Anda di halaman 1dari 2

Nama: Najwa Zahira Tsalitsa

Kelas: E
NIM: 20200210100131
Hukum Kegiatan Ekonomi
Resume Buku Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Bab III (Implikasi AFTA Terhadap Kegiatan Investasi dan Hukum Investasi Indonesia)
ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang lahir pada tanggal 1 Januari 2003 yang memberikan
tuntutan kepada Indonesia harus bersedia dalam mengatur kegiatan investasi dan hukum investasinya.
Penetapan AFTA sebagai suatu sistem perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara akan
menyebabkan barang-barang hasil suatu produksi dari negara ASEAN akan sangat bebas masuk pada
setiap negara yang menjadi anggotanya. Arus globalisasi ekonomi harus diikuti, globalisasi muncul
dari perjanjian dan konvensi internasional, perjanjian privat, dan institusi ekonomi baru. Sistem
perekonomian Indonesia bersifat terbuka akan dipengaruhi dengan prinsip perekonomia global dan
liberalisasi perdagangan, maka diperlukannya pembaharuan hukum investasi yang menjadi seperangkat
aturan dalam memberikan antisipasi kegiatan investasi negara Indonesia era AFTA 2003.
Diperlukannya pembuatan suatu pendekatan dengan mengkaji hukum yang memiliki tujuan untuk
mencapai jaminan dan kepastian hukum bagi kegiatan investasi. Persyaratan pembuatan hukum
investasi harus diselaraskan dengan konsep AFTA melalui Common Effective Preferential Tariff
(CEPT) yaitu dengan melakukan penurunan tariff beberapa komoditas tertentu secara bersamaan
sampai mencapai tingkat 0-5%, penurunan tariff tersebut dilakukan secara beberapa tahap sampai
dicapainya kondisi perdagangan bebas untuk seluruh komoditas setelah 15 tahun. Kerangka CEPT:
1. Ketentuan umum: semua negara ASEAN ikut serta, produk berdasarkan pendekatan sectoral
tingkat 6 digit, bagi negara yang belum siap pengecualian dilakukan pada tingkat 8 atau 9
digit, produk yang dianggap sensitive dapat dikeluarkan dari skema, produk CEPT harus
memenuhi kandungan lokal 40%, produk telah dikenakan MOP sehingga tariff efektif
menjadi 20%.
2. Lingkup produk CEPT, seluruh jenis produk industry.
3. Dibentuknya badan setingkat menteri untuk mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi
pelaksanaan CEPT.
Program legislasi harus memberi prioritas hukum yang berkaitan dengan kerangka AFTA,
diperlukannya pengkajian peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memiliki keterkaitan
dengan akumulasi modal. Perlu diupayakannya penyesuaia hukum investasi dengan tujuan AFTA.

BAB IV (Aspek Hukum dalam Transparasi Pengelolaan Perusahaan BUMN/BUMD Sebagai Upaya
Pemberantasan KKN)
Penerapan transparasi dalam strategi good corporate governance dengan penekanan pelaksanaan
prinsip keterbukaan akan dapat menimalisir KKN. Istilah mengelola perusahaan dapat digunakan untuk
memberikan gambaran peran dan praktik dari dewan direksi. Istilah pengelolaan perusahaan oleh
Gregory dan Simms diuraikan dengan menggunakan pandangan luas dan terbatas. Secara terbatas,
berhubungan dengan hubungan antara manager, direktur, dan pemegang saham perusahaan. Secara
luas, meliputi kombinasi hukum, aturan pendaftaran yang memungkinkan perusahaan menarik modal
masuk. Intervensi pemerintah dalam masalah pengelolaan perusahaan adalah cara yang paling efektif
dalam rangka menarik modal, jika difokuskan pada empat bidang. Salah satu bidangnya adalah bidang
transparansi, tiga bagian lainnya adalah pertama, pemastian adanya perlindungan atas hak-hak pemilik
saham minoritas dan asing. Kedua, pengklarifikasian peran dan tanggung jawab pengelolaan serta
usaha-usaha yang bisa membanti memastikan kepentingan pengelolaan dan kepentingan pemilik saham
untuk diawasi oleh dewan direksi. Ketiga, pemastian perusahaan memenuhi kewajiban hukum. Prinsip
transparansi untuk mencegah penipuan atau KKN. Coffee JR mengatakan bahwa ada dasar substansi
untuk dipercaya bahwa ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan wajib.
Standar pemeriksaan keuangan perusahaan publik atau standar reasonable investigation
didasarkan pada standar berakal sehat dan bijaksana dalam mengurus harta milik pribadi. Di Indonesia,
standar pemeriksaan keuangan perusahaan di pasar modal sebagai dasar penerapan
pertanggungjawaban akuntan yang melakukan pemeriksaan keuangan perusahaan masih belum cukup.
Pelanggaran prinsip keterbukaan yaitu pernyataan menyesatkan dalam bentuk misrepresentation, dapat
terjadi bila ada pernyataan yang secara tidak jelas tidak sesuai dengan fakta.

Anda mungkin juga menyukai