Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar


Jilid 6, Nomor 1, 2022 hlm. 157-164 P-
ISSN: 2579-3276 E-ISSN : 2549-6174
Akses terbuka:https://dx.doi.org/10.23887/jisd.v6i1.41863

Gerak Gerak Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada


Kegiatan Diskusi Kelompok

Masniladevi1*
1Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan nasional memiliki peranan penting dalam
Riwayat artikel:
kehidupan manusia. Matematika tidak hanya digunakan sebagai acuan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga
Diterima 07 November 2021
Direvisi 11 November 2021 digunakan untuk mendukung karir seseorang. Namun, kenyataannya siswa masih sulit dalam memahami materi yang

Diterima 20 Januari 2022 Tersedia dipelajari termasuk memahami soal yang terdapat dalam matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
online 25 Februari 2022 penggunaan isyarat dalam menyelesaikan masalah matematika pada diskusi kelompok. Penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Subjek penelitian yang dipilih terdiri atas 2 siswa

pada kelompok rendah, 2 siswa pada kelompok sedang, dan 2 siswa pada kelompok tinggi berdasarkan diskusi dengan guru
Kata Kunci:
Gesture, Pemecah Masalah, mata pelajaran. Gesture yang diperhatikan adalah ketika siswa memecahkan masalah secara berkelompok. Hasil analisis

Matematika data menunjukkan bahwa gesture yang dilakukan siswa ada beberapa variasi. siswa pada kelompok tinggi lebih banyak

melakukan macam-macam gestur seperti menunjuk gestur, menulis gestur, dan gestur representasional serta mereka lebih
Kata kunci:
memahami masalah. Representational gesture yang digunakan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dapat memberikan
Gerakan, Pemecahan Masalah,
pemahaman konsep kepada teman kelompoknya sedangkan yang berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi
Matematika
pemecahan masalah matematika masih bingung dalam merepresentasikan maksud dari pemecahan masalah mereka. siswa

pada kelompok tinggi lebih banyak melakukan macam-macam gestur seperti menunjuk gestur, menulis gestur, dan gestur

representasional serta mereka lebih memahami masalah. Representational gesture yang digunakan oleh siswa yang

berkemampuan tinggi dapat memberikan pemahaman konsep kepada teman kelompoknya sedangkan yang

berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi pemecahan masalah matematika masih bingung dalam

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah merepresentasikan maksud dari pemecahan masalah mereka. siswa pada kelompok tinggi lebih banyak melakukan macam-
CC BY-SA lisensi.
macam gestur seperti menunjuk gestur, menulis gestur, dan gestur representasional serta mereka lebih memahami
Hak Cipta © 2022 oleh Penulis. Diterbitkan oleh
Universitas Pendidikan Ganesha. masalah. Representational gesture yang digunakan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dapat memberikan pemahaman

konsep kepada teman kelompoknya sedangkan yang berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi pemecahan

masalah matematika masih bingung dalam merepresentasikan maksud dari pemecahan masalah mereka.

ABSTRAK
Sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan nasional, matematika memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia. Matematika tidak hanya dijadikan sebagai acuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi tetapi juga digunakan untuk
menunjang karir seseorang. Namun pada kenyataannya, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
dipelajari, termasuk dalam memahami permasalahan dalam matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
penggunaan gerak tubuh dalam menyelesaikan masalah matematika dalam diskusi kelompok. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dan menggunakan penelitian deskriptif eksploratif. Subjek penelitian yang dipilih terdiri dari 2 siswa
kelompok rendah, dua siswa kelompok sedang, dan dua siswa kelompok tinggi berdasarkan diskusi dengan guru mata
pelajaran. Isyarat yang diamati adalah ketika siswa memecahkan masalah secara berkelompok. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa gestur yang dilakukan siswa memiliki beberapa variasi. Siswa di kelompok tinggi melakukan lebih banyak gestur seperti
menunjuk, menulis, dan gestur representasional, dan mereka memahami masalah dengan lebih baik. Isyarat representasional
yang digunakan oleh siswa berkemampuan tinggi dapat memberikan pemahaman konseptual kepada teman satu kelompoknya,
sedangkan siswa berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi penyelesaian masalah matematika masih bingung
dalam merepresentasikan maksud dari permasalahannya.

1. PERKENALAN
Sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan nasional, matematika memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Matematika selalu tidak dapat dipisahkan dari segala macam dimensi kehidupan(Ambussaidi & Yang, 2019;
Setiyani et al., 2020). Pentingnya matematika dapat dilihat dari mempelajari matematika mulai dari tingkat pendidikan dasar,
menengah, hingga perguruan tinggi. Selain itu, matematika dianggap dapat melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir
logis, kritis, dan kreatif(Hobri et al., 2021; Lin et al., 2020; Nenotaek et al., 2019; Yemi, 2018). Hal tersebut mendasari salah satu
tujuan utama pendidikan: proses manusia yang terus menerus untuk mengatasi masalah yang dihadapi sepanjang hayat,
sehingga peserta didik harus terampil dalam memecahkan masalah.(Nathalia et al., 2015; Setiawan, 2020; Tere et al., 2020).
Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pemikiran

Penulis yang sesuai


* Alamat email:Masniladevi187@gmail.com (Masniladevi1)
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 158

logis dengan solusi tunggal dan pasti(Fitriyah et al., 2017; Hasibuan et al., 2020; Ujianti, 2019). Hal tersebut menyebabkan
matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai oleh siswa(Wardani & Setyadi, 2020; Yuniawardani &
Mawardi, 2018). Matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu indikator (indikator)
keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan dan menjadi bahan ujian seleksi penerimaan pada
bidang pekerjaan tertentu. Melihat kondisi tersebut berarti matematika tidak hanya dijadikan sebagai acuan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi tetapi juga digunakan untuk menunjang karir seseorang(Wulandari & Agustika, 2018).
Namun pada kenyataannya siswa masih sulit memahami materi yang dipelajari, termasuk memahami masalah yang
terkandung dalam matematika(Anggreni et al., 2020; Kurnia et al., 2019; Vivitri & Sunardi, 2018; Widiasih, 2019).

Pemecahan masalah adalah karakteristik aktivitas matematika dan sarana yang bagus untuk mengembangkan
pengetahuan matematika. Ini adalah cara untuk menemukan pencapaian tujuan yang tidak dapat dilakukan dengan
segera(Khairunnisa & Ilmi, 2020; Kurnia dkk., 2019). Matematika sebagai mata pelajaran wajib baik di sekolah dasar
maupun menengah memiliki peran strategis dalam membangun karakter pengetahuan formal bagi siswa(Kurnia et al.,
2019; Wulandari & Agustika, 2018). Proses pemecahan masalah merupakan proses kognitif yang kompleks. Pemecahan
masalah disimbolkan sebagai aktivitas yang melibatkan berbagai tindakan berpikir. Pemecahan masalah meliputi
koordinasi antara pengalaman sebelumnya dalam memecahkan masalah, pengetahuan, representasi yang sudah
dikenal, pola dalam menyimpulkan, dan intuisi untuk menghasilkan representasi baru dan pola penghubung.
Kesimpulan telah diselesaikan dalam memecahkan masalah(Hidayat & Sariningsih, 2018; Safithri et al., 2021; Utomo et
al., 2021). Efek keseluruhan dari pemecahan masalah adalah bahwa intervensi belajar mengajar matematika adalah
positif dan bermakna. Siswa pada tingkat berpikir formal dapat merencanakan pemecahan masalah dengan
menghubungkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang diminta secara logis(Pucangan et al., 2018; Winata &
Friantini, 2018). Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif tinggi dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.
Siswa harus memiliki kemampuan yang baik untuk melakukan operasi matematika, terampil dalam memecahkan
masalah, dan kritis dalam menginterpretasikan masalah non-rutin merupakan prasyarat umum untuk memiliki
penalaran formal yang baik.(Baswendro et al., 2015; Zuhaida, 2018).Pemecahan masalah matematikamerupakan proses
yang melibatkan beberapa aktivitas dinamis seperti memahami masalah, membuat rencana, mengimplementasikan
rencana, dan meninjau definisi yang terakhir diterapkan pada pembahasan dalam ulasan ini(Chabibah et al., 2019;
Taqiyyah et al., 2017). Salah satu hal yang dapat dilihat untuk mengatasi masalah tersebut adalah gerak tubuh.
Gestur adalah perilaku alami seseorang sehingga ia dapat mengetahui apa yang disampaikan saat verbal
komunikasi diikuti oleh bahasa nonverbal melalui gerak tubuh(Closser et al., 2021; Okumus & Hollebrands, 2019).
Gestur memainkan peran sentral dalam kognisi, dengan penelitian terbaru menekankan bahwa gerak tubuh
bukan hanya pikiran tetapi merupakan elemen pemikiran yang aktif dan asli. Gestur terdiri dari berbagai gerakan
tubuh dan simbol verbal, yang merupakan proses berpikir dan bertukar pikiran. Informasi yang disampaikan
dapat berupa gestur, ekspresi wajah, tatapan mata, sentuhan, atau artefak/simbol yang digunakan. (Ashwin &
Guddeti, 2020; Parrill et al., 2019). Gestur dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat apakah siswa di kelas
sedang berpikir(Keene et al., 2012; Majlesi, 2015). Berdasarkan penelitian, ada tiga jenis tanda: Pertama, tanda
ikonik. Sikap ditandai dengan penggunaan jari, alat tulis, objek fisik, tempat, atau orang(Dargue et al., 2021;
Shein, 2012). Secara khusus, mengklasifikasikan isyarat ikonik dalam referensi, artefak, dan representasi visual
terkait dengan tugas (misalnya spreadsheet, papan tulis, atau materi manipulatif lainnya). Kedua, sikap
representasional. Sikap menggambarkan ide, entitas, atau peristiwa yang konkret dan abstrak yang disampaikan
secara verbal dan nonverbal(Banjir, 2021; Shein, 2012). Ketiga, menulis isyarat. Pergerakan ini terjadi ketika
gestur/gestur meninggalkan tanda permanen pada media baru (misalnya lembar kerja, papan tulis, atau
representasi visual).(Shein, 2012).
Gestur representasional untuk instantiate (perwujudan) sangat penting untuk membangun teoritis
memahami(Fonger, 2019; Okumus & Hollebrands, 2019). Sikap representasi menunjukkan simulasi motorik dan persepsi
perseptual yang mendasarinya. Gerakan ini membantu ekspresi ide nonverbal. Gestur dapat membangkitkan
kemampuan manipulatif, dan gestur sangat tepat mengenai detail struktural(Pier et al., 2019; Walkington, Chelule, et al.,
2019). Gestur siswa membentuk pemahaman matematis(Freitas & Sinclair, 2012). Menurut penelitian, gerak tubuh
memberikan bukti bahwa tubuh terlibat dalam berpikir dan berbicara tentang ide-ide yang diekspresikan melalui gerak
tubuh(Alibali & Nathan, 2011). seseorang akan muncul untuk menghasilkan isyarat ketika seseorang melihat mereka dan
berbicara dengan orang lain. Dengan cara ini, peneliti berasumsi bahwa siswa akan menghasilkan banyak gerak tubuh
saat berkomunikasi dengan temannya dalam menyelesaikan soal matematika. Studi lain telah menunjukkan bukti kuat
mengenai keterkaitan antara gerak tubuh dan pemecahan masalah(Francaviglia & Servidio, 2011). Hubungan ini
ditunjukkan bahwa gestur dapat memberikan strategi komunikasi yang baik dalam menginvestigasi proses berpikir
matematis siswa dalam menyelesaikan masalah. Pemahaman matematis terbentuk dari gestur siswa untuk
merepresentasikan pemikiran matematis melalui gestur dan ucapan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
penggunaan gerak tubuh dalam menyelesaikan masalah matematika dalam diskusi kelompok.

JISD P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 159

2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-eksploratif. Itu
penelitian dilakukan di kelas VI SD Plus Marhamah Padang. Subyek yang dipilih adalah tiga kelompok dalam satu kelas.
Data diambil dengan merekam seluruh aktivitas siswa saat menyelesaikan soal matematika. Selain itu, juga dilakukan
proses wawancara sebagai data tambahan untuk lebih mengetahui peran gestur yang dilakukan oleh siswa saat
mendiskusikan masalah pemecahan matematika. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena
mengumpulkan data melalui rekaman atau observasi(Creswell, 2012). Diperlukan dukungan untuk memperkuat data
penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses berpikir matematis, antara lain Audio
visual camera, digunakan untuk merekam sinyal yang muncul selama proses pembelajaran, dan beberapa soal tugas
yang telah disusun sesuai materi. yang telah disiapkan. Belajar. Lembar tugas kelompok diserahkan kepada masing-
masing kelompok yang dibentuk untuk memecahkan masalah dengan cara berdiskusi dalam kelompok. Selama proses
diskusi, peneliti mengamati diskusi yang dilakukan oleh subjek penelitian untuk mendeskripsikan gestur siswa. Alat
perekam digunakan untuk menghindari kehilangan atau kehilangan informasi selama proses diskusi. Alat perekam
dalam penelitian ini berupa video recorder yang berfungsi untuk merekam aktivitas siswa sebagai subjek penelitian saat
mulai berdiskusi tentang lembar tugas yang diberikan. Rekaman digunakan untuk menghindari atau melewatkan
informasi selama proses diskusi kelompok. Hasil rekaman tersebut akan digunakan sebagai sumber data observasi dan
dalam proses wawancara sebagai pertanyaan tambahan dan pelengkap dari pedoman wawancara. Wawancara akan
dilakukan kepada seluruh mahasiswa yang telah terpilih sebagai subjek penelitian. Dalam proses wawancara, mahasiswa
yang terpilih sebagai subjek diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap apa yang telah mereka lakukan
dengan menunjukkan video hasil rekaman proses diskusi, kemudian peneliti mendiskusikan apa yang telah mereka
lakukan berdasarkan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data yang
kurang lengkap dalam proses diskusi yang diamati. Enam siswa dibentuk menjadi tiga kelompok, dengan rincian dua
siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan dua siswa berkemampuan rendah dengan
memperhatikan kemampuan komunikasi siswa pada saat mengemukakan pendapat atau gagasan secara lisan maupun
tulisan berdasarkan wawancara dengan guru matematika. Kelompok kemudian mendiskusikan soal matematika yang
diberikan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pertama adalah kelompok rendah (S1). Isyarat yang dilakukan S1 dalam menyelesaikan masalah pada soal 1 yaitu
menentukan luas sebidang tanah: meliputi: isyarat menunjuk dan isyarat menulis tetapi tidak melakukan isyarat
representasional. Salah satu gestur menunjuk yang digunakan S1 adalah ketika S1 menunjuk persegi panjang dan sebuah
pertanyaan. Agar S1 paham bahwa untuk menjawab soal 1. Konsep luas dan keliling persegi panjang harus dihubungkan. S1
menunjuk dengan menggunakan jari pada soal sebagai objek yang harus dipahami. Gestur yang dilakukan S1 dikatakan sebagai
gestur menunjuk karena S1 melakukan gestur menunjuk dengan menggunakan siripnya pada soal sebagai objek yang akan
dipahami. Menurut pendapat penelitian, gestur memberikan bukti bahwa tubuh terlibat dalam berpikir dan berbicara tentang
ide-ide yang diekspresikan melalui gestur(Alibali & Nathan, Salah satu gerak isyarat yang dilakukan S1 saat membahas soal 1
adalah dengan menulis 44 m – ( 8 lembar jawaban. Walaupun S1 berusaha menuliskan apa yang S1 ketahui, namun sepertinya
kurang tepat. Hal tersebut menandakan S1 tidak memahami maksud dari soal tersebut. masalah dan bingung mencari solusinya
sehingga kita tidak bisa menghitung jawaban yang diminta Gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Angka1.Kesalahan yang dilakukan S1 saat mengerjakan soal nomor 1

Hasil pekerjaan S1 di atas menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan S1 adalah kesalahan
konseptual karena S1 tidak mengerti cara mengubah bentuk panjang dan lebar persegi panjang, dan S1
menuliskan 44 - ( 8 + 8 ) sehingga diperoleh hasil S1 salah. Selain itu, S1 tidak melakukan gestur
representasional karena tidak mengerti apakah jawaban tersebut benar atau salah. Yang kedua adalah

Masniladevi/Gerakan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Kegiatan Diskusi Kelompok
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 160

kelompok sedang (S2). Gestur yang digunakan Guru untuk menyelesaikan soal 1, yaitu menentukan luas
sebidang tanah: meliputi gestur menunjuk, gestur menulis, dan gestur representasional. Salah satu gestur
menunjuk yang digunakan S2 adalah ketika S2 menunjuk persegi panjang dan sebuah pertanyaan. Agar S2
paham bahwa untuk menjawab soal 1. Konsep luas dan keliling persegi panjang harus dihubungkan. S2
menunjuk pada penggunaan pensil pada soal sebagai objek yang harus dipahami. Gerakan yang dilakukan
S2 dikatakan sebagai gestur menunjuk karena S2 melakukan gestur menunjuk dengan menggunakan
jarinya pada soal sebagai objek yang ingin dipahami. Menurut penelitian Alibali & Nathan (2011), gestur
memberikan bukti bahwa tubuh terlibat dalam berpikir dan berbicara tentang ide-ide yang diekspresikan
melalui gestur.(Becvar et al., 2008).Salah satu gerakan menulis yang dilakukan S2 saat istirahat soal 1
adalah dengan menuliskan 44 = 2 x ( ( l+8 ) + l ) pada lembar jawaban. S2 sempat mencoba menuliskan apa
saja yang S2 hentikan namun bisa dilanjutkan ke langkah berikutnya. Tidak, S2 sudah dapat memahami arti
masalah dan solusinya. Dalam kelompok ini, siswa sudah memahami konsep yang diinginkan. Dengan
begitu, S2 dapat menghitung jawaban yang diminta. Pergerakannya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.S2 melakukan gerakan menulis dengan menuliskan jawabannya

Hasil pekerjaan S2 di atas menunjukkan bahwa solusi yang dibuat oleh S2 secara konseptual benar karena S2
mengerti bagaimana mengubah bentuk panjang dan lebar persegi panjang, dan S2 menulis 44 = 2 x ( ( l+8 )
+ l ) dengan benar sehingga hasil S2 yang diperoleh benar. Selain itu, S2 melakukan gestur representasional saat menjelaskan
maksud pertanyaan kepada teman satu kelompoknya, namun ia tidak yakin apakah jawaban tersebut benar atau salah. Sikap
representasi yang dilakukan oleh S2 adalah menjelaskan soal 1. Kegiatan ini menghitung panjang dan lebar suatu persegi
panjang. Hasil jawaban adalah 105 m2 pada lembar jawaban. Selain itu, S2 menjelaskan bahwa harga tanah akan dicari dari hasil
daerah tersebut. S2 melakukannya untuk membantu teman kelompok memahami secara detail untuk mendapatkan jawaban
yang tepat.Yang ketiga adalah kelompok tinggi. Isyarat yang digunakan Doktor dalam menyelesaikan masalah pada soal satu
adalahmenentukanarea sebidang tanah: termasuk gerakan menunjuk dan menulis dan gerakan representasional. S3 melakukan
semua gerakan. salah satunya adalah gerakan menunjuk yang digunakan oleh S3. Ketika menunjuk ke sebuah persegi panjang
dan pertanyaan untuk S3 untuk memahami bahwa untuk menjawab pertanyaan 1, konsep luas dan keliling persegi panjang
harus dihubungkan. S3 mengarahkan jari pada masalah sebagai objek yang harus dipahami. Gerakan yang dilakukan oleh S3
dikatakan sebagai gestur menunjuk karena S3 melakukan gestur menunjuk menggunakan jarinya pada masalah sebagai objek
yang akan dipahami dan dapat merancang solusi.. Salah satu gestur penulisan yang dilakukan S3 saat membahas soal 1, adalah
dengan menuliskan 2 x ( ( l+8 ) l ) = 44 hingga didapat panjang dan lebar sehingga diperoleh luas dan harga tanah pada lembar
jawaban. . S3 dapat menuliskan apa yang diketahui S3 dan melanjutkan langkah berikutnya untuk mendapatkan hasil yang
benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa S3 dapat memahami maksud dari permasalahan dan mencari solusinya. Dalam
kelompok ini, siswa sudah memahami konsep yang diinginkan. Dengan begitu, S3 dapat menghitung jawaban yang diminta.
Gerakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3.S3 melakukan gerakan menulis dengan menuliskan jawaban yang dimengerti

JISD P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 161

Hasil pekerjaan S3 di atas menunjukkan bahwa penyelesaian yang dibuat oleh S3 secara konsep benar karena
S3 memahami cara mengubah bentuk panjang dan lebar persegi panjang, dan S3 menuliskan 2 x ( ( l+8 ) + l ) = 44
dengan benar dan didapat panjang, dan lebar serta pengerjaannya sudah benar sehingga hasil yang diperoleh S3 sudah
benar. Selain itu, S3 melakukan gestur representasional saat menjelaskan maksud pertanyaan kepada teman
kelompoknya, dan S3 percaya bahwa jawaban tersebut benar. Isyarat representasional yang dilakukan S3 adalah ketika
S3 menjelaskan soal nomor 1 yaitu menghitung panjang dan lebar suatu persegi panjang dan menghasilkan jawaban
105 m2 dan Rp. 21.000.000,00 pada lembar jawaban sambil menjelaskan bahwa dari hasil tanah diperoleh harga tanah.
S3 melakukannya untuk membantu teman kelompok memahami secara detail untuk mendapatkan jawaban yang tepat.
Penelitian sebelumnya meyakini bahwa gestur representasional sangat penting dalam membangun pemahaman
teoretis(Becvar et al., 2008).Sikap representasi menunjukkan simulasi motorik dan persepsi perseptual yang
mendasarinya. Gestur representasional ini berguna untuk memperkuat pemahaman terhadap pertanyaan dan jawaban
sehingga diperoleh jawaban yang sesuai dengan tujuan. Gerak tubuh yang digunakan S3 dalam proses diskusi dapat
membantu teman satu kelompoknya. Setelah mendapat bantuan dari temannya yang menggunakan gestur, siswa yang
awalnya mengalami kesulitan mampu menyelesaikan soal dan mendapatkan jawaban yang benar. Hal itu terjadi karena
gestur yang digunakan S3 bisa membuat teman-teman. Mereka membantu lebih memahami bahasa yang disampaikan.
Pendengar seringkali lebih mampu memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam kata-kata yang disertai
gerak tubuh(Alibali & Nathan, 2011).Orang akan muncul untuk menghasilkan gerakan ketika seseorang melihat mereka
dan ketika mereka berbicara dengan orang lain

Diskusi
Selama proses diskusi kelompok, gestur yang digunakan subjek penelitian dapat membantu teman satu
kelompoknya saat mengerjakan soal tes individu. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
gerak tubuh merupakan sumber informasi yang penting, karena gerak tubuh mendukung komunikasi lisan, mengurangi
ambiguitas bahasa, dan meningkatkan pemahaman konseptual.(Francaviglia & Servidio, 2011; Walkington, Woods, et al.,
2019). Pemahaman matematis terbentuk dari gestur siswa untuk merepresentasikan pemikiran matematis melalui
gestur dan ucapan(Dubé & McEwen, 2015; Herbert & Pierce, 2013).Gestur diperlukan dalam belajar dan mengajar
matematika. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa gestur memberikan bukti bahwa tubuh
terlibat dalam berpikir dan berbicara tentang ide-ide yang diekspresikan melalui gestur(Alibali & Nathan, 2011;
Walkington, Chelule, et al., 2019).Orang akan muncul untuk menghasilkan gerakan ketika seseorang melihat mereka dan
berbicara dengan orang lain. Gestur tangan dapat meletakkan dasar pengetahuan baru untuk belajar dan memahami
matematika pada anak.
Gerakan menunjuk yang digunakan oleh siswa berkemampuan tinggi dapat membantu mereka memahami masalah mereka
teman kelompok. Sedangkan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi penyelesaian masalah
matematika belum memahami soal. Isyarat menulis yang digunakan siswa berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal
dengan baik dan benar dibandingkan dengan siswa berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi dan saat
menyelesaikan soal matematika.(Burkhardt-Reed dkk., 2021; Walkington, Chelule, dkk., 2019). Isyarat representasional yang
digunakan siswa berkemampuan tinggi dapat memberikan pemahaman konseptual kepada teman satu kelompoknya,
sedangkan siswa berkemampuan sedang dan rendah dalam proses diskusi pemecahan masalah matematika masih bingung
dalam merepresentasikan maksud pemecahan masalahnya.(Costini et al., 2017; Putri et al., 2020). Gerakanadalah tambahan,
modalitas spontan, yang dapat berfungsi sebagai jembatan antara citra pribadi yang sulit diucapkan secara verbal dan gagasan
matematis yang secara formal simbolis(Okumus & Hollebrands, 2019; Parrill et al., 2019). Gestur merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang dapat memahami pemikiran siswa yang terkadang sulit untuk diungkapkan dalam bentuk tulisan(Shein, 2012;
Walkington, Chelule, et al., 2019). Hal tersebut menyebabkan gestur sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika harus dilakukan secara terus menerus dari pemahaman konsep dasar sampai ketingkat yang lebih
tinggi karena matematika tidak hanya materi tetapi juga penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan menghadapi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Temuan penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa gerak tubuh merupakan bentuk
komunikasi yang dapat memahami pemikiran siswa karena pengajaran yang sukses adalah mampu menentukan apa yang
dipikirkan siswa dan kemudian menggunakan informasi tersebut sebagai dasar untuk instruksi pembelajaran.(Francaviglia &
Servidio, 2011; Herbert & Pierce, 2013).

4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa pada kelompok berkemampuan tinggi dapat memecahkan masalah lebih
baik dibandingkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah. Dalam proses diskusi pemecahan masalah matematika, siswa
pada kelompok berkemampuan tinggi menggunakan gestur yang meliputi gestur menunjuk, gestur menulis, dan gestur
representasional. Kedua, siswa pada kelompok kemampuan sedang mampu menyelesaikan masalah, namun mereka tidak yakin
apakah jawaban mereka benar atau tidak dan tampak agak ragu-ragu dalam mewakili teman kelompoknya. Dalam proses
diskusi pemecahan masalah matematika, siswa pada kelompok kemampuan sedang juga menggunakan gestur, antara lain
gestur menunjuk, gestur menulis, dan gestur representasional. Ketiga, siswa di bawah

Masniladevi/Gerakan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Kegiatan Diskusi Kelompok
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 162

kelompok kemampuan tidak dapat memecahkan masalah, dan dalam proses diskusi kelompok rendah, mereka hanya membuat
beberapa gerakan menunjuk dan menulis tetapi tidak melakukan gerakan representasional.

5. REFERENSI
Alibali, MW, & Nathan, MJ (2011). Perwujudan dalam Pembelajaran Matematika: Bukti dari
Gerakan Siswa dan Guru.Jurnal Ilmu Pembelajaran.
https://doi.org/10.1080/10508406.2011.611446.
Ambussaidi, I., & Yang, Y.-F. (2019). Pengaruh Kualitas Guru Matematika terhadap Prestasi Belajar Siswa di
Oman dan Taiwan.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Internasional,1(2), 50–62. https://
doi.org/10.31763/ijele.v1i2.39.
Anggreni, Wiarta, & Putra. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran ( SAVI ) Berbasis ( TIK ) Terhadap
Kompetensi Pengetahuan Matematika.Pedagogi Dan Pembelajaran,3(1), 15–24.
https://doi.org/10.23887/jp2.v3i1.24357.
Ashwin, & Guddeti, RMR (2020). Basis data yang efektif untuk e-learning dan lingkungan kelas menggunakan
Wajah siswa India, gerakan tangan dan postur tubuh.Sistem Komputer Generasi Mendatang,108.
https://doi.org/10.1016/j.future.2020.02.075.
Baswendro, S., Suyitno, A., & Kharis, M. (2015). Keefektifan Model Tgt Dengan Pendekatan Scientific
Berbantuan Cd Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas
VIII Pada Materi Lingkaran.Jurnal Pendidikan Matematika Unnes,4(3).
https://doi.org/10.15294/ujme.v4i3.9043.
Becvar, A., Hollan, J., & Hutchins, E. (2008). Gerakan Representasi sebagai Artefak Kognitif untuk Berkembang
Teori di Laboratorium Ilmiah.Spinger.
Burkhardt-Reed, MM, Long, HL, Bowman, DD, Bene, ER, & Oller, DK (2021). Asal bahasa
dan peran relatif suara dan isyarat dalam perkembangan komunikasi awal.Perilaku dan
Perkembangan Bayi,65.https://doi.org/10.1016/j.infbeh.2021.101648.
Chabibah, LN, Siswanah, E., & Tsani, DF (2019). Analisis Kemampuan Pemecah Masalah Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Barisan Ditinjau dari Adversity Quotient.Pythagoras: Jurnal Pendidikan
Matematika,14(2), 199–210.https://doi.org/10.21831/pg.v14i2.29024.
Closer, AH, Erickson, JA, Smith, H., Varatharaj, A., & Botelho, AF (2021). Memadukan analitik pembelajaran
dan desain yang diwujudkan untuk memodelkan pemahaman siswa tentang pengukuran menggunakan
tindakan, ucapan, dan gerak tubuh mereka.Jurnal Internasional Interaksi Anak-Komputer.
https://doi.org/10.1016/j.ijcci.2021.100391.
Costini, O., Roy, A., Remigereau, C., Faure, S., Fossoud, C., & Gall, D. Le. (2017). Sifat dan Kekhususan dari
Gangguan Gestural pada Anak dengan Gangguan Koordinasi Perkembangan: Studi Kasus Berganda.
Perbatasan dalam Psikologi,8.https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00995.
Creswell, JW (2012).Penelitian Pendidikan : Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Quantitatine dan
Penelitian Kualitatif (edisi ke-4). Pendidikan Pearson, Inc.
Dargue, N., Sweller, N., & Carter, M. (2021). Laporan singkat: Belajar melalui gerakan ikonik pada autisme
gangguan spektrum.Penelitian di Disabilitas Perkembangan,115.
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2021.104000.
Dubé, AK, & McEwen, RN (2015). Apakah gerak tubuh itu penting? Implikasi penggunaan perangkat layar sentuh di
instruksi matematika.Belajar dan Instruksi,40.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2015.09.002.
Fitriyah, F., Murtadlo, A., & Warti, R. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa MAN Model Kota Jambi.Jurnal Pelangi,9(2), 108–112. https://
doi.org/10.22202/jp.2017.v9i2.1898.
Banjir, VJ (2021). Kehidupan multimodal rahasia IRE: Melihat lebih dekat pada gerakan representasional di
urutan pertanyaan yang akrab.Linguistik dan Pendidikan,63.
https://doi.org/10.1016/j.linged.2021.100913.
Fonger, NL (2019). Kebermaknaan dalam kelancaran representasional: Lensa analitik untuk kreasi siswa,
interpretasi, dan koneksi.Jurnal Perilaku Matematika,54.
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2018.10.003.
Francaviglia, M., & Servidio, R. (2011). Gesture sebagai Dukungan Kognitif untuk Menyelesaikan Masalah Matematika.
Asosiasi Psikologi Amerika,2(2).https://doi.org/10.4236/psych.2011.22015.
Freitas, & Sinclair. (2012). Diagram, isyarat, agensi: perwujudan berteori di kelas matematika.
Studi Pendidikan di Matematika,80.https://doi.org/10.1007/s10649-011-9364-8.
Hasibuan, HY, Syamsuri, S., Santosa, CAHF, & Pamungkas, AS (2020). Profil Pembelajaran Matematika
pada Anak Berkebutuhan Khusus Ragam Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Garuda Cendekia
Jakarta.Jurnal Medives : Jurnal Pendidikan Matematika Ikip Veteran Semarang.,4(1).

JISD P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174


Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 163

https://doi.org/10.31331/medivesveteran.v4i1.993.
Herbert, S., & Pierce, R. (2013). Gestur sebagai data untuk analisis fenomenografi matematis
konsepsi.JurnalPenelitianPendidikan Internasional,60.
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2013.03.004.
Hidayat, W., & Sariningsih, R. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended.Jurnal Nasional Pendidikan Nasional,2(1), 109–118.
https://doi.org/10.33603/jnpm.v2i1.1027.
Hobri, Adeliyanti, S., Fatekurrahman, M., Wijaya, HT, Oktavianingtyas, E., Putri, IWS, & Ridlo, ZR (2021).
Matematika E-Comic Berbasis STEAM-CC dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa. Jurnal Fisika: Seri Konferensi,1839(1).https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1839/1/012036.
Keene, KA, Stephan, M., & Rasmussen, C. (2012). Isyarat dan rantai makna: kasus
solusi kesetimbangan.Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika,24(3).
https://doi.org/10.1007/s13394-012-0054-3.
Khairunnisa, GF, & Ilmi, YIN (2020). Media Pembelajaran Matematika Konkret Versus Digital: Sistematis
Kajian Literatur di Era Revolusi Industri 4.0.Jurnal Tadris Matematika,3(2). https://doi.org/
10.21274/jtm.2020.3.2.131-140.
Kurnia, VT, Damayani, AT, & Kiswoyo, K. (2019). Keefektifan Model Pembelajaran Number Head
Together (NHT) Berbantu Media Puzzle Terhadap Hasil Belajar Matematika.Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar,3(2), 192.https://doi.org/10.23887/jisd.v3i2.17772.
Lin, S., Zhou, Y., & Wijaya, TT (2020). Menggunakan perangkat lunak matematika dinamis yang canggih dalam pengajaran aritmatika
operasi.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Internasional,2(1), 25–31.
https://doi.org/10.31763/ijele.v2i1.97.
Majlesi, AR (2015). Mencocokkan gerak tubuh – Pengulangan guru atas gerak tubuh siswa dalam bahasa kedua
ruang belajar.Jurnal Pragmatik,76.https://doi.org/10.1016/j.pragma.2014.11.006.
Nathalia, KI, Sedanayasa, G., & Japa. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap
Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Operasional Konkret.Mimbar PGSD,
3(1).https://doi.org/10.23887/jjpgsd.v3i1.5656.
Nenotaek, B., Sujadi, I., & Subanti, S. (2019). Kesulitan dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik untuk
Pembelajaran Matematika.Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian Pendidikan.
https://doi.org/10.24331/ijere.628448.
Okumus, S., & Hollebrands, K. (2019). Pekerjaan gerak tubuh siswa sekolah menengah untuk membentuk tiga
objek dimensi menggunakan metode ekstrusi atau pemintalan.Jurnal Perilaku Matematika, 56.
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2019.100737.
Parrill, F., McKim, A., & Grogan, K. (2019). Standar deviasi gerakan: Gerakan mahasiswa sarjana
digunakan dalam menggambarkan konsep standar deviasi mereka.Jurnal Perilaku Matematika,53.
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2018.05.003.
Pier, EL, Walkington, C., Clinton, V., Boncoddo, R., Williams-Pierce, C., & Alibali, MW (2019). Mirip sekali
kebenaran: Bagaimana gerak tubuh dan ucapan yang dinamis berkontribusi pada praktik pembuktian
matematis. Psikologi Pendidikan Kontemporer,58.https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2019.01.012.
Pucangan, AASNA, Handayanto, SK, & Wisodo, H. (2018). Pengaruh Scaffolding Konseptual dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecah Masalah.Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan,3(10), 1314–1318.https://doi.org/10.17977/jptpp.v3i10.11661.
Putri, MR, As'ari, AR, & Sisworo, S. (2020). Gesture Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah
Kombinatorika dengan Jawaban Benar Berdasarkan Tahapan Berpikir Mason.Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, Dan Pengembangan,5(8).https://doi.org/10.17977/jptpp.v5i8.13962.
Safithri, R., Syaiful, S., & Huda, N. (2021). Pengaruh Penerapan Problem Based Learning (PBL) dan Project
Pembelajaran Berbasis (PjBL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Self
Efficacy Siswa. JurnalCendekia :JurnalPendidikanMatematika,5(1),335–346.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i1.539.
Setiawan, Y. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD Berbasis Permainan Tradisional
Indonesia dan Pendekatan Matematika Realistik.Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10
(1), 12–21.https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i1.p12-21.
Setiyani, S., Fitriyani, N., & Sagita, L. (2020). Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
melalui Quizizz.JRAMathEdu (Jurnal Riset dan Kemajuan Pendidikan Matematika),5(3), 276–
288.https://doi.org/10.23917/jramathedu.v5i3.10696.
Shein, PP (2012). Melihat Dengan Dua Mata: Penggunaan Gestur Seorang Guru dalam Bertanya dan Menolak
Libatkan Pembelajar Bahasa Inggris dalam Memperbaiki Kesalahan Matematika.Jurnal Penelitian dalam
Pendidikan Matematika,2(43).https://doi.org/10.5951/jrematheduc.43.2.0182.

Masniladevi/Gerakan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Kegiatan Diskusi Kelompok
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Vol. 6, No. 1, Tahun 2022, hlm. 157-164 164

Taqiyyah, SA, Subali, B., & Handayani, L. (2017). Implementasi Bahan Ajar Sains Berbahasa Inggris
Berbasis Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP.Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA,3(2), 224–234.https://doi.org/10.21831/jipi.v3i2.14859.
Tere, T., Bayu Seta, H., Nizar Hidayanto, A., & Abidin, Z. (2020). Variabel yang Mempengaruhi Layanan E-Learning
Mutu Perguruan Tinggi Indonesia: Perspektif Mahasiswa.Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi: Penelitian,19, 259–286.https://doi.org/10.28945/4489.
Ujianti, C. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika.Jurnal Cakrawala Pendas,
4(1), 1–14.https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Utomo, KD, Soegeng, AY, Purnamasari, I., & Amaruddin, H. (2021). Pemecah Masalah Masalah Belajar
Siswa pada Masa Pandemi Covid-19.Mimbar PGSD Undiksha,9(1), 1–9.
https://doi.org/10.23887/jjpgsd.v9i1.29923.
Vivitri, M., & Sunardi, S. (2018). Peningkatan Hasil Belajar dengan Mengoptimalkan Metode Ekspositori
Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII SMP.Jurnal Pendidikan Matematika RAFA,4(2), 152–163.
https://doi.org/10.19109/jpmrafa.v4i2.2898.
Walkington, C., Chelule, G., Woods, D., & Nathan, MJ (2019). Gerakan kolaboratif sebagai kasus diperpanjang
kognisi matematis.Jurnal Perilaku Matematika,55.
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2018.12.002.
Walkington, C., Woods, D., Nathan, MJ, Chelule, G., & Wang, M. (2019). Apakah membatasi gerakan tangan
merusak penalaran matematika?Belajar dan Instruksi,64.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2019.101225.
Wardani, KW, & Setyadi, D. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Macromedia
Materi Flash Luas dan Keliling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.Scholaria: Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan,10(1), 73–84.https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i1.p73-84. Widiasih,
LS (2019). Pengaruh Model Pembelajaran SFAE Berbasis Tri Kaya Parisudha terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa.Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,3(2).
https://doi.org/10.23887/jisd.v3i2.17758.
Winata, R., & Friantini, RN (2018). Proses Pemecah Masalah Mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP
Paman Talino.FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika,4(1), 87–96. https://
doi.org/10.24853/fbc.4.1.87-96.
Wulandari, & Agustika. (2018). Pengaruh Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada
Mahasiswa Semester IV Jurusan PGSD UPP Denpasar Universitas Pendidikan Ganesha Tahun
Ajaran 2016/2017.Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,2(1).https://doi.org/10.23887/jisd.v2i1.15515.
Yemi, TM (2018). Pendekatan Mastery Learning (MLA): Pengaruhnya Terhadap Akademik Matematika Siswa
Pencapaian.Jurnal Studi Pendidikan Alternatif Eropa,3(1).
https://doi.org/10.46827/ejae.v0i0.1584.
Yuniawardani, V., & Mawardi. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Matematika Dengan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas IV SD.Jurnal Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan,1(2),
24– 32.https://doi.org/10.31764/justek.v1i1.416.
Zuhaida, A. (2018). Program Ilmu Anak Komunitas Berbasis Group Investigation untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecah Masalah Madrasah Ibtidaiyah.Jurnal Pendidikan Sains (JPS),6(2), 13–20.
https://doi.org/10.26714/jps.6.2.2018.13-20.

JISD P-ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174

Anda mungkin juga menyukai