Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stroke merupakan masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun

upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun

terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortilitas

18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke berulang. Dari

seluruh pasien stroke,. terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke tetapi

mengalami beberapa kecacatan.

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan

serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, selain itu

stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia

produktif dan usia lanjut (Gorelick, 1995).

Jumlah penderita stroke mengalami peningkatan di seluruh dunia. Pada tahun

1990, penderita stroke di seluruh dunia berjumlah lebih kurang 38 juta orang dan

akan meningkat menjadi 61 juta pada tahun 2020. Diperkirakan, tiap tahun terdapat

lebih kurang 15 juta penderita stroke baru. Selain itu, stroke menyebabkan 5,7 juta

penderita meninggal pada tahun 2005 dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta

pada tahun 2015 dan 7,8 juta pada tahun 2030 (WHO, 2002).

Berdasarkan penelitian epidemiologi dan survei di beberapa negara menunjukkan

bahwa insiden stroke berada pada kisaran 59-449 per 100.000 penduduk. Angka

kejadian stroke di Amerika berjumlah 700.000 orang setiap tahunnya dengan angka

kematian 160.000 orang pertahun, pada tahun 2003 terdapat 4,8 juta orang pertahun,

yang menderita stroke. Stroke menempati peringkat ketiga sebagai penyebab

kematian (Goldstein, et al, 2006, American Heart Association, 2003).


2

Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam, bahkan saat ini

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia.

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2001,

menyatakan bahwa stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah Sumatra

yaitu sebesar 29,7%, kemudian disusul oleh pulau Jawa-Bali yaitu sebesar 28,3% dan

Indonesia bagian timur sebesar 18,8%. Angka kejadian stroke di Bali mengalami

peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2000 tercatat terjadi 737 kasus, pada

tahun 2001 tercatat 749 kasus dan pada tahun 2002 tercatat 659 kasus (Rakyat

merdeka, 2007). Jumlah penderita stroke di Kota Pekanbaru yang dirawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Arifin Achmad khususnya diruang Merak II pada tahun 2007

berjumlah 105 orang dan meningkat pada tahun 2008 berjumlah 297 orang.

Kecacatan fisik yang dialami penderita stroke mengakibatkan penderita memiliki

keterbatasan dalam bergerak dan beraktivitas. Stroke membutuhkan pemahaman dan

penanganan khusus baik oleh tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat dalam

penatalaksanaannya. Selain pemahaman dan penanganan, penderita stroke juga

membutuhkan penataan lingkungan rumah yang aman, hal ini sangat berguna untuk

mencegah terjadinya kecelakaan, perlukaan bahkan kematian.

Lingkungan yang aman memungkinkan penderita stroke untuk memenuhi

kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan mencintai, meningkatkan harga diri serta

memungkinkan dalam pencapaian kebutuhannya. Dampak positif dalam

kehidupannya adalah menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan

fungsi individu lebih efektif (Craven, 2001).

Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk mengangkat kasus

“ Asuhan keperawatan Tn M dengan Stroke non hemoragik di ruang Merak II

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau “.


3

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Stroke

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien stroke

b. Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan

pada pasien stroke

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

stroke

d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata

yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan

C. Manfaat Penulisan

1. Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Arifin

Ahmad, khususnya ruang rawat inap Merak II dalam menyusun rencana

perawatan dan penyediaan lingkungan yang aman bagi penderita stroke

2. Keluarga

Bagi masyarakat khususnya keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan

stroke makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai

perawatan dan penyediaan lingkungan yang aman bagi penderita stroke.

3. Perkembangan ilmu keperawatan

Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mahasiswa

keperawatan tentang cara perawatan penderita stroke.


4

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Stroke

Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan

Suddarth, 2002 )

Stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan

berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cerebro vaskular desease (penyakit

serebrovaskuler) (Hudak & Gallo, 1996). Menurut Mansjoer (2000) stroke adalah

sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit

neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah

otak non traumatik.

B. Etiologi Stroke

Etiologi dari stroke adalah trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah

otak), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari

bagian tubuh yang lain), iskemia (menurunnya aliran darah kearah otak), hemoragia

serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan

otak atau ruang sekitar otak) (Smeltzer & Bare, 2001).

C. Patofisiologi

Trombosis serebral merupakan penyebab utama dari cerebrovaskuler accident

proses terjadinya berhubungan dengan skleorosis pada arteri carotis dan

percabangannya. Namun kadang-kadang dapat disebabkan oleh reaksi peradangan

dingding pembuluh darah yang selanjutnya menyebabkan terhambatnya supplay darah


5

dan iskemik jaringan otak, yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan nekrosis

(infark) jaringan otak, DM, usia dan merokok merupakan faktor resiko aterosklerosis.

Ateroskerosis merupakan kombinasi dari perubahan tumka intim dengan

penumpukan lemak, komposisi darah maupun defisit Ca dan disertai pula oleh

perubahan pada tumka media dipembuluh darah besar yang mengakibatkan

permukaan menjadi tidak rata. Pada aliran darah lambat atau saat tidur makan terjadi

penyumbatan untuk pembuluh darah kecil dan arterior terjadi penumpukan

lipohyalinosis yang dapat menyebabkan miokard infark. Emobli berasal dari trombus

yang rapuh atau kristal dalam arteri carotis dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila

terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium

yang akhirnya mengakibatkan iskemik otak yang bila berlangsung lama akan

menyebabkan nekrosis (infark) jaringan otak dan akan menyebabkan kematian

D. Faktor resiko terjadinya stroke

Faktor resiko terjadinya stroke adalah merokok, mengkonsumsi alkohol, obesitas,

hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus, kelainan jantung, hiperlipidemia, efek

samping penggunaan kontrasepsi (Gofir, 2007).

E. Klasifikasi Stroke

1. Stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng

disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan

aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun

dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.

Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
6

perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena

hipoksia jaringan otak.

F. Manifestasi Klinis

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan

menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian

stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat

bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode

stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa

perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.

Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala

stroke berikut seperti kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu

sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda,

pusing, bicara tidak jelas (rero), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang

tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, pergerakan yang tidak biasa,

hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih, ketidakseimbangan dan terjatuh,

pingsan.

Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih

luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke

bisa menyebabkan depresi atau ketidak mampuan untuk mengendalikan emosi.

Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini

berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa

lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun

strokenya sendiri tidak bertambah luas (Smeltzer & Bare, 2001).


7

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita stroke meliputi hipoksia serebral,

kerusakan aliran darah serebral, embolisme serebral, kejang, trombosis vena dalam

(TVD ) emboli pulmonam, pendarahan saluran cerna, komplikasi lainnya seperti

dekubitus dan pneumonia (Siswanto, 2006).

H. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

- Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran

- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,

kadang tidak bisa bicara

- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b) Pemeriksaan integumen

- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga

dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena

klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

- Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c) Pemeriksaan kepala dan leher

- Kepala : bentuk normocephalik

- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

- Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

d) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing


8

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan

refleks batuk dan menelan.

e) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

h) Pemeriksaan neurologi

- Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

- Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

- Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

- Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah

beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan

refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita stroke meliputi (Bare, 1999)

1) Angiografi Serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik, seperti perdarahan atau adanya obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau

ruptur.
9

2) CT Scan. Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan

adanya infark.

3) Fungsi Lumbal. Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya

ada trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subaraknoid atau perdarahan

intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan

dengan adanya proses inflamasi.

4) MRI. Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik,

Malformasi Arteriovena (MAV).

5) Ultrasonografi Doppler. Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

6) EEG. Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan

mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

J. Perawatan Penderita Stroke

Pasca serangan stroke penderita stroke biasanya mengalami berbagai gangguan

atau kecacatan (disability). Kecacatan yang dialami oleh penderita perlu kiranya

mendapat perhatian yang khusus agar dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

Perawatan pasien stroke lebih merujuk kepada recovery (penyembuhan) dan

rehabilitasi. Recovery dan rehabilitasi biasanya dilakukan secara bersama. Recovery

dan rehabilitasi adalah dua proses yang saling berhubungan. Recovery dapat diartikan

sebagai pengembalian dengan cepat fungsi sistem neurologi setelah stroke, sedangkan

rehabilitasi diartikan sebagai sebuah proses untuk membantu penderita stroke untuk

memperoleh kembali kemampuan untuk melakukan fungsi kehidupan sehari-hari dan

lingkungan (Stein, 2004). Sasaran utama pada fase rehabilitasi meliputi perbaikan

mobilitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, perbaikan proses fikir,

mendapatkan kontrol kandung kemih, pencapaian beberapa bentuk komunikasi,


10

pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak adanya komplikasi (

Smeltzer & Bare, 2001).

K. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan oklusi, hemoragik, edema

serebral

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan

3. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral; kerusakan

neuromuskuler, kehilangan tonus/kontrol farsial,kelemahan dan kelelahan

umum.

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri bahu berhubungan dengan hemiplegia.

5. Inkontinensia urin berhubungan dengan kandung kemih flaksid,

ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi.

6. Perubahan proses fikir berhubungan dengan kerusakan otak, konfusi,

ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparase atau

hemiplagia, penurunan mobilitas.

8. Perubahan proses keluaraga berhubungan dengan penyakit berat dan beban

pemberian perawatan.

9. Kurang perawatan diri: kebersihan, mobilitas, makan berhubungan dengan

gejala sisa respon.

L. Intervensi Keperawatan

Dx. Intervensi keperawatan Rasional


I Mandiri:
 Tentukan faktor penyebab selama  Mempengaruhi penetapan
koma/penurunan perfusi serebral intervensi
dan terjadinya peningkatan TIK
 Catat status neurologis dan  Mengetahui kecendrungan tngkat
bandingkan dengan keadaan kesadaran dan potensial penngkatan
normalnya TIK
11

 Pantau TTV  Variasi terjadi mungkin karena


tekanan/trauma serebral pada
daerah vasomotor otak

 Catat perubahan dalm  Gangguan pengluhatan yang


penglihatan (seperti adanya spesifik mencerminkan daerah
kebutaan, gangguan lapangan penglihatan yang terkena
pandang)
 Kaji fungsi bicara jika pasien  Perubahan dalam isi kognitif dan
sadar bicara merupakan indikator dari
lokasi/derajat gangguan serebral

 Tinggikan kepala  Menurunkan tekanan arteri dengan


meningkatkan drainase/ sirkulasi
dan perfusi serebral
 Pertahankan keadaan tirah baring,  Aktivitas/stimulasi kontinu dapat
ciptakan lingkungan yang tenang meningkatkan TIK
 Cegah terjadinya mengejan, dan  Manuver valsalva dapat
pernapasan yang memaksa meningkatkan TIK

Kolaborasi
 Berikan oksigen sesuai indikasi  Menurunkan hipoksia yang dapat
menurunkan vasodilatasi serebral
dan terbentuknya edema
 Barikan obat sesuai indikasi:  Meningkatkan/memperbaiki aliran
antikoagulasi, seperti natrium darah serebral
walfarin, heparin, dipiridamol)
 Berikan pelunak feses  Mencegah proses mengejan
 Persiapkan untuk pembedahan  Mungkin bermanfaat untuk
mengatasi situasi
 Pantau pemeriksaan laboratorium  Memberi informasi tentang
sesuai indikasi keefektifan pengobatan
II Mandiri
 Kaji kemampuan secara  Mengidentifikasi kekuatan dan
fungsional/luasnya kerusakan, kelemahan dan memberikan
klasifikasi melalui skala 0-4 informasi mengenai pemulihan
 Ubah posisi setiap 2 jam  Menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan
 Mulailah melakukan latihan  Meminimalkan atrifi otot,
gerakan aktif dan pasif pada meningkatkan sirkulasi, membantu
semua ekstremitas mencegah kntraktur
 Evaluasi penggunaan alat  Kontraktur fleksi dapat terjadi
bantu untuk pengaturan posisi akibat dari otot fleksor lebih kuat
dari otot ekstensor
 Tempatkan bantal dibawah  Mancegah adduksi bahu dan
aksila untuk melakukan abduksi fleksi siku
pada tangan
 Posisikan lutut dan panggul  Mempertahankan posisi
dalam posisi ekstensi fungsional
12

 Bantu untuk
mengembangkan keseimbangan  Membantu dala melatih
duduk ditempat tidur. kembali jaras saraf

 Inspeksi kulit terutama


daerah-daerah yang menonjol  Titik-titik tekanan pada daerah
secara teraturbangunkan dari yang menonjol paling beresiko
tempat tidur sesegera mungkin untuk terjadinya penurunan
jika TTV stabil perfusi/iskemia
 Susun aktivitas dengan
pasien untuk latihan ROM dan  Meningkatkan harapan
mengubah posisi terhadap perkembangan
Kolaborasi
 Berikan tempat tidur dengan
matras bulat  Meningkatkan distribusi merata
BB yang menurunkan tekanan
pada tulang tertentu dan mencegah
kerusakan kulit
 Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi secara aktif dan  Menemukan kebutuhan yang
ambulasi pasien berarti dalam koordinasi
 Berikan obat relaksasi otot,
antispasmodik sesuai indikasi,  Menghlangkan spastisitas pada
seperti baklofen, dantrolen ekstremitas yang terganggu
III Mandiri
 Kaji derajat disfungsi seperti  Membantu menentukan daerah dan
pasien tidak memahami kata atau derajat kerusakan
memahami kesulitan berbicara
 Bedakan antara afasia dan disartia  Intervensi yang dipilih tergantung
pada kerusakannya. Afasia
(gangguan dalam menggunakan
dan mengintepretasikan
bahasa;tidak mampu memahami
tulisan dan berbicara). Disartia
(dapat memahami , membaca dan
menulis bahasa tetapi kesulitan
membentuk kata sehubungan
dengan kelemahan dari otot-otot
daerah oral
 Perhatikan kesalahan dalam  Pasien mungkin kehilangan
komunikasi dan berikan umpan kemampuan dalam memantau
balik ucapan yang keluar

 Minta pasien untuk mengikuti  Menentukan penilaian terhadap


perintah sederhan (membuka mata) kerusakan sensorik (afasia
sensorik)
 Minta pasien untuk mengucapkan  Mengidentifikasi adanya sisartia
suara sederhana (Sh, pus) sesuai komponen motorik dari
bicara
13

 Minta pasien untuk menulis nama  Menilai kemampuan menulis


dan membaca kalimat yang pendek (agrafia)dan kekurangan dalam
membaca yang benar (aleksia)

 Katakan secara langsung kepada  Menurunkan kebingungan/ansietas


pasien bicara perlahan dan tenang selama proses komunikasi

 Anjurkan kepada keluarga untuk  Mengurangi isolasi sosial


mempertahankan komunikasi
dengan pasien
 Hargai kemampuan pasien sebelum  Untuk merasakan harga diri
terjadinya penyakit, hindari
pembicaraan yang merendahkan
pasien

Kolaborasi
 Konsultasi dengan ahli terapi  Pengkajian secara indivisual
bicara kemampuan bicara dan sensori,
motorik dan kognitif
14

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Kasus

Kelompok mulai melakukan pengkajian pada tanggal 13-17 Oktober 2008. pasien

baru pertama kali ini masuk rumah sakit. Klien mempunyaki riwayat hipertensi sejak

1 tahun yang lalu. Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan sakit pada seluruh

tubuh, anggota gerak tubuh sulit untuk digerakkan. Klien tampak sulit untuk

berbicara. Keluarga mengatakan jika klien duduk, klien merasa pusing. Tonus otot

klien keras dan kaku untuk digerakkan. Klien terpasang kondom kateter dan IVFD RL

16 tetes/ menit. Klien mendapatkan diet makanan lunak.

B. Hasil Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Tn.M

Umur : 48 tahun

Tanggal Lahir : 19 Desember 1960

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMU

Suku Bangsa : Melayu

Tanggal Masuk : 5 Oktober 2008

Rujukan : Bukan rujukan

Penanggung jawab : Pasien umum

DX medis : Stroke non hemoragik

No MR : 59 62 56
15

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien sebelumnya tidak pernah sakit dan dirawat di rumah sakit. Klien

mempunyai riwayat hipertensi sejak satu tahun yang lalu, tekanan darah klien

tertinggi 190/ 120 mmHg.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh sulit bicara lebih kurang 1 bulan yang lalu, mengalami

kelemahan seluruh anggota tubuh, sulit menggerakkan anggota tubuh. Keluarga

mengatakan jika duduk klien merasa pusing. Kedua tangan klien mengalami

kontraktur.

4. Aktivitas /Istirahat

Gejala (Data Subjektif)

Klien merupakan seorang petani,

Tanda (Data Objektif)

Tanda-tanda vital: (14 Oktober 2008)

TD : 180/100 mmHg

RR : 24 x/menit

N : 88 x/menit

Suhu : 36o c

Tanda-tanda vital (15 Oktober 2008)

TD : 190/120 mmHg

RR : 24 x/menit

N : 86 x/menit

Suhu : 36 oc
16

Tanda-tanda vital (16 Oktober 2008)

TD : 180/120 mmHg

RR : 18X/ menit

N : 84 x/ menit

Suhu : 370 C

Tanda-tanda vital (17 Oktober 2008)

TD : 210/120 mmHg

RR : 22 X/ menit

N : 88 x/menit

Suhu : 37,6 0 C

Kesadaran klien compos mentis. GCS = E4 M6 Vafasia . Ketika dilakukan

pengkajian klien sadar penuh dapat menjawab pertanyaan tertutup yang

diajukan oleh perawat.

Kekuatan otot klien kuat ketika menggengam tangan perawat,dan lemah saat

disuruh melawan tahanan.

5. Sirkulasi

Gejala (Data Subjektif)

Pasien tidak ada riwayat nyeri dada.

Tanda (Data Objektif)

Inspeksi : bentuk dada klien simetris, terdapat ictus cordis tidak ada varises di

daerah tangan dan kaki.

Palpasi : tidak ada teraba massa abormal

Perkusi : terdengar suara redup pada jantung


17

Auskultasi : Bunyi jantung normal (BJ1 lebih keras dari pada BJ 2), irama

teratur, tidak ada mur-mur.

6. Status Mental

Gejala (Data Subjektif )

 Ketika kelompok menanyakan tentang keluarga,

klien menjadi sedih bahkan menangis. Istri klien mengatakan bahwa klien

teringat dengan kampung halamannya dan ingin segera pulang ke rumah

berkumpul dengan keluarganya.

 Klien afasia (gangguan pada daerah broca yang

terletak dilobus frontalis kiri yang mempengaruhi sistem

motorik )sehingga kecepatan dan artikulasi bicara tidak dapat dikaji.

 Orientasi pasien baik terhadap orang, tempat dan

waktu.

 Klien kurang mampu memusatkan perhatian

 Memori jangka panjang dan memori jangka

pendek klien baik karena klien mampu mengenali adik, dan istrinya dan

ketika ditanya tentang apakah sudah makan atau tidak, klien mengangguk

(klien sudah makan).

 Kekuatan otot pada kaki dan lengan .................

 Kernig (+), klien mengeluh nyeri ketika

mengangkat kaki mendekati dada.

Tanda (Data Objektif)

Klien tampak sedih dan menangis

7. Eliminasi

Gejala (Data Subjektif)


18

BAB:Sejak masuk rumah sakit tanggal 5 Oktober 2008, keluarga klien

mengatakan klien baru BAB tanggal 14 Oktober 2008, dengan konsistensi

padat, warna kuning kecoklatan, tidak berlendir, tidak ada bercampur darah.

Tanda (Data Objektif )

Inspeksi : tidak ada menggunakan otot- otot bantu dalam bernafas, eliminasi

urin klien dibantu dengan alat kateter kondom sejak tanggal 13 oktober 2008..

Palpasi : teraba tahanan pada abdomen regio kiri bawah, ginjal tidak teraba

Perkusi : terdengar bunyi pekak pada hati

Auskultasi : Terdengar bising usus pada abdomen. Terdengar suara bising

usus 3 x/ menit.

8. Makanan/Cairan

Gejala (Data Subjektif)

Diit yang didapat di rumah sakit ML (Makanan Lunak) 3 x/hari, porsi

makanan selalu habis, minum 5-6 gelas/hari.

Tanda (Data Objektif)

Turgor kulit baik dan tidak kering, membran mukosa lembab.

9. Higiene

Gejala (Data Subjektif)

Aktivitas sehari-hari klien dibantu, mobilitas terbatas dan klien hanya

berbaring di tempat tidur. Klien makan disuapkan oleh istri atau adik klien,

Tanda (Data Objektif)

Penampilan umum klien tampak rapi, bersih, rambut tersisir rapi, klien setiap

hari dibersihkan oleh istrinya. Klien berpakaian dibantu oleh keluarganya.


19

10. Neurosensori

Gejala (Data Subjektif)

Klien mengatakan tidak ada mengalami nyeri kepala, ketika diajak

berkomunikasi klien dapat mendengar apa yang diinstruksikan oleh perawat

Tanda (Data Objektif).

Kesadaran compos mentis, GCS: E4 M6 Vafasia,

11. Pernapasan

Gejala (Data Subjektif)

Klien tidak mengeluh adanya masalah pada pernapasan

Tanda (Gejala Objektif)

Inspeksi : klien tidak menggunakan otot- otot bantu dalam pernafasan

Palpasi : taktil vermitus tidak dapat dilakukan karena klien apasia

Perkusi : terdengar bunyi resonan pada paru

Auskultasi : Hantaran udara terdengar diseluruh area paru-paru, bunyi napas

vesikuler di area , RR: 20 x/i

12. Keamanan

Gejala (Data Subjektif)

Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi baik

terhadap makanan maupun obat.

Tanda (Data Objektif)

Klien tidak panas, suhu tubuh klien 37 C

13. Interaksi Sosial

Gejala (Data Subjektif)


20

Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Keluarga (istri, adiknya dan

orang tua klien) selalu mendukung dan memotivasi klien untuk tetap sabar

menghadapi penyakit klien dan berharap klien dapat sembuh seperti semula.

Tanda (Data Objektif)

Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keluarga memotivasi klien

terus menerus dan rajin melakukan latihan rentang pergerakan sendi (RPS)

dan keluarga klien sering mengajak klien untuk berbicara untuk melatih otot

diwajah klien. Klien selalu dijaga oleh keluarga selama dirawat di rumah sakit.

14. Penyuluhan /Pembelajaran

Gejala (Data Subjektif)

Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.

15. Program Dokter

Klien terpasang IVFD RL 16 tetes/menit. Saat ini klien hanya mendapatkan

obat oral yaitu captopril (2x25mg), pirasetam (2x1), cotri moksazol (2x2).

Pemeriksaan laboratorium terakhir dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2008

dengan hasil

URINE

- Protein :+

- Bilirubin :-

- Keton :-

- Nitrit :+

- Blood : +2

- Eritrosit : 25-30/LPB

- Bakteri :+

- Berat jenis : 1030


21

- Kejernihan : Agak keruh

SERUM

- Glukosa : 101 mg/dl (N : 70-125 mg/dl)

- Kolesterol : 210 mg/dl (N : 0-200 mg/dl)

- Dbil : 0,2 mg/dl (N : 0-0,2 mg/dl)

- Tbil : 1,0 mg/dl (N : 0,2-1,0 mg?dl)

- BUN : 20 mg/dl (N : 7-18 mg/dl)

- Kreatinin : 1,4 mg/dl (N : 0,6-1,3 mg/dl)

- Urin : 6,1 mg/dl (N : 2,3-7,5 mg/dl)

- AST : 26 IU/L (N : 14-50)

- ALT : 15 IU/L (N : 11-60)

- ALP : 76 IU/L (N : 80-302)

- TP : 7,6 g/dl (N : 6,7-8,7)

- Inderect Bilirubin : 0,8

- Ureum : 42,8 mg/dl

C. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Peredaran darah ke Gangguan
 Pasien mengatakan susah otak terganggu mobilitas fisik
untuk beraktivitas
 Keluarga pasien Defisit neurologis
mengatakan seluruh
tubuh pasien susah untuk Defisit motorik
digerakkan dan terasa
kaku. Hemisfer serebral
DO: terganggu
 Pasien tampak hanya
terbaring di atas tempat Hemiparase,
tidur. hemiplagia, ataksia
 Seluruh aktivitas pasien
dibantu oleh anggota
keluarga.
 Tangan klien mengalami
kontraktur.
22

 Tonus otot pasien keras.


2. DS: Peredaran darah ke Gangguan
 Keluarga mengatakan otak terganggu komunikasi
klien sulit bicara. verbal
DO: Defisit neurologis
 Klien tampak sulit bicara.
 Bicara klien tidak jelas. Defisit verbal
(gangguan pada daerah
broca’s) Gangguan pada
serebral

Diatria, afasia
3. DS: Peredaran darah ke Perubahan pola
 Keluarga mengatakan otak terganggu eliminasi fekal:
selama dirawat di RS (5 konstipasi
Okt 2008) klien baru 1 x Defisit neurologis
BAB (14 Okt 2008).
Defisit motorik
DO:
 Abdomen terasa keras Hemisfer serebral
 Intake makan cukup (3 x terganggu
sehari)
 Gelisah (-) Hemiparase,
hemiplagia, ataksia

Gangguan mobilitas
fisik
4. DS : Peredaran darah ke Gangguan
 Istri klien mengatakan otak terganggu perawatan diri;
semua kebutuhan klien pemenuhan
dibantu oleh keluarga. Defisit neurologis ADL

DO: Defisit motorik


 Pemenuhan kebutuhan
ADL (makan, minum, Hemisfer serebral
mandi, berpakaian, BAB, terganggu
BAK) dibantu.
 Klien mengalami Hemiparase,
kontraktur hemiplagia, ataksia

Gangguan mobilitas
fisik

Defisit perawatan diri

D. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN STROKE INFARK DI RUANG MERAK II
23

RSUD ARIFIN ACHMAD

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN DAN
KRITERIA
HASIL
1. Gangguan mobilitas Setelah 1. Kaji 1. Mengidentifikas
fisik b/d kelemahan dilakukan kemampuan i kelemahan
otot. tindakan secara otot dan
keperawatan fungsional atau kelemahan
DS: selama 3x24 motorik motorik
- Intolerasi
susah untuk aktivitas dapat 2. Ajarkan 2. Latihan ROM
beraktivitas teratasi. keluarga atau meningkatkan
- bantu pasien masa tonus,
mengatakan Kriteri Hasil: untuk kekuatan otot,
seluruh tubuh - melakukan fungsi jantung
pasien susah mampu ROM pasif dan pernapasan
untuk digerakkan bekerjasama minimal 4 kali
dan terasa kaku. dengan sehari
perawat
DO: dalam 3. Ubah posisi 3. Mencegah
- melakukan minimal setiap kontraktur
hanya terbaring ROM pasif 2 jam fleksi bahu
di atas tempat pada klien
tidur. dalam proses 4. Kolaborasi 4. Mengembangka
- penyembuha dengan n program
pasien dibantu n. fisioterapi khusus
oleh anggota -
keluarga menunjukkan
- kemampuan
keras. dalam
beraktivitas

2. Gangguan Tujuan: 1. Kaji tipe/derajat Membantu


komunikasi verbal Diharapkan disfungsi, menentukan daerah
b.d kerusakan setelah seperti klien dan derajat
neuromuskuler. dilakukan tampak sulit kerusakan serebral
. tindakan berbicara, yang terjadi dan
DS: keperawatan kesulitan dalam kesulitan pasien
- Klien masalah memahami dalam proses
mengatakan sulit gangguan kata-kata. komunikasi..
bicara. komunikasi
DO: verbal pasien 2. Memperhatikan Klien mungkin
Klien tampak dapat teratasi kesalahan klien kehilangan
sulit bicara. secara dalam kemampuan untuk
- Bicara klien tidak perlahan. komunikasi dan memantau ucapan
jelas. berikan umpan yang keluar. Umpan
Kriteria hasil: balik. balik membantu
- Klien dapat pasien
24

memahami merealisasikan
percakapan respon sesuai.
dalam
berkomunik 3. Antisipasi dan Bermanfaat dalam
asi. penuhi menurunkan frustasi
- Klien dapat kebutuhan bila tergantung pada
mengekspre klien. orang lain dan tidak
sikan dapat berkomunikasi
melalui secara berarti.
metode
komunikasi.
4. Bicara dengan Pasien tidak perlu
nada normal merusak
dan hindari pendengaran dan
percakapan meninggikan suara
yang cepat. dapat menimbulkan
marah
pasien/menyebabkan
kepedihan.

5. Anjurkan orang Mengurangi isolasi


terdekat untuk sosial pasien dan
berkomunikasi meningkatkan
dengan klien. penciptaan
komunikasi yang
efektif.

6. Hargai Kemampuan klien


kemampuan untuk merasakan
klien. harga diri, sebab
kemampuan
itelektual klien
seringkali tetap
baik...
3. Perubahan pola Tujuan: 1. Kaji pola Memberikan
eliminasi fekal : Diharapkan eliminasi informasi mengenai
konstipasi (BAB) b.d setelah sebelumnya perubahan yang
immobilisi dilakukan dengan pola mungkin selanjutnya
tindakan sekarang. memerlukan
DS: keperawatan tindakan.
- Keluarga masalah
mengatakan eliminasi klien 2. Anjurkan untuk Menurunkan resiko
selama dapat teratasi minum adekuat, dehidrasi.
dirawat di RS diet tinggi serat
(5 Okt 2008) Kriteria hasil: dan sari buah.
klien baru 1 x - Klien dapat
BAB (14 Okt eliminasi 3. Pantau warna Untuk mencegah
2008). secara urine, feses, komplikasi atau
adekuat. konsistensi. memerlukan
DO : - Keluaga penanganan sesuai
25

- Abdomen memberika dengan kebutuhan.


terasa keras. n minum
secara
adekuat
sdiet tinggi
serat dan
sari buah.
4. Gangguan perawatan Tujuan : 1. Kaji - Membantu
diri; pemenuhan kebutuhan kemampaua menentukan
ADL b/d ADL terpenuhi n ADL /merencanakan
menurunnya dan terjadi pasien intervensi sesuai
kekuatan, daya tahan peningkatan kebutuhan
otot dan kehilangan kemampuan
kontrol otot akibat untuk 2. Bantu pasien - Dapat membantu
terganggunya memenuhinya dalam klien untuk
neuromuskuler. sampai pemenuhan memenuhi
mandiri. kebutuhan kebutuhan sehari-
DS : makan, hari, maka perawat
- Istri klien Kriteria hasil : minum, dan keluarga harus
mengatakan semua - Keluarga mandi, membantu
kebutuhan klien mampu berpakaian, pemenuhan
dibantu oleh melakukan BAK, dan kebutuhan
keluarga. perawatan BAB) tersebut. Hal ini
pemenuhan bertujuan untuk
DO: ADL klien. mencegah
- Pemenuhan terjadinya masalah
kebutuhan ADL lanjut bila
(makan, minum, kebutuhan tersebut
mandi, berpakaian, tidak terpenuhi,
BAB, BAK) seperti; gangguan
dibantu. nutrisi, gangguan
- Klien mengalami eliminasi,
kontraktur gangguan
integritas kulit dll.
.
3. Libatkan - Keluarga sebagai
keluarga fasilitator dalam
dalam pemenuhan
pemenuhan kebutuhan klien.
ADL pasien
jika
memungkink
an
4. Hindari - Penting bagi
mengerjakan pasien untuk
sesuatu yang melakukan
dapat kegiatan sebanyak
dikerjakan mungkin yang dia
pasien dan bisa untuk
berikan mempertahankan
26

bantuan bila harga diri dan


diperlukan. meningkatkan
pemulihan

5. Pertahankan - Pasien
dukungan, membutuhkan
sikap tegas, perasaan empati,
beri pasien tetapi perlu
waktu yang mengetahui
cukup untuk bahwa pemberi
mengerjakan asuhan bersifat
tugasnya. konsisten.
Dan berikan
umpan balik
positif atas
usaha pasien
yang telah
dilakukan

6. Kaji - Mengetahui
kemampuan kebutuhan pasien
pasien untuk yang belum
mengkomuni terpenuhi,
kasikan sehingga perawat
kebutuhanny dapat membantu
a, misal; pasien dalam
lapar, memenuhi
mengosongk kebutuhannya.
an kandung
kemih dll.

7. Dekatkan - Membantu
makanan memudahkan
dan pasien untuk
peralatan menggunakannya.
yang
dibutuhkan
pasien di sisi
tempat tidur
yang mudah
di jangkau
dan motivasi
pasien untuk
memenuhi
kebutuan
ADLnya
secara
bertahap.

E. Implementasi
27

Nama Pasien : Tn. M


Dx. Medis : Stroke Infark
Ruang Rawat : Merak II

No. Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam Keperawatan
1. 13/10/2008 Gangguan 1. Mengukur tanda-tanda
10.15 – mobilitas fisik vital. S:
10.45 WIB b/d kelemahan Hasil : - Istri klien
otot - TD : 180/100 mengatakan
mmHg susah untuk
- N : 88 x/mnt beraktivitas
- RR: 24 x/mnt - Keluarga pasien
- S : 36º C mengatakan
seluruh tubuh
2. Mengkaji kemampuan pasien susah
secara fungsional atau untuk digerakkan
motorik dan terasa kaku

3. Mengajarkan O:
keluarga dan - Pasien tampak
membantu pasien hanya terbaring
utnuk melakukan di atas tempat
ROM pasif. tidur.
- Seluruh aktivitas
4. Mengubah posisi pasien dibantu
klien minimal setiap 2 oleh anggota
jam keluarga
- Tonus otot pasien
keras.

A:
Gangguan mobilitas
fisik belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan.
1. Menganjurkan
keluarga untuk
mengubah posisi
klien setiap 2 jam
sekali untuk
mencegah
terjadinya luka
dekubitus.
2. Memotivasi
kelurga untuk
selalu melakukan
28

latihan ROM
pasif untuk
mencegah
terjadinya
kontraktur.

2 13/102008 Gangguan 1. Mengkaji tipe/derajat S :


13.30 – komunikasi disfungsi, seperti klien - Istri klien
13.45 WIB verbal b.d tampak sulit mengatakan
kerusakan berbicara, kesulitan sulit bicara.
neuromuskuler dalam memahami
kata-kata. O:
- Klien tampak
2. Memperhatikan sulit bicara.
kesalahan klien dalam - Klien tampak
komunikasi dan berusaha untuk
berikan umpan balik. berbicara.
A:
3. Berbicara dengan
Gangguan
nada normal dan
komunikasi verbal
menggunakan
belum teratasii
pertanyaan tertutup
P : Intervensi
dilanjutkan, ajak
4. Menganjurkan orang
terus klien untuk
terdekat (istri dan
berkomunikasi.
anggota keluarga
lainnya ) untuk tetap
berkomunikasi dengan
klien.

5. Menghargai
kemampuan klien
untuk berkomunikasi
3. 14/10/2008 Gangguan 1. Mengukur tanda-tanda S :
10.00 – mobilitas fisik vital. - Klien
10 .30 WIB b/d kelemahan Hasil : mengatakan
otot - TD : 180/110 seluruh tubuhnya
mmHg terasa berat dan
- N : 88 x/mnt sulit digerakkan.
- RR: 22 x/mnt O:
- S : 36º C - Pasien tampak
hanya terbaring
5. Mengevaluasi di atas tempat
perubahan tidur.
kemampuan secara - Seluruh aktivitas
fungsional atau pasien dibantu
motorik (kemampuan oleh anggota
refleks, pemeriksaan keluarga
fisik). - Otot kaku, tonus
29

otot keras.
6. Mengobservasi
keluarga klien untuk A:
melakukan ROM Mobilitas fisik
pasif. teratasi sebagian

7. Mengubah posisi P:
klien minimal setiap 2 Intervensi
jam. dilanjutkan.
1. Lakukan latihan
ROM secara
bertahap.
2. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi.

4. 14/10/2008 Perubahan pola 1. Mengakaji pola S :


13.45- eliminasi fekal : eliminasi - Keluarga
14.00 WIB konstipasi b.d sebelumnya dengan mengatakan
imobilisasi pola sekarang. selama dirawat
di RS (5 Okt
2. Menganjurkan 2008) klien baru
keluarga untuk 1 x BAB (14
memberikan klien Okt 2008)..
minum adekuat, diet
tinggi serat dan sari O :
buah. - Abdomen terasa
keras, tegang.
3. Pantau warna urine,
feses, konsistensi. A:
Gangguan Pola
eliminasi fekal
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan..
Menganjurkan
keluarga untuk
menyeimbangkan
intake dan output
(makanan tinggi
serat)

5. 15/10/2008 Gangguan 1. Melatih klien untuk S :


11.15- komunikasi tetap berbicara dengan - Klien
11.30 WIB verbal b.d orang lain.. mengatakan sulit
kerusakan untuk bicara.
neuromuskuler 2. Memperhatikan
kemampuan klien O :
dalam komunikasi dan - Klien tampak
memberikan umpan
30

balik. sulit bicara.


- Bicara klien
3. Mengantisipasi dan tidak jelas
penuhi kebutuhan
klien. A:
Gangguan
4. Berbicara dengan komunikasi verbal
nada normal dan tetap belum teratasi
pertahankan bahasa
tertutup. P:
5. Menganjurkan orang Intervensi
terdekat untuk tetap dilanjutkan,
mempertahankan kolaborasi dengan
komunikasi dengan speach therapy jika
klien. memungkinkan.

6. Menghargai
kemampuan klien
dalam berkomunikasi
6. 15/10/2008 Gangguan 1. Mengukur tanda-tanda S :
14.15 - mobilitas fisik vital. - Klien
14.45 WIB b/d kelemahan Hasil : mengatakan
otot - TD : 190/120 seluruh
mmHg tubuhnya masih
- N : 88 x/mnt terasa berat dan
- RR: 24 x/mnt sulit digerakkan.
- S : 36º C O:
- - Pasien tampak
2. Mengevaluasi terbaring di
kemampuan secara tempat tidur.
fungsional atau - Seluruh aktivitas
motorik. masih dibantu
keluarga
3. Mengevaluasi - Otot
keluarga dalam kaku, tonus otot
melakukan ROM keras.
pasif
A:
4. Mengubah posisi Gangguan mobilitas
minimal setiap 2 jam. fisik belum teratasi.

P:
Intervensi
dilanjutkan.
motivasi keluarga
untuk melakukan
ROM pasif.
7 16/ Gangguan 1. Mengkaji S:
10/2008 perawatan diri; kemampuan ADL - Keluarga klien
13.00 – pemenuhan pasien mengatakan
31

13.20 WIB ADL b/d semua kebutuhan


menurunnya 2. Membantu pasien klien dibantu oleh
kekuatan, daya dalam pemenuhan keluarga
tahan otot dan kebutuhan untuk
kehilangan makan, minum, mandi, O:
kontrol otot berpakaian, BAK, dan - Fisik klien tampak
akibat BAB lemah
terganggunya - Klien mengalami
neuromuskuler 3.Melibatkan anggota kontraktur otot
keluarga dalam
pemenuhan ADL A;
pasien. Gangguan
pemenuhan ADL
belum teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan,
motivasi keluarga
untuk membantu
memenuhi
kebutuhan klien.
8 17/10/2008 Gangguan 1. S:
11.00 – mobilitas fisik vital. - Istri
11.30 WIB b/d kelemahan Hasil : klien
otot - TD : 210/120 mengatakan
mmHg seluruh
- N : 88 x/mnt tubuhnya masih
- RR: 22 x/mnt terasa berat dan
- S : 36º C sulit digerakkan.
O:
2. - Pasien tampak
secara fungsional terbaring di
atau motorik tempat tidur.

3. - Seluruh aktivitas
keluarga dalam dibantu
melakukan gerakan keluarga
ROM pasif.
A:
4. Gangguan mobilitas
minimal setiap 2 jam fisik belum teratasi.

P:
Intervensi
dilanjutkan,
memotivasi
keluarga untuk
melakukan ROM
pasif.
32
33

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas kesesuaian antara tinjauan teoritis dan

tinjauan kasus pada klien dengan stroke non hemoragik di ruangan Merak II RSUD

Arifin Achmad.Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang kelompok temukan

diruangan Merak II pada tanggal 13-17 Oktober 2008. Pembahasan ini dibuat dengan

langkah proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien. Di dalam melakukan pengkajian, kelompok dapat

melakukan pengakjian pada klien, dan data-data yang dikaji juga didapatkan dari

keluarga.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa pada tinjauan teoritis terdiri dari 6 diagnosa keperawatan , yaitu:

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan oklusi, hemoragik, edema

serebral

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot

3. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan neuromuskuler

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri bahu berhubungan dengan hemiplegia.

5. Inkontinensia urin berhubungan dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan

detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi.

6. Perubahan proses fikir berhubungan dengan kerusakan otak, konfusi,

ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.


34

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparase atau

hemiplagia, penurunan mobilitas.

8. Perubahan proses keluaraga berhubungan dengan penyakit berat dan beban

pemberian perawatan.

9. Gangguan perawatan diri: aktivitas daily living berhubungan dengan penurunan

kekuatan, daya tahan otot dan kehilangan kontrol otot akibat terganggunya

neuromuskular.

Sedangkan pada pasien yang kelompok kaji di dapatkan 4 diagnosa keperawatan,

antara lain:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.

3. Gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi (BAB) berhubungan dengan

immobilisasi.

4. Gangguan perawatan diri: aktivity daily living berhubungan dengan penurunan

kekuatan, daya tahan otot dan kehilangan kontrol otot akibat terganggunya

neuromuskular.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam intervensi keperawatan,

kelompok menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar seperti buku

keperawatan medikal bedah karangan Marilyn E doenges dan buku keperawatan

lainnya yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di

ruang rawat Merak II.


35

D. Implementasi

Pelaksanaan implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan

adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien dengan perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah disusun

sebelumnya.

E. Evaluasi

Evaluasi yang telah dilakukan adalah evaluasi sumatif yang mana dilakukan setiap

hari setelah tindakan keperawatan dilaksanakan yang diuraikan dalam bentuk SOAP,

dari 4 diagnosa yang ditegakkan terdapat 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu

diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan gangguan

komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.


36

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada Tn M dengan stroke di

ruang Merak II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka kelompok dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelompok mampu melakukan pengkajian pada pasien stroke

2. Kelompok mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan

diagnosa keperawatan pada pasien stroke

3. Kelompok mampu menyusun rencana rencana tindakan

keperawatan pada pasien dengan stroke

4. Kelompok mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan

dalam tindakan nyata yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan

5. Kelompok mampu melakukan evaluasi keperawatan

B. Saran

1. Bagi perawat

Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara

tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan

penangananya lebih cepat.

2. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima anjuran selain terapi dan

pengobatan serta menjaga keeimbangan aktivitas, diit, istirahat yang tepat

selama dirawat.
37

3. Bagi mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga

mahasiswa lebih peka terhadap kebutuhan pasien, serta memberikan asuhan

keperawatan yang sesuai dengan teori yang didapatkan di perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai