Anda di halaman 1dari 36

Satria, amanda

Kata sulit :
1. Inform konsent -> Informed conset atau persetujuan tindakan medis atau persetujuan tindakan
kedokteran merupakan suatu persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarganya, untuk
memberikan izin terhadap dokter dalam melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan
diagnosis , melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang medis dan melakukan tindakan medis
tertentu kepada pasien.
2. Vct -> Kepanjangan VCT adalah voluntary counselling and testing, yang dalam bahasa Indonesia
artinya konseling dan tes HIV secara sukarela. Pengertian VCT adalah saat seseorang secara
sukarela mengikuti proses konseling sebelum dan setelah tes, serta tes HIV.
Semua data dan proses dalam VCT bersifat confidental alias rahasia. Selain membantu mencegah
penularan HIV/AIDS, VCT juga bermanfaat untuk membantu pelakunya mengetahui status HIV-
nya secara lebih dini.
Pertanyaan :
1. Apakah kemungkinan penyakit yang diderita pasien?
2. apakah terdaapt hubungan penggunaan tato dan anting terhadap penyakit pasien?
3. kenapa pasien diperiksa skrining HIV? apakah ada keterkaitannya dengan penyakit pasien?
4. Apa saja yang dilakukan dalam scriinging hiv
5. Bagaimana mekanisme pasien tertular hiv?
6. Apakah ada hubungannya antara punya pasangan sejenis dengan penyakit pasien?
7. Bagaimana prosedur yang tepat untuk pemeriksaan screening hiv? apakah ada syarat dan metode
khusus?
8. Apa yang harus dilakukan apabila pasien memperoleh screening reaktif? Haruskah menuruti
keinginan pasien atau bagaimana?
9. Bagaimana cara menyampaikan hasil reaktif kepada pasien supaya pasien tidak tersinggung?
Satria, amanda

10. Bagaimana penatalaksanaan pasien? Apakah operasi dulu atau menangani hiv yang reaktif dari
pasien?
Jawaban
1. Apakah penyakit yang diderita pasien?
HIV/AIDS
a. Definisi dan klasifikasi (ipd fk ui)
AIDS (acquired immunodefisiensi syndorem) merupakan kumpulan gejala / penyakit yang
disebabkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat infeksi hiv. aids sendiri disebabkan
karena human immunodefisensi virus yang termasuk retrovirus subfamili lentiviridae. Tahap
tahap infeksi dari HIV antaralain

- Window period (0-3 minggu) -> anti bodi belom merespon adanya infeksi
- Serokonversi -> mulai terjadi infeksi dengan hiv -> antibodi hiv mulai terbentuk
- Asimtomatik -> tidak terdapat tanda dan gejala hiv, belum ada supresi sistem imun
- Simtomatik -> termasuk tanda dan gejala hiv dan ada perlawanan
- Aids -> infeksi oportunistik dan stadium endstage
Intinya sama, berdasarkan pemeriksaan limfosit dapat dibagi sebagai berikut :
Satria, amanda

Jurnal Revised Surveillance Case Definitions for HIV Infection Among Adults, Adolescents,
and Children Aged <18 Months and for HIV Infection and AIDS Among Children Aged 18
Months to <13 Years --- United States, 2008

b. Etiologi dan faktor resiko


Etiologi (harisson)
- Aids disebabkan oleh human imunodefisiensi virus
- Klasifikasi virus ini adalah sebagai berikut
 Famili : retrovirus
 Subfamili : lentiviridae
 Serotip : HIV 1 -> sering menginfeksi; hiv 2 -> jarang menginfeksi dan biasanya
menginfeksi monyet
- Karakteristik dan struktur (harison)

 Morfologi virus hiv


o Bentuk : bulat
o Inti : silinder dan eksentrik
o Tersusun atas :
 Membran fosfolipid
 Protein pada bagian inti
 Glikoprotein pada bagian selubung
 Genom virus hiv (jawetz)
o Dibentuk oleh 9 kb rna
o Terdiri dari 9 gen berbeda yang mengkode 15 protein
o Protein inti terdiri dari genom rna dan enzim reverse transkriptase yang
berguna mengubah rna menjadi dna saat replikasi
o Terdiri dari
 Gen yang bertugas memberi kode u (pembentukan protein inti)
 Enzim reverse transcriptase
 Glikoprotein selubung -> berperan penting dalam infeksi karena
memiliki afinitas besar thd reseptor spesifik penjamu
 Gen lain untuk mengatur sintesis dan berperan melakukan infeksi
dan replikasi
 Mengandung 9 open reading frame dan diapit LTR (long
terminate repreat) untuk transkripsi gen dna provirus
Satria, amanda

 Pada ujung ujungnya mengandung 3 gen untuk protein


struktural seperti :
 GAG -> untuk mengkode protein prekursor gag yang nantinya
membelah menjadi protein
 P17 : protein matriks
 Terletak di bagian dalam membran virus dan berperan sebagai
pembentukan virus
 P24 : protein kapsid
 Berperan membentuk bagian dalam virion
 P7 dan p6
o Pol : polimerase -> sintesis 3 enzim yaitu protease yang berfungsi membelah
gag dan prekursor poliprotein gag-pol, kemudian reverse transkriptase untuk
membantu sintesis dsdna dan ssrna, dan integrase untuk membantu integrasi
dna provirus ke dalam genom sel host.
o Envelope
 Mengkode bagian selubung yang merupakan membran lipid bilayer
 Mengandung 2 glikoprotein utama

 Gp 41 -> memfasilitasi perlekatan virus dgn molekul cd4 melalui


ccr5
 Gp 120 -> mengawali masuknya virus ke dalam sel oenjamu
Faktor resiko
Penularan hiv aids biasanya terjadi akibat cairan tubuh yang mengandung virus baik
homoseksual atau heteroseksual atau penyebab lain seperti jarum suntik, ibu hamil ke
anaknya, dan tranfusi,
- Pengguna narkotika memiliki resiko tinggi -> penggunaan jarum suntuk bersamaan dan
erulang -> sampai 15x pengulangan dengan teman temannya beresiko terkena hiv
- Kemudian ibu hamil yang mengandung hiv
Satria, amanda

Jurnal Prevention of mother-to-child transmission of HIV: challenges for the current


decade
Marie-Louise Newell1
- Kemudian orang yang melakukan male to male sex
 Male to male sex lebih beresiko pada orang yang memiliki pendidikan rendah ->
minim pengetahuan untuk mengetahui mana yang baik dan buruk
 Kemudian male to male sex sering terjangkitnya ketika mengarah ke usia yang tua
dibanding usia muda (26-30 tahun)
 Pada negara asia juga berbahaya dikarenakan adanya stigma negatif apabila
homoseksual -> biasanya memiliki istri -> beresiko menularkan ke istri dan anak
anaknya
Ipd fk ui, jurnal What are the risk factors for HIV in men who have sex with men in Ho Chi
Minh City, Vietnam?- A cross-sectional study
c. Patogenesis
Masuk ke dalam sel inang (robins)

Jadi kalo dari robins, hiv di pentol pentolnya dia tersusun dari gp41 dan gp120. Kemuian si
gp120 akan berikatan dengan cd4. Setelah berikatan, protein gp120 akan melepaskan diri dari
tangkainya (gp41) dan akan berikatan ke reseptor kemokin. Kemudian si gp41 akan
melepaskan diri dari gp120 dan bergerak ke membran sel untuk membuka lapisan membran
sel, kemudian si virus bisa masuk dan menginjeksi materi genetiknya ke dalam sel inang.
Satria, amanda

- Infeksi primer (infeksi awal) pada sel di darah dan mukosa → sebagian besar terjadi di
gut (usus)→ akan terjadi replikasi di usus, terjadi reduksi sel T yang banyak pada limfoid
tissue di usus. Virusvirus yang baru akan dihasilkan dan terjadi viremia yang aktif.
Viremia akan menginduksi system imun dan di trap (diperangkap). Dibawa oleh sel
dendritic ke organ limfoid primer. Di organ limfoid primer terjadi aktivasi Limfosit T →
diinfeksi lagi oleh HIV → makin menyebar ke seluruhnya virusnya → akan terjadi
defisiensi system imun
- Sebetulnya system imun dalam tubuh bisa meminimalkan virus,lewat apa saja?
• Sel sitotoksis CD8 : sel CD4 akan dihancurkan oleh sel CD8.
• pada saat awal infeksi primer, terjadi viremia, awalnya bisa ditekan. Setelah
destruksinya makin banyak, CD4 , CD8 akan terus menerus turun, virusnya akhirnya naik
• CD8 akan bertambah terus tetapi virusnya tidak bisa dibasmi sehingga mengalami
exhausted
• Terjadi depresi dan destruksi dari CD4 → kadar Th1,Th2,Th17,TFh turun
• Primer akan menginfeksi limfonodi dan akan dibentuk antibody anti HIV → sama
seperti virus lain. Tapi yang membedakan terjadi latency àvirus tidak bisa dibunuh &
tidak terjadi apa-apa karena virus berada dalam DNA yang tidak aktif bereplikasi
• Jika terjadi aktivasi sel T seperti karena infeksi, inflamasi, atau ada pathogen yang
masuk. Sel akan aktif dan HIV akan tereplikasi. ART(ANTI RETROVIRAL THERAPY)
pada infeksi HIV ada system imun yang teraktivasi dikeluarkan sitokin → terjadi
inflamasi kronis, akibat dari tidak sempurnanya respons imun, system imun tidak bisa
menghancurkan sampai sisa.
• Reservoir ada di gut, jika CD4 di gut didepresi akan terjadi translokasi bakteri di usus,
bakteri akan berpindah dari usus ke vaskuler. Karena ada aktivasi terus menerus akan
terjadi apoptosis dan kelelahan → collapse

Jadi kalo dari buku robins menjelaskan virus hiv akan menginfeksi sel CD4 dan
menimbulkan berbagai mekanisme, yaitu ketika virus bertemu sel cd4 maka virusnya
akan replikasi dan sel akan lisis akibat replikasi virus tadi. kemudian untuk sel yang tidak
keinfeksi ia akan menganalisa sel yg keinfeksi dan memerintahkan sel yg terinfeksi untuk
apoptosis. Kemudian, sel t cd4 yang terinfeksi juga bisa berikatan dengan sel t yg spesifik
thd hiv dan akan menghancurkan sel cd4 tadi yang telah terinfeksi (robins dan jawetz)
Efeknya di sistem imun
Satria, amanda

Jurnal nature HIV


infection

Mekanisme perbesaran limfonodi


Satria, amanda

Jurnal Cellular Reservoirs of HIV-1 and their Role in Viral Persistence


Pada limfonodi, virus hiv akan dibawa masuk oleh mekanisme sistem imun dan akan
menyerang sel cd4, sel dendritik, dan sel monosit dengan berikatan dengan reseptor
kemokin sehingga dapat memulai replikasi di dalam sel cd4. Efekny akan terjadi
penurunan sel cd4. Mekanisme tersebut beresiko menyebabkan terjadinya limfadenitis,
dan limfoma.
 Limfadenitis disebabkan karena imunosupresi yang ditimbulkan menyebabkan
koinfeksi dari bakteri mikobakterium tb dan jamur -> bersarang ke dalam limfa ->
menyebabkan hiperproliveratif dari jaringan limfa akibat sering mengalami infeksi
-> muncul bengkak pada endolimfe.
 Limfoma hodgkin -> sering terjadi pada limfonodi kranial -> diakibatkan karena sel
cd4 yang meningkat akibat infeksi hiv -> sitokin meningkat -> akan menstimulasi
perkembangan sel neoplastik red stenberg -> nanti akan berkembang terus
 Limfoma burkit -> lebih sering terjadi pada pasien hiv -> 40% nya pasien limfoma
adalah limfoma burkit. Terjadi pada early infection. Hal ini disebabkan karena karena
mutasi onkogenik myc region yang mengkode imunoglobulin pada kromosom 14 ->
akhirnya limfoma
Satria, amanda

d. Manifestasi klinis

Jurnal nature hiv infection, jurnal The changing clinical features of HIV-1 infection in the
United Kingdom
- Serokonversi -> mulai muncul antibodi pada tubuh
 Terjadi pada 90% orang yang terinfeksi hiv dalam rentang waktu 2-6 minggu
 Terjadi gejala akut dan akan menghilang sendiri selama 2 minggu antaralain
 Radang tenggorokan
 Demam
 Ruam makopapular tidak gatal
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Diare
 Batuk
Satria, amanda

- Asimptomatik -> muncul sealama 8-10 tahun -> tidak bergejala dan hanya terjadi
penurunan regulasi ssitem imun seperti
 Munculnya alergi terhadap suatu makanan
 Dermatitis seboroik/folikulitis
 Sel cd4 nya masih normal jumlahnya
- Early simptomatik
 Pada fase ini terjadi peningkatan proporsi sel limfosit cd4 yang mengandung hiv ->
akibatnya rapid loss off imune mechanism sama penurunan respon dari antigen
seperti kandida, trikopiton, dan tuberkulin
 Kemudian dapat juga terjadi rekurensi infeksi dari herpes/kutil
 Kemudian mereka akan mudah terinfeksi bakteri pneumokokus, hemofilus,
salmonella dan shigella
- Late symptomatic
 Mulai berkembang infeksi infeksi tadi jadi penyakit -> ciri khas perkembangan
menuju aids mulai muncul
 Oral kandidiasis
 Oral hairy leukoplakia
 Gejala lain seperti
o Demam
o Bb turun
o Kelelhana
o Keringat malam
o Diare
- Aids
 Sel cd4 drop -> disfungsi sistem imun dan akan muncul terjadinya infeksi infeksi
yang lebih parah sehingga muncul gejala sebagai berikut
Satria, amanda

e. Px fisik dan px penunjang


Anamnesis

Px fisik
Satria, amanda

Ppk primer
Px penunjang
Buku pedoman nasional pengobatan antriretroviral
Terdapat 2 pendekatan untuk tes HIV di indonesia antaralain
- Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT)
- Tes hiv dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (KTIP-PITC)
 KTIP merupakan kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakan pada ibu hamil,
pasien tb, pasien dengan tanda klinis hiv, pasien dengan kelompok beresiko seperti
psk, lelaki seks dengan lelaki, keudian pasien IMS dan seluruh pasangan seksualnya
 Tes HIV harus mengikuti prinsip berupa 5 komponen dasar yang telah disepakati
secara global yaitu 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct test
results, connections to care, treatment and prevention services). Prinsip 5C harus
diterapkan pada semua model layanan testing dan konseling (TK) HIV
 Prinsip 5c

Buku saku jaminan kesehatan nasional layanan hiv aids dan ims di vaskes
Satria, amanda

Sebelum dilakukan test, dapat dilakukan anamnesis dan screening untuk mengklasifikasikan
pasiennya termasuk golongan beresiko HIV tidak

Anamnesis diatas, bawah screening tb


Satria, amanda

- Setelah dilakukan anamnesis dan screening, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang


sesuai pedoman yanng berlaku berupa reagen test cepat atau elisa/western blotting. Untuk
awalnya(a1) harus dilakukan sinsitifitas yang tinggi (>99%), kemudian dilanjutkan untuk
test a2 dan a3 dengan spesifitivitas yang tinggi.
- Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan setelah
terinfeksi HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa
jendela menunjukkan hasil ”negatif”, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila
masih terdapat perilaku yang berisiko.
Sebelum dilakukan test, dapat diberikan informasi kepada pasien seperti berikut
Satria, amanda

Buku Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Satria, amanda

Selain itu, dapat diperiksa cd4 apabila terdapat + HIV

Jurnal Revised Surveillance Case Definitions for HIV Infection Among Adults, Adolescents,
and Children Aged <18 Months and for HIV Infection and AIDS Among Children Aged 18
Months to <13 Years --- United States, 2008
test lain yang bisa dilakukan
Satria, amanda

Aafp Initial Management of Patients with HIV Infection


Nah setelah dilakukan test, dapat dilakukan konseling terlebih dahulu
Algoritma VCT

(untuk emak hamil terkena hiv)


Satria, amanda

Buku voluntary counceling and testing who, bawah dari jurnal Testing HIV positive in
pregnancy : a study of women's experience and personal testimony following a positive
human immunodeficiency virus (HIV) antibody test result during pregnancy
Jadi intinya untuk vct prosesnya ada pretest counceling, posttest, dan follow up conceling
- Pre test counceling
Jadi pada dasarnya sebelom dilakukan pemeriksaan, harus dilakukan konseling awal.
Pemeriksa harus menanyakan tentang kondisi pasien seperti
 Orientasi seksual termasuk pernah berhubungan seks dengan siapa saja
 Hubungan dengan kekasih/obat obatan
 Menanyai tau ga pencegahan HIV dari pasien
Kemudian menanyakan
 Alasan menawarkan tes HIV dan konseling
 Keuntungan test hiv dan pencegahan
 Layanan yang ttersedia baik hasilnya negatif atau positif
 Informasi tentang konfidentialitas
 Informasi tentang hak untuk menolak meenjalani test hiv tanpa mempengaruhi akses
pasien pada layanan yang dibutuhkan
 Informasi perlunya utk mengungkapkan status hiv kpd org yang dipercaya dan
keluarga
 Kesempatan bertanya pada petugas kesehatan
- Kalo menolak nanti diulang tawaran test dan memberikan informasi hiv pada kunjungan
berikuttnya, atau rujuk ke konselor bila telah menolak berulang kali
- Kemudian lakukan test -> Setelah itu lihat hasilnya secara individual
- Konseling non reaktif
 Penjelasan tentang hasil test -> termasuk periode jendela (merupakan belom
terdeteksinya antibodi hiv). memberikan anjuran untuk menjalani test kembali
apabila menerima pajanan
 Informasi dasar mencegah terjadinya penularan hiv
 Pemberian kondom laki laki/perempuan
- Konseling teest reaktif
Direkomendasikan disampaikan dnegan bahasa yang sederhana dan singkat dan
dilanjutkan dengan dialog untuk menangkap keinginan dan perspektif mengenai kasus
mereka
Dapat disampaikan hal sebagai berikut
 Memberikan informasi hasil test secara sederhana dan memastikan pasien mengerti
terhadap test yang dilakukan
 Melakukan pemeriksaan klinis dan skrining menyeluruh untuk skringin tb
 Memberikan rencana pengobatan antriretroviral dan informasi tempat pelayanan arv
terdekat pasin. Kemudian beri kontrimoksasol profilaksis
 Memulai konseling pra ARTF
 Rujuk ke unit lain terkait kebutuhan pasien
- Konseling pasca test bagi ibu hamil
Satria, amanda

Vct untuk grup/kelompok tertentu


Buku technical update VCT, UNAIDS
- Ibu hamil
 Berguna untuk mencegah transmis mother to child
 Nanti ibu itu bisa ada pilihan yaitu aborsi atau tidak. Pada aborsi menjadi legal
karena untuk mencegah dari penularan hiv langsung ke anak. Pada yang lanjut
kehamilannya, bisa dilakukan planing terapi seperti zdv untuk mencegha transmisi
hiv ke sang anak.
- Pasangan
 Berguna untuk screening hiv pada pasangan hidup
 Pada pre testing -> pasangan dapat berdiskusi tentang kemungkinan hasil yang bakal
muncul dan bisa mempersiapkan lebih jauh untuk hasil + dan negatif
 Apabila pasien memperoleh haasil + konseling membantu pasangan tersebut
terhindar dari rasa emosi sehingga dapat memplaning kedepannya harus
bagaimana
 Kemudian dapat membantu meengingatkan tentang pentingnya pola seks yang
lebih aman seperti menggunakan kondom, tidak bertukar cairan, dll untuk
mencegah transmisi seksual ke partnernya
- Children
 Apabila anak anak terdapat tanda khas -> vct dapat berguna untuk confirmatory
diagnosis
 Penting untuk mengedukasi adeknya supaya memahami penyakit, bagaimana
menghadapi diskriminasi sama bocil lain/orangtua, kemudian bagaimana berinteraksi
dengan orang lain dan menyikapi keluarga/orang lain yang terinfeksi
 Kemudian belajar menyikapi apabila keluarga/sodaranya meninggal karena HIV
 Kemudian berguna sebagai refleksi dan pemberian solusi/healing dari anak anak
yang memiliki riwayat trauma seksual yang sampe mendapatkan infeksi HIV
- Remaja
 Pada remaja harus user friendly , kemudian berada di lingkungan aman,
menyampaikan degnan cara yang tidak membahayakan
 Kemudian konselor harus memberikan bahasa yang mudah dipahami dan tidak
menyinggung/menyudutkan
- Drug user
 Harus berhati hati karena penggunaan obat sudah mmiliki stigma buruk terutama di
ranah hukum
 Pada drug user harus beraa di bawah lembaga sosial agar vct lebih berhasil
- Sex worker
 Hati hati krn sensitif jg di masyarakat
Satria, amanda

 Sex worker jg penuh tekanan ketika melakukan aksinya “tidak menggunakan


kondom, dsb” bermanfaat untuk membantu pekerja seks supaya meminimalisir
penularan HIV
f. Tx (buku pedoman nasional pengobatan antriretroviral)
Sebelum dimulai terapi dari hiv, ada beberapa syarat yang dapat dilakukan profilaksis
dengan kotrimoksasol
- ODHA yang bergejala (stadium klinis 2, 3, atau 4) termasuk perempuan hamil dan
menyusui. Walaupun secara teori kotrimoksasol dapat menimbulkan kelainan kongenital,
tetapi karena risiko yang mengancam jiwa pada ibu hamil dengan jumlah CD4 yang
rendah (<200) atau gejala klinis supresi imun (stadium klinis 2, 3 atau 4), maka
perempuan yang memerlukan kotrimoksasol dan kemudian hamil harus melanjutkan
profilaksis kotrimoksasol.
- Apabila kadar cd4 dibawah 200 sel/mm3 dapat diberi kotrimoksasol 960 mg 1x sehari
selama 2 minggu dengan tujuan
 Menilaikepatuhan obat pasien
 Menyingkirkan kemungkinan efek samping antara kotrimoksasol dan obat arv ->
kotrimoksasol dan arv sama efek sampingnya
 Kemudian berguna sebagai pencegahan baik primer/sekunder

 Pada dasarnyaa efek ini berguna menekan kematian -> menurunkan insidensi
infeksi bakteri, parasit, dan p. jiroveci

Tujuan pemberian
- Memulihkan kekebalan tubuh dan meencegah penularan
Cara pemakaian buku program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
- Pastikan pasien kena hiv tidak
- Apabila kena IO -> dirujuk ke RS tingkat lanjutan agar IO ditangani dan diberikan ARV
pada penanganan jg
- Perugas selalu mengawasi dan mendukung -> memberikan informasi yang berguna dan
mudah dimengerti dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat tiap kontrol
- Obat dikonsumsi seumuer hidup dan diberikan sedini mungkin.
- Diberikan selama 1 bulan sekali untuk mengontrol kepatuhan minum obat. Apabila dah
stabil dan kepatuhan yang tinggi dapat diberikan 3 bulan sekali
Satria, amanda

- Gunakan regimen yang enak dan mudah utk pasien seperti KDT dosis tetap tenovvofir,
lamivuvir, evavirens

- Pada puskesmas, harus ada pelatihan terkait kader, pemuka agama, dan lsm untuk
menjadi pengingat minum obat
- Apabila ada px laboratorium, dapat dilakukan px dulu namun apabila tidak ada langsung
saja diberikan ART melewati screening aja
- Jelaskan waktu minum obat sangat penting -> tiap 12 jam, dan dipastikan kultur pasien
minum obatnya gmn, klo pake aer harus ditanyakan ada sumber air ga
- Jelaskan meskipun meminum obat harus jaga pla hidup -> tidak suntik suntikan, seks
pake kondom
Untuk tatalaksana awalnya adalah (buku program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)

Lini pertama (dewasa tanpa komplikasi)


Dari pemerintah merekomendasikan 2 nrti + 1 nnrti (list obat di tabel)
Satria, amanda

Untuk remaja 10-19 t/penderita yuang baru terpapar hiv


Satria, amanda
Satria, amanda

- Hepatitis c
Satria, amanda

Kemudian dicek respon virologinya setelah pemberian obat habis

- TB
Satria, amanda

- Penggunaan metadon -> AZT/TDF + 3tc + efv/NVP


- Nefropati -> sama
- Profilaksis pasca pajanan terutama pada rekan kerja yang curiga hiv
 Diberikan sebelum 4 jam dan maksimal 48-72 jam setelah pajanan
 Diberikan AZT+3TC+EFV/AZT+3CT+LPV/r
 Diberikan selama 1 bulan dan perlu dilakukan test untuk kadar positif tidak
 Klo positif pake yang normal
 Kemudian setelah 3-6 bulan dicek lagi
Bayi dan ibu hamil

Buku pedoman nasional pengobatan antriretroviral


Satria, amanda
Satria, amanda

Bayi

Gagal terapi
- ada kritterianya
 kegagalan klinis
 munculnya IO pada koelompok stadium 4 setelah 6 bulan terapi arv
 spt tb, infeksi bakteri berat
 kegagalan imunologis
 gagal mempertahankan jumlah cd4 adekuat/normal meskipun dah ada penekanan
jumlah virus

 kegagalan virologis
 viral load tetap > 5000 copies/ml
 viral load jd terdeteksi lagi apabila sebelumnya tidak terdeteksi
Satria, amanda

Pakenya adalah
2 NRTI + BOOSTED PI -> bosterd pi merupakan goolongan protease inhibitor
ditambah ritonavir -> berguna untuk mengurangi dosis dari obat PI karena nanti
tinggi sekali
Kalo yang disediakan pemerintah
TDF/AZT+3TC+LPV/r
Satria, amanda

Semua dosisnya di table atas, sumber dari pedoman nasional pengobatan


antriretroviral

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014

Yang dimaksud dengan Pengungkapan status adalah memberitahukan status HIV kepada orang lain
terkait tindak lanjut yang bermanfaat. Pengungkapan status dalam banyak hal menguntungkan klien
agar ia mendapat dukungan dalam proses pemulihan kesehatannya. Pada kasus dimana klien menolak
membuka status HIV pada pasangannya, biasanya karena takut terjadi tindak kekerasan. Isu pembukaa
status perlu didiskusikan pada konseling pra tes atau KIE sebelum konseling.

Tujuan dari Pengungkapan status adalah:

1) Memungkinkan pasangan mempunyai akses dini ke layanan terapi dan perawatan;

2) Menurunkan risiko penularan HIV;

3) Mencegah infeksi berulang dan IMS;

4) Mencegah resisten terhadap pengobatan.


Satria, amanda

Hal-hal yang menjadi perhatian utama dalam konseling Pengungkapan status:

1) Cara klien membuka statusnya: apakah akan dilakukan sendiri oleh klien atau dimediasi melalui
konseling pasangan dengan melibatkan konselor.

2) Resistensi klien dalam pengungkapan statusnya: gali lebih dalam apa yang menjadi penghambat
utama dalam membuka statusnya, termasuk dalam hal ini adalah apabila klien mengalami kekerasan
domestik. Akomodasi permasalahan tersebut dengan menyajikan keuntungan membuka status kepada
pasangan serta cara mengatasi hambatan yang dialami. Strategi yang dapat dilakukan apabila klien
berulangkali menolak membuka statusnya dan juga menolak mempraktekkan perilaku yang aman.
Penolakan yang terus dilakukan walaupun telah berulangkali dilakukan konseling, dapat disiasati melalui
pertemuan kelompok.

3) Pada anak dengan HIV positif statusnya dibuka bersama dengan orang tua/wali/pengampu. Informasi
diberikan secara bertahap sesuai perkembangan psikologi anak, sebaiknya ini dilakukan oleh petugas
yang memahami psikologi klinis anak.

Stadium 1
Fase ini disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dimana gejala HIV awal masih tidak terasa.
Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Apabila ada
gejala yang sering terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa bagian
tubuh seperti ketiak, leher, dan lipatan paha. Penderita (ODHA) pada fase ini masih terlihat
sehat dan normal namun penderita sudah terinfeksi serta dapat menularkan virus ke orang
lain.
Stadium 2
Daya tahan tubuh ODHA pada fase ini umumnya mulai menurun namun, gejala mulai muncul
dapat berupa:
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Penurunan ini dapat mencapai kurang
dari 10 persen dari berat badan sebelumnya
 Infeksi saluran pernapasan seperti siunusitis, bronkitis, radang telinga tengah (otitis),
dan radang tenggorokan
 Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari
 Herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun
 Gatal pada kulit
 Dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe,
dan berwarna kemerahan
 Radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang
Stadium 3
Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga dapat
mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3 antara lain:
Satria, amanda

 Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas
 Penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa penyebab
yang jelas
 Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan
 Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral)
 Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu
 Tuberkulosis paru
 Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung
sembuh
 Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
Stadium 4
Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar limfa di
seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang
merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi:
 Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan
demam
 Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%
 Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak
 Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di
sekitar bibir
 Tuberkulosis kelenjar
 Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan
 Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus  8
(HHV8)
 Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di otak
 Penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah sangat lemah sehingga aktivitas
terbatas dilakukan di tempat tidur
Satria, amanda

Program PengendalianHIV AIDS dan PIMSFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


Satria, amanda
Satria, amanda

Tata Cara Pemulasaran Jenazah Orang Dengan HIV dan AIDS Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa

Tengah
Satria, amanda

Anda mungkin juga menyukai