Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Diabetes Melitus

Seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL dan
pada tes kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL (Smeltzer & Bare, 2010).

DM merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh
hipergikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin
atau menurunnya kerja insulin (American Diabetes Association, 2012).

Data pengidap Diabetes Melitus

sekitar 90% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia adalah DM tipe 2 (WHO, 2015). Tipe
2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin

Angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di dunia cenderung meningkat, pada tahun 2025 diperkirakan
sebesar 350 juta (Tandra, 2010). Di Indonesia menurut Estimasi World Health Organization (WHO)
tentang jumlah DM pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang yang akan menjadikan Indonesia sebagai
peringkat ke-4 terbesar di Dunia (Kemenkes, 2013).

DM TIPE 1

Diabetes Mellitus type 1 DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik yang
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Ditandai dengan ketidakmampuan pankreas untuk
mensekresikan insulin dikarenakan kerusakan sel beta yang disebabkan oleh proses autoimun.

DM TIPE 2

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”.

Penyebab penyakit Diabetes Melitus tipe 2

Salah satu faktor penyebab tingginya DM tipe 2 adalah pola makan yang tidak sehat, meliputi diet tinggi
karbohidrat dan lemak, kebiasaan mengkonsumsi makakan siap saji dengan kandungan natrium tinggi
dan mengkonsumsi makanan rendah serat (Budiyanto, 2011).

Penyakit DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti jantung koroner,
gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan
fungsi hati, dan uklus diabetikum (Kemenkess RI, 2015).
Perkembangan

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase
pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B
pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya
penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

Proses DM 1 DAN 2
Pencegahan dan pengobatan

Pada orang penyandang DM dan pada orang yang sehat pentingnya pengaturan pola makan yang terdiri
dari komposisi makanan, kebutuhan kalori, jenis dan pilihan makanan serta jadwal makan (Utari, 2011).

Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan
seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin .

KARBOHIDRAT SEBAGAI PENGARUH RISIKO PENYAKIT DIABETES

Menurut Sack, dkk. (2014) konsumsi karbohidrat dapat berpengaruh pada risiko penyakit diabetes.
Risiko diabetes sering dikaitkan dengan nilai indeks glikemik (IG) pangan berbasis karbohidrat. IG adalah
angka dalam persen yang menunjukkan perbandingan antara luas daerah di bawah kurva respon glukosa
darah pangan uji yang mengandung 50 gram available karbohidrat dan luas daerah di bawah kurva
respon glukosa darah pangan acuan (biasanya berupa glukosa atau roti tawar) yang mengandung 50
gram available karbohidrat yang diujikan pada individu yang sama pada rentang waktu 2 jam setelah
konsumsi (FAO/WHO, 1998).

Indeks Glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat
yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau
ranking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah.

karbohidrat terdiri dari dua jenis, yaitu available karbohidrat dan non-available karbohidrat.

Available karbohidrat adalah karbohidrat yang dapat dicerna oleh enzim pencernaan, diserap dalam
bentuk glukosa oleh usus halus, dan dimetabolisme oleh sel-sel tubuh. Nasi merupakan pangan dengan
available karbohidrat yang tinggi. Semakin tinggi pangan dengan kandungan available karbohidrat
seperti glukosa, disakarida, oligosakarida yang dapat dicerna, dan pati yang dapat dicerna maka nilai IG-
nya semakin tinggi.

Non-available karbohidrat adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, tidak
diserap dalam bentuk glukosa oleh usus halus, dan tidak dimetabolisme oleh sel-sel tubuh (Cummings
dan Stephen, 2007). Bentuk non-available karbohidrat seperti serat pangan banyak terdapat pada buah-
buahan dan sayur-sayuran. Bentuk non-available karbohidrat tidak dicerna oleh tubuh sehingga memiliki
IG rendah.

Masyarakat hendaknya mulai peduli dalam memilih pangan sebagai sumber karbohidrat, bukan
hanya dilihat dari tinggi atau rendahnya kandungan karbohidrat tetapi juga jenis karbohidrat, cara
pengolahannya, dan berapa banyak yang dikonsumsi.
Dapus :

Bambang A. N., dkk. 2022. Gambaran Pola Makan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD dr.
Slamet Garut. Jurnal Medika Cendikia. STIKes Karsa Husada Garut. 9(1):68-74

Restyana N. F. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty, Lampung University. 4(5):93-101

Afandi FA., dkk. 2019. Hubungan antara Kandungan Karbohidrat dan Indeks Glikemik pada Pangan
Tinggi Karbohidrat. Program Studi Ilmu Pangan, IPB.

Anda mungkin juga menyukai