Pasal 2
Tujuan
1) Sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan alur pasien
2) Agar pelayanan alur pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
3) Agar proses pengelolaan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan
4) Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah
sakit.
Pasal 3
Ketentuan Umum Pengelolaan Alur Pasien
1) Ketersediaan tempat tidur rawat inap diinformasikan oleh TPPRI.
2) Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya yang terkait di
dalam Rumah Sakit.
3) Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan berwenang
4) Manajer Pelayanan Pasien (MPP) berperan dalam mengintegrasikan pelayanan
dan asuhan melalui komunikasi dengan para PPA.
5) Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan, asesmen dan
tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat
mengurangi penundaan asuhan kepada pasien.
6) Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:
ii
Pasal 4
Penutup
1) Pedoman Pengelolaan Alur Pasien sesuai dengan Lampiran I Peraturan Direktur
Utama ini, dan digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan alur pasien.
2) Peraturan direktur ini berlaku sejak tanggal di tetapkan
Ditetapkan di : Pati
Pada tanggal : 21 Dzulqa’dah 1439 H
03 Agustus 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah
iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKUMUHAMMADIYAH
NOMOR : 072/PER-DIR/RSFS/VIII/2018
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ALUR PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi gawat darurat (IGD) yang penuh sesak dan tingkat hunian rumah
sakit yang tinggi dapat menyebabkan pasien menumpuk di daerah unit
darurat dan menciptakannya sebagai tempat menunggu sementara pasien
rawat inap. Mengelola alur berbagai pasien selama menjalani asuhannya
masing- masing menjadi sangat penting untuk mencegah penumpukan yang
selanjutnya mengganggu waktu pelayanan dan akhirnya juga berpengaruh
terhadap keselamatan pasien.
Monitoring dan perbaikan proses ini merupakan strategi yang tepat dan
bermanfaat untuk mengatasi masalah. Semua staf rumah sakit, mulai dari
unit rawat inap, unit darurat, staf medis, keperawatan, administrasi,
lingkungan, dan manajemen risiko dapat ikut berperan serta menyelesaikan
masalah arus pasien.
B. Tujuan
1
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Sasaran
1. Petugas
RSU Fastabiq Sehat PKU Muhamamdiyah memiliki suatu TIM yang terdiri dari
Dokter Spesialis, dokter IGD/ dr.Ruangan, Perawat, bidan, ahli gizi, petugas
laboratorium dan radiologi, apoteker dan fisioterapis .
Petugas pelayanan yang bersifat mendukung seperti pekerja sosial,
keagamanan atau bantuan spiritual dan petugas ambulan.
2. Pasien
adalah seseorang yang menerima pelayanan dan perawatan medis di Rumah
Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah Pati.
2
BAB III
TATA LAKSANA
3
4
b. Alur Pelayanan Geriatri
5
e. Pelayanan Rawat Inap
a) Alur Pelayanan rawat inap
6
Berdasarkan hasil skrining pada assesmen awal medis pasien,
maka dapat ditentukan kebutuhan pelayanan preventif, paliatif,
kuratif, dan rehabilitatif.
c) Tata Laksana Persiapan Penerimaan Pasien
Perawat instalasi rawat inap harus siap setiap saat bila ada pasien
baru, ruangan, tempat tidur harus selalu dalam kondisi siap pakai.
Peralatan ini disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan
diterima.Semua peralatan harus di cek, di chargedan di kalibrasi
sesuai jadwal dalam program fasilitas.
7
4. Apabila pasien dengan program operasi elektif tidak mendapatkan kamar
rawat, maka pasien akan menuliskan daftar waiting list di TPPRI
5. Pasien diedukasi bahwa RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah, akan
menghubungi pasien, pada hari berikutnya. Apabila dihari berikutnya
ketersediaan ruang rawat masih belum ada, maka pasien akan dihubungi
pada hari berikutnya lagi.
6. Selanjutnya pasien dipulangkan
7. Petugas TPPRI akan menindaklanjuti pasien tersebut sesuai urutan pada
daftar waiting list
8. Ketersediaan kamar rawat inap hanya akan diinformasikan oleh petugas
TPPRI dan TPPRI memiliki kewenangan untuk mengatur pasien operasi
elektif sesuai regulasi yang ditetapkan oleh pimpinan RS dan tidak boleh
diintervensi oleh siapapun.
9. Pengaturan waktu pemanggilan pasien waiting list pada jam :
1) Pukul 07.00 pagi
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 12.00
WIB
2) Pukul 12.00 siang
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 15.00
WIB
3) Pukul 18.00 sore
Pasien diberikan batas waktu maximal kedatangan pukul 21.00
WIB
10. Pasien yang sudah dihubungi oleh petugas Customer Servis , datang ke
TPPRI untuk mengurus kelengkapan rawat inapnya pada jam maximal
yang ditentukan (sesuai poin 3).
11. Pasien dari TPPRI di arahkan ke intalasi rawat jalan. Perawat Instalasi
rawat jalan kemudian melengkapi lembar transfer pasien internal.
12. Pasien di transfer ke rawat inap oleh petugas rawat jalan.
13. Durasi persiapan operasi elektif minimal 4-6 jam sebelum pasien
dimasukkan ke IBS, dimana poin- poin pentingnya adalah :
1) Dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, (jika belum
dilakukan pemeriksaan, sebelum pasien masuk rawat inap)
2) Persiapan pasien untuk menjalani operasi (misalnya : Skaren,
lavement, mandi dengan chlor hexidine, dll)
3) Puasa pre operasi jika diperlukan
4) Pelaksanaan asasemen awal prabedah dan praanastesi oleh
dokter operator dan anastesi.
5) Penjelasan tindakan pembedahan oleh dokter operator, dan
penjelasan tindakan anastesi oleh dokter anastesi.
6) Pemberian pernyataan dan persetujuan tindakan pembedahan
dan anastesi oleh pasien dan keluarga selambat- lambatnya
sebelum pasien dibius.
7) pelaksanaan site marking oleh dokter operator, jika di instalasi
rawat jalan belum dilakukan.
14. Perawat Instalasi rawat inap, menghubungi DPJP untuk mengkonfirmasi
kedatangan pasien, melaporkan hasil pemeriksaan penunjang dan
mengkonfirmasi terkait jadwal operasi.
8
15. Perawat instalasi rawat inap konsul anastesi, melaporkan hasil
pemeriksaan penunjang dan mengkonfirmasi jadwal operasi.
16. Perawat instalasi rawat inap menghubungi Instalasi Bedah Sentral untuk
mendaftarkan jadwal operasi pasien.
17. Perawat instalasi rawat inap menunggu konfirmasi dari IBS untuk
mentransfer pasien ke IBS.
18. Pasien dengan program operasi elektif, dimasukkan ke IBS hanya jika :
1) Minimal persiapan 4 jam sebelum masuk IBS.
2) Hasil pemeriksaan penunjang telah lengkap.
3) Sudah dilakukan site marking.
4) Rekam medis persiapan operasi telah lengkap.
19. Perawat instalasi rawat inap, berhak menolak untuk mentransfer pasien
ke IBS, jika persiapan operasi belum lengkap.
20. Pasien yang membutuhkan operasi emergency atau cito akan diarahkan
perawat rawat jalan ke IGD untuk dilakukan skrining dan assessment oleh
dokter IGD
21. TPPRI melaksanakan alur pasien rawat inap berdasarkan kondisi pasien
tersebut apakah cito atau elektif yang mana kondisi tersebut diketahui
oleh TPPRI dari stempel “ CITO atau ELEKTIF ” yang tertera di SPRI.
22. Stempel tersebut dibubuhkan oleh dokter IGD di SPRI setelah melakukan
asesmen awal medis pada pasien tersebut (dalam hal ini SPRI bisa berasal
dari IGD – ditulis oleh dokter IGD, atau dari Instalasi Rawat Jalan – ditulis
oleh dokter spesialis).
23. Jika ada pasien rujukan dari praktik dokter di luar RS dengan perintah
rawat inap, tetap dilakukan asesmen awal di IGD, untuk menentukan
pasien tersebut indikasi rawat inapnya cito atau elektif dengan kategori
sebagai berikut :
9
2. Jika ada kamar, pasien 2. Jika ada kamar, pasien
langsung dirawat langsung dirawat
inapkan inapkan
24. Dalam kondisi, dimana ada hal-hal diluar keadaan normal atau jika
petugas pendaftaran mengalami keraguan, maka petugas pendaftaran,
disarankan dan berhak menghubungi :
1) Manager pelayanan dan penunjang medis
2) Direktur medis
h. Alur Pelayanan Perawatan Intensif/ Intensif Care Unit (ICU)
10
j. Alur Pelayanan Radiologi
a) Alur pelayanan pemeriksaan radiologi rawat jalan dimulai dari pasien
datang ke radiologi sampai hasil pemeriksaan radiologi di serahkan
kepada pasien untuk di konsulkan pada dokter perujuk.
b) Alur pelayanan pemeriksaan radiologi pada pasien rawat inap dimulai
dari dokter DPJP yang meminta pemeriksan radiologi sampai hasil
radiologi diserahkan kepada perawat untuk di konsulkan kepada
dokter DPJP.
k. Alur pelayanan laboratorium
1. Pasien Rawat Jalan
E. Efisiensi Pelayanan
Efisiensi pelayanan nonklinik penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
seperti kerumahtanggaan dan transportasi.
F. Pemberian pelayanan rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien
a. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten dan
berwenang.
b. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan
asesmen ulang pasien.
11
c. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit.
e. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1. akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan
oleh PPA yang kompeten, dapat dilakukan setiap hari, setiap
minggu atau setiap waktu.
2. penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf
klinis dan pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan
pasien pada populasi yang sama.
3. pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua
unit pelayanan di rumah sakit.
4. pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah
sakit.
5. penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis
yang sama dalam asuhan klinis pasien.
G. Akses pelayanan yang bersifat mendukung
Pelayanan keruhanian adalah suatu usaha bimbingan yang diberikan oleh
Rumah Sakit Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah yang sudah ada unit kerja
tersendiri dan disejajarkan dengan unit pelayanan medis, hal ini dibuktikan
dengan struktur organisasi yang diberi nama Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Adapun tugas dan fungsi pelayanan keruhanian adalah untuk mendampingi dan
membina pasien yang dirawat agar mampu memahami arti dan makna hidup
yang sesuai dengan ajaran islam dan bagi pasien penganut agama non muslim
dipersilahkan untuk mengisi form permohonan bimbingan rohani sesuai agama
yang dianutnya masing-masing. Pelayanan kerohanian ini sangat penting
sebagai ikhtiar untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kepasrahan kepada
Allah SWT selama dalam perawatan, sehingga motivasi ini dapat menjadi
pendorong dalam proses penyembuhan.
12