Anda di halaman 1dari 3

Resiko penerbangan

Resiko bahaya
Transportasi udara semakin menempati posisi penting di Indonesia, baik untuk lalu
lintas orang ataupun barang. Wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau, membuat
transportasi udara menjadi alternatif transportasi yang utama.
Ada beberapa resiko dalam penerbangan, pendaratan darurat dapat terjadi apabila
pesawat mengalami kerusakan pada salah satu komponen yang berpotensi bisa
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Tabrakan saat di udara juga merupakan salah
satu resiko dalam penerbangan. Kecelakaan saat penerbangan bisa saja terjadi karena
kesalahan dari pihak bandara itu sendiri atau bencana alam yang terjadi tanpa
diketahui.
Kejadian pada tanggal 3 februari 2005 di Afgannistan, pesawat boeing 737 harus
mendarat dalam badai salju yang turun dengan lebat. Kondisi cuaca tersebut
menyebabkan pilot tidak mampu melihat bandara yang dituju ketika sedang mendarat.
Pesawat kemudian menabrak sebuah gunung dekat bandara tersebut. Seluruh awak
dan penumpang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Tanggal 16 juli 2005 di Guinea Khatulistiwa, Musibah Antonov An-24 Equatorial
Express Airlines. Pesawat tersebut sedang lepas landas ketika pesawat tiba - tiba
berbelok tajam. Sayap pesawat menghantam pohon - pohon dan pesawat jatuh
terguling dan meledak. Enam puluh orang tewas. Investigasi menunjukkan adanya
kecurigaan kelebihan muatan.
Kurang telitinya pihak bandara dapat mempengaruhi penerbangan. Seperti contoh pada
tanggal 16 agustus 2005 yang terjadi di atas laut mediterrania. pesawat baling -
baling ATR-72 tersebut mengalami kehabisan bahan bakar. Kru pesawat melakukan
pendaratan darurat di laut. Pesawat gagal mendarat dengan baik dan terpecah menjadi
3 bagian, menewaskan 16 orang. Investigasi kecelakaan menunjukkan bahwa teknisi
pesawat tidak sengaja menukar indikator bensin pesawat ATR-72 dengan ATR-42,
sebuah pesawat regional dengan tangki yang lebih kecil. Kru yang tidak menduga akan
cepatnya pesawat akan kehabisan bahan bakar kemudian melakukan serangkaian
kesalahan lain yang akhirnya menyebabkan kecelakaan.
Berdasarkan kasus di atas, itu merupakan sebuah kesalahan kecil tapi berdampak
besar dan merugikan banyak pihak. Selain pihak bandara yang dirugikan, pihak
keluarga korban lebih dirugikan karena harus kehilangan orang-orang ynag mereka
sayangi.
Dengan kejadian-kejadian yang tidak diduga tersebut, banyak masyarakat yang syok
dengan penerbangan, justru hal ini yang dapat merugikan pihak bandara. Oleh karena
itu pihak bandara harus menyediakan dana untuk keluarga korban guna menjaga nama
baik pihak bandara.
Resiko keterlambatan
salah satu keluhan terbanyak yang disampaikan oleh konsumen selama ini adalah
tentang kualitas layanan jasa transportasi penerbangan. Maskapai penerbangan
(resminya disebut: badan usaha angkuan udara niaga berjadwal) sudah sangat lazim
menunda atau membatalkan secara sepihak penerbangan hanya dengan alasan yang
hanya Tuhan dan mereka sendiri yang tahu makna di balik kata-kata bersayap ini, yakni
karena faktor “teknis operasional”.
Di luar alasan “teknis operasional” yang sudah sangat sering digunakan, ada dalih lain,
yakni faktor manajemen airline, faktor cuaca, dan faktor lain-lain. Faktor manajemen
airline terjadi apabila ada:
(a) keterlambatan pilot, co-pilot, dan awak kabin
(b) keterlambatan jasa boga (catering)
(c) keterlambatan penanganan di darat
(d) menunggu penumpang, baik yang baru melapor (check in), pindah
pesawat (transfer), atau penerbangan lanjutan (connecting flight) dan
(e) ketidaksiapan pesawat udara
Sementara itu ada faktor lain-lain, yang meliputi antara lain adanya kerusuhan dan/atau
demonstrasi di wilayah bandar udara. Tertundanya jadwal penerbangan memang cukup
mengganggu penumpang yang sedang berpergian, terutama orang yang memiliki
jadwal penting dan terburu-buru. Memakskan penerbangan di saat cuaca tidak
mendukung juga sangat berbahaya. Penerbangan saat cuaca hujan deras dapat
mengurangi kesetabilan pada saat pesawat lepas landas, sehingga resiko kecelakaan
menjadi semakin tinggi.

Resiko keamanan
Meningkatnya jumlah penumpang dan arus lalu-lintas penerbangan serta keterbatasan
tenaga dan teknologi pengamanan di Bandara Soekamo-Hatta memiliki tingkat
kerentanan (vulnerability) dan risiko keamanan yang tinggi terhadap berbagai bentuk
ancaman dan gangguan keamanan. 
selain adanya ancaman teror born, risiko keamanan di bandara juga datang dari kasus-
kasus pencurian, gangguan layang-layang, kerusakan mesin pesawat, kebakaran,
kosleting listrik, cairan berbahaya, senjata api, masuk landasan pesawat, merokok di
area terlarang, membawa bahan peledak, dan penyusupan ke dalam pesawat. Selain
itu juga maraknya aktivitas usaha illegal (pedagang asongan, porter liar, dan calo tiket)
dapat menimbulkan risiko gangguan keamanan.
Setiap bandara pasti punya system keamanan masing-masing. Dengan menerapkan
beberapa aturan untuk menjaga ketertiban, pengecekan barang logam. Semua system
keamanan tersebut bertujuan untuk menjaga kenyamanan penumpang yang lain. Tapi
ada saja yang masih melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Contohnya orang yang
merokok di ruangan yang seharusnya tidak boleh merokok.
Bandara yang tidak meningkatkan system keamanan dapat membuat penumpang-
penumpang merasa khawatir akan keselamatan saat di bandara. Barang-barang logam
dapat di periksa di saat memasuki bandara, tapi bagaimana dengan narkotika. Walau
banyak berita yang menyiarkan kasus spenyelundupan narkotika di bandara, tapi
nyatanya sekarang sudah banyak bandara yang berhasil menggagalkan rencana
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai