KPAI - Hasil Survey Pengasuhan Pada Orang Tua Tunggal, Berkonflik, Dan Bercerai PUBLIK
KPAI - Hasil Survey Pengasuhan Pada Orang Tua Tunggal, Berkonflik, Dan Bercerai PUBLIK
(KPAI)
• Setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan dari orang tuanya, dalam keadaan apapun kondisi orang
tua.
• Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri
• Pasal 14 Undang-Undang PA Ayat 2 menyebutkan:
• Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anak tetap berhak:
a. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua Orang Tuanya;
b. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh
kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
c. memperoleh pembiayaan hidup dari kedua Orang Tuanya; dan
d. memperoleh Hak Anak lainnya.”
• Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan hak anak, menumbuhkembangkannya,
dan menjadi pelindung yang utama.
• Tingginya perceraian yang mencapai 3% per tahun (Bappenas) serta perubahan struktur keluarga dan
beragam kondisinya menjadikan kompleksitas pemenuhan hak anak dengan keragaman kondisi
keluarga.
FAKTA KASUS PENGASUHAN DI KPAI
6,63% 2,72%
136; 11%
13,87%
2273
76,48%
1043; 86%
LULUS D4/S1
37,2%
31 - 40 tahun 43,0% SEDERAJAT
LULUS SLTA
SEDERAJAT
31,4%
21 - 30 tahun 29,1%
LULUS D1 - D3
SEDERAJAT
12,8%
41 - 50 tahun 26,7%
LULUS SLTP
SEDERAJAT
5,8%
Lebih dari 50 tahun 1,2%
LULUS SD/MI 5,8%
LULUS S2 - S3
Latar Belakang Penghasilan Keluarga Perbulan SEDERAJAT
5,8%
32,6%
26,7%
24,4%
12,8%
3,5%
Sangat Kurang Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Kondisi psikologis orang tua tunggal mayoritas sudah baik, dengan prosentase 32,6% menjawab baik. Sebagian kecil yang menjawab sangat buruk
dengan hasil 3,5%.
PENERIMAAN ORANG TUA DAN KELUARGA BESAR
Penerimaan Ayah terhadap anak
48,9%
30,2%
20,9%
Ayah biologis mengakui anak secara biologis dan legal sebanyak 48,9%
Dari pihak pasangan Orang tua tunggal mayoritas mengakui dan menerima anak. Namun tidak dipungkiri masih ada yang tidak
mengakui anak dari pihak keluarga besar pasangan dan keluarga pasangan dari pihak ayah biologis.
HAK IDENTITAS UNTUK ANAK (n=86)
HAK IDENTITAS
36,0%
64,0%
Kendala yang dialami oleh orang tua tunggal untuk hak identitas anak masih berusaha mendapatkan pengakuan dari ayah
biologis. Dan masih banyak juga orang tua tunggal yang tidak mengetahui keberadaan ayah sehingga hak identitas anak
belum terpenuhi.
Hal tersebut menyebabkan, Akta anak dari orang tua tunggal mayoritas Akta atas nama seorang Ibu dengan hasil survey
sebesar 51,1%.
IZIN BERTEMU DAN LAMA WAKTU BERTEMU (n=86)
38,0%
IZIN BERTEMU
24,0%
34,9%
18,0%
14,0% 65,1%
6,0%
TIDAK YA
Sangat Jarang (lebih Jarang (1 tahun sekali) Kadang kadang (1 – 6 Sering (1 kali / min ggu) Sering sekali (setiap
dari 1 tahun sekali) bulan sekali) waktu)
Izin bertemu dengan anak menjadi masalah yang cukup rumit, sehingga anak merasa kesulitan bertemu hal tersebut terbukti dari 38% sangat jarang
bertemu dengan anak.
Alasan orang tua tunggal tidak memperbolehkan ayah biologis untuk bertemu dengan anak adalah ketidakmauan mengetahui siapa ayah
biologisnya. Selain itu, tidak mau ayah biologis mencampuri pola asuh dan tidak memberikan nafkah kepada anak
AKSES BERKOMUNIKASI (n=86)
AKSES BERKOMUNIKASI
29,6%
24,1% 34,9%
20,4% 20,4%
65,1%
5,5% TIDAK YA
Sangat Jarang Jarang (1 tahun Kadang kadang Sering (1 kali / Sering sekali
(lebih dari 1 sekali) (1 – 6 bulan minggu) (setiap waktu)
tahun sekali) sekali)
Orang tua tunggal tidak memberikan akses berkomunikasi anak dengan Ayah Biologis dikarenakan ayah biologis mayoritas tidak memberikan hak nafkah dan
tidak menginginkan Ayah Biologis mencampuri pola asuh anak sehingga akses bertemu dengan anak menjadi sangat jarang.
HAK NAFKAH ANAK (n=86)
27,9%
28,6%
10,7% 72,1%
Hak nafkah untuk anak dengan orang tua tunggal hanya sebesar 27,9% dengan nominal nafkah kurang dari 1.000.000 dengan persentase sebanyak 57,1%. Hal tersebut
disebabkan ayah biologis tidak bekerja dan dianggap mampu untuk menafkahi anak. Ada beberapa narasumber yang menyampaikan bahwa dianggap bersalah dan harus
bertanggung jawab.
Mayoritas anak dengan orang tua tunggal tidak mendapatkan hak nafkah dengan persentase sebesar 72,1%.
PERAN ORANG TUA TUNGGAL DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Cukup
Peran Orang tua tunggal Kurang Baik Baik Sangat Baik Total
Baik
Peran orang tua tunggal Peran orang tua tunggal dalam tumbuh
dalam waktu bermain, anak
berani berpendapat 3,5% 14,0% 36,0% 46,5% 100% kembang anak selalu berusaha memberikan
yang terbaik untuk anak. Terlihat dari tabel
bahwa mayoritas peran orang tua memberikan
Peran orang tua tunggal peran yang baik dan sangat baik pada tumbuh
dalam Kesehatan anak 5,8% 5,8% 29,1% 59,3% 100% kembang anak
Peran orang tua tunggal
dalam lingkungan sosial
anak 3,5% 13,9% 38,4% 44,2% 100%
Fisik anak sehat dan bugar Kondisi anak yang mempunyai orang tua tunggal
0,0% 4,7% 40,7% 54,6% 86 dalam keadaan cukup baik. Kondisi fisik ini
berhubungan dengan peran orang tua, dukungan dari
keluarga besar dan juga kondisi psikologis orang tua
Anak gembira, ceria 86 tunggal. Terdapat beberapa aspek negative pada
5,8% 11,6% 37,2% 45,4%
kondisi psikologis anak menurut penuturan orang
tua tunggal adalah kondisi emosi yang tidak stabil,
Anak memiliki teman
2,3% 12,8% 38,4% 46,5% 86 dan anak memiliki rasa tidak percaya diri.
Anak memiliki semangat
belajar 3,5% 10,5% 33,7% 52,3% 86
Anak memanfaatkan
gadget dengan baik 5,8% 20,9% 41,9% 31,4% 86
HARAPAN ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP AYAH BIOLOGIS (n=86) & ANAK
Ayah biologis
berkontribusi Anak
terhadap mendapatkan
pengasuhan pendampinga
dan tumbuh n psikologis
Keluarga kembang anak Anak
Ayah biologis Anak tumbuh mengetahui
ayahnya mau
bersedia kembang identitas ayah
membantu
memenuhi hak dengan baik biologis ketika
ekonomi buat
nafkah anak dewasa
anak
Harapan
Harapan orang tua
orang tua tunggal
tunggal Anak tidak terhadap anak Anak mengetahui
Cukup jangan terhadap meniru identitas ayah
mengulangi Ayah biologis Ayah biologis biologis sejak dini
bertanggung jawab
perilaku buruk
perbuatan yang terhadap orang tua
sama terhadap pendidikan anak
wanita lain
Anak tidak
mencari Anak terhindar
Ayah biologis dari stigma
informasi negatif di
tidak perlu Ayah biologis ayah masyarakat
ikut campur mau mengakui biologisnya
lagi masalah anak
anak
KESIMPULAN
1. Penyebab terbesar menjadi orang tua tunggal mayoritas karena hamil di luar nikah, selain itu ada pula
yang menjadi korban KDRT, dan korban perselingkuhan.
2. Hak identitas dari anak dengan orang tua tunggal belum terpenuhi dikarenakan tidak mengetahui
alamat Ayah Biologis, tidak ada KK dan Akte Kelahiran, dan tidak ada biaya untuk mengurus. Jika ada
Akte Anak itu mayoritas atas nama Ibu Kandung
3. Untuk izin bertemu antara anak dengan Ayah Biologis mayoritas sangat jarang atau lebih dari 1 tahun
tidak bertemu. Ibu kandung juga mempunyai kekhawatiran Ayah Biologis akan mencampuri pola asuh
dan Ayah Biologis tidak memberikan hak nafkah anak.
4. Akses berkomunikasi juga menjadi bagian yang kurang baik untuk anak orang tua tunggal tidak
memperbolehkan Ayah Biologis berkomunikasi dengan anak. Hal tersebut terjadi karena ayah biologis
tidak memberikan hak nafkah dan di khawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi akan tumbuh
kembang anak.
5. Mayoritas orang tua tunggal tidak mendapatkan hak nafkah hal. Hal tersebut dikarenakan ayah biologis
sudah tidak mau tahu, tidak bekerja, dan Ibu kandung dirasa mampu menafkahi anak sendirian.
6. Tumbuh kembang positif anak dipengaruhi oleh peran orang tua yang baik. Namun hal tersebut tidak
serta membuat mental anak menjadi kuat dan lebih baik, anak cenderung memiliki emosi yang tidak
stabil, anak senang mengurung diri, dan anak tidak percaya diri.
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
(KPAI)
Perempuan
90,16% Dominasi responden adalah perempuan
dengan presentase lebih dari 90%
PROFIL RESPONDEN
PENGHASILAN
JUMLAH ANAK
Lebih dari Rp. 10.000.000,- 6,56%
3 anak
19,67%
Lebih dari Rp. 5.000.000,- sampai dengan
19,67%
Rp. 10.000.000,- 4 anak
6,56%
Lebih dari Rp. 3.000.000,- sampai dengan 2 anak
Rp. 5.000.000,- 18,03% 31,15%
1 anak
Kurang dari Rp. 1.000.000,- 13,11%
42,62%
USIA PERKAWINAN
Status Perkawinan Saat Ini
Lebih dari 15
tahun
13%
Lebih dari 10-15
tahun Berpisah tetapi belum bercerai
31%
55,74%
0 – 2 tahun
17%
Lebih dari 5 – 10
tahun
31%
Lebih dari 2 – 5
Sedang berkonflik 13,11%
tahun
8%
Baik
Lebih dari 5 tahun 18,18% 18%
Mereka yang sudah berpisah cenderung memiliki waktu Kondisi psikologis orang tua yang berkonflik cenderung cukup
perpisahan yang bervariasi dan didominasi oleh yang sudah baik, namun tidak sedikit juga mereka yang memiliki kondisi
berpisah 6 bulan hingga 2 tahun psikologis kurang baik
SUMBER KONFLIK
Lainnya 4,52%
Penyebab sebagian besar orang tua berkonflik adalah perselisihan terus menerus, masalah pihak ketiga, dan meninggalkan salah satu pihak
PROSES HUKUM
Ya 25,76%
24,24%
49%
Lama Proses Hukum
Tidak 9,09%
51%
3,03%
Lebih dari 3
s/d 6 bulan Lebih dari 1
27% tahun
27% Perceraia n Kuasa asuh Hak nafkah Akses Harta
anak anak bertemu gono-gini
anak
Sangat
Sangat baik
Kurang Baik
34% Cukup baik Baik 20%
20% 25%
Kurang baik
26%
Cukup baik
Baik 18%
34%
Pada orang tua berkonflik, hubungan dengan keluarga besar sendiri dan keluarga besar pasangan memiliki hubungan terbaik, mereka
cenderung memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar sendiri, namun tidak dengan keluarga besar pasangan
Dukungan Sosial, Psikologis, dan Ekonomi
Begitu juga dengan dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi, orang tua berkonflik cenderung memiliki dukungan sosial, psikologis,
dan ekonomi yang baik dari keluarga besar sendiri, namun tidak dengan keluarga besar pasangan
Upaya Sebelum Menggugat Perceraian
20,00%
16,17%
14,37% 13,77% Psikolog Pribadi 23,38%
15,00%
10,78%
9,58%
10,00% 7,19% Penyuluh Agama 6,49%
5,99%
5,00%
KUA 3,90%
0,00%
ya
g
an
r
si
ga
ng
n
sa
in
na
ia
ti
n
ng
su
be
el
ed
in
ya
ke
ng
ns
sa
6,49%
La
la
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
M
a
k
pa
rg
la
Ko
ha
ga
a
ra
r
u
pi
ba
sa
el
ca
m
be
k
se
ua
le
an
ga
nt
i
as
u
tu
2,60%
ar
ka
ba
Puspaga
ik
an
lu
ng
un
ta
b
ke
ja
in
m
ta
en
n
em
o
in
ua
rk
M
em
M
nt
Be
ba
BP4 6,49%
ta
in
em
M
Upaya yang dilakukan oleh orang tua yang berkonflik cenderung mengedepankan kekeluargaan, hanya sedikit dari mereka yang
menjangkau Lembaga layanan yang didominasi oleh tokoh agama/masyarakat dan psikolog pribadi
Posisi dengan Anak
Tidak
Ya
11%
82%
Anak Tinggal dengan Responden
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Lebih dari
3 – 6 bulan
14%
Dengan
pasangan
43% Dengan
keluarga
besar
pasangan
57%
1 – 3 bulan
86%
Anak yang tidak tinggal dengan responden lebih banyak tinggal Bersama keluarga
besar pasangan, mereka Sebagian besar sudah terpisah sekitar 1-3 bulan
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Ya
43%
Tidak
57%
Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses bertemu
dengan anak karena pasangan takut anak tersebut dibawa oleh respoden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Ya
29%
Tidak
71%
Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses berkomunikasi dengan
anak karena pasangan tidak mau menerima telfon dan juga anak tidak memegang gawai
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Tidak
43%
Ya
57%
Walaupun responden tidak tinggal dengan anak, Sebagian besar responden tetap memberikan nafkah
ke anak dengan nominal yang cenderung tidak pasti
Peran Orang Tua
Sangat
Peran Orang Tua Sangat baik Baik Cukup baik Kurang Baik
kurang baik
Peran Saya dalam Hak Sipil Anak 45,90% 45,90% 8,20% 0,00% 0,00%
Peran Saya dalam Kesehatan Anak 59,02% 34,43% 4,92% 1,64% 0,00%
Peran Saya dalam Waktu Luang Anak 55,74% 34,43% 8,20% 1,64% 0,00%
Peran Saya dalam Pendidikan Anak 65,57% 29,51% 3,28% 1,64% 0,00%
Peran Saya dalam Keagamaan Anak 65,57% 32,79% 1,64% 0,00% 0,00%
Peran Saya dalam Penggunaan Gawai Anak 42,62% 45,90% 11,48% 0,00% 0,00%
Sebagian besar peran responden sebagai orang tua yang berkonflik terhadap seluruh hak anak sangat baik
Kondisi Anak
Sangat
Sangat Cukup Kurang
Kondisi Anak Setuju kurang
setuju setuju setuju
setuju
Sebagian besar kondisi anak dalam berbagai aspek juga sangat baik walaupun memiliki orang tua
yang sedang berkonflik atau berproses cerai
Kondisi Psikologis Anak
0 5 10 15 20 25
Sebagian besar anak terpengaruh kondisi psikologisnya karena memiliki orang tua yang berkonflik/berproses
cerai, masalah emosi anak yang tidak stabil menjadi masalah tertinggi dalam kasus ini
Harapan terhadap Pasangan
HARAPAN ORANG TUA BERKONFLIK TERHADAP HAK HAK ANAKNYA
Sama-sama bertanggung jawab terhadap pengasuhan dan pemenuhan hak anak 14%
Anak tetap dapat memiliki kasih sayang kedua orang tua 11%
Saling menghormati dengan mantan pasangan, keluarga besar, dan keluarga baru 6%
Kewajiban konseling bagi orang tua yang ingin berpisah terkait perpisahannya… 6%
Instansi tempat bekerja dapat memotong gaji untuk hak nafkah anak 5%
Lainnya 1%
Harapan terhadap Negara
Ada aturan yang mengatur pemenuhan hak anak pada orang tua 20%
berkonflik
Sanksi bagi orang tua yang mengabaikan hak anak pasca bercerai 18%
Para pihak mendapatkan bantuan hukum secara gratis bagi yang 17%
membutuhkan
Lainnya 1%
KESIMPULAN
1. Penyebab terbesar orang tua yang sedang berkonflik karena adanya perselisihan terus menerus dan adanya
masalah pihak ketiga.
2. Dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi dari keluarga besar yang baik membuat sebagian besar orang tua
berkonflik juga memiliki kondisi psikologis yang baik, walaupun tidak didukung dengan dukungan sosial,
psikologis, dan ekonomi yang baik pula dari keluarga besar pasangan.
3. Orang tua berkonflik yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan akses bertemu dan
berkomunikasi anak kepada pasangan walaupun pasangan mereka cenderung tidak memberikan nafkah
kepada anak.
4. Sebaliknya, orang tua berkonflik yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak diberikan akses bertemu
dan berkomunikasi walaupun mereka sudah memberikan nafkah kepada anak.
5. Kondisi psikologis orang tua yang baik juga cenderung memberikan efek terhadap peran pengasuhan orang
tua yang juga baik dalam berbagai hal (pendidikan, kesehatan, keagamaan, waktu luang, dll)
6. Peran pengasuhan orang tua yang baik ternyata tidak selalu membuat kondisi anak menjadi baik pula karena
masih banyak anak mereka yang memiliki masalah psikologis seperti emosi yang tidak stabil, kepercayaan diri
yang kurang, dan mereka yang membenci orangtuanya.
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
(KPAI)
1 anak
Belum/tidak memiliki penghasilan 6,2% 50,72%
20,1%
Putusan secara
Verstek
15,3% (hanyaPemohon/Pen
ggugat yang hadir)
Putusan sudah 30%
memiliki kekuatan
hukum tetap atau
inkracht
68%
Putusan secara
2,9% Verzet (Bapak/Ibu
melakukan
perlawanan atas
verstek)
2%
Sangat kurang Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
baik
Kondisi psikologis orang tua yang bercerai cenderung cukup baik, Sebagian besar status hukum orang tua yang bercerai
namun tidak sedikit juga mereka yang memiliki kondisi psikologis putusannya sudah inkracht
kurang baik
Bantuan Hukum
Ya
33%
Pos Bantuan Hukum (Posbakum) 14,9%
Sebagia besar orang tua yang telah bercerai tidak mendapatkan bantuan hukum di pengadilan, sisanya mereka
yang mendapatkan bantuan hukum lebih banyak menggunakan pendamping hukum pribadi/berbayar
Penyebab Perceraian
Penyebab Perceraian
Berbeda prinsip 8%
Masalah komunikasi 8%
Keluarga besar 5%
Lainnya 5%
3 penyebab teratas perceraian adalah masalah pihak ketiga, perselisihan terus menerus, dan masalah ekonomi. Sebagian besar
responden merupakan penggugat dalam kasus ini
Bunyi Putusan Pengadilan
15,5% 16,8%
Hak asuh anak
dibagi pada
ayah ataupun Hak asuh anak
Hak asuh anak
ibu (untuk dengan
jatuh pada
anak yang ayah pengasuhan
2,0% lebih dari 1) 2% bersama
2% 6%
Harta Gono-Gini Nafkah Anak Hak Asuh Anak Cerai
Bunyi putusan tertinggi merupakan tentang perceraian, bunyi putusan mengenai hak asuh anak dan nafkah anak tidak menjadi isu utama.
Pada bunyi putusan terkait hak asuh anak, lebih banyak jatuh pada ibu selanjutnya diikuti oleh tidak ada putusan hak asuh anak
Dukungan Sosial, Psikologis, dan Ekonomi
Dukungan Sosial, Psikologis, Ekonomi Dari Dukungan Sosial Dan Psikologis Dari
Keluarga Besar Selama Keluarga Besar Pasangan Selama
Berkonflik/Berproses Cerai Berkonflik/Berproses Cerai
Pada orang tua bercerai, dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi dari keluarga besar sendiri dan keluarga besar pasangan memiliki
hubungan terbaik, mereka cenderung memiliki dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi yang baik dari keluarga besar sendiri, namun
tidak dari keluarga besar pasangan
Hubungan dengan Keluarga Besar Mantan Pasangan
Silaturahim
masih terjalin
14%
Tidak akrab Tidak kenal atau tidak
12% mengetahui keberadaan
keluarga pasangan
1%
Secukupnya sesuai
kebutuhan
34%
Putus hubungan
39%
Lembaga
Konsultasi
Kesejahteraan
Puspaga Keluarga
30,0% 2%
26,0% 1% Penyuluh
25,0% Agama
20,5% BP4
9%
20,0% 7%
16,8%
13,3%
15,0%
Tokoh KUA
9,8%
10,0%
Agama/Tokoh 12%
6,1% Masyarakat
4,5%
5,0% 2,8% 52%
Psikolog
0,0% Pribadi
r…
17%
n
ng
a
ga
g
si
sa
sa
ny
in
na
ia
ti
su
el
be
be
ed
in
ya
ke
ng
ns
La
M
la
ga
ga
Ko
la
ha
ar
ar
ga
a
pi
lu
lu
ba
ar
ke
ke
n
ec
m
ua
le
is
an
n
ua
nt
as
u
u
ka
ba
nt
nt
ik
ng
ba
ba
un
ta
ja
in
om
ta
ta
en
em
in
in
rk
M
em
em
M
Be
M
Praktek Pemenuhan Hak dan Kondisi yang Tidak Memiliki Putusan Hak Nafkah
Diberikan
jika diminta,
tetapi tidak
sesuai bunyi Tidak pernah
putusan diberikan
13,33% 40,89%
Diberikan
jika
diminta
0,89%
Diberikan
sesuai bunyi
putusan
Diberikan 20,00%
sesekali
16,00%
Diberikan
sesekali, tetapi
tidak sesuai
bunyi putusan
8,89%
Pada perceraian yang memiliki putusan hak nafkah, praktek putusan tersebut tidak berjalan dengan seharusnya, sedangkan untuk putusan
yang tidak menyertakan hak nafkah memiliki dampak sebagian besar pada kebutuhan anak yang tidak terpenuhi
Praktek Pemenuhan Hak Asuh dan Akses Berkomunikasi
Kondisi setelah Perceraian yang Tidak memiliki Kondisi setelah Perceraian yang Tidak memiliki
Putusan Hak Asuh Putusan Akses Bertemu/berkomunikasi
0 10 20 30 40 50 60
Posisi Tinggal Dengan Anak
Pengasuhan bersama (1
Tidak anak diasuh bersama
kedua orangtua dengan
11%
Ya berbagi waktu tinggal
83% anak secara bergantian)
1%
Anak Tinggal dengan Responden
Tidak
18%
Ya
82%
Tidak
15%
Ya
85%
Pasangan Memberikan
Nafkah
Ya
36%
Tidak
64%
Lebih dari 3 –
6 bulan
4%
Dengan
keluarga Lebih dari 2
besar tahun
pasangan 57%
26% Lebih dari 6 –
12 bulan
17%
Dengan
keluarga
besar saya
Dengan 1 – 3 bulan
4% 9%
pasangan Lebih dari 12
70% bulan – 2
tahun
13%
Anak yang tidak tinggal dengan responden lebih banyak tinggal dengan mantan
pasangan mereka, sebagian besar sudah terpisah lebih dari 2 tahun
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Ya
48%
Tidak
52%
Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses bertemu
dengan anak karena pasangan takut anak tersebut dibawa oleh respoden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Ya
48%
Tidak
52%
Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses berkomunikasi dengan
anak karena pasangan tidak mau menerima telfon dari responden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Tidak
39%
Ya
61%
Walaupun responden tidak tinggal dengan anak, Sebagian besar responden tetap memberikan nafkah
ke anak dengan nominal yang cenderung tidak pasti
Peran Orang Tua
Peran Saya dalam Hak Sipil Anak 52,15% 34,93% 10,05% 0,96% 1,91%
Peran Saya dalam Kesehatan Anak 62,68% 29,19% 5,26% 1,91% 0,96%
Peran Saya dalam Waktu Luang Anak 52,15% 37,80% 8,13% 0,96% 0,96%
Peran Saya dalam Pendidikan Anak 68,42% 26,32% 3,83% 0,48% 0,96%
Peran Saya dalam Keagamaan Anak 68,42% 26,79% 3,83% 0,00% 0,96%
Peran Saya dalam Penggunaan Gawai Anak 50,72% 34,45% 11,96% 1,91% 0,96%
Sebagian besar peran responden sebagai orang tua yang bercerai terhadap seluruh hak anak sangat baik
Kondisi Anak
Sebagian besar kondisi anak dalam berbagai aspek juga sangat baik walaupun memiliki orang tua
yang sedang berkonflik atau berproses cerai
Kondisi Psikologis Anak
0 20 40 60 80 100 120
Harapan terhadap Pasangan
Harapan Terhadap Pasangan Atas Pengasuhan Anak pada Orang Tua Bercerai
Sama-sama bertanggung jawab terhadap pengasuhan dan pemenuhan hak anak 11%
Anak tetap dapat memiliki kasih sayang kedua orang tua 10%
Orang tua dapat menahan diri dan megutamakan kepentingan terbaik bagi anak 10%
Saling menghormati dengan mantan pasangan, keluarga besar, dan keluarga baru 7%
Instansi tempat bekerja dapat memotong gaji untuk hak nafkah anak 5%
Kewajiban konseling bagi orang tua yang ingin berpisah terkait perpisahannya dan
pengasuhan anak 5%
Lainnya 3%
Harapan terhadap Negara
Harapan Terhadap Negara Atas Pengasuhan Anak pada Orang Tua Bercerai
Ada lembaga yang memberikan Lainnya Sanksi bagi orang tua yang
konseling sebelum perceraian 1,40% mengabaikan hak anak pasca
11,08% bercerai
20,13%