Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suatu sistem energi listrik mengandung empat unsur. Pertama, adanya unsur
pembangkit tenaga listrik. Pada pusat tenaga listrik itu biasanya tegangan yang
dihasilkan adalah tegangan menengah (TM). Kedua, suatu sistem transmisi, dengan
gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka diperlukan penggunaan
tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET). Ketiga, adanya saluran
distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi dengan tegangan rendah (TR) dan
saluran distribusi dengan tegangan menengah (TM) yang mempunyai sistem radial
dengan saluran kabel udara dan saluran kabel tanah pada kota-kota besar. Keempat,
yaitu adanya unsur pemakaian seperti instalasi tenaga listrik, instalasi rumah tangga
biasanya menggunakan tegangan rendah dan pemakai besar seperti industri
menggunakan tegangan menengah ataupun tegangan tinggi.
Pada negara-negara maju, High Voltage (HV) dianggap mulai pada tegangan 20-30 kV,
Extra High Voltage (EHV) kira-kira-kira 220 kV, dan Ultra High Voltage (UHV) kira-kira pada 756 kV.
Penerapan tegangan transmisi pada tegangan ektra tinggi (220 kV ke atas) baru dimulai kurang lebih dua
puluh lima tahun yang lalu.
Sebagaimana juga dalam bidang lain, maka pergerakan ke arah tegangan yang lebih tinggi ini
menimbulkan persoalan baru. Persoalan sudah dijumpai pada tegangan yang lebih rendah antara lain :
1. Adanya gejala korona yang makin menonjol.
2. Persoalan isolasi kawat.
3. Persoalan isolasi peralatan.

Tegangan tinggi yang diterapkan pada penghantar dapat mengakibatkan terjadinya korona,
dimana medan listrik yang muncul di sekitar kawat atau konduktor ditimbulkan oleh tegangan tinggi
yang diterapkan. Timbulnya korona pada suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kondisi udara, keadaan permukaan penghantar, jenis penghantar, dan diameter kaawat penghantar.
Gejala korona yang terjadi mengakibatkan berbagai macam gangguan seperti gangguan radio,
rugi saluran, suara bising, dan pada kondisi teganagan yang sangat tinggi akan muncul busur api,
sedangkan bagi kubikel dapat menyebabkan kegagalan isolasi yang bisa mengakibatkan kubikel terbakar
atau bahkan meledak.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan dari skripsi ini adalah untuk mensimulasikan besar tegangan kritis awal
terbentuk korona dan mengkalkulasikan rugi daya yang ditimbulkan yang akan dibandingkan dengan
hasil pengujian langsung untuk menentukan tingakt akurasi simulasi.

1.3 BATASAN MASALAH


Skripsi ini membahas tentang tegangan kritis awal terjadinya korona pada kubikel, proses yang
mempengaruhi fenomena korona seperti diameter penghantar, faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, tekanan udara, serta besarnya rugi daya yang ditimbulkan akibat adanya fenomena
korona.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN


Penulisan skripsi ini diawali dengan membuat simulasi menggunakan MATLAB untuk mencari
nilai tegangan kritis awal terciptanya korona. Setelah mendapatkan nilai tegangan kritis dapat dihitung
juga rugi daya yang ditimbulkan. Nilai yang didapatkan dari simulasi dibandingkan dengan pengujian di
laboratorium dengan berbagai variasi pengujian. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan
membandingkan data hasil simulasi dengan data pengujian untuk mencari persentase kesalahan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai
latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 merupakan landasan teori mengenal korona mulai dari penyebab, mekanisme terjadinya, dan
jenis korona. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai kubikel, faktor-faktor yang mempengaruhi korona
serta penurunan rumus untuk perhitungan tegangan kritis korona pada kubikel. Bab 3 akan dijelaskan
mengenai metode-metode pengujian yang akan dilakukan pada penelitian. Bab 4 berisi data hasil
pengujian dan juga analisi mengenai hasil pengujian. Bab 5 berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai