Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

A. DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau
reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
( Judha, dkk, 2015).

B. ETIOLOGI
1. Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2. Alergi
3. Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok

C. TANDA DAN GEJALA


a. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Terdapat hubungan
erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa (FEV).
b. Keturunan
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak
pada emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-
antitripsin.
c. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga
gejala-gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernafasan
atas pada seseorang penderita bronchitis kronis hampir selalu
d. Hipotesis Elastase-Antielastase
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan antielastase agar tidak tejadi kerusakan pada jaringan.
Perubahan keseimbangan antara keduanya akan menimbulkan
kerusakan pada jaringan elastis paru. Struktur paru akan berubah dan
terjadilah emfisema.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Jackson (2014):
a. Asma Penyakit jalan nafas obstruktif intermien, reversible dimana trakea dan
bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Brunner and
Suddarth 2010).
b. Bronkhitis kronis
Bronkhitis Kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal 3 bulan secara
berturut-turut dalam kurun waktu sekurang-kurangnya selama 2 tahun. Bronkhitis Kronis
adalah batuk yang hampir terjadi setiap hari dengan disertai dahak selama tiga bulan
dalam setahun dan terjadi minimal selama dua tahun berturut-turut (GOLD, 2010).
c. Emfisema
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar (Andini,
2015).
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2011,
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
1. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri : Normal.
2. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%.
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.
Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
4. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas ketika berjalan dan berpakaian. Eksaserbasi lebih
sering terjadi Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50% .
5. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai komplikasi
korpulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri : FEV1/FVC < 70%; FEV1 <
30% atau < 50%

E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat tejadi pada PPOK adalah:
a. Gagal nafas
Gagal nafas kronis dapat diatasi dengan menjaga keseimbangan PO2 dan PCO2,
bronkodilator adekuat, terapi oksigen yang adekuat terutama waktu aktivitas atau waktu
tidur, antioksidan, latihan pernapasan dengan pursed lips breathing.
b. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa
sianosis, sputum bertambah dan purulen, demam, kesadaran menurun.
c. Infeksi berulang Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang. Pada kondisi
kronis ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit
darah.
d. Kor pulmonal Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat disertai
gagal jantung kanan.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Kronis Obstruksi Kronik adalah
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilatori (β-agonis dan antiklolinergik) bermanfaat pada 20-40% kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien
dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar
1,5 L
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik yang
singnifikan pada pasien dengan penyakit sedang–berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan meningkatkan
elastic recoil sehingga mempertahankan potensijalan nafas.

H. ASESMEN KEPERAWATAN
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
b. Kronologis keluhan (mendadak/bertahap), faktor pencetusnya, lama terjadinya keluhan, &
upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Riwayat Psikososial → Mekanisme koping yang digunakan
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
7. Kebiasaan Sehari-hari
8. Pemeriksaan Fisik

I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Gangguan pola tidur

Anda mungkin juga menyukai