Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

PEMBENTUKAN KARAKTER

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH:

1. ERIK FEBROZY
2. REZA HIDAYATULLAH
3. ROBIH AFJASTYO A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI PROMOSI
KESEHATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugasyang dibuat berdasarkan hasil kerjak
sendiri dari matakuliah perencanaan“ “yang telah dibaca dan dipelajari. makalah ini disusun
dengan maksud untuk dapat dijadikan pedoman tambahan bagi yang membaca makalah ini dan
memenuhi tugas yang diberikan. Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan kita tentang Penetapan Masalah Kesehatan gagal ginjal.
Kami menyadari bahwa hasil yang sederhana ini masih banyak kekurangan.Kritik dan
saran dari semua pembaca yang sifatnya konstruktif sangatlah penulis hargai dan butuhkah,
guna kesempurnaan Makalah ini. Kami juga mohon maaf apabila Makalah ini terlalu sederhana
dan banyak kesalahan dalam menyampaikannya. Akhirnya saya sebagai penulis berharap
semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah sedikit pengetahuan
yang kita miliki.

Bengkulu, 1 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Tahap Konseling............................................................................................................................2
B. Kualitas Pribadi.............................................................................................................................4
C. Mengidentifikasi kesulitan dalam konseling................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Service Learning adalah suatu metode belajar yang menghubungkan materi dan
teori yang didapat diruang kelas untuk mengaplikasikannya menjadi suatu tindakan nyata
berupa pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, proses belajar dan mengajar di
kampus UPH tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja, tetapi mahasiswa juga
mengaplikasikan ilmunya  diluar ruang kelas, yaitu di tengah  masyarakat.

Para pahlawan kebersihan yang biasa dipanggil para pasukan kuning, oranye, biru, dan
apa pun warna seragam sering dijumpai. Mereka ada yang berasal dari pegawai kebersihan
swasta, pemerintah dan bahkan individu yang sudah sepatutnya diapresiasi atas jasanya. Para
pegawai kebersihan umumnya ditemui di jalan, taman maupun gedung, mal dan kampus.
Namun, para pengguna fasilitas umum lupa bahkan kurang memperhatikan kebersihan
sekitarnya.

Pola makan sehat adalah perilaku mengkonsumsi makanan sesuai dengan


kebutuhan gizi harian. Asupan gizi dan kalori yang dibutuhkan oleh setiap orang
cenderung bervariasi, tergantung usia, jenis kelamin, gaya hidup, kegiatan fisik, tempat
tinggal, suhu udara, dan sebagainya.
Kacang hijau masuk dalam jenis kacang-kacangan yang menyehatkan. Kacang hijau
bisa diolah menjadi makanan sehat dan bergizi. Contoh menu dari kacang hijau
seperti bubur kacang hijau, bakpia, sampai minuman kacang hijau. Kandungan kacang hijau
seperti protein, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, asam folat baik untuk tubuh.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga asupan gizi
seimbang.

Konsumsi protein yang cukup

Protein adalah molekul besar dan kompleks yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Fungsi protein adalah untuk menunjang kinerja sel tubuh, dan diperlukan untuk struktur,

fungsi, dan pengaturan jaringan dan organ tubuh.

1
Konsumsi serat dari buah dan sayur
Tubuh membutuhkan asupan serat yang cukup untuk tetap sehat dan mencegah
berbagai penyakit, mulai dari konstipasi, penyakit jantung, hingga kanker usus.
Konsumsi makanan yang mengandung serat, seperti buah dan sayuran, merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan asupan serat yang cukup.
Pilih Lemak Baik
Nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh adalah lemak. Meskipun kerap dihindari karena
dianggap dapat memicu berbagai penyakit, pada dasarnya tubuh masih membutuhkan
asupan lemak yang cukup
Minum air yang cukup

Tubuh terus menerus mengeluarkan cairan melalui keringat, urine, dan pernapasan. Oleh

karena itu, untuk mencegah terjadinya dehidrasi, tubuh perlu mendapatkan asupan air
yang cukup.

Menerapkan Pedoman Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan rangkaian asupan makanan yang telah memenuhi kebutuhan
nutrisi harian. Gizi seimbang akan terpenuhi apabila telah memenuhi standar kuantitas,
kualitas, dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia mengeluarkan 10 Pedoman Gizi Seimbang atau Tumpeng Gizi Seimbang yang
merangkum pola makan sehat agar tercapai gizi seimbang, yaitu:

1.
Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok.
2.
Batasi konsumsi panganan manis, asin, dan berlemak.
3.
Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal.
4.
Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi.
5.
Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
6.
Biasakan sarapan pagi.
7.
Biasakan minum air putih yang cukup dan aman.
8.

2
Banyak makan buah dan sayur.
9.
Biasakan membaca label pada kemasan pangan.
10.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja makanan sehat?
2. Apa yang dimaksud dengan pasukan kuning?
3. Apa itu bubur kacang hijau?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang makanan sehat.
2. Mengetahui manfaat dari bubur kacang hijau.
3. Mengetahui apa saja jenis makanan sehat.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahap Konseling
1. Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses
konseling dan menemukan definisi masalah klien. Tahap awal ini Cavanagh
(1982) menyebutkan dengan istilah introduction and environmental support.
Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal ini
adalah sebagai berikut:
a) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien yang mengalami
masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan
dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan
tersebut dinamakan a working relationship, yaitu hubungan yang
berfungsi, bermakna, dan berguna. Kunci keberhasilan tahap ini
diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan klien untuk
mengungkapkan isi hati, perasaan dan harapan sehubungan dengan
masalah ini akan sangat bergantung terhadap kepercayaan klien terhadap
konselor. Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien
secara terus menerus dalam proses konseling.
b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah
terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus
dapat membantu memperjelas masalah klien, karena sering kali klien tidak
mudah menjelaskan masalahnya hanya saja mengetahui gejala-gejala
masalah yang dialaminya.
c) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah.
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan lingkungannya yang tepat untuk
mengatasi masalah klien.
d) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan
klien, berisi:
 Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang
diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan;
 Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien;
 Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran
dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam
seluruh rangkaian kegiatan konseling.

4
2. Tahap Pertengahan Konseling
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal
yang harus dilakukan, diantaranya :
a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta keperdulian klien.
Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai pemahaman
dan alternatif pemecahan baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
Konselor mengadakan penilaian kembali dengan melibatkan klien. Jika
klien bersemangat, berarti klien sudah begitu terlibat dan terbuka dalam
proses konseling.
b) Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini bisa terjadi
jika :
 Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara
konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan
diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
 Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik
konseling yang bervariasi dan memelihara keramahan, empati,
kejujuran, serta keihlasan dalam memberikan bantuan konseling.
 Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang
telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak
konselor maupun klien. Karena kontrak dinegosiasikan agar betul-
betul memperlancar proses konseling
3. Tahap Akhir Konseling
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
b) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya Adapun tujuan-tujuan pada
tahap akhir ini diantaranya :
a) Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai Klien dapat
melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal sudah menciptakan
berbagai alternative dan mendiskusikannya dengan konselor, lalu dia
putuskan alternative mana yang terbaik. Pertimbangan keputusan tersebut
tentunya berdasarkan kondisi objektif yang ada pada diri dan diluar diri.
b) Terjadinya transfer of learning pada diri klien Klien belajar dari proses
konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang membuatnya terbuka
untuk mengubah perilakunya diluar proses konseling. Artinya klien

5
mengambil makna dari hubungan konseling untuk kebutuhan akan suatu
perubahan.
c) Melaksanakan perubahan perilaku Pada akhir konseling klien sadar akan
perubahan sikap dan perilakunya. Sebab ia datang minta bantuan adalah
atas kesadaran akan perlunya perubahan pada dirinya.
d) Mengakhiri hubungan konseling Mengakhiri konseling harus atas
persetujuan klien. Sebelum ditutup ada beberapa tugas klien yaitu :
membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses konseling,
mengevaluasi jalannya proses konseling, membuat perjanjian untuk
pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ;
 Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasannya.
 Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan
dinamik.
 Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
 Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,
guru, teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya.

B. Kualitas Pribadi
Kualitas pribadi seorang konselor juga turut menentukan keberhasilan proses konseling.
Dalam hubungannya dengan faktor kepribadian seorang konselor, Comb A (dikutip dari
Latipun, 2001) mengungkapkan bahwa kepribadian konselor tidak hanya bertindak
sebagai pribadi semata bagi konselor, akan tetapi dapat dijadikan sebagai instrumen
dalam meningkatkan kemampuan dalam membantu kliennya. Kualitas pribadi konselor
merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian
konseling yang efektif. Dimensi kepribadian yang harus dimiliki seorang konselor adalah
spontanitas, fleksibilitas, konsentrasi, keterbukaan, stabilitas emosi, berkeyakinan akan
kemampuan untuk berubah, komitmen pada rasa kemanusiaan, kemauan membantu klien
mengubah lingkungannya, pengetahuan konselor, dan totalitas. Berikut ini adalah
penjelasannya.
a) Spontanitas
Spontanitas disini maksudnya adalah kemampuan konselor untuk merespons
peristiwa ke situasi seperti yang dilihat atau diperoleh dalam hubungan konseling.
Pengalaman dan pengetahuan diri yang mendalam akan sangat membantu
konselor dalam mengantisipasi respons dengan teliti. Semakin luas pengetahuan
dan pengalaman konselor dalam menangani klien, maka konselor akan memiliki
spontanitas yang lebih baik.
6
b) Fleksibilitas
Fleksibilitas berangkat dari pemikiran bahwa tidak ada cara yang "tetap" dan
"pasti "untuk mengatasi permasalahan klien. Fleksibilitas adalah kemampuan dan
kemauan konselor untuk mengubah, memodifikasi, dan menetapkan cara-cara
yang digunakan jika keadaan mengharuskan. Fleksibilitas mencakup spontanitas
dan kreativitas.
c) Konsentrasi
Kepedulian konselor kepada klien ditunjukkan dengan kemam puan konselor
untuk berkonsentrasi. Dalam hal ini, konselor benar-benar memfokuskan
perhatiannya pada klien. Konsentrasi mencakup dua dimensi, yaitu verbal dan
nonverbal. Secara verbal berarti konselor mendengarkan apa yang disampaikan
oleh klien, bagaimana cara klien mengungkapkannya, dan mampu menang kap
makna di balik kata-kata yang disampaikan klien. Secara non verbal berarti
konselor memerhatikan seluruh gerakan, ekspresi, intonasi, dan perilaku lain yang
ditunjukkan oleh klien.
d) Keterbukaan
Keterbukaan bukan berarti konselor menjadi bebas nilai. Keterbukaan
mengandung arti kemauan konselor bekerja keras untuk menerima pandangan
klien sesuai dengan apa yang dirasakan atau yang dikomunikasikan. Keterbukaan
juga merupakan kemauan konselor untuk secara terus-menerus menguji kembali
dan menetapkan nilai-nilainya sendiri dalam perkembangan konseling.
e) Stabilitas emosi
Stabilitas emosi bertolak belakang dengan psikopatologis. Dengan kata lain,
secara emosional kepribadian konselor dalam keadaan sehat dan tidak mengalami
gangguan mental. Stabilitas emosi bukan berarti konselor harus tampak selalu
senang, tetapi konselor dapat menyesuaikan diri dan terintegratif. Perlu diketahui,
bahwa pengalaman emosional yang tidak stabil, dapat terjadi pada setiap orang,
termasuk konselor. Pengalaman inilah yang dijadikan konselor untuk lebih dapat
berempati pada klien, tetapi jangan sampai pengalaman tersebut mengganggu
proses konseling.
f) Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah
Konselor harus selalu memiliki keyakinan bahwa klien yang datang kepadanya
pasti memiliki kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi lebih positif. Klien
yang meminta bantuan kepada konselor, sekalipun dalam keadaan tertekan dan
kacau, pada dasarnya memiliki semangat yang besar untuk mengatasi
masalahnya. Maka, seorang konselor harus memberi keyakinan pada dirinya
sendiri bahwa sebesar apapun permasalahan yang dihadapi klien, melalui proses
konseling yang berkelanjutan, maka perubahan tingkah laku akan dapat terjadi.
g) Komitmen pada rasa kemanusiaan
Konseling pada dasarnya mencakup adanya rasa komitmen pada rasa
kemanusiaan. Sebagai makhluk sosial, konselor seharusnya memiliki kepekaan
7
dan kesediaan dengan tangan terbuka membantu klien mengatasi masalahnya.
Konselor diharapkan dapat meyakinkan klien bahwa ia dapat keluar dari
permasalahannya. Hal ini akan mendorong proses konseling berjalan sesuai
dengan yang diharapkan
h) Kemauan membantu klien mengubah lingkungannya
Perhatian konselor dalam hal ini bukanlah membantu klien untuk tunduk atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada. Tetapi lebih kepada
membantu klien agar mampu mengubah lingkungannya sesuai dengan potensi
yang dimiliki. ini akan menjadikan klien sebagai subjek yang lebih bertanggung
jawab terhadap lingkungannya dan bukan sebagai individu yang selalu mengikuti
apa kata lingkungannya
i) Pengetahuan konselor
Usaha untuk terus-menerus belajar mengenai diri dan orang lain harus menjadi
tuntutan seorang konselor. Konselor yang memiliki pengetahuan yang luas
tentang permasalahan yang dihadapi klien, akan lebih mudah menanganinya
ketika proses konseling berlangsung. Untuk dapat mencapai pengetahuan
terhadap permasalahan klien, konselor harus mengetahui ilmu perilaku, filsaat,
serta pengetahuan tentang lingkungan sekitar klien
j) Totalitas
Makna totalitas di sini diartikan bahwa seorang konselor harus memiliki kualitas
pribadi dan kesehatan mental yang baik. Konselor juga memiliki kemandirian dan
tidak menggantungkan pribadinya secara emosional kepada orang lain. Apabila
seorang konselor gagal dalam menumbuhkan pribadinya, maka hal tersebut akan
memengaruhi terhadap hubungan dan efektifitasnya sebuah proses konseling

C. Mengidentifikasi kesulitan dalam konseling


Setiap individu pasti pernah mengalami masalah atau kesulitan. Masalah dalam
kehidupan adalah fenomena yang akan terus terjadi di sepanjang sejarah hidup manusia.
Permasalahan dapat terjadi dari dalam dan luar diri manusia. Emosi yang tidak stabil
ditambah lagi dengan kesalahan dalam mempersepsi tindakan orang lain merupakan
contoh kecil yang dapat menimbulkan permasalahan besar.
Begitu pun halnya dalam proses konseling. Menghadapi klien dengan berbagai macam
karakteristik sifat yang menyertainya kadang kala menimbulkan kesulitan bagi konselor.
Seorang konselor yang efektif harus cepat tanggap dalam menyikapi hal ini. Kesulitan
dalam konseling antara lain,
a) Kebosanan
Kebosanan adalah masalah yang dihadapi oleh konselor yang telah menghadapi
kasus yang sama berulang kali terjadi walaupun berasal dari orang-orang yang
berbeda. Bahkan konselor dapat memprediksi dengan hampir tepat apa yang akan

8
dikatakan klien pada suatu waktu. Hal ini akan memengaruhi proses konseling
secara langsung.
b) Hostilitas
Dalam beberapa proses konseling, kadang kala klien menunjukkan hostilitasnya
kepada konselor Konselor harus dapat menerima hal ini sebagai bagian dari
perannya sebagai pihak yang membantu klien dan dapat menerima keadaan klien
apa adanya.
c) Kesalahan-kesalahan konselor
Berurusan dengan permasalahan pikiran dan emosi pada manu sia yang terdapat
dalam konseling bukanlah hal yang mudah Kesalahan dalam melakukan
pengukuran atau tidak dapat memahami dengan tepat pendekatan apa yang
seharusnya paling tepat dalam menangani klien adalah contoh sederhana dari
kesalahan seorang konselor. Lesmana (2005) menyatakan, bahwa salah satu
kesalahan yang dibuat konselor adalah lemah (tidak tegas) Konseling akan
bermasalah apa bila konselor tidak tegas kepada kliennya dan terlalu menuruti
klien sehingga berlarut-larut Kesalahan lain seorang konselor adalah tidak
mengakui kesalahan. Untuk masalah ini, Cavanagh (dikutip dari Les mana, 2005)
mengatakan bahwa yang membedakan konselor yang efekt dengan yang tidak
efektif bukanlah ada atau tidaknya kesalahan, melainkan apakah mau mengakui
atau tidak kesalahan yang dilakukannya

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa kami masih
banyak kesalahan baik dalam tulisan maupun materi. Maka dari itu kami mohon kritik
dan sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Sienny. “Ketahui Anjuran Ahli Gizi Terkait Pola Makan Sehat dan Tepat”.
Alodokter. Alodokter, 2 September 2021. https://www.alodokter.com/perhatikan-
anjuran-makanan-dari-ahli-gizi-berikut
Gunnars, Kris. “How Much Water Should You Drink Per Day?”. Healthline. Healthline,
November 5, 2020. https://www.healthline.com/nutrition/how-much-water-should-
you-drink-per-day
Makarim, Fadhli Rizal. “Pola Hidup Sehat dengan Menerapkan Pedoman Gizi Seimbang”.
Halodoc. Halodoc, 24 November 2021. https://www.halodoc.com/artikel/pola-
hidup-sehat-dengan-menerapkan-pedoman-gizi-seimbang
“Cara Mengatur Asupan Gizi Dengan Makanan Yang Sehat”. Kementerian Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kementerian Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 10 Oktober 2016.
https://promkes.kemkes.go.id/?p=7358
“Healthy Diet”. World Health Organization. World Health Organization, 29 April 2020.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/healthy-diet
“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Gizi Seimbang”. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 12 Agustus 2014.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2041%20ttg
%20Pedoman%20Gizi%20Seimbang.pdf“What Are Proteins And What Do They Do?”.
MedilinePlus. MedilinePlus, 5 November 2020.
https://medlineplus.gov/genetics/understanding/howgeneswork/protein/

https://www.alodokter.com/ini-makanan-sehat-yang-perlu-dikonsumsi-setiap-hari
https://surabaya.liputan6.com/read/4411057/pasukan-kuning-pahlawan-kebersihan-di-
surabaya
https://studentlife.uph.edu/service-learning-2/
https://katadata.co.id/intan/berita/614558a88baef/14-manfaat-kacang-hijau-untuk-pria-
dan-wanita

11

Anda mungkin juga menyukai