BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun
terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortilitas
18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke berulang. Dari
seluruh pasien stroke,. terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke tetapi
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan
serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, selain itu
stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia
1990, penderita stroke di seluruh dunia berjumlah lebih kurang 38 juta orang dan
akan meningkat menjadi 61 juta pada tahun 2020. Diperkirakan, tiap tahun terdapat
lebih kurang 15 juta penderita stroke baru. Selain itu, stroke menyebabkan 5,7 juta
penderita meninggal pada tahun 2005 dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta
pada tahun 2015 dan 7,8 juta pada tahun 2030 (WHO, 2002).
bahwa insiden stroke berada pada kisaran 59-449 per 100.000 penduduk. Angka
kejadian stroke di Amerika berjumlah 700.000 orang setiap tahunnya dengan angka
kematian 160.000 orang pertahun, pada tahun 2003 terdapat 4,8 juta orang pertahun,
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam, bahkan saat ini
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2001,
yaitu sebesar 29,7%, kemudian disusul oleh pulau Jawa-Bali yaitu sebesar 28,3% dan
Indonesia bagian timur sebesar 18,8%. Angka kejadian stroke di Bali mengalami
peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2000 tercatat terjadi 737 kasus, pada
tahun 2001 tercatat 749 kasus dan pada tahun 2002 tercatat 659 kasus (Rakyat
merdeka, 2007). Jumlah penderita stroke di Kota Pekanbaru yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad khususnya diruang Merak II pada tahun 2007
berjumlah 105 orang dan meningkat pada tahun 2008 berjumlah 297 orang.
penanganan khusus baik oleh tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat dalam
membutuhkan penataan lingkungan rumah yang aman, hal ini sangat berguna untuk
kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan mencintai, meningkatkan harga diri serta
kehidupannya adalah menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
stroke
C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Arifin
2. Keluarga
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Stroke
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan
Suddarth, 2002 )
serebrovaskuler) (Hudak & Gallo, 1996). Menurut Mansjoer (2000) stroke adalah
sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
B. Etiologi Stroke
Etiologi dari stroke adalah trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah
otak), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari
bagian tubuh yang lain), iskemia (menurunnya aliran darah kearah otak), hemoragia
C. Patofisiologi
dan iskemik jaringan otak, yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan nekrosis
(infark) jaringan otak, DM, usia dan merokok merupakan faktor resiko aterosklerosis.
penumpukan lemak, komposisi darah maupun defisit Ca dan disertai pula oleh
permukaan menjadi tidak rata. Pada aliran darah lambat atau saat tidur makan terjadi
lipohyalinosis yang dapat menyebabkan miokard infark. Emobli berasal dari trombus
yang rapuh atau kristal dalam arteri carotis dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila
terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium
yang akhirnya mengakibatkan iskemik otak yang bila berlangsung lama akan
E. Klasifikasi Stroke
1. Stroke hemoragik
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan
aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun
dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
6
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena
F. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat
stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa
perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
stroke berikut seperti kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
pusing, bicara tidak jelas (rero), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, pergerakan yang tidak biasa,
pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih
luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini
berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa
lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita stroke meliputi hipoksia serebral,
kerusakan aliran darah serebral, embolisme serebral, kejang, trombosis vena dalam
H. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaan integumen
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
d) Pemeriksaan dada
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
g) Pemeriksaan ekstremitas
h) Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik
- Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
I. Pemeriksaan Penunjang
spesifik, seperti perdarahan atau adanya obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau
ruptur.
9
adanya infark.
ada trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang
atau kecacatan (disability). Kecacatan yang dialami oleh penderita perlu kiranya
mendapat perhatian yang khusus agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
dan rehabilitasi adalah dua proses yang saling berhubungan. Recovery dapat diartikan
sebagai pengembalian dengan cepat fungsi sistem neurologi setelah stroke, sedangkan
rehabilitasi diartikan sebagai sebuah proses untuk membantu penderita stroke untuk
lingkungan (Stein, 2004). Sasaran utama pada fase rehabilitasi meliputi perbaikan
mobilitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, perbaikan proses fikir,
pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak adanya komplikasi (
K. Diagnosa keperawatan
serebral
umum.
pemberian perawatan.
L. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
Berikan oksigen sesuai indikasi Menurunkan hipoksia yang dapat
menurunkan vasodilatasi serebral
dan terbentuknya edema
Barikan obat sesuai indikasi: Meningkatkan/memperbaiki aliran
antikoagulasi, seperti natrium darah serebral
walfarin, heparin, dipiridamol)
Berikan pelunak feses Mencegah proses mengejan
Persiapkan untuk pembedahan Mungkin bermanfaat untuk
mengatasi situasi
Pantau pemeriksaan laboratorium Memberi informasi tentang
sesuai indikasi keefektifan pengobatan
II Mandiri
Kaji kemampuan secara Mengidentifikasi kekuatan dan
fungsional/luasnya kerusakan, kelemahan dan memberikan
klasifikasi melalui skala 0-4 informasi mengenai pemulihan
Ubah posisi setiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan
Mulailah melakukan latihan Meminimalkan atrifi otot,
gerakan aktif dan pasif pada meningkatkan sirkulasi, membantu
semua ekstremitas mencegah kntraktur
Evaluasi penggunaan alat Kontraktur fleksi dapat terjadi
bantu untuk pengaturan posisi akibat dari otot fleksor lebih kuat
dari otot ekstensor
Tempatkan bantal dibawah Mancegah adduksi bahu dan
aksila untuk melakukan abduksi fleksi siku
pada tangan
Posisikan lutut dan panggul Mempertahankan posisi
dalam posisi ekstensi fungsional
12
Bantu untuk
mengembangkan keseimbangan Membantu dala melatih
duduk ditempat tidur. kembali jaras saraf
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi Pengkajian secara indivisual
bicara kemampuan bicara dan sensori,
motorik dan kognitif
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Gambaran Kasus
Kelompok mulai melakukan pengkajian pada tanggal 13-17 Oktober 2008. pasien
baru pertama kali ini masuk rumah sakit. Klien mempunyaki riwayat hipertensi sejak
1 tahun yang lalu. Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan sakit pada seluruh
tubuh, anggota gerak tubuh sulit untuk digerakkan. Klien tampak sulit untuk
berbicara. Keluarga mengatakan jika klien duduk, klien merasa pusing. Tonus otot
klien keras dan kaku untuk digerakkan. Klien terpasang kondom kateter dan IVFD RL
B. Hasil Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SMU
No MR : 59 62 56
15
Klien sebelumnya tidak pernah sakit dan dirawat di rumah sakit. Klien
mempunyai riwayat hipertensi sejak satu tahun yang lalu, tekanan darah klien
Klien mengeluh sulit bicara lebih kurang 1 bulan yang lalu, mengalami
mengatakan jika duduk klien merasa pusing. Kedua tangan klien mengalami
kontraktur.
4. Aktivitas /Istirahat
TD : 180/100 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 88 x/menit
Suhu : 36o c
TD : 190/120 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 86 x/menit
Suhu : 36 oc
16
TD : 180/120 mmHg
RR : 18X/ menit
N : 84 x/ menit
Suhu : 370 C
TD : 210/120 mmHg
RR : 22 X/ menit
N : 88 x/menit
Suhu : 37,6 0 C
Kekuatan otot klien kuat ketika menggengam tangan perawat,dan lemah saat
5. Sirkulasi
Inspeksi : bentuk dada klien simetris, terdapat ictus cordis tidak ada varises di
Auskultasi : Bunyi jantung normal (BJ1 lebih keras dari pada BJ 2), irama
6. Status Mental
klien menjadi sedih bahkan menangis. Istri klien mengatakan bahwa klien
waktu.
pendek klien baik karena klien mampu mengenali adik, dan istrinya dan
ketika ditanya tentang apakah sudah makan atau tidak, klien mengangguk
7. Eliminasi
padat, warna kuning kecoklatan, tidak berlendir, tidak ada bercampur darah.
Inspeksi : tidak ada menggunakan otot- otot bantu dalam bernafas, eliminasi
urin klien dibantu dengan alat kateter kondom sejak tanggal 13 oktober 2008..
Palpasi : teraba tahanan pada abdomen regio kiri bawah, ginjal tidak teraba
usus 3 x/ menit.
8. Makanan/Cairan
9. Higiene
berbaring di tempat tidur. Klien makan disuapkan oleh istri atau adik klien,
Penampilan umum klien tampak rapi, bersih, rambut tersisir rapi, klien setiap
10. Neurosensori
11. Pernapasan
12. Keamanan
Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi baik
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Keluarga (istri, adiknya dan
orang tua klien) selalu mendukung dan memotivasi klien untuk tetap sabar
menghadapi penyakit klien dan berharap klien dapat sembuh seperti semula.
terus menerus dan rajin melakukan latihan rentang pergerakan sendi (RPS)
dan keluarga klien sering mengajak klien untuk berbicara untuk melatih otot
diwajah klien. Klien selalu dijaga oleh keluarga selama dirawat di rumah sakit.
obat oral yaitu captopril (2x25mg), pirasetam (2x1), cotri moksazol (2x2).
dengan hasil
URINE
- Protein :+
- Bilirubin :-
- Keton :-
- Nitrit :+
- Blood : +2
- Eritrosit : 25-30/LPB
- Bakteri :+
SERUM
C. Analisa Data
Diatria, afasia
3. DS: Peredaran darah ke Perubahan pola
Keluarga mengatakan otak terganggu eliminasi fekal:
selama dirawat di RS (5 konstipasi
Okt 2008) klien baru 1 x Defisit neurologis
BAB (14 Okt 2008).
Defisit motorik
DO:
Abdomen terasa keras Hemisfer serebral
Intake makan cukup (3 x terganggu
sehari)
Gelisah (-) Hemiparase,
hemiplagia, ataksia
Gangguan mobilitas
fisik
4. DS : Peredaran darah ke Gangguan
Istri klien mengatakan otak terganggu perawatan diri;
semua kebutuhan klien pemenuhan
dibantu oleh keluarga. Defisit neurologis ADL
Gangguan mobilitas
fisik
memahami merealisasikan
percakapan respon sesuai.
dalam
berkomunik 3. Antisipasi dan Bermanfaat dalam
asi. penuhi menurunkan frustasi
- Klien dapat kebutuhan bila tergantung pada
mengekspre klien. orang lain dan tidak
sikan dapat berkomunikasi
melalui secara berarti.
metode
komunikasi.
4. Bicara dengan Pasien tidak perlu
nada normal merusak
dan hindari pendengaran dan
percakapan meninggikan suara
yang cepat. dapat menimbulkan
marah
pasien/menyebabkan
kepedihan.
5. Pertahankan - Pasien
dukungan, membutuhkan
sikap tegas, perasaan empati,
beri pasien tetapi perlu
waktu yang mengetahui
cukup untuk bahwa pemberi
mengerjakan asuhan bersifat
tugasnya. konsisten.
Dan berikan
umpan balik
positif atas
usaha pasien
yang telah
dilakukan
6. Kaji - Mengetahui
kemampuan kebutuhan pasien
pasien untuk yang belum
mengkomuni terpenuhi,
kasikan sehingga perawat
kebutuhanny dapat membantu
a, misal; pasien dalam
lapar, memenuhi
mengosongk kebutuhannya.
an kandung
kemih dll.
7. Dekatkan - Membantu
makanan memudahkan
dan pasien untuk
peralatan menggunakannya.
yang
dibutuhkan
pasien di sisi
tempat tidur
yang mudah
di jangkau
dan motivasi
pasien untuk
memenuhi
kebutuan
ADLnya
secara
bertahap.
E. Implementasi
27
3. Mengajarkan O:
keluarga dan - Pasien tampak
membantu pasien hanya terbaring
utnuk melakukan di atas tempat
ROM pasif. tidur.
- Seluruh aktivitas
4. Mengubah posisi pasien dibantu
klien minimal setiap 2 oleh anggota
jam keluarga
- Tonus otot pasien
keras.
A:
Gangguan mobilitas
fisik belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
1. Menganjurkan
keluarga untuk
mengubah posisi
klien setiap 2 jam
sekali untuk
mencegah
terjadinya luka
dekubitus.
2. Memotivasi
kelurga untuk
selalu melakukan
28
latihan ROM
pasif untuk
mencegah
terjadinya
kontraktur.
5. Menghargai
kemampuan klien
untuk berkomunikasi
3. 14/10/2008 Gangguan 1. Mengukur tanda-tanda S :
10.00 – mobilitas fisik vital. - Klien
10 .30 WIB b/d kelemahan Hasil : mengatakan
otot - TD : 180/110 seluruh tubuhnya
mmHg terasa berat dan
- N : 88 x/mnt sulit digerakkan.
- RR: 22 x/mnt O:
- S : 36º C - Pasien tampak
hanya terbaring
5. Mengevaluasi di atas tempat
perubahan tidur.
kemampuan secara - Seluruh aktivitas
fungsional atau pasien dibantu
motorik (kemampuan oleh anggota
refleks, pemeriksaan keluarga
fisik). - Otot kaku, tonus
29
otot keras.
6. Mengobservasi
keluarga klien untuk A:
melakukan ROM Mobilitas fisik
pasif. teratasi sebagian
7. Mengubah posisi P:
klien minimal setiap 2 Intervensi
jam. dilanjutkan.
1. Lakukan latihan
ROM secara
bertahap.
2. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi.
6. Menghargai
kemampuan klien
dalam berkomunikasi
6. 15/10/2008 Gangguan 1. Mengukur tanda-tanda S :
14.15 - mobilitas fisik vital. - Klien
14.45 WIB b/d kelemahan Hasil : mengatakan
otot - TD : 190/120 seluruh
mmHg tubuhnya masih
- N : 88 x/mnt terasa berat dan
- RR: 24 x/mnt sulit digerakkan.
- S : 36º C O:
- - Pasien tampak
2. Mengevaluasi terbaring di
kemampuan secara tempat tidur.
fungsional atau - Seluruh aktivitas
motorik. masih dibantu
keluarga
3. Mengevaluasi - Otot
keluarga dalam kaku, tonus otot
melakukan ROM keras.
pasif
A:
4. Mengubah posisi Gangguan mobilitas
minimal setiap 2 jam. fisik belum teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.
motivasi keluarga
untuk melakukan
ROM pasif.
7 16/ Gangguan 1. Mengkaji S:
10/2008 perawatan diri; kemampuan ADL - Keluarga klien
13.00 – pemenuhan pasien mengatakan
31
P:
Intervensi
dilanjutkan,
motivasi keluarga
untuk membantu
memenuhi
kebutuhan klien.
8 17/10/2008 Gangguan 1. S:
11.00 – mobilitas fisik vital. - Istri
11.30 WIB b/d kelemahan Hasil : klien
otot - TD : 210/120 mengatakan
mmHg seluruh
- N : 88 x/mnt tubuhnya masih
- RR: 22 x/mnt terasa berat dan
- S : 36º C sulit digerakkan.
O:
2. - Pasien tampak
secara fungsional terbaring di
atau motorik tempat tidur.
3. - Seluruh aktivitas
keluarga dalam dibantu
melakukan gerakan keluarga
ROM pasif.
A:
4. Gangguan mobilitas
minimal setiap 2 jam fisik belum teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan,
memotivasi
keluarga untuk
melakukan ROM
pasif.
32
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas kesesuaian antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus pada klien dengan stroke non hemoragik di ruangan Merak II RSUD
diruangan Merak II pada tanggal 13-17 Oktober 2008. Pembahasan ini dibuat dengan
A. Pengkajian
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok dalam melakukan
melakukan pengakjian pada klien, dan data-data yang dikaji juga didapatkan dari
keluarga.
B. Diagnosa keperawatan
serebral
pemberian perawatan.
kekuatan, daya tahan otot dan kehilangan kontrol otot akibat terganggunya
neuromuskular.
antara lain:
immobilisasi.
kekuatan, daya tahan otot dan kehilangan kontrol otot akibat terganggunya
neuromuskular.
kelompok menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar seperti buku
lainnya yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di
D. Implementasi
adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien dengan perawat dalam
sebelumnya.
E. Evaluasi
Evaluasi yang telah dilakukan adalah evaluasi sumatif yang mana dilakukan setiap
hari setelah tindakan keperawatan dilaksanakan yang diuraikan dalam bentuk SOAP,
dari 4 diagnosa yang ditegakkan terdapat 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu
diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan gangguan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ruang Merak II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka kelompok dapat mengambil
B. Saran
1. Bagi perawat
tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan
Diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima anjuran selain terapi dan
selama dirawat.
37
3. Bagi mahasiswa