Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Masyarakat

Islam
D
I
S
U
S
U
N
OLEH ES IE II SEM. VI KELOMPOK X:

1. HASINAH ALI 16 40 200 284


2. MUHAMMAD NUR HARAHAP 16 40 200 189

DOSEN PENGAJAR:
FITRI ANA SIREGAR, ME.

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM PADANGSIDIMPUAN
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


ABSTRAK............................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Peran Negara .............................................................................................. 3
B. Institusi hisbah ........................................................................................... 3
C. Kontrol Masyarakat .................................................................................... 4
D. Ketaqwaan Individu ................................................................................... 5
BAB III: PEMBAHASAN
A. Studi Kasus ................................................................................................ 8
B. Analisis Kasus ............................................................................................ 8
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

2
Abstrak

Lembaga bisnis Islami (syariah) merupakan salah satu instrument yang


digunakan untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari
sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem
sosial. Sebenarnya, bisnis secara syariah tidak hanya berkaitan dengan larangan
bisnis yang berhubungan dengan, seperti masalah alkohol, pornografi, perjudian,
dan aktivitas lain yang menurut pandangan Islam seperti tidak bermoral dan
antisosial. Akan tetapi bisnis secara syariah ditunjukan untuk memberikan
sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan sosial-ekonomi masyarakat yang
lebih baik. Bisnis secara syariah dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang
baik dan lepas dari praktik kecurangan.

Kata Kunci: Penerapan Etika Bisnis Islam.

Abstract

Islamic business institutions (syariah) are one of the instruments used to regulate
Islamic economic rules. As part of the economic system, the institution is part of
the whole social system. Actually, syariah business is not only related to business
restrictions related to, such as alcohol, pornography, gambling, and other
activities that in Islamic viewpoint are immoral and antisocial. However, sharia
business is shown to contribute positively to the achievement of better social-
economic goals. Syariah business is carried out to create a good business climate
and escape the practice of fraud.

Keywords: Application of Islamic Business Ethics.

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu
tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan
rinci (matang) tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu
kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga
mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.
Beberapa Pengertian implementasi menurut para ahli antara lain:
1. Prana Wastra dkk, Implementasi adalah Sebuah aktivitas yang
dikerjakan karena adanya kebijaksanaan yang sudah disusun
sebelumnya, meliputi kebutuhan apa saja yang diperlukan, siapa
pelaksana, kapan pelaksanaan, serta kapan akan diselesaikan target
implementasi itu sendiri. Semua itu sudah direncanakan pada awal
waktu.
2. Van Meter dan Van Horn, Implementasi ialah pelaksanaan tindak oleh
individu, pejabat, instansi pemerintah, maupun kelompok swasta
dengan tujuan untuk menggapai cita-cita yang telah digariskan dalam
keputusan tertentu.
3. Pressman (1873), Implementasi Merupakan Menyelesaikan,
memenuhi, melaksanakan, memproduksi, serta menyelesaikan sebuah
kebijakan.
4. Mazmanian dan Sabatier, Implementasi yaitu pelaksanaan dari
kebijakan dasar hukum juga berbentuk perintah keputusan, atau
keputusan pengadilan. Proses pelaksanaanya berlangsung setelah
jumlah tahapan seperti tahapan proses undang-undang yang kemudian
output dalam bentuk pelaksanaan kebijakan hingga kebijakan korektif
bersangkutan.

4
5. Solichin Abdul Wahab (1997), Implementasi ialah berbagai tindakan
yang dilakukan oleh individu, pejabat, kelompok pemerintah, atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang sudah
digasikan dalam keputusan kebijakan.
6. Nurdin Usman (2002), Implementasi Ialah Suatu perkara yang
berujung pada aksi tindakan sebab adanya mekanisme dalam suatu
sistem. Tidak hanya suatu kegiatan monoton akan tetapi suatu kegiatan
terencana dengan sangat baik guna mencapai sebuah cita-cita atau
tujuan tertentu.
Etika dikategorikan sebagai filsafat moral atau etika normatif.
Etika adalah suatu perilaku normatif. Etika normatif mengajarkan segala
sesuatu yang sebenarnya benar menurut hukum dan moralitas. Etika
mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah dan sesuatu yang benar
adalah benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan
sebaliknya sesuatu yang salah tidak dapat dikatakan benar. Benar dan
salah tidak dapat dicampur adukkan demi kepentingan seseorang atau
kelompok. Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi
berstandar moral, dan memberikan ketepatan nasehat tentang bagaimana
bertindak bermoral pada situasi tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Peran Negara?
2. Apa pengertian dari Institusi Hisbah?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan Kontrol Masyarakat?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Ketaqwaan Individu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana yang dimaksud dengan Peran Negara.
2. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Institusi Hisbah.
3. Untuk mengetahui Bagaimana yang dimaksud dengan Kontrol
Masyarakat.
4. Untuk mengetahui Bagaimana yang dimaksud dengan Ketaqwaan
Individu.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Negara
Setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, 1
sehingga dapat dihindari kondisi kefakiran dan kemiskinan. Etika sebagai
ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam
perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran
agama.
Dalam kehidupan ekonomi, Islam juga menekankan implementasi
amar ma’ruf nahi munkar. Tugas ini, menurut Mustaq Ahmad, hendaknya
dilakukan aparat pemerintah. Rasulullah selalu melakukan pengawasan
dan investigasi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh para pebisnis atau
pelaku usaha. Negara memiliki peranan dalam etika bisnis diantaraya
seperti mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang etika
berbisnis.

B. Institusi hisbah
Hisbah berasal dari bahasa Arab, berakar kata ha-sa-ba yang
mempunyai makna yaitu menaksir, memperhitungkan, mengkalkulasi,
memikirkan, opini, pandangan dan lain-lain. Secara etimologi hisbah
berarti melakukan suatu tugas dengan penuh perhitungan. Sedangkan
secara terminology adalah memerintahkan kebaikan apabila ada yang
meninggalkannya dan melarang kemungkaran apabila ada yang
mengerjakannya.
Hisbah adalah sebuah institusi keagamaan di bawah kendali
pemerintahan yang mengawasi masyarakat agar menjalankan
kewajibannya dengan baik, ketika masyarakat mulai untuk
mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan hal yang salah,
saat masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu.

1
Lihat Pasal 27 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6
Tujuan umumnya adalah untuk menjaga lingkungan masyarakat
dari kerusakan, dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal
keagamaan ataupun tingkah laku sehari-hari sesuai dengan hukum Allah
SWT.

C. Kontrol Masyarakat
Manusia sebagai khalifah didunia tidak mungkin bersifat
individualistis, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik
Allah SWT semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Karena
etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika
bisnis merupakan ajaran Islam juga dapat digali langsung dari Al-Qur’an
dan Hadis Nabi.
Kontrol masyarakat (social control) adalah suatu mekanisme atau
suatu upaya teknik dan strategi untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap
sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya social control yang
baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku
menyimpang atau membangkang. Islam menekankan adanya moralitas
seperti persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan.
Implementasi nilai-nilai moralitas tersebut dalam bisnis merupakan
tanggung jawab bagi setiap pelaku bisnis. Bagi seorang muslim, nilai-nilai
ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada Allah, bahkan Rasulullah
memerankan dirinya sebagai muhtasib. Beliau menegur langsung transaksi
perdagangan yang tidak mengindahkan nilai-nilai moralitas.
Persyaratan untuk meraih keberkahan usaha pelaku bisnis harus
memperhatikan secara terperinci beberapa prinsip-prinsip etika dalam
Islam, antara lain:
1. Jujur dalam Takaran (Quantity).
2. Menjual Barang yang Baik Mutunya (Quality)
3. Dilarang Menggunakan Sumpah (Al-Qasm)
4. Longgar dan Bermurah Hati (Tasamuh dan Tarahum)

7
5. Membangun Hubungan Baik Antar Kolega
6. Menetapkan Harga dengan Transparan
7. Jangan Menyembunyikan Kecacatan Barang
8. Larangan Riba
9. Dianjurkan Bezakat
10. Mencatat Utang Piutang
Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan hukum
dan keadilan secara konsisten dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip
kebenaran, keadaban dan bermartabat.
a. Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit saja, namun perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan
mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun
berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
b. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi bagi
pengambilan keputusan, kegiatan dan tindak tunduk manusia dalam
berhubungan (bisnis) satu dengan yang lainnya.
c. Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka dalam
persaingan bisnis tersebut orang yang bersaing dengan tetap
memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang semakin profesional
justru akan menang.

D. Ketaqwaan Individu
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang
yang beriman, yaitu orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan
ajaran Allah. Dalam melakukan segala aktivitas terutama dalam bentuk
kegiatan usaha ada etika yang mengatur. Sehingga dalam kegiatan tersebut
dapat menimbulkan keharmonisan dan keselarasan antar sesama. Begitu
juga dalam dunia bisnis tidak lepas dari etika bisnis. Etika bisnis
merupakan aturan yang sangat mengatur tentang aktifitas bisnis.

8
Bertaqwa adalah senantiasa bermuamalah dengan muamalah yang
Islami atau berbisnis secara Islami. Adapun aktifitas dan etika bisnis Islam
adalah sebagai berikut:2
1. Pebisnis harus jujur (shiddiq)
Shiddiq adalah berkata benar. Jujur terhadap diri sendri,
makhluk lain dan sang pencipta. Tanpa kejujuran semua hubungan
termasuk hubungan bisnis tidak akan berjalan lama.
Kejujuran merupakan kualitas dasar kepribadian moral. Tanpa
kejujuran seseorang tidak dapat maju selangkahpun karena ia belum
berani menjadi dirinya sendiri. Orang yang tidak lurus tidak
mengambil dirinya sendiri sebagai titik tolak, tanpa kejujuran
keutamaan moral lainnya kehilangan nilai. Bersikap baik terhadap
orang lain tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Islam mengajarkan
kepada manusia kejujuran merupakan syarat yang paling mendasar
didalam melakukan kegiatan. Rasulullah SAW menganjurkan kepada
umatnya untuk melakukan kejujuran disegala bentuk aktifitas,
selanjutnya seorang pebisnis harus berlaku jujur yang dilandasi
keinginan agar orang mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan
sebagaimana yang ia inginkan dengan cara menjelaskan kelemahan,
kekurangan serta kelebihan barang yang ia ketahui kepada orang atau
mitranya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh orang
lain. 3

2
Halifah, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi Pemasaran Pada Butik
Moshaict Surabaya, Jurnal Kajian Bisnis, Hlm. 21.
Edi Harahap dan Messi, “Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran didalam Kegiatan Madrasah
3

Bebasrama (BOARDING SCHOOL)”, Vol. 1. No. 1. Juli 2017.

9
2. Amanah
Islam mewajibkan pembisnis untuk mempunyai sikap amanah
terhadap dirinya sendiri dan orang lain, Sikap amanah nilai dasarnya
terpercaya dan nilai dalam berbisnisnya ialah adanya kepercayaan,
bertanggung jawab, transparan dan tepat waktu. Kejujuran dan amanah
mempunyai hubungan yang sangat erat, karena jika seseorang telah
dapat berlaku jujur pastilah orang tersebut amanah (terpercaya).4
3. Adil
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak
dalam bisnis merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu
dilakukan agar setiap orang dalam kegiataan bisnis secara internal
maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan
yang simbang antara hak dan kewajiban. Keadilan juga dapat berarti
suatu tindakan yang tidak berat sebelah atau tidak memihak kesalah
satu pihak, memberikan sesuatu kepada orang sesuai dengan hak yang
harus diperolehnya. Bertindak secara adil berarti mengetahui hak dan
kewajiban, mengerti mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur
dan tepat menurut peraturan dan hukum yang telah ditetapkan serta
tidak bertindak sewenang-wenang.
Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis
dan melarang berbuat curang. Kecurangan dalam berbisnis pertanda
kehancuran bisnis tersebut karena kunci keberhasilan bisnis adalah
keadilan.

4
Erly Juliyani, “Etika Bisnis dalam Persepektif Islam”, Vol. 7 No. 1. Maret 2016.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Studi Kasus:
Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang
menemukan makanan yang mengandung Formalin dan rhodamin B dikota
Magelang. Temuan tersebut terjadi saat BPOM melakukan pengujian
tigapuluh satu sampel makanan disalah satu pasar tradisional kota Magelang,
Senin (4/62018). “berdasarkan hasil uji labolatorium,empat dari tigapuluh
satu sampel makanan diketahui mengandung formalin dan rhadomin B,” jelas
staf Layanan Informasi Konsumen BPOM Semarang, Eni Zuniati saat uji lab
dikota Magelang, Senin (4/6/2018). Dia menyebutkan, makanan yang positif
mengandung formalin adalah teri nasi dan cumi asin. Sedangkan makanan
yang mengandung rhedomin B yakni slondok dan rengginang ketela.

B. Analisis Kasus:
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85.
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B antara lain:
1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak
menarik.
2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
4. Baunya tidak alami sesuai makanannya
Biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak
mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya.
Menurut World Health Organitation, Rhodamin B berbahaya bagi
kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya.

11
Jika dikonsumsi berulang-ulang rhodamin B dapat menimbulkan efek
toksik akumulatif yang tidak langsung muncul. Efek toksik baru terlihat
beberapa tahun kemudian. Ini sangat berbahaya, karena sebagian besar
konsumen tidak mengetahui adanya rhodamin B dalam makanan yang
mereka konsumsi. Dan lebih parahnya lagi mereka tidak mengetahui
bahwa tubuh mereka telah dirusak perlahan-lahan oleh zat berbahaya ini.
Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit,
iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, gangguan
hati (liver), dan yang paling serius adalah kanker hati. Belakangan juga
terungkap bahwa bahan pewarna berbahaya ternyata dapat mempengaruhi
fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan
perilaku tersebut meliputi: gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita
autisme.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perekonomian saat ini, pasti sudah tidak asing lagi dengan yang
namanya bisnis. Setiap pelakunya berlomba-lomba membesarkan bisnis
mereka bahkan hingga mancanegara. Didalam berbisnis, sudah pasti
terdapat aturan dan norma-norma yang berlaku. Untuk itulah ada sebuah
kata yang menyebutkan bahwa setiap pelaku bisnis harus mempunyai
etika. Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat.
Etika dalam Islam merupakan buah dari keimanan, keislaman, dan
ketaqwaan yang didasarkan pada keyakinan yang kuat pada kebenaran
Allah SWT. Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek
kehidupan manusia yang menyeluruh, termasuk dalam wacana bisnis.
Bisnis yang Islami harus lahir untuk kepentingan beribadah kepada Allah
SWT dengan niatan akan memenuhi aturan Ilahi. Islam memandang bisnis
dalam operasionalnya terbagi menjadi dua area, yaitu pertama pada yaitu
prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh Al-Quran dan Sunnah dan
konsep ini tidak akan berubah sampai kapanpun, sedangkan yang kedua
pada area perkembangan ilmu pengetahuan.

B. Saran
Pemakalah berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
seluruh Mahasiswa/i khususnya para pembaca dan dapat menambah ilmu
pengetahuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Halifah. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi Pemasaran


Pada Butik Moshaict Surabaya. Jurnal Kajian Bisnis.
Harahap Edi dan Messi. “Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran didalam Kegiatan
Madrasah Bebasrama (BOARDING SCHOOL)”. Vol. 1. No. 1. Juli 2017.
Juliyani Erly. “Etika Bisnis dalam Persepektif Islam”. Vol. 7 No. 1. Maret 2016.
UUD Negara Republik Indonesia Pasal 27 ayat (2) Tahun 1945.

14

Anda mungkin juga menyukai