Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT PKU MUHAMMADIYAH


NOMOR : 072/PER-DIR/RSFS/VIII/2018
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ALUR PASIEN

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT


PKU MUHAMMADIYAH

Menimbang : a. bahwa Rumah sakit Umum Fastabiq Sehat PKU


Muhammadiyah menyelenggarakan pelayanan yang
paripurna.
b. Bahwa Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi
pelayanan kesehatan yang aman ,bermutu, anti diskrimasi
dan efektif mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
c. Bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan, dan
menjaga mutu pelaksanaan prngaturan alur pasien untuk
menghindari penumpukan.
d. Bahwa Rumah Sakit wajib menyusun Pedoman
Pengelolaan Alur Pasien RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah
e. bahwa berdasarkan poin a, b,c dan d di atas perlu disusun
sebuah regulasi untuk pelaksanaan pengelolaan alur
pasien di RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
a. bahwa berdasarkan poin a sampai e di atas, perlu
ditetapkan melalui Peratuan Direktur Utama tentang
Pedoman Pedoman Pengelolaan Alur Pasien RSU Fastabiq
Sehat PKU Muhammadiyah .

Mengingat : 1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 Tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor
018/KEP/III.0/D/2014 tentang Penetapan Direktur RSU
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah masa jabatan 2014-
2018.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ALUR PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT PKU
MUHAMMADIYAH
Pasal 1
Definisi
1) Rumah sakit adalah Rumah Sakit Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
2) Direktur adalah direktur Rumah Sakit Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah.
3) Alur Pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di rumah sakit
4) Penumpukan pasien adalah kondisi jumlah pasien yang harus ditangani rumah
sakit melebihi kapasitas dan kemampuan pelayanan di rumah sakit.

Pasal 2
Tujuan
1) Sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan alur pasien
2) Agar pelayanan alur pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
3) Agar proses pengelolaan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan
4) Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah
sakit.

Pasal 3
Ketentuan Umum Pengelolaan Alur Pasien
1) Ketersediaan tempat tidur rawat inap diinformasikan oleh TPPRI.
2) Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya yang terkait di
dalam Rumah Sakit.
3) Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan berwenang
4) Manajer Pelayanan Pasien (MPP) berperan dalam mengintegrasikan pelayanan
dan asuhan melalui komunikasi dengan para PPA.
5) Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan, asesmen dan
tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat
mengurangi penundaan asuhan kepada pasien.
6) Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:

a. ketersediaan tempat tidur rawat inap;


b. perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan
kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien;
c. perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat;
d. alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca-anestesi);
e. efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
(seperti kerumahtanggaan dan transportasi);
f. pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien;
g. akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan atau bantuan spiritual, dan sebagainya).

ii
Pasal 4
Penutup
1) Pedoman Pengelolaan Alur Pasien sesuai dengan Lampiran I Peraturan Direktur
Utama ini, dan digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan alur pasien.
2) Peraturan direktur ini berlaku sejak tanggal di tetapkan

Ditetapkan di : Pati
Pada tanggal : 21 Dzulqa’dah 1439 H
03 Agustus 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKUMUHAMMADIYAH
NOMOR : 072/PER-DIR/RSFS/VIII/2018
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ALUR PASIEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi gawat darurat (IGD) yang penuh sesak dan tingkat hunian rumah
sakit yang tinggi dapat menyebabkan pasien menumpuk di daerah unit
darurat dan menciptakannya sebagai tempat menunggu sementara pasien
rawat inap. Mengelola alur berbagai pasien selama menjalani asuhannya
masing- masing menjadi sangat penting untuk mencegah penumpukan yang
selanjutnya mengganggu waktu pelayanan dan akhirnya juga berpengaruh
terhadap keselamatan pasien.
Monitoring dan perbaikan proses ini merupakan strategi yang tepat dan
bermanfaat untuk mengatasi masalah. Semua staf rumah sakit, mulai dari
unit rawat inap, unit darurat, staf medis, keperawatan, administrasi,
lingkungan, dan manajemen risiko dapat ikut berperan serta menyelesaikan
masalah arus pasien.

B. Tujuan

1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan alur pasien.


2. Agar pelayanan alur pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
3. Agar proses pengelolaan pasien berlangsung dengan aman dan lancar
serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
4. Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di
Rumah sakit.

1
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Sasaran
1. Petugas
RSU Fastabiq Sehat PKU Muhamamdiyah memiliki suatu TIM yang terdiri dari
Dokter Spesialis, dokter IGD/ dr.Ruangan, Perawat, bidan, ahli gizi, petugas
laboratorium dan radiologi, apoteker dan fisioterapis .
Petugas pelayanan yang bersifat mendukung seperti pekerja sosial,
keagamanan atau bantuan spiritual dan petugas ambulan.
2. Pasien
adalah seseorang yang menerima pelayanan dan perawatan medis di Rumah
Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah Pati.

B. Komponen Pengelolaan Alur Pasien

1. ketersediaan tempat tidur rawat inap.


2. perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan
kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien.
3. perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat.
4. alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca-anestesi).
5. efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
(seperti kerumahtanggaan dan transportasi).
6. pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagamaan
atau bantuan spiritual, dan sebagainya).

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Ketersediaan Tempat Tidur Rawat Inap


Ketersediaan kamar rawat inap hanya akan diinformasikan oleh petugas TPPRI
dan TPPRI memiliki kewenangan untuk mengatur pasien dan tidak boleh
diintervensi oleh siapapun.
B. Perencanaan Fasilitas
a. Alokasi Tempat
Untuk menghindari penumpukan pasien, maka :
1. Pasien yang tidak mendapatkan kelas perawatan sesuai haknya,
tetap dimasukkan pada kelas perawatan yang tersedia, apapun
kelasnya, dan sesuai persetujuan pasien dan keluarga.
2. Jika pasien di IGD lebih dari 6jam (kondisi pasien stabil) dan ruang
rawat di seluruh area rawat inap tidak ada tempat, maka pasien
akan di rujuk.
b. Peralatan, utilitas, teknologi medis dan kebutuhan lain
Rumah sakit menyedikan sarana prasarana untuk memberikan pelayanan
kegawatdaruratan pada pasien. Apabila kondisi pasien mengalami
penumpukan akibat korban massal, maka rumah sakit akan
memaksimalkan semua peralatan, tenaga, dan apabila dibutuhkan, rumah
sakit akan meminta bantuan tenaga maupun sarana prasarana dari luar
rumah sakit.
DPJP melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh
fase asuhan rawat inap. Pada kondisi dimana korban massal, dokter harus
dapat mengkoordinasikan asuhan agar tidak terjadi over utilization dan
under utilization. Peran MPP dalam mendorong penerapan pelayanan dan
asuhan yang terintegrasi antar PPA.
C. Perencanaan tenaga
Apabila terjadi penumpukan pasien akibat korban masal, maka rumah sakit
meminta bantuan tenaga yang sedang tidak jaga di rumah sakit dengan
menghubungi tiap perorangan.
Apabila tenaga internal rumah sakit tidak mencukupi/tidak sebanding dengan
jumlah korban yang terlalubanyak, maka pihak rumah sakit segera meminta
bantuan tenaga dari luar rumah sakit. Rumah sakit melakukan koordinasi
kebutuhan tersebut kepada Komandan Siaga Bencana serta pihak luar yang
dimintai perbantuan.
D. Alur Pasien di daerah pasien menerima asuhan
a. Alur Pelayanan Rawat Jalan
Alur pasien
a) Pasien untuk mendaftar di pendaftaran frontline.
b) Pasien untuk menunggu pemanggilan pasien oleh Perawat di nurse
station untuk dilakukan pendataan dan vital sign
c) Pasien menunggu di ruang tunggu
d) Pasien dipanggil Perawat untuk masuk ke ruang klinik dokter.
e) Pasien untuk memberikan kertas resep ke instalasi faramasi.
f) Pasien untuk melakukan billing di kasir.

3
4
b. Alur Pelayanan Geriatri

c. Alur Pelayanan Perinatal


a) Pasien di Ruang Perinatal berasal dari :
1. Instalasi Rawat Jalan.
2. Instalasi Gawat Darurat.
3. Ruang Maternal.
b) Konsep Pelayanan Ruang Perinatal
1. Dilakukan secara komprehensif (Holistic Care).
2. Melibatkan keluarga dalam proses pelayanan.
3. Pelayanan dilakukan sesuai Standar Operating Prosedure (SOP).
4. Peralatan yang tersedia harus memenuhi ketentuan dan terkalibrasi.
5. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik.
6. Harus ada sistem monitoring dan evaluasi.
d. Alur Pelayanan IGD

5
e. Pelayanan Rawat Inap
a) Alur Pelayanan rawat inap

b) Kriteria pasien masuk ruang rawat inap


Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup
banyak sedangkan ruang perawatan rawat inap terbatas, maka harus
ditentukan prioritas pasien masuk berdasarkan beratnya penyakit
dan prognosisnya.
Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif,
atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan,
terapi suportif, atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen
dan asesmen ulang pasien.

6
Berdasarkan hasil skrining pada assesmen awal medis pasien,
maka dapat ditentukan kebutuhan pelayanan preventif, paliatif,
kuratif, dan rehabilitatif.
c) Tata Laksana Persiapan Penerimaan Pasien
Perawat instalasi rawat inap harus siap setiap saat bila ada pasien
baru, ruangan, tempat tidur harus selalu dalam kondisi siap pakai.
Peralatan ini disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan
diterima.Semua peralatan harus di cek, di chargedan di kalibrasi
sesuai jadwal dalam program fasilitas.

f. Alur Pelayanan Instalasi Bedah Sentral


1. Alur pasien untuk masuk
a) Pasien masuk melalui pintu masuk pasien/ruang terima pasien
b) Pasien bedah pindah ke strecher khusus ruang operasi.
c) Petugas ruangan melakukan serah terima pasien kepada petugas
ruang operasi.
d) Petugas ruangan mengganti pakaian pasien bedah dengan
pakaian khusus pasien ruang operasi.
e) Petugas instalasi bedah sentral mendorong pasien menggunakan
stretcher menuju kamar operasi.
2. Alur keluar untuk pasien
a) Pasien dari kamar operasi keluar melalui pintu pasien kamar
operasi
b) Masuk ke ruang pulih sadar (recovery room), didampingi dokter
anestesi dan perawat anestesi.
c) Petugas memindahkan pasien ke brangkar pasien.
d) Selama pasien berada di ruang pulih sadar di monitoring oleh
perawat anestesi dibawah tanggungjawab dokter anestesi.
e) Yang berwenang memberi izin pindah ruangan adalah dokter
anestesi
f) Untuk pasien ODC yang bertanggungjawab bius umum adalah
dokter anestesi, untuk bius local yang bertanggungjawab dokter
bedah
g) Setelah pasien masuk kriteria skor pasca operasi, petugas
menghubungi ruangan terkait untuk mengambil pasien
h) Pasien keluar melalui pintu keluar pasien, sebelumnya perawat
ruang operasi dan perawat ruangan melakukan serah terima
kondisi pasien setelah menjalankan tindakan operasi.

g. Alur Pelayanan Operasi Elektif


1. Pasien dari Instalasi rawat jalan yang diputuskan program operasi elektif,
di poliklinik rawat jalan, saat itu juga dimintakan inform consent.
Dilakukan assesment bedah dan site marking.
2. Pasien dipersilahkan mendaftar ke Tempat Penerimaan Pasien Rawat
Inap (TPPRI).
3. Ketersediaan kamar rawat inap akan diinformasikan oleh petugas TPPRI.
Jika tidak mendapat kamar perawatan, informasi akan disampaikan oleh
petugas TPPRI.

7
4. Apabila pasien dengan program operasi elektif tidak mendapatkan kamar
rawat, maka pasien akan menuliskan daftar waiting list di TPPRI
5. Pasien diedukasi bahwa RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah, akan
menghubungi pasien, pada hari berikutnya. Apabila dihari berikutnya
ketersediaan ruang rawat masih belum ada, maka pasien akan dihubungi
pada hari berikutnya lagi.
6. Selanjutnya pasien dipulangkan
7. Petugas TPPRI akan menindaklanjuti pasien tersebut sesuai urutan pada
daftar waiting list
8. Ketersediaan kamar rawat inap hanya akan diinformasikan oleh petugas
TPPRI dan TPPRI memiliki kewenangan untuk mengatur pasien operasi
elektif sesuai regulasi yang ditetapkan oleh pimpinan RS dan tidak boleh
diintervensi oleh siapapun.
9. Pengaturan waktu pemanggilan pasien waiting list pada jam :
1) Pukul 07.00 pagi
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 12.00
WIB
2) Pukul 12.00 siang
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 15.00
WIB
3) Pukul 18.00 sore
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 21.00
WIB
10. Pasien yang sudah dihubungi oleh petugas Customer Servis , datang ke
TPPRI untuk mengurus kelengkapan rawat inapnya pada jam maximal
yang ditentukan (sesuai poin 3).
11. Pasien dari TPPRI di arahkan ke intalasi rawat jalan. Perawat Instalasi
rawat jalan kemudian melengkapi lembar transfer pasien internal.
12. Pasien di transfer ke rawat inap oleh petugas rawat jalan.
13. Durasi persiapan operasi elektif minimal 4-6 jam sebelum pasien
dimasukkan ke IBS, dimana poin- poin pentingnya adalah :
1) Dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, (jika belum
dilakukan pemeriksaan, sebelum pasien masuk rawat inap)
2) Persiapan pasien untuk menjalani operasi (misalnya : Skaren,
lavement, mandi dengan chlor hexidine, dll)
3) Puasa pre operasi jika diperlukan
4) Pelaksanaan asasemen awal prabedah dan praanastesi oleh
dokter operator dan anastesi.
5) Penjelasan tindakan pembedahan oleh dokter operator, dan
penjelasan tindakan anastesi oleh dokter anastesi.
6) Pemberian pernyataan dan persetujuan tindakan pembedahan
dan anastesi oleh pasien dan keluarga selambat- lambatnya
sebelum pasien dibius.
7) pelaksanaan site marking oleh dokter operator, jika di instalasi
rawat jalan belum dilakukan.
14. Perawat Instalasi rawat inap, menghubungi DPJP untuk mengkonfirmasi
kedatangan pasien, melaporkan hasil pemeriksaan penunjang dan
mengkonfirmasi terkait jadwal operasi.

8
15. Perawat instalasi rawat inap konsul anastesi, melaporkan hasil
pemeriksaan penunjang dan mengkonfirmasi jadwal operasi.
16. Perawat instalasi rawat inap menghubungi Instalasi Bedah Sentral untuk
mendaftarkan jadwal operasi pasien.
17. Perawat instalasi rawat inap menunggu konfirmasi dari IBS untuk
mentransfer pasien ke IBS.
18. Pasien dengan program operasi elektif, dimasukkan ke IBS hanya jika :
1) Minimal persiapan 4 jam sebelum masuk IBS.
2) Hasil pemeriksaan penunjang telah lengkap.
3) Sudah dilakukan site marking.
4) Rekam medis persiapan operasi telah lengkap.
19. Perawat instalasi rawat inap, berhak menolak untuk mentransfer pasien
ke IBS, jika persiapan operasi belum lengkap.
20. Pasien yang membutuhkan operasi emergency atau cito akan diarahkan
perawat rawat jalan ke IGD untuk dilakukan skrining dan assessment oleh
dokter IGD
21. TPPRI melaksanakan alur pasien rawat inap berdasarkan kondisi pasien
tersebut apakah cito atau elektif yang mana kondisi tersebut diketahui
oleh TPPRI dari stempel “ CITO atau ELEKTIF ” yang tertera di SPRI.
22. Stempel tersebut dibubuhkan oleh dokter IGD di SPRI setelah melakukan
asesmen awal medis pada pasien tersebut (dalam hal ini SPRI bisa berasal
dari IGD – ditulis oleh dokter IGD, atau dari Instalasi Rawat Jalan – ditulis
oleh dokter spesialis).
23. Jika ada pasien rujukan dari praktik dokter di luar RS dengan perintah
rawat inap, tetap dilakukan asesmen awal di IGD, untuk menentukan
pasien tersebut indikasi rawat inapnya cito atau elektif dengan kategori
sebagai berikut :

No KATEGORI UMUM BPJS


1 Elektif 1. Pasien mendaftar 1. Pasien diedukasi oleh
dengan membawa dokter IGD untuk
SPRI ke TPPRI kembali ke PPK atau
Faskes 1 untuk
2. Pasien masuk ke
meminta surat rujukan
daftar waiting list yang ditujukan ke klinik
3. Jika ada kamar, pasien spesialis yang sesuai
langsung dirawat kebutuhanya
inapkan 2. Jika pasien tetep tidak
4. Jika tidak tersedia mau sesuai point diatas,
kamar, pasien maka pasien bisa
menunggu dipanggil dilayani apabila
petugas sesuai daftar bersedia sebagai pasien
antrian di waiting list umum

2 Cito 1. Pasien mendaftar 1. Pasien mendaftar


dengan membawa dengan membawa SPRI
SPRI ke TPPRI ke TPPRI

9
2. Jika ada kamar, pasien 2. Jika ada kamar, pasien
langsung dirawat langsung dirawat
inapkan inapkan

3. Jika tidak tersedia 3. Jika tidak tersedia


kamar, maka pasien kamar, maka pasien
akan dirujuk untuk akan dirujuk untuk
mendapatkan mendapatkan
penanganan segera penanganan segera
sesuai yang sesuai yang dibutuhkan
dibutuhkan

24. Dalam kondisi, dimana ada hal-hal diluar keadaan normal atau jika
petugas pendaftaran mengalami keraguan, maka petugas pendaftaran,
disarankan dan berhak menghubungi :
1) Manager pelayanan dan penunjang medis
2) Direktur medis
h. Alur Pelayanan Perawatan Intensif/ Intensif Care Unit (ICU)

i. Alur Pelayanan Farmasi.


1) Alur Pelayanan Rawat Jalan
a) Peresepan oleh dokter
b) Telaah resep oleh petugas farmasi
c) Petugas farmasi entry dalam simrs dan cetak etiket
d) Petugas farmasi menyiapkan obat
e) Petugas farmasi menempelkan etiket
f) Petugas farmasi melakukan telaah obat
g) Petugas farmasi menyerahkan obat
h) Petugas farmasi mendokumentasikan penyerahan /minta tanda
tangan pasien/keluarga.
2) Alur Pelayanan Rawat Inap
a) Menerima resep dari petugas rawat inap
b) Telaah resep oleh petugas farmasi
c) Entry dalam SIMRS oleh petugas farmasi
d) Menyiapkan obat oleh petugas farmasi
e) Penempelkan label
f) Telaah obat oleh petugas farmasi
g) Serah terima dengan perawat

10
j. Alur Pelayanan Radiologi
a) Alur pelayanan pemeriksaan radiologi rawat jalan dimulai dari pasien
datang ke radiologi sampai hasil pemeriksaan radiologi di serahkan
kepada pasien untuk di konsulkan pada dokter perujuk.
b) Alur pelayanan pemeriksaan radiologi pada pasien rawat inap dimulai
dari dokter DPJP yang meminta pemeriksan radiologi sampai hasil
radiologi diserahkan kepada perawat untuk di konsulkan kepada
dokter DPJP.
k. Alur pelayanan laboratorium
1. Pasien Rawat Jalan

2. Pasien Rawat Inap

E. Efisiensi Pelayanan
Efisiensi pelayanan nonklinik penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
seperti kerumahtanggaan dan transportasi.
F. Pemberian pelayanan rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien
a. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang.
b. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan
asesmen ulang pasien.

11
c. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit.
e. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1. akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan
oleh PPA yang kompeten, dapat dilakukan setiap hari, setiap
minggu atau setiap waktu.
2. penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf
klinis dan pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan
pasien pada populasi yang sama.
3. pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua
unit pelayanan di rumah sakit.
4. pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah
sakit.
5. penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis
yang sama dalam asuhan klinis pasien.
G. Akses pelayanan yang bersifat mendukung
Pelayanan keruhanian adalah suatu usaha bimbingan yang diberikan oleh
Rumah Sakit Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah yang sudah ada unit kerja
tersendiri dan disejajarkan dengan unit pelayanan medis, hal ini dibuktikan
dengan struktur organisasi yang diberi nama Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Adapun tugas dan fungsi pelayanan keruhanian adalah untuk mendampingi dan
membina pasien yang dirawat agar mampu memahami arti dan makna hidup
yang sesuai dengan ajaran islam dan bagi pasien penganut agama non muslim
dipersilahkan untuk mengisi form permohonan bimbingan rohani sesuai agama
yang dianutnya masing-masing. Pelayanan kerohanian ini sangat penting
sebagai ikhtiar untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kepasrahan kepada
Allah SWT selama dalam perawatan, sehingga motivasi ini dapat menjadi
pendorong dalam proses penyembuhan.

Pati, 21 Dzulqa’dah 1439 H


03 Agustus 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

12

Anda mungkin juga menyukai