Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mini Riset dan Projek

EKOLOGI TROPIKA

ESSAI EKOSISTEM DANAU TOBA

OLEH:

Lilis Habsari ( 4191220005)

PSB 2019 B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
EKOSISTEM DANAU TOBA
Lilis Habsari
Universitas Negeri Medan
Email : lilishabsari01@gmail.com

Danau Toba merupakan danau vulkanik dengan panjang sekitar 100 km dan lebar 30
km yang terletak pada beberapa kabupaten dalam Propinsi Sumatera Utara. Pembentukan
Danau Toba diperkirakan terjadi saat ledakan vulkanis sekitar 73.000 – 75.000 tahun yang
lalu dan merupakan letusan supervulkano (gunung berapi super) yang paling baru.
Karakteristik morfometrik Danau Toba membentang dari barat laut ke Tenggara membentuk
dua cekungan besar Utara dan Selatan dipisah oleh Pulau Samosir. Kedalaman maksimum
Danau Toba berada di cekung Utara mencapai 508 meter dan yang terdalam di cekung
Selatan mencapai 420 meter. Berdasarkan kedalam relatifnya, danau Toba mencirikan
perairan yang tidak stabil. Letaknya yang dekat dengan pemukiman serta aktfitas domestik,
pertanian, dan lainnya, maka kegiatan tersebut memberi kotribusi aktif bagi pertumbuhan
plankton serta organisme air didalamnya (Sagala,2015).

Keanekaragaman plankton sangat berhubungan dengan faktor-faktor abiotik. Faktor


abiotik berupa kualitas air, pH, intensitas cahaya, nitrat, nitrit dan fosfat (Barus,2004).
Kualitas air yang baik akan meningkatkan pertumbuhan organisme air, sedangkan kualitas air
yang buruk akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan pertumbuhan organisme air.
Selain itu intensitas cahaya juga dapat membantu pertumbuhan organisme air apabila air
tidak keruh, maka cahaya matahari dapat menembuas air dan dapat membantu pertumbuhan
organisme air dengan baik. Nutrien sebagai sumber makanan bagi organisme air juga
berpengaruh dalam pertumbuhan organisme di danau Toba. Nutrien tersebut berupa
nitrat,nitrit dan fosfat yang biasanya berasal dari pakan ikan yang diberikan manusia serta
kotoran yang dihasilkan ikan.

Kualitas air merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik danau yang akan
mempengaruhi keanekaragaman plankton yang ada di danau Toba. Kualitas air dapat dilihat
melalui kadar pH, suhu, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, serta kadar oksigen yang
terdapat didanau Toba. Fitoplankton akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25 oC-30
o
C. Suhu perairan danau Toba berkisar 30oC yang menunjukkan dengan faktor suhu,
fitoplankton tumbuh dengan baik di danau Toba. Banyaknya organisme perairan juga
ditentukan dengan pH air, dimana kadar pH yang baik untuk pertumbuhan organisme air
seperti plankton yaitu 7-8. Menurut Hasan (2017), pH air danau Toba yaitu berkisar 7,3-8,
hal ini menunjukan bahwa organisme perairan tumbuh sangat baik salah satunya yaitu
Skelotema dan Anabaena. Menurut Lukman (2011) tingkat kekeruhan di danau Toba masih
sangat rendah dikarenakan sedikitnya sungai yang menjadi inletnya. Sehingga kualitas air
masih baik untuk pertumbuhan organisme air didalamnya. Namun ada beberapa kawasan
danau Toba yang memiliki kekeruhan yang tinggi dikarenakan aktifitas seperti pariwisata
(kapal motor) yang menyebabkan air danau Toba tercemar. Keruhnya air menyebabkan
matahari sulit menembus cahaya yang mengakibatkan terhambatnya aktfitas pertumbuhan
fitoplankton sehingga keanekaragaman organisme air di danau Toba menjadi berkurang.

Segala aktiftas di danau Toba dapat menimbulkan berbagai dampak, dari dampak baik
hingga dampak buruk serta ancaman dan hambatan yang dapat mengancam kelestarian danau
toba. Mulai dari kegiatan pariwisata, peternakan dan kegiatan yang lain menyumbang
dampak yang sangat mengkhawatirkan bagi kelestarian danau Toba. Pada kegiatan
pariwisata, penggunaan kapal yang minyaknya dapat mencemari air danau. Kemudian
pembuatann keramba jaring ikan oleh perusahaan asing yang menyumbangkan sumbangsih
limbah dari pakan ikan dan kotoran ikan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air sebagai
sumber kehidupan di danau Toba. Jika hal ini dibiarkan terjadi, maka organisme air yang ada
didanau Toba akan menurun. Selain itu daya tarik pengunjung ke danau Toba berkurang
karna kondisi danau Toba tidak bagus lagi.

Untuk meningkatkan daya tarik pengunjung serta untuk memperbaiki kualitas danau
Toba, seharusnya masyarakat saling bergotong royong untuk memperbaiki kualitas danau
Toba. Dengan cara mengurangi pembungan limbah ke danau Toba, menggunakan bahan
bakar yang ramah lingkungan dan mengurangi pembuatan keramba jaring apung. Namun
masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk kelestarian danau Toba.
Sehingga hal ini akan menyebabkan kelestarian danau Toba akan menerun. Menurunnya
kelestarian danau Toba maka, menurun pula organisme yang terdapat didalamnya.

Kelestarian danau Toba tak luput dari pengawasan dan akuntabilitas dari pemerintah
dan masyarakat. Dimana pemerintah mengatur pengelolaan danau Toba dengan baik
sehingga terhindar dari kerusakan. Selain itu dilakukan penelitian sebelum mengelola danau
Toba agar tidak terjadi kesalahan dalam mengelola danau Toba. Selain itu pemerintah juga
memberikan hukuman kepada pelaku tindak pengerusakan danau Toba. Pengawasan dan
tanggung jawab ini tak hanya tugas pemerintah, namun masyarakat yang paling dekat dengan
danau Toba juga ikut andil. Hal ini demi berlanjutnya kelestarian danau Toba yang berfungsi
sebagai sumber kehidupan bagi mahluk hidup dan sumber pemasukan dana dari sektor
pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai