang yang bersangkutan.
Dari sepotong kue utuh tadi, ada orang yang diberi ½ bagian, ada yang ¼
bagian, ada yang 1/8 bagian dan mungkin ada yang mendapat sisanya.

Demikian pula halnya dengan harta warisan yang utuh, bisa berupa
uang tunai, tanah, rumah, atau bentuk harta yang lain, harus dibagi-bagikan
kepada semua ahli waris yang berhak atas harta itu menurut ketentuan hukum
waris Islam yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya melalui Alquran dan
Hadis Nabi SAW. Berdasarkan ketentuan hukum waris Islam ini, besarnya
3

bagian yang sudah ditetapkan untuk masing-masing ahli waris pada dasarnya
ada enam macam, yaitu ½, ¼, 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6. Keenam macam angka ini
masing-masing merupakan angka pecahan, yaitu angka positif yang nilainya
lebih kecil dari 1.

Memang terkadang bagi pemula khusunya peserta didik mempelajari


Ilmu Mawaris itu tidak segampang mengedipkan mata karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam hal
ini adalah cara perhitungannya tidak lepas dari perhitungan matematika,
dalam hal ini yang dimaksud bilangan pecahan. Menurut Erni (2013: 2)
kesulitan belajar dalam mata pelajaran matematika memiliki corak dan
karakteristik tersendiri apabila dibandingkan dengan kesulitan belajar dalam
mata pelajaran yang lain. Menurut hemat peneliti perhitungan yang
digunakan dalam Ilmu Mawaris sebagian besar menggunakan konsep
pecahan, sedangkan konsep pecahan adalah materi yang sudah dipelajari
ditingkat sekolah sebelumnya.

Seiring waktu berjalan tidak terasa zaman pun telah berubah dan
banyak hal yang harus kita perhatikan khususnya bagi lembaga yang
menaungi masalah pendidikan karena zaman sekarang pendidikan memegang
peranan penting dalam proses pembangunan untuk menjawab tantangan masa
depan. Oleh karena itu, pendidikan perlu ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan
arah dan kebijaksanaan pendidikan diutamakan pada peningkatan mutu dan
perluasan pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan dan memantapkan
pelaksanaan wajib belajar serta meningkatkan perluasan belajar pada tingkat
pendidikan menengah.

Perkembangan pendidikan banyak memberi fakta yang sangat bernilai


dalam kehidupan setiap manusia, sehingga diharapkan mampu menciptakan
sumber daya manusia yang mempunyai kreatifitas yang tinggi, baik dalam
belajar maupun bekerja.
4

Hal ini juga ditegaskan Allah dalam firmannya:

          

             

       

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan


kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Mujaadilah, 58:11)
Sesungguhnya, jika manusia dapat mengambil hikmah dari ayat ini
maka segala persoalan dan problema apapun yang dihadapinya akan dengan
mudah dapat diselesaikan. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian
peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan
komunikasi antar manusia, sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi
yang utuh. Oleh sebab itu, sebagai pengajar kalau ia berbicara tentang belajar,
tidak dapat melepaskan diri dari mengajar.

Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat


dipisahkan. Proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik (Hudjojo, 1998:
1). Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik, yaitu
melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Peristiwa belajar yang
dikehendaki bisa tercapai bila faktor-faktor seperti: peserta didik, pengajar,
sarana dan prasarana serta penilaian dapat dikelola dengan baik (Hudjojo,
1998: 6-7).

Matematika tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah-


masalah sosial, ekonomi, kimia, biologi dan teknik, tetapi juga membantu
menyelesaikan permasalahan dalam Ilmu Agama. Permasalahan yang
dimaksud di sini adalah khusus pada permasalahan aturan radd dalam Ilmu
5

Mawaris atau yang dikenal dengan Ilmu Faraid. Perhitungan harta dalam Ilmu
Faraid menggunakan matematika khususnya konsep pecahan.

Di sekolah formal, pembelajaran Fiqih Mawaris sejauh ini hanya ada


ditingkat Madrasah Aliyah, namun ada beberapa kendala dalam
pelaksanaannya, antara lain: Pertama, materi begitu banyak dan padat,
sedangkan waktu yang disediakan terbatas, yaitu 2 jam pelajaran dalam satu
minggu, padahal pembelajaran fiqih tidak hanya sekedar menghafal sejumlah
konsep, pemahaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep tersebut, akan
tetapi lebih dari itu yaitu berpikir kreatif, analisis dan kritis, sehingga
pelajaran lebih bermakna. Kedua, kurangnya berbagai sarana atau media
pembelajaran, metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran tidak
variatif, sehingga mematikan kreatifitas, berpikir kritis dan analisis peserta
didik. Kendala-kendala tersebut, menyebabkan aktivitas belajar peserta didik
rendah serta kemampuan menyelesaikan masalah pembagian harta warisan
dalam mata pelajaran fiqih kurang bagus dan kurang memuaskan.

Dengan demikian, tinggi rendahnya kemampuan memahami konsep


matematika di tingkat SLTA tergantung kemampuannya memahami semua
konsep yang ada di pelajaran matematika serta cara mengaplikasikannya,
karena menurut hemat peneliti dalam pelajaran matematika dari satu bab ke
bab yang lainnya saling berkaitan satu sama lain, sedangkan pada
kenyataannya tidak sedikit siswa yang kurang memahami konsep pecahan,
sehingga siswa merasa sukar untuk menyelesaikan soal-soal yang berkaitan
dengan konsep pecahan. Menurut Zawawi dkk (2009: 135) mengatakan guru
yang sudah terlatih diketahui banyak memberikan respon kepada siswa,
memliki pemahaman yang lebih baik dan membuat lebih banyak rujukan
untuk mengetahui dan memahami sesuatu tajuk dibandingkan dengan bakal
guru. Jadi, faktor tinggi rendahnya kemampuan pemahaman suatu konsep
(konsep pecahan) tidak hanya timbul pada diri siswa tapi faktor guru juga
menentukan.

Setidaknya dengan adanya pendidikan bagi generasi penerus (peserta


didik) yang di sekolahnya mempelajari Ilmu Mawaris (far’idh) bisa
6

mengamalkannya demi kerukunan dan kesejahteraan keluarga yang


bersangkutan dan demi keutuhan serta kejahteraan bangsa kita yang tercinta
yakni Tanah Air Indonesia.

Berawal dari latar belakang yang diperoleh, penyusun tertarik untuk


melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Hubungan Pemahaman
Konsep Pecahan Dan Aturan Radd dalam Ilmu Faraid Terhadap Kemampuan
Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Pembagian Harta Warisan”.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang yang telah disinggung di atas, dapat diidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan hubungan konsep pecahan dan aturan radd
dalam Ilmu Faraid terhadap pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah
pembagian harta warisan.

1. Kurangnya antusiasme generasi muda (siswa) dalam mempelajari Ilmu


Faraid khususnya aturan rad.
2. Masih kurangnya pengetahuan siswa tentang pemahaman konsep
pecahan.
3. Perlunya pengetahuan konsep fara’idh dengan konsep lain untuk
menambah antusiasme generasi penerus.
4. Perlunya pengetahuan konsep penerapan aturan radd.
5. Kurangnya pemahaman siswa terkait masalah Ilmu Faraid khususnya
aturan rad dan konsep pecahan.

1.3 Pembatasan Masalah


Agar tidak menimbulkan salah penafsiran dan disesuaikan dengan
keterbatasan yang ada dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan-
batasan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pemahaman konsep pecahan terhadap kemampuan siswa


dalam menyelesaikan masalah pembagian harta warisan di Kelas XI
Madrasah Aliyah Manba’ul Huda Cisambeng?
7

2. Bagaimanakah pemahaman aturan radd dalam Ilmu Faraid terhadap


kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pembagian harta
warisan di Kelas XI Madrasah Aliyah Manba’ul Huda Cisambeng?
3. Aturan yang dipahami dalam pembagian harta warisan adalah aturan
radd.
4. Yang dibahas adalah ahli waris yang tidak akan pernah terhijab oleh
siapa pun.

1.4 Rumusan Masalah


Berawal dari permasalahan tercantum di latar belakang yang telah
dikemukakan sebelumnya, masalah yang diteliti dalam penelitian ini sebagai
berikut.

1. Bagaimana pemahaman konsep pecahan siswa?


2. Bagaimana pemahaman aturan radd dalam Ilmu Faraid?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pembagian
harta warisan?
4. Adakah hubungan antara pemahaman konsep pecahan dengan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pembagian harta
warisan?
5. Adakah hubungan antara pemahaman aturan radd dalam Ilmu Faraid
dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pembagian
harta warisan?
6. Adakah hubungan antara pemahaman konsep pecahan dan aturan radd
dalam Ilmu Faraid dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah pembagian harta warisan?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini tidak
lain adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara pemahaman konsep
pecahan dan aturan radd dalam Ilmu Faraid dengan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah pembagian harta warisan Kelas XI Madrasah Aliyah
Manba’ul Huda Cisambeng.
8

1.6 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis:

1. Manfaat Secara Teoritis


Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi khazanah
keilmuan dalam dunia pendidikan betapa pentingnya mempelajari Ilmu
Faraid dan menambah wawasan khususnya tentang konsep pecahan dan
cara menyelesaikan masalah pembagian harta warisan menggunakan
konsep pecahan karena kita sebagai umat muslim tidak ada salahnya
mempelajari Ilmu Faraid walaupun hukumnya fardhu kipayah.
2. Manfaat Secara Praktis
Selain bisa menambah wawasan tentang konsep pecahan dan cara
menyelesaikan masalah pembagian harta warisan menggunakan konsep
pecahan peneliti berharap pula penelitian ini bisa juga bermanfaat bagi
pendidik, peserta didik, pihak sekolah dan pihak perguruan tinggi.
a. Bagi peneliti
Bermanfaat sebagai pengetahuan baru yang peneliti peroleh
tentang hubungan konsep pecahan dalam meneyelesaikan masalah
pembagian harta warisan.
b. Bagi pendidik
Pendidikan dapat lebih memperhatikan siswa dalam
mengajarkan konsep pecahan mengingat dalam pembagian harta
warisan konsep pecahan sangat berperan penting.
c. Bagi peserta didik
Penelitian ini dapat meningkatkan pola pikir siswa dalam
pemahan konsep pecahan dan lebih berantusias mempelajarinya
karena bisa dibilang Ilmu Faraid merupakan ilmu yang amat langka
di zaman sekarang.
9

d. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu masukan yang
positif bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas kemampuan
siswa dalam mata pelajaran matematika khususnya dan mata
pelajaran lainnya umumnya.
e. Bagi perguruan tinggi
Dapat dimanfaatkan sebagai sumber kajian bagian peneliti
yang lain dengan studi kasus yang sejenis khususnya di Jurusan
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai