Anda di halaman 1dari 70

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA

(KPAI)

Advokasi Hasil Pengawasan Penyelenggaraan


Perlindungan Anak: Pemenuhan Hak Anak Pada
Pengasuhan Orang Tua Tunggal, Orang Tua Berkonflik,
Dan Orang Tua Bercerai
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
DATA KASUS PERLINDUNGAN ANAK TERKAIT PENGASUHAN

• Setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan dari orang tuanya, dalam keadaan apapun kondisi orang
tua.
• Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri
• Pasal 14 Undang-Undang PA Ayat 2 menyebutkan:
• Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anak tetap berhak:
a. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua Orang Tuanya;
b. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh
kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
c. memperoleh pembiayaan hidup dari kedua Orang Tuanya; dan
d. memperoleh Hak Anak lainnya.”
• Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan hak anak, menumbuhkembangkannya,
dan menjadi pelindung yang utama.
• Tingginya perceraian yang mencapai 3% per tahun (Bappenas) serta perubahan struktur keluarga dan
beragam kondisinya menjadikan kompleksitas pemenuhan hak anak dengan keragaman kondisi
keluarga.
FAKTA KASUS PENGASUHAN DI KPAI

KASUS PENGASUHAN TERDIRI DARI:


• Pemenuhan hak nafkah
• Anak Korban perebutan hak kuasa asuh
• Anak korban pemindahan secara illegal
dalam keluarga
• Anak korban pemindahan secara illegal
dalam keluarga antar negeri
• Pengasuhan bermasalah
• Anak korban pengakuan legalitas orang tua
di luar perkawinan dan atau nikah siri
• Anak korban pelarangan akses bertemu
orang tua
• Anak Korban Pengasuhan
Bermasalah/konflik orang tua/keluarga
FAKTA KASUS PENGASUHAN DI KPAI
SUB KOMISI PEMENUHAN HAK ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA SUB KOM PEMENUHAN HAK ANAK TAHUN 2022 (SEP 2022)
TAHUN 2021
18; 2% 15; 1%

6,63% 2,72%
136; 11%
13,87%

2273

76,48%
1043; 86%

Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Aternatif


Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan Budaya
Pendidik an, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya
Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
Hak Sipil dan Kebebesan
Hak Sipil dan Kebebasan Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
METODOLOGI
Representasi
• Hasil survei terhadap orang tua tunggal, berkonflik, dan bercerai yang tersebar di Indonesia
• Hasil survei ini tidak bisa membuat generalisasi
Jumlah Sampel
Jumlah sampel dalam survei ini adalah
• 86 responden orang tua tunggal yang tersebar di 17 Provinsi (Di luar perkawinan)
• 61 responden orang tua berkonflik yang tersebar di 17 Provinsi
• 205 responden orang tua bercerai yang tersebar di 25 Provinsi
Metode Penarikan Sampel
• Metode penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling

Metode Pengumpulan Data


• Kuesioner disebar melalui Media Sosial (WhatsApp, Instagram, Facebook dll)
• Responden mengisi kuesioner secara online
Quality Control
• Uji coba kuesioner dengan melakukan pre-test, terutama untuk melihat reliabilitas pertanyaan-pertanyaan kuesioner
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
(KPAI)

Hasil Pengisian Data Pengasuhan Anak pada


Orang Tua Tunggal

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
PROFIL RESPONDEN
Usia Orang Tua Latar Belakang Pendidikan Responden Anak

LULUS D4/S1
37,2%
31 - 40 tahun 43,0% SEDERAJAT

LULUS SLTA
SEDERAJAT
31,4%
21 - 30 tahun 29,1%
LULUS D1 - D3
SEDERAJAT
12,8%
41 - 50 tahun 26,7%
LULUS SLTP
SEDERAJAT
5,8%
Lebih dari 50 tahun 1,2%
LULUS SD/MI 5,8%

LULUS S2 - S3
Latar Belakang Penghasilan Keluarga Perbulan SEDERAJAT
5,8%

Rp. 1.000.001,- Rp. 3.000.000,- 32,6% TIDAK LULUS SD 1,2%

Rp. 3.000.001,- Rp. 5.000.000,- 18,6%

Kurang dari Rp. 1.000.000,- 17,4%

Rp. 5.000.001,- Rp. 10.000.000,- 14,0%


Mayoritas orang tua tunggal adalah usia 31 – 40 tahun dengan Pendidikan
Belum/tidak memiliki penghasilan 12,8% sudah menyelesaikan D4/S1.
Penghasilan dari orang tua tunggal kebanyakan 1 – 3 juta, dan masih banyak
Lebih dari Rp. 10.000.000,- 4,7% juga yang belum/ tidak memiliki penghasilan.
KONDISI PSIKOLOGIS ORANG TUA TUNGGAL
Kondisi Psikologis Orang Tua

32,6%

26,7%
24,4%

12,8%

3,5%

Sangat Kurang Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Kondisi psikologis orang tua tunggal mayoritas sudah baik, dengan prosentase 32,6% menjawab baik. Sebagian kecil yang menjawab sangat buruk
dengan hasil 3,5%.
PENERIMAAN ORANG TUA DAN KELUARGA BESAR
Penerimaan Ayah terhadap anak
48,9%

30,2%

20,9%

Mengakui anak secara biologis


dan legal Mengakui anak secara biologis
tetapi tidak secara legal Tidak mengakui anak

Ayah biologis mengakui anak secara biologis dan legal sebanyak 48,9%
Dari pihak pasangan Orang tua tunggal mayoritas mengakui dan menerima anak. Namun tidak dipungkiri masih ada yang tidak
mengakui anak dari pihak keluarga besar pasangan dan keluarga pasangan dari pihak ayah biologis.
HAK IDENTITAS UNTUK ANAK (n=86)
HAK IDENTITAS

36,0%

64,0%

Ada kendala Tidak ada kendala

Kendala yang dialami oleh orang tua tunggal untuk hak identitas anak masih berusaha mendapatkan pengakuan dari ayah
biologis. Dan masih banyak juga orang tua tunggal yang tidak mengetahui keberadaan ayah sehingga hak identitas anak
belum terpenuhi.
Hal tersebut menyebabkan, Akta anak dari orang tua tunggal mayoritas Akta atas nama seorang Ibu dengan hasil survey
sebesar 51,1%.
IZIN BERTEMU DAN LAMA WAKTU BERTEMU (n=86)
38,0%
IZIN BERTEMU

24,0%
34,9%
18,0%
14,0% 65,1%

6,0%

TIDAK YA

Sangat Jarang (lebih Jarang (1 tahun sekali) Kadang kadang (1 – 6 Sering (1 kali / min ggu) Sering sekali (setiap
dari 1 tahun sekali) bulan sekali) waktu)

Izin bertemu dengan anak menjadi masalah yang cukup rumit, sehingga anak merasa kesulitan bertemu hal tersebut terbukti dari 38% sangat jarang
bertemu dengan anak.
Alasan orang tua tunggal tidak memperbolehkan ayah biologis untuk bertemu dengan anak adalah ketidakmauan mengetahui siapa ayah
biologisnya. Selain itu, tidak mau ayah biologis mencampuri pola asuh dan tidak memberikan nafkah kepada anak
AKSES BERKOMUNIKASI (n=86)
AKSES BERKOMUNIKASI

29,6%

24,1% 34,9%

20,4% 20,4%

65,1%

5,5% TIDAK YA

Sangat Jarang Jarang (1 tahun Kadang kadang Sering (1 kali / Sering sekali
(lebih dari 1 sekali) (1 – 6 bulan minggu) (setiap waktu)
tahun sekali) sekali)

Orang tua tunggal tidak memberikan akses berkomunikasi anak dengan Ayah Biologis dikarenakan ayah biologis mayoritas tidak memberikan hak nafkah dan
tidak menginginkan Ayah Biologis mencampuri pola asuh anak sehingga akses bertemu dengan anak menjadi sangat jarang.
HAK NAFKAH ANAK (n=86)

57,1% HAK NAFKAH ANAK

27,9%
28,6%

10,7% 72,1%

KURANG DARI RP. 3,6%


1.000.000,- LEBIH DARI RP.
1.000.000,-
SAMPAI DENGAN
LEBIH DARI RP.
3.000.000,- TIDAK YA
RP. 3.000.000,- SAMPAI DENGAN LEBIH DARI RP.
5.000.000,-
RP. 5.000.000,-
SAMPAI DENGAN
RP. 10.000.000,-

Hak nafkah untuk anak dengan orang tua tunggal hanya sebesar 27,9% dengan nominal nafkah kurang dari 1.000.000 dengan persentase sebanyak 57,1%. Hal tersebut
disebabkan ayah biologis tidak bekerja dan dianggap mampu untuk menafkahi anak. Ada beberapa narasumber yang menyampaikan bahwa dianggap bersalah dan harus
bertanggung jawab.
Mayoritas anak dengan orang tua tunggal tidak mendapatkan hak nafkah dengan persentase sebesar 72,1%.
PERAN ORANG TUA TUNGGAL DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Cukup
Peran Orang tua tunggal Kurang Baik Baik Sangat Baik Total
Baik

Peran orang tua tunggal Peran orang tua tunggal dalam tumbuh
dalam waktu bermain, anak
berani berpendapat 3,5% 14,0% 36,0% 46,5% 100% kembang anak selalu berusaha memberikan
yang terbaik untuk anak. Terlihat dari tabel
bahwa mayoritas peran orang tua memberikan
Peran orang tua tunggal peran yang baik dan sangat baik pada tumbuh
dalam Kesehatan anak 5,8% 5,8% 29,1% 59,3% 100% kembang anak
Peran orang tua tunggal
dalam lingkungan sosial
anak 3,5% 13,9% 38,4% 44,2% 100%

Peran orang tua tunggal


dalam fasilitas Pendidikan 1,2% 8,1% 32,6% 58,1% 100%
anak

Peran orang tua tunggal


dalam fasilitas menjalankan
ibadah agama 0,0% 8,1% 30,3% 61,6% 100%
PERAN ORANG TUA TUNGGAL DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
Kurang Cukup
Kondisi Anak Setuju Sangat Setuju Total
Setuju Setuju

Fisik anak sehat dan bugar Kondisi anak yang mempunyai orang tua tunggal
0,0% 4,7% 40,7% 54,6% 86 dalam keadaan cukup baik. Kondisi fisik ini
berhubungan dengan peran orang tua, dukungan dari
keluarga besar dan juga kondisi psikologis orang tua
Anak gembira, ceria 86 tunggal. Terdapat beberapa aspek negative pada
5,8% 11,6% 37,2% 45,4%
kondisi psikologis anak menurut penuturan orang
tua tunggal adalah kondisi emosi yang tidak stabil,
Anak memiliki teman
2,3% 12,8% 38,4% 46,5% 86 dan anak memiliki rasa tidak percaya diri.
Anak memiliki semangat
belajar 3,5% 10,5% 33,7% 52,3% 86

Anak belajar dan


mempraktekan ajaran
0,0% 8,2% 33,7% 58,1% 86
agama

Anak berperilaku sopan


2,3% 10,5% 31,4% 55,8% 86

Anak memanfaatkan
gadget dengan baik 5,8% 20,9% 41,9% 31,4% 86
HARAPAN ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP AYAH BIOLOGIS (n=86) & ANAK

Ayah biologis
berkontribusi Anak
terhadap mendapatkan
pengasuhan pendampinga
dan tumbuh n psikologis
Keluarga kembang anak Anak
Ayah biologis Anak tumbuh mengetahui
ayahnya mau
bersedia kembang identitas ayah
membantu
memenuhi hak dengan baik biologis ketika
ekonomi buat
nafkah anak dewasa
anak

Harapan
Harapan orang tua
orang tua tunggal
tunggal Anak tidak terhadap anak Anak mengetahui
Cukup jangan terhadap meniru identitas ayah
mengulangi Ayah biologis Ayah biologis biologis sejak dini
bertanggung jawab
perilaku buruk
perbuatan yang terhadap orang tua
sama terhadap pendidikan anak
wanita lain

Anak tidak
mencari Anak terhindar
Ayah biologis dari stigma
informasi negatif di
tidak perlu Ayah biologis ayah masyarakat
ikut campur mau mengakui biologisnya
lagi masalah anak
anak
KESIMPULAN
1. Penyebab terbesar menjadi orang tua tunggal mayoritas karena hamil di luar nikah, selain itu ada pula
yang menjadi korban KDRT, dan korban perselingkuhan.
2. Hak identitas dari anak dengan orang tua tunggal belum terpenuhi dikarenakan tidak mengetahui
alamat Ayah Biologis, tidak ada KK dan Akte Kelahiran, dan tidak ada biaya untuk mengurus. Jika ada
Akte Anak itu mayoritas atas nama Ibu Kandung
3. Untuk izin bertemu antara anak dengan Ayah Biologis mayoritas sangat jarang atau lebih dari 1 tahun
tidak bertemu. Ibu kandung juga mempunyai kekhawatiran Ayah Biologis akan mencampuri pola asuh
dan Ayah Biologis tidak memberikan hak nafkah anak.
4. Akses berkomunikasi juga menjadi bagian yang kurang baik untuk anak orang tua tunggal tidak
memperbolehkan Ayah Biologis berkomunikasi dengan anak. Hal tersebut terjadi karena ayah biologis
tidak memberikan hak nafkah dan di khawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi akan tumbuh
kembang anak.
5. Mayoritas orang tua tunggal tidak mendapatkan hak nafkah hal. Hal tersebut dikarenakan ayah biologis
sudah tidak mau tahu, tidak bekerja, dan Ibu kandung dirasa mampu menafkahi anak sendirian.
6. Tumbuh kembang positif anak dipengaruhi oleh peran orang tua yang baik. Namun hal tersebut tidak
serta membuat mental anak menjadi kuat dan lebih baik, anak cenderung memiliki emosi yang tidak
stabil, anak senang mengurung diri, dan anak tidak percaya diri.
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
(KPAI)

Hasil Pengisian Data Pengasuhan Anak pada


Orang Tua Berkonflik

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
PROFIL RESPONDEN
USIA PENDIDIKAN
41 - 50 Lulus S2 - S3 sederajat 6,56%
tahun
18%
Lulus D4/S1 sederajat 42,62%
Lebih dari
31 - 40 50 tahun
tahun 3% Lulus D1 - D3 sederajat 18,03%
70%
Kurang dari Lulus SLTA sederajat 29,51%
20 tahun
2%
Lulus SLTP sederajat 3,28%
21 - 30
tahun
7% JENIS KELAMIN Responden cenderung lebih banyak yang sudah
menyelesaikan Pendidikan di SLTA dan paling banyak
Responden didominasi usia 31-40 tahun, menyelesaikan di jenjang D4/S1
dan paling sedikit berusia kurang dari 20
tahun
Laki-laki
9,84%

Perempuan
90,16% Dominasi responden adalah perempuan
dengan presentase lebih dari 90%
PROFIL RESPONDEN
PENGHASILAN
JUMLAH ANAK
Lebih dari Rp. 10.000.000,- 6,56%
3 anak
19,67%
Lebih dari Rp. 5.000.000,- sampai dengan
19,67%
Rp. 10.000.000,- 4 anak
6,56%
Lebih dari Rp. 3.000.000,- sampai dengan 2 anak
Rp. 5.000.000,- 18,03% 31,15%

Lebih dari Rp. 1.000.000,- sampai dengan


Rp. 3.000.000,- 27,87%

1 anak
Kurang dari Rp. 1.000.000,- 13,11%
42,62%

Belum/tidak memiliki penghasilan 14,75%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00%


Sebagian besar responden hanya memiliki 1
anak, dan menurun jumlahnya sesuai dengan
Responden didominasi oleh yang memiliki penghasilan diantara 1 – 3 pertambahan jumlah anak
juta, dan masih cukup banyak juga responden yang berpenghasilan
kurang dari 1 juta atau bahkan tidak berpenghasilan
Usia Perkawinan dan Status Perkawinan

USIA PERKAWINAN
Status Perkawinan Saat Ini

Proses Banding (Belum Inkracht) 1,64%

Lebih dari 15
tahun
13%
Lebih dari 10-15
tahun Berpisah tetapi belum bercerai
31%
55,74%
0 – 2 tahun
17%

Proses Bercerai 29,51%

Lebih dari 5 – 10
tahun
31%
Lebih dari 2 – 5
Sedang berkonflik 13,11%
tahun
8%

Orang tua berkonflik lebih banyak dialami


oleh mereka yang memiliki usia pernikahan Status perkawinan mereka saat ini didominasi oleh mereka yang berpisah
cukup lama, terutama siatas 5 tahun namun belum bercerai, Sebagian besarnya sudah mengajukan proses bercerai
Lama Perpisahan dan Kondisi Psikologis

Lama Perpisahan Jika Belum Bercerai KONDISI PSIKOLOGIS RESPONDEN

Baik
Lebih dari 5 tahun 18,18% 18%

29,09% Sangat baik


Lebih dari 2 tahun s/d 5 tahun 10%
Cukup baik
34% Sangat kurang
baik
Lebih dari 6 bulan s/d 2 tahun 34,55% 13%

Kurang dari 6 bulan 18,18% Kurang baik


25%

Mereka yang sudah berpisah cenderung memiliki waktu Kondisi psikologis orang tua yang berkonflik cenderung cukup
perpisahan yang bervariasi dan didominasi oleh yang sudah baik, namun tidak sedikit juga mereka yang memiliki kondisi
berpisah 6 bulan hingga 2 tahun psikologis kurang baik
SUMBER KONFLIK

SUMBER KONFLIK PENYEBAB PERPISAHAN ATAU PROSES CERAI

Lainnya 4,52%

Masalah KDRT 9,68%

Masalah pihak ketiga (perselingkuhan) 16,77%

Meninggalkan salah satu pihak 13,55%

Keluarga besar 3,87%

Masalah perilaku 7,10%

Masalah ekonomi 8,39%

Masalah komunikasi 9,03%

Berbeda prins ip 9,68%

Perselisihan terus menerus/pertengkaran 17,42%

Penyebab sebagian besar orang tua berkonflik adalah perselisihan terus menerus, masalah pihak ketiga, dan meninggalkan salah satu pihak
PROSES HUKUM

Apakah Sedang Berproses Jenis Permohonan atau Gugatan


Hukum Di Pengadilan yang Diajukan
37,88%

Ya 25,76%
24,24%
49%
Lama Proses Hukum
Tidak 9,09%
51%
3,03%
Lebih dari 3
s/d 6 bulan Lebih dari 1
27% tahun
27% Perceraia n Kuasa asuh Hak nafkah Akses Harta
anak anak bertemu gono-gini
anak

Walaupun gugatan utama orang tua berkonflik adalah


1 s/d 3 perceraian, sebagian besar mereka masih mementingkan
bulan kuasa asuh dan hak nafkah anak
46%

Sebagian besar proses hukum yang dijalani orang tua berkonflik


cenderung cepat, didominasi oleh proses hukum yang memiliki
durasi 1 s/d 3 bulan
HUBUNGAN KELUARGA

HUBUNGAN DENGAN KELUARGA HUBUNGAN DENGAN KELUARGA


BESAR BESAR PASANGAN
Kurang baik Sangat baik
12% 11%

Sangat
Sangat baik
Kurang Baik
34% Cukup baik Baik 20%
20% 25%
Kurang baik
26%
Cukup baik
Baik 18%
34%

Pada orang tua berkonflik, hubungan dengan keluarga besar sendiri dan keluarga besar pasangan memiliki hubungan terbaik, mereka
cenderung memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar sendiri, namun tidak dengan keluarga besar pasangan
Dukungan Sosial, Psikologis, dan Ekonomi

Dukungan Sosial, Psikologis, dan Dukungan Sosial, Psikologis, dan


Ekonomi dari Keluarga Besar Ekonomi dari Keluarga Besar Pasangan

27,87% Sangat baik 3,28%


Sangat baik

Baik 34,43% Baik 14,75%

Cukup baik 16,39% Cukup baik 8,20%

Kurang baik 14,75% Kurang baik 21,31%

Sangat kurang baik 6,56% 52,46%


Sangat kurang baik

Begitu juga dengan dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi, orang tua berkonflik cenderung memiliki dukungan sosial, psikologis,
dan ekonomi yang baik dari keluarga besar sendiri, namun tidak dengan keluarga besar pasangan
Upaya Sebelum Menggugat Perceraian

Upaya yang Dilakukan sebelum Lembaga Layanan yang Dituju


Mengajukan Gugatan Peceraian
25,00% 22,16% 50,65%
Tokoh Aga ma/Tokoh Masyarakat

20,00%
16,17%
14,37% 13,77% Psikolog Pribadi 23,38%
15,00%
10,78%
9,58%
10,00% 7,19% Penyuluh Agama 6,49%
5,99%
5,00%

KUA 3,90%
0,00%

ya
g
an
r

si

ga
ng

n
sa

in

na
ia

ti

n
ng
su

be

el
ed

in
ya
ke
ng

ns
sa

6,49%

La
la
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
M
a

k
pa
rg
la

Ko
ha

ga
a
ra

r
u

pi

ba
sa
el
ca

m
be
k
se

ua

le
an

ga

nt
i
as

u
tu

2,60%
ar

ka
ba

Puspaga
ik

an

lu

ng
un

ta
b

ke

ja
in
m

ta

en
n

em
o

in

ua
rk

M
em

M
nt
Be

ba

BP4 6,49%
ta
in
em
M

Upaya yang dilakukan oleh orang tua yang berkonflik cenderung mengedepankan kekeluargaan, hanya sedikit dari mereka yang
menjangkau Lembaga layanan yang didominasi oleh tokoh agama/masyarakat dan psikolog pribadi
Posisi dengan Anak

APAKAH TINGGAL DENGAN ANAK

Berbagi anak untuk


anak yang lebih dari 1
(ada anak dengan
saya, dan ada anak
dengan pasangan)
7%

Tidak
Ya
11%
82%
Anak Tinggal dengan Responden

Memberikan Akses Bertemu Ke Pasangan

Tidak

Ya

Responden yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan


akses bertemu pasangan kepada anaknya dengan frekuensi yang sering
Anak Tinggal dengan Responden

Memberikan Akses Berkomunikasi ke


Pasangan

Tidak

Ya

Responden yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan akses


berkomunikasi pasangan kepada anaknya dengan frekuensi yang sering
Anak Tinggal dengan Responden

Pasangan Memberikan Nafkah

Ya

Tidak

Pasangan yang tidak tinggal dengan anak


cenderung tidak memberikan nafkah
karena tidak mau tahu dan tidak
memberikan alasan
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

Dengan Siapa Anak Tinggal Lama Terpisah Dari Anak

Lebih dari
3 – 6 bulan
14%

Dengan
pasangan
43% Dengan
keluarga
besar
pasangan
57%
1 – 3 bulan
86%

Anak yang tidak tinggal dengan responden lebih banyak tinggal Bersama keluarga
besar pasangan, mereka Sebagian besar sudah terpisah sekitar 1-3 bulan
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

AKSES BERTEMU DENGAN ANAK

Ya
43%

Tidak
57%

Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses bertemu
dengan anak karena pasangan takut anak tersebut dibawa oleh respoden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

AKSES KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Ya
29%

Tidak
71%

Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses berkomunikasi dengan
anak karena pasangan tidak mau menerima telfon dan juga anak tidak memegang gawai
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

Anda Tetap Memberikan Hak Nafkah


Kepada Anak

Tidak
43%

Ya
57%

Walaupun responden tidak tinggal dengan anak, Sebagian besar responden tetap memberikan nafkah
ke anak dengan nominal yang cenderung tidak pasti
Peran Orang Tua

Sangat
Peran Orang Tua Sangat baik Baik Cukup baik Kurang Baik
kurang baik

Peran Saya dalam Hak Sipil Anak 45,90% 45,90% 8,20% 0,00% 0,00%

Peran Saya dalam Kesehatan Anak 59,02% 34,43% 4,92% 1,64% 0,00%

Peran Saya dalam Waktu Luang Anak 55,74% 34,43% 8,20% 1,64% 0,00%

Peran Saya dalam Pendidikan Anak 65,57% 29,51% 3,28% 1,64% 0,00%

Peran Saya dalam Keagamaan Anak 65,57% 32,79% 1,64% 0,00% 0,00%

Peran Saya dalam Penggunaan Gawai Anak 42,62% 45,90% 11,48% 0,00% 0,00%

Sebagian besar peran responden sebagai orang tua yang berkonflik terhadap seluruh hak anak sangat baik
Kondisi Anak

Sangat
Sangat Cukup Kurang
Kondisi Anak Setuju kurang
setuju setuju setuju
setuju

Fisik Anak Baik 57,38% 34,43% 8,20% 0,00% 0,00%


Psikis Anak Baik 44,26% 34,43% 16,39% 1,64% 3,28%
Pertemanan Anak Baik 57,38% 31,15% 3,28% 6,56% 1,64%
Pendidikan Anak Baik 44,26% 39,34% 16,39% 0,00% 0,00%
Keagamaan Anak Baik 50,82% 37,70% 11,48% 0,00% 0,00%
Perilaku Anak Baik 47,54% 45,90% 4,92% 1,64% 0,00%
Pemanfaatan Gawai Anak Baik 34,43% 45,90% 14,75% 4,92% 0,00%

Sebagian besar kondisi anak dalam berbagai aspek juga sangat baik walaupun memiliki orang tua
yang sedang berkonflik atau berproses cerai
Kondisi Psikologis Anak

Kondisi Psikologis Anak

Emosi tidak stabil 25

Tidak ada masalah 19

Anak membenci salah satu orang tua 17

Anak tidak percaya diri 17

Anak kecanduan game online 9

Anak senang mengurung diri 4

0 5 10 15 20 25

Sebagian besar anak terpengaruh kondisi psikologisnya karena memiliki orang tua yang berkonflik/berproses
cerai, masalah emosi anak yang tidak stabil menjadi masalah tertinggi dalam kasus ini
Harapan terhadap Pasangan
HARAPAN ORANG TUA BERKONFLIK TERHADAP HAK HAK ANAKNYA

Sama-sama bertanggung jawab terhadap pengasuhan dan pemenuhan hak anak 14%

Anak tetap dapat memiliki kasih sayang kedua orang tua 11%

Pemberian nafkah anak diluar biaya pendidikan dan kesehatan 11%

Adanya biaya pemberian pendidikan dan kesehatan anak 11%

Adanya komunikasi dengan mantan pasangan terkait pola pengasuhan anak 6%

Adanya kenaikan besaran nafkah tiap tahun 6%

Saling menghormati dengan mantan pasangan, keluarga besar, dan keluarga baru 6%

Akses bertemu dengan anak tidak dibatasi 6%

Akses berkomunikasi dengan anak tidak dibatasi 6%

Kewajiban konseling bagi orang tua yang ingin berpisah terkait perpisahannya… 6%

Silaturahmi tetap terjaga dengan mantan pasangan 5%

Instansi tempat bekerja dapat memotong gaji untuk hak nafkah anak 5%

Merahasiakan status perceraian dengan anak 3%

Pengembaian dokumen anak 2%

Lainnya 1%
Harapan terhadap Negara

HARAPAN ANDA TERHADAP NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK ANAK KORBAN


ORANG TUA BERKONFLIK

Ada aturan yang mengatur pemenuhan hak anak pada orang tua 20%
berkonflik

Sanksi bagi orang tua yang mengabaikan hak anak pasca bercerai 18%

Para pihak mendapatkan bantuan hukum secara gratis bagi yang 17%
membutuhkan

Adanya peradilan khusus keluarga terkait perceraian dan pemenuhan 16%


hak anak

Ada lembaga khusus yang memiliki mandat menyelesaikan sengketa 14%


kasus pengasuahn orang tua berkonflik

Ada lembaga yang memberikan konseling sebelum perceraian 14%

Lainnya 1%
KESIMPULAN

1. Penyebab terbesar orang tua yang sedang berkonflik karena adanya perselisihan terus menerus dan adanya
masalah pihak ketiga.
2. Dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi dari keluarga besar yang baik membuat sebagian besar orang tua
berkonflik juga memiliki kondisi psikologis yang baik, walaupun tidak didukung dengan dukungan sosial,
psikologis, dan ekonomi yang baik pula dari keluarga besar pasangan.
3. Orang tua berkonflik yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan akses bertemu dan
berkomunikasi anak kepada pasangan walaupun pasangan mereka cenderung tidak memberikan nafkah
kepada anak.
4. Sebaliknya, orang tua berkonflik yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak diberikan akses bertemu
dan berkomunikasi walaupun mereka sudah memberikan nafkah kepada anak.
5. Kondisi psikologis orang tua yang baik juga cenderung memberikan efek terhadap peran pengasuhan orang
tua yang juga baik dalam berbagai hal (pendidikan, kesehatan, keagamaan, waktu luang, dll)
6. Peran pengasuhan orang tua yang baik ternyata tidak selalu membuat kondisi anak menjadi baik pula karena
masih banyak anak mereka yang memiliki masalah psikologis seperti emosi yang tidak stabil, kepercayaan diri
yang kurang, dan mereka yang membenci orangtuanya.
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
(KPAI)

Hasil Pengisian Data Pengasuhan Anak pada


Orang Tua Bercerai

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
PROFIL RESPONDEN
Usia Pendidikan
Lebih dari 50 Lulus S2 - S3 sederajat 15,8%
tahun
2,87% Lulus D4/S1 sederajat
41 - 50 tahun 45,0%
29,19%
Lulus D1 - D3 sederajat 16,2%
21 - 30
tahun
Lulus SLTA sederajat 19,6%
14,35%
Lulus SLTP sederajat 2,9%
31 - 40 tahun Lulus SD/MI 0,5%
53,59%
Jenis Kelamin
Responden cenderung lebih banyak yang sudah menyelesaikan
Pendidikan di SLTA dan paling banyak menyelesaikan di jenjang D4/S1
Responden didominasi usia 31-
40 tahun, dan paling sedikit Laki-laki
berusia lebih dari 50 tahun 7,66%
Perempuan
92,34%

Dominasi responden adalah perempuan


dengan presentase lebih dari 90%
PROFIL RESPONDEN
Penghasilan
Jumlah Anak
Lebih dari Rp. 10.000.000,- 10,5%

Lebih dari Rp. 5.000.000,- sampai


dengan Rp. 10.000.000,- 18,7% 4 anak
3 anak
2 anak 2,39%
9,09%
36,36%
Lebih dari 5 anak
Lebih dari Rp. 3.000.000,- sampai 1,44%
dengan Rp. 5.000.000,- 19,6%

Lebih dari Rp. 1.000.000,- sampai


dengan Rp. 3.000.000,- 28,7%

Kurang dari Rp. 1.000.000,- 16,3%

1 anak
Belum/tidak memiliki penghasilan 6,2% 50,72%

Sebagian besar responden hanya memiliki 1


anak, dan menurun jumlahnya sesuai dengan
Responden didominasi oleh yang memiliki penghasilan diantara 1 – 3 pertambahan jumlah anak
juta, dan masih cukup banyak juga responden yang berpenghasilan
kurang dari 1 juta atau bahkan tidak berpenghasilan
Usia Perkawinan dan Usia Perceraian Responden

Usia Perkawinan Usia Perceraian

Lebih dari 10 tahun 7,2%


Lebih dari 10
tahun
28%
Lebih dari 5 – 10 tahun 21,5%
0 – 1 tahun
7%

Lebih dari 5 – 10 Lebih dari 1 – 2 Lebih dari 2 – 5 tahun 41,2%


tahun tahun
25% 11%

Lebih dari 1 – 2 tahun 19,6%


Lebih dari 2 – 5
tahun
29%
0 – 1 tahun 10,5%

Orang tua bercerai lebih banyak dialami oleh


mereka yang memiliki usia pernikahan lebih Usia perceraian responden sebagian besar lebih dari 2 tahun,
dari 2 tahun dengan paling sedikit yang telah bercerai lebih dari 10 tahun
Kondisi Psikologis dan Status Hukum

Kondisi Psikologis Status Hukum Perceraian atas Putusan


Pengadilan
31,6%
30,1%

20,1%
Putusan secara
Verstek
15,3% (hanyaPemohon/Pen
ggugat yang hadir)
Putusan sudah 30%
memiliki kekuatan
hukum tetap atau
inkracht
68%
Putusan secara
2,9% Verzet (Bapak/Ibu
melakukan
perlawanan atas
verstek)
2%
Sangat kurang Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
baik

Kondisi psikologis orang tua yang bercerai cenderung cukup baik, Sebagian besar status hukum orang tua yang bercerai
namun tidak sedikit juga mereka yang memiliki kondisi psikologis putusannya sudah inkracht
kurang baik
Bantuan Hukum

Mendapat Bantuan Hukum Sumber Bantuan Hukum


Atau Menggunakan Advokat Di Pengadilan
Pendamping Hukum
Pribadi/berbayar 63,5%

Ya
33%
Pos Bantuan Hukum (Posbakum) 14,9%

Tidak Pendamping Hukum Probono/gratis


67%
12,1%

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) 9,5%

Sebagia besar orang tua yang telah bercerai tidak mendapatkan bantuan hukum di pengadilan, sisanya mereka
yang mendapatkan bantuan hukum lebih banyak menggunakan pendamping hukum pribadi/berbayar
Penyebab Perceraian
Penyebab Perceraian

Masalah pihak ketiga (perselingkuhan) 19%

Perselisihan terus menerus/pertengkaran 17%

Masalah ekonomi 13%

Masalah kekerasan dalam rumah tangga 10%

Masalah perilaku 10%

Berbeda prinsip 8%

Masalah komunikasi 8%

Keluarga besar 5%

Lainnya 5%

Meninggalkan salah satu pihak 5%

3 penyebab teratas perceraian adalah masalah pihak ketiga, perselisihan terus menerus, dan masalah ekonomi. Sebagian besar
responden merupakan penggugat dalam kasus ini
Bunyi Putusan Pengadilan

Bunyi Putusan Pengadilan Bunyi Putusan terkait Hak Asuh Anak


65,7%

Hak asuh anak


jatuh pada ibu
53%
Tidak ada
putusan hak
asuh anak
37%

15,5% 16,8%
Hak asuh anak
dibagi pada
ayah ataupun Hak asuh anak
Hak asuh anak
ibu (untuk dengan
jatuh pada
anak yang ayah pengasuhan
2,0% lebih dari 1) 2% bersama
2% 6%
Harta Gono-Gini Nafkah Anak Hak Asuh Anak Cerai

Bunyi putusan tertinggi merupakan tentang perceraian, bunyi putusan mengenai hak asuh anak dan nafkah anak tidak menjadi isu utama.
Pada bunyi putusan terkait hak asuh anak, lebih banyak jatuh pada ibu selanjutnya diikuti oleh tidak ada putusan hak asuh anak
Dukungan Sosial, Psikologis, dan Ekonomi
Dukungan Sosial, Psikologis, Ekonomi Dari Dukungan Sosial Dan Psikologis Dari
Keluarga Besar Selama Keluarga Besar Pasangan Selama
Berkonflik/Berproses Cerai Berkonflik/Berproses Cerai

Sangat baik 37,3% Sangat baik 8,1%

Baik 25,8% Baik 6,2%

Cukup baik 24,9% 19,6%


Cukup baik

Kurang baik 8,2% 23,0%


Kurang baik

Sangat kurang baik 3,8% 43,1%


Sangat kurang baik

Pada orang tua bercerai, dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi dari keluarga besar sendiri dan keluarga besar pasangan memiliki
hubungan terbaik, mereka cenderung memiliki dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi yang baik dari keluarga besar sendiri, namun
tidak dari keluarga besar pasangan
Hubungan dengan Keluarga Besar Mantan Pasangan

Hubungan dengan Keluarga Besar Mantan Pasangan


setelah Putusan

Silaturahim
masih terjalin
14%
Tidak akrab Tidak kenal atau tidak
12% mengetahui keberadaan
keluarga pasangan
1%

Secukupnya sesuai
kebutuhan
34%

Putus hubungan
39%

Pada orang tua yang bercerai, lebih


dari 80% responden memiliki
hubungan yang kurang baik dengan
keluarga besar mantan pasangan
Upaya Pencegahan dan Lembaga Layanan Pembantu
Upaya yang Dilakukan sebelum Mengajukan Gugatan
Peceraian
Lembaga Layanan Yang Dituju

Lembaga
Konsultasi
Kesejahteraan
Puspaga Keluarga
30,0% 2%
26,0% 1% Penyuluh
25,0% Agama
20,5% BP4
9%
20,0% 7%
16,8%
13,3%
15,0%
Tokoh KUA
9,8%
10,0%
Agama/Tokoh 12%
6,1% Masyarakat
4,5%
5,0% 2,8% 52%
Psikolog
0,0% Pribadi
r…

17%

n
ng

a
ga

g
si
sa

sa

ny
in

na
ia

ti
su

el
be

be

ed

in
ya
ke
ng

ns

La
M

la
ga

ga

Ko
la

ha
ar

ar

ga
a

pi
lu

lu

ba
ar

ke

ke

n
ec

m
ua

le
is

an

n
ua

nt
as

u
u

ka
ba
nt

nt
ik

ng
ba

ba
un

ta

ja
in
om

ta

ta

en
em
in

in
rk

M
em

em

M
Be

M
Praktek Pemenuhan Hak dan Kondisi yang Tidak Memiliki Putusan Hak Nafkah

PRAKTEK PEMENUHAN HAK NAFKAH

Diberikan
jika diminta,
tetapi tidak
sesuai bunyi Tidak pernah
putusan diberikan
13,33% 40,89%

Diberikan
jika
diminta
0,89%
Diberikan
sesuai bunyi
putusan
Diberikan 20,00%
sesekali
16,00%

Diberikan
sesekali, tetapi
tidak sesuai
bunyi putusan
8,89%

Pada perceraian yang memiliki putusan hak nafkah, praktek putusan tersebut tidak berjalan dengan seharusnya, sedangkan untuk putusan
yang tidak menyertakan hak nafkah memiliki dampak sebagian besar pada kebutuhan anak yang tidak terpenuhi
Praktek Pemenuhan Hak Asuh dan Akses Berkomunikasi

Kondisi setelah Perceraian yang Tidak memiliki Kondisi setelah Perceraian yang Tidak memiliki
Putusan Hak Asuh Putusan Akses Bertemu/berkomunikasi

Anak di ibu, akses ayah dibuka 47%

Anak tidak diberikan izin bertemu 25


Perbedaan pola pengasuhan 13% keluarga besar salah satu orang tua

Selalu ada masalah akses bertemu 13%


Anak tidak diizinkan dibawa 31
Tidak ada masalah, semua pihak menyadari 13% menginap
hak anak

Anak dibawa pergi dan tidak diketahui 5%


keberadaannya
Anak tidak diperbolehkan diajak 18
Administrasi pendidikan anak ditahan salah berlibur
4%
satu orang tua

Administrasi kesehatan anak ditahan salah 4%


satu orang tua Akses bertemu anak 59
dibatasi/ditutup
Anak di ayah, akses ibu dibuka 2%

0 10 20 30 40 50 60
Posisi Tinggal Dengan Anak

Apakah Tinggal dengan Anak Berbagi anak untuk anak


yang lebih dari 1 (ada
anak dengan saya, dan
ada anak dengan
pasangan)
5%

Pengasuhan bersama (1
Tidak anak diasuh bersama
kedua orangtua dengan
11%
Ya berbagi waktu tinggal
83% anak secara bergantian)
1%
Anak Tinggal dengan Responden

Memberikan Akses Bertemu ke


Pasangan

Tidak
18%

Ya
82%

Responden yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan


akses bertemu pasangan kepada anaknya dengan frekuensi yang sering
Anak Tinggal dengan Responden

Memberikan Akses Berkomunikasi


ke Pasangan

Tidak
15%

Ya
85%

Responden yang tinggal dengan anak cenderung masih memberikan akses


berkomunikasi pasangan kepada anaknya dengan frekuensi yang sering
Anak Tinggal dengan Responden

Pasangan Memberikan
Nafkah

Ya
36%

Tidak
64%

Mantan pasangan yang tidak tinggal


dengan anak cenderung tidak memberikan
nafkah karena tidak memberikan alasan
Anak Tidak Tinggal dengan Responden
Dengan Siapa Anak Tinggal Lama Terpisah Dari Anak

Lebih dari 3 –
6 bulan
4%
Dengan
keluarga Lebih dari 2
besar tahun
pasangan 57%
26% Lebih dari 6 –
12 bulan
17%
Dengan
keluarga
besar saya
Dengan 1 – 3 bulan
4% 9%
pasangan Lebih dari 12
70% bulan – 2
tahun
13%

Anak yang tidak tinggal dengan responden lebih banyak tinggal dengan mantan
pasangan mereka, sebagian besar sudah terpisah lebih dari 2 tahun
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

Apakah diberikan Akses Bertemu


dengan Anak

Ya
48%

Tidak
52%

Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses bertemu
dengan anak karena pasangan takut anak tersebut dibawa oleh respoden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

Apakah diberikan Akses


Berkomunikasi dengan Anak

Ya
48%

Tidak
52%

Responden yang tidak tinggal dengan anak cenderung tidak memiliki akses berkomunikasi dengan
anak karena pasangan tidak mau menerima telfon dari responden
Anak Tidak Tinggal dengan Responden

Jumlah Minimal Nafkah yang Diberikan ke


Anak

Tidak
39%

Ya
61%

Walaupun responden tidak tinggal dengan anak, Sebagian besar responden tetap memberikan nafkah
ke anak dengan nominal yang cenderung tidak pasti
Peran Orang Tua

Sangat Cukup Kurang Sangat


Peran Orang Tua Baik
baik baik Baik kurang baik

Peran Saya dalam Hak Sipil Anak 52,15% 34,93% 10,05% 0,96% 1,91%

Peran Saya dalam Kesehatan Anak 62,68% 29,19% 5,26% 1,91% 0,96%

Peran Saya dalam Waktu Luang Anak 52,15% 37,80% 8,13% 0,96% 0,96%

Peran Saya dalam Pendidikan Anak 68,42% 26,32% 3,83% 0,48% 0,96%

Peran Saya dalam Keagamaan Anak 68,42% 26,79% 3,83% 0,00% 0,96%

Peran Saya dalam Penggunaan Gawai Anak 50,72% 34,45% 11,96% 1,91% 0,96%

Sebagian besar peran responden sebagai orang tua yang bercerai terhadap seluruh hak anak sangat baik
Kondisi Anak

Sangat Cukup Kurang Sangat kurang


Kondisi Anak Setuju
setuju setuju setuju setuju

Fisik Anak Baik 66,03% 30,14% 3,35% 0,00% 0,48%

Psikis Anak Baik 53,11% 34,45% 7,66% 3,83% 0,96%

Pertemanan Anak Baik 55,50% 38,76% 4,78% 0,48% 0,48%

Pendidikan Anak Baik 53,11% 34,93% 10,05% 0,96% 0,96%

Keagamaan Anak Baik 56,94% 36,84% 5,74% 0,00% 0,48%

Perilaku Anak Baik 56,46% 35,41% 6,22% 1,44% 0,48%

Pemanfaatan Gawai Anak Baik 35,89% 39,71% 17,70% 6,22% 0,48%

Sebagian besar kondisi anak dalam berbagai aspek juga sangat baik walaupun memiliki orang tua
yang sedang berkonflik atau berproses cerai
Kondisi Psikologis Anak

Kondisi Psikologis Anak

Tidak ada masalah 103

Emosi tidak stabil 59

Anak tidak percaya diri 49

Walaupun paling banyak anak yang tidak mendapat


Anak membenci salah satu orang tua 39 masaah psikologis pada kasus ini, sebagian besar
anak terpengaruh kondisi psikologisnya karena
memiliki orang tua yang bercerai, masalah emosi
Anak kecanduan game online 17
anak yang tidak stabil menjadi masalah tertinggi
dalam kasus ini
Masalah psikologis anak lainnya 11

Anak senang mengurung diri 9

0 20 40 60 80 100 120
Harapan terhadap Pasangan
Harapan Terhadap Pasangan Atas Pengasuhan Anak pada Orang Tua Bercerai

Sama-sama bertanggung jawab terhadap pengasuhan dan pemenuhan hak anak 11%

Anak tetap dapat memiliki kasih sayang kedua orang tua 10%

Orang tua dapat menahan diri dan megutamakan kepentingan terbaik bagi anak 10%

Adanya biaya pemberian pendidikan dan kesehatan anak 9%

Pemberian nafkah anak diluar biaya pendidikan dan kesehatan 9%

Saling menghormati dengan mantan pasangan, keluarga besar, dan keluarga baru 7%

Adanya kenaikan besaran nafkah tiap tahun 6%

Putusan pengadilan dipatuhi/dijalankan 6%

Instansi tempat bekerja dapat memotong gaji untuk hak nafkah anak 5%
Kewajiban konseling bagi orang tua yang ingin berpisah terkait perpisahannya dan
pengasuhan anak 5%

Silaturahmi tetap terjaga dengan mantan pasangan 5%

Akses berkomunikasi dengan anak tidak dibatasi 4%

Adanya komunikasi dengan mantan pasangan terkait pola pengasuhan anak 4%

Akses bertemu dengan anak tidak dibatasi 4%

Lainnya 3%
Harapan terhadap Negara
Harapan Terhadap Negara Atas Pengasuhan Anak pada Orang Tua Bercerai

Ada lembaga yang memberikan Lainnya Sanksi bagi orang tua yang
konseling sebelum perceraian 1,40% mengabaikan hak anak pasca
11,08% bercerai
20,13%

Adanya peradilan khusus keluarga


terkait perceraian dan pemenuhan
hak anak
13,76%

Ada lembaga khusus yang


menangani pemenuhan hak anak
pasca bercerai
19,75%
Para pihak mendapatkan bantuan
hukum secara gratis bagi yang
membutuhkan
15,67%
Ada aturan yang mengatur
pemenuhan hak anak pada orang
tua bercerai
18,22%
KESIMPULAN
1. Penyebab terbesar orang tua yang bercerai adalah karena adanya perselisihan terus menerus,
adanya masalah pihak ketiga (perselingkuhan), serta masalah ekonomi.
2. Dukungan sosial, psikologis, dan ekonomi dari keluarga besar yang baik membuat sebagian besar
orang tua yang bercerai juga memiliki kondisi psikologis yang baik, walaupun dukungan sosial
psikologis dan ekonomi dari keluarga besar pasangan mereka kurang baik.
3. Mereka yang bercerai dan tinggal dengan anak cenderung masih memberikan akses bertemu dan
berkomunikasi anak kepada mantan pasangan walaupun mantan pasangan mereka cenderung
mengabaikan hak nafkah anak.
4. Sebaliknya, mereka yang bercerai dan tidak tinggal dengan anak cenderung tidak diberikan akses
bertemu dan berkomunikasi walaupun mereka sudah memberikan nafkah kepada anak
5. Kondisi psikologis orang tua yang baik juga cenderung memberikan efek terhadap peran
pengasuhan orang tua bercerai yang juga baik dalam berbagai hal (pendidikan, kesehatan,
keagamaan, waktu luang,dll).
6. Peran pengasuhan orang tua yang baik ternyata tidak selalu membuat anak menjadi baik pula
karena masih banyak anak mereka yang memiliki masalah psikologis seperti emosi yang tidak
stabil, kepercayaan diri yang kurang, dan mereka yang membenci orangtuanya.
REKOMENDASI
1. Penguatan program pra perkawinan yang meliputi pemahaman tentang hak anak sangat penting
diberikan.
2. Kehadiran lembaga layanan sangat dibutuhkan pada saat orang tua/pasangan memiliki masalah atau
problem.
3. Pemahaman tentang hak anak ketika orang tua berkonflik/bercerai merupakan kebutuhan dasar yang
mutlak sehingga anak tidak menjadi objek dan menjadi korban dari sengketa orang tua.
4. Terdapat gap antara pengakuan “peran orang tua” dengan kondisi anak yang memiliki kerentanan
yang besar.
5. Optimalisasi lembaga layanan untuk meminimalisir perceraian atau dampak bagi anak sangat penting:
lembaga layanan konseling, lembaga bantuan hukum, lembaga mediasi, dst.
6. Adanya lembaga pendampingan bagi anak korban konflik orang tua
7. Adanya hukum yang mengatur:
a. Pemenuhan hak anak berkonflik
b. Adanya sanksi yang tegas ortu yang mengabaikan hak anak
c. Adanya peradilan khusus keluarga
d. Adanya lembaga khusus yang menyelesaikan mandat sengketa kasus pengasuhan dan berkonflik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai