Anda di halaman 1dari 15

Educational Reform, Market Concepts and Ethical Re Tooling

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Proses Kebijakan
Pendidikan
Dosen Pengampun:
Dr. Wiwik Wijayanti, M. Pd.

Disusun oleh:
1. Tira Fitria Astrid Dhica Sintiya (22103251006)
2. Safira Brillianty (22103251038)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
Tak lupa pula sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir nanti. Untuk kesekian
kalinya kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dengan
menyumbang ide maupun tenaganya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 September 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Reformasi pendidikan nasional ................................................................................... 6
B. Konsep pasar pendidikan di Indonesia ........................................................................ 7
C. Pembaharuan etika .................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, menuntut
pada perubahan mulai dari yang mendasar sampai dengan kebijakan dan kualitas dari
berbagai bidang diantaranya ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Pada bidang
pendidikan, dimana pengelolaann yang sebelumnya dilakukan secara tradisional, pada
masa millennial sekarang sudah mengalami perkembangan pesat. Akan tetapi sangat
membutuhkan kemampuan khusus sehingga diperlukan suatu bentuk reformasi pada
dunia pendidikan di Indonesia mengingat masih banyak bentuk permasalahan yang
dihadapi oleh pendidikan nasional.
Pembangunan pendidikan erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi.
Perkembangan ekonomi menuntut berbagai sector dan elemen di dalam negeri
berlomba-lomba dalam persaingan yang semakin kompetitif. Persaingan dalam dunia
pendidikan menjadi tidak dapat dihindari lagi, banyak lembaga pendidikan yang
ditinggalkan oleh penghuninya sehingga dalam beberapa tahun ini banyak terjadi
merger dari beberapa lembaga pendidikan. Ada komponen kunci yang dapat dijadikan
bahan analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar.
Perlu diketahui bahwa konsep pasar dalam pendidikan tidaklah sama dengan konsep
pasar pada umumnya, karena komponen yang terdapat pada konsep pasar dalam
pendidikan berbeda pula.
Berkaitan dengan reformasi dan konsep pasar pendidikan, etika dalam
pendidikan merupakan komponen yang berkaitan erat dengan dua hal tersebut. Etika
dalam pendidikan tidak lepas dari tujuan yang sama dengan reformasi pendidikan.
Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang menerapkan etika pendidikan yang
baik. Jika dilihat dari pengertian pendidikan, dapat diketahui bahwa makna pendidikan
tersebut sangat luas dan ini bermakna bahwa pendidikan merupakan kebutuhan
manusia untuk mendapatkan hidup yang bermakna dan berkualitas, hal ini dapat kita
pahami dari tujuan pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab
II Pasal 3 yang menyatakan ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.” Untuk mengimplementasikan
pendidikan ini, salah satu yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan adalah
masalah etika.
Oleh karena itu, ketiga komponen diantaranya reformasi pendidikan nasional,
konsep pasar pendidikan dan pembaharuan etika pendidikan saling berkaitan dan perlu
dikaji lebih dalam agar dapat terciptanya pendidikan yang lebih baik dalam menghadapi
era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi.

4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana kondisi reformasi pendidikan nasional?
2. Bagaimana konsep pasar pendidikan nasional?
3. Bagaimana pembaharuan etika pendidikan nasional?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi reformasi pendidikan nasional.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pasar pendidikan nasional.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembaharuan etika pendidikan nasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Reformasi pendidikan nasional


a. Pengertian reformasi pendidikan
Secara bahasa, reformasi berasal dari kata formasi, yang berarti struktur atau
bentuk susunan isntansi. Sedangkan pendidikan adalah pengetahuan tentang
mendidik. Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan,
menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan
kekeliruan-kekeliruan dan praktek dengan memperkenalkan prosedur yang lebih
baik, suatu perubahan yang menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek
politik, ekonomi, hukum, sosial dan juga bidang pendidikan (Minhaji, 2018).
Menurut Banathy (1991) dalam buku menyemai benih teknologi
pendidikan, reformasi dikatakan sebagai usaha “doing more of the same.” Usaha
kemudian ditingkatkan dengan “doing more of the same but doing it better,” yang
merupakan usaha pengingkatan efisiensi.
Reformasi berarti perubahan dengan melihat keprluan masa depan,
menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan
penyimpangan-penyimpangan dan praktek yang salah atau memperkenalkan
prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu system
kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hokum, social dan tentu saja termasuk
bidang pendidikan. Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan,
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar (Minhaji,
2018).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa reformasi pendidikan
adalah upaya pendidikan dalam perbaikan bidang pendidikan, dengan mengubah
struktur, tingkah laku atau kebiasaan, penyimpangan dan praktek yang salah secara
keseluruhan menjadi benar dengan menerapkan metode baru yang lebih baik.
Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu terprogram dan
sistemik. Reformasi pendidikan yang terprogram mengacu pada kurikulum atau
program suatu institusi pendidikan. Contoh dari reformasi terprogram adalah
inovasi. Inovasi adalahah memperkenalkan pemikiran dan ide baru, metode baru
atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam proses pendidikan agar
terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya dengan tujuan tertentu yang
ditetapkan. Sedangkan reformasi sitemik berkaitan dengan adanya hubungan
kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol sistem
pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sering kali terjadi di luar sekolah dan berada
pada kekuatan sosial dan politik. Karakteristik reformasi sistemik ini sulit sekali
diwujudkan karena menyangkut struktur kekuasaan yang ada.

b. Kondisi reformasi pendidikan nasional


Sesuai dengan tujuan pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 Bab II Pasal 3 yang telah disebutkan sebelumnya, dalam hubungannya dengan
6
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sistem pendidikan di Indonesia saat ini
dipandang belum mampu memberikan konstribusi yang signifikan bagi
pencerdasan bangsa. Hal ini dapat kita cermati dari berbagai kebijakan yang
cenderung diskriminatif, pendidikan yang berorientasi menghasilkan tenaga kerja
yang murah, dan menciptakan lulusan yang mampu menjadi pegawai negara.
Sektor pendidikan formal saat ini masih menjadi fokus kerja pemerintah. UNDP
(United Nations Development Programs) dalam “Human Development Report
2006” mengungkapkan kualitas pemerintah Indonesia dalam pembangunan
manusia diganjar peringkat 108 dari 177 negara di dunia. Potret UNDP tersebut
sejalan dengan data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2005 tentang angka
pengangguran menurut pendidikan di wilayah desa-kota: presentase pengangguran
tamatan SMA ke atas lebih besar disbanding tamatan SMP kebawah. Artinya,
sistem pendidikan nasional belum berhasil mengantarkan anak bangsa untuk
survive mandiri dan terampil berwirausaha untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
Dari berbagai masalah tersebut, dapat di asumsikan bahwa seluruh komponen
bangsa harus bersatu untuk meningkatkan komitmen dalam merealisasikan
reformasi kebijakan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Karena reformasi
pendidikan merupakan amanat konstitusi sekaligus tuntutan zaman yang tidak bisa
dihindari.
c. Tujuan reformasi pendidikan nasional
Reformasi pendidikan adalah proses yang kompleks, berwajah majemuk dan
memiliki jalinan sistemn yang amant interaktif, sehingga reformasi pendidikan
memerlukan upaya pemikiran yang maksimal dan dalam rentang waktu yang cukup
panjang. Hasil dan produk setiap fase atau periode tertentu dari reformasi
pendidikan harus dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, yang lebih penting
adalah reformasi pendidikan harus memberikan peluang (room for manoeuvre) bagi
siapapun yang aktif dalam pendidikan untuk mengembangkan langkah-langkah
baru yang memungkinkan peningkatan mutu pendidikan.
Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat
berjalan lebih efektif dan efisien mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk itu,
terdapat dua hal yang perlu dilakukan dalam reformasi: a) mengidentifikasi
berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan, dan b) merumuskan
reformasi yang bersifat strategik dan praktis sehingga dapat diimplementasikan di
lapangan. Oleh karena itu, kondisi yang diperlukan dan program aksi yang harus
diciptakan merupakan titik sentral yang perlu diperhatikan dalam setiap reformasi
pendidikan. Dengan kata lain, reformasi pendidikan harus mendasarkan pada
keadaan sekolah yang ada, bukan mendasar pada etalase atau jargon-jargon
pendidikan semata. Reformasi hendaknya didasarkan pada fakta dan hasil
penelitian yang memadai dan valid, sehingga dapat dikembangkan program
reformasi yang utuh, jelas dan realistis.

B. Konsep pasar pendidikan di Indonesia

Dalam dunia pendidikan persaingan menjadi tidak dapat dihindari lagi, banyak
lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa
tahun ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Salah satu yang

7
menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu serta pertumbuhan
lembaganya adalah kemampuan administrator dari pegawai di lembaga tersebut.
Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang dihasilkan produsen
dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Konsep pasar tidak
terlepas dari konsep pemasaran. Pemasaran ialah proses transaksional untuk
meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon konsumen sehingga calon
konsumen menjadi terpacu untuk memiliki produk yang ditawarkan dengan
mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, apresiasi dan pembiasaan
manusia agar menjadi manusia. Pendidikan adalah produk jasa, dan lembaga
pendidikan adalah produsen jasa pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Organisasi Perdagangan Dunia, WTO (World Trade Organization), sesuai dengan
GATS/WTO-Central Product Classification/MTN.GNS/W/120 (Raya, 2016). Produk
jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan adalah bersifat non-profit, sehingga hasil
dari proses pendidikan adalah kasat mata. Oleh karena itu, pendidikan yang dapat laku
dipasarkan adalah pendidikan yang: (1) Ada produk sebagai komoditas; (2) Produknya
memiliki standar, spesifikasi kemasan; (3) Punya pangsa/sasaran yang jelas; (4) Punya
jaringan dan media; dan (5) Tenaga pemasar.
David D Curris (2002) mengemukakan empat strategi mayor dalam reformasi
pendidikan yaitu, (1) Akuntabilitas berbasis standar, (2) Reformasi sekolah secara
menyeluruh, (3) Pembuatan keputusan yang bersifat demokratis atau pelimpahan
kewenangan, dan (4) Strategi pasar. Dalam hal ini, strategi pasar berperan dalam
terwujudnya reformasi pendidikan yang baik. Strategi pasar sebagai perantara sosial
yang menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik,
emosional dan spiritual. Untuk merespon kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang
semakin bervariasi, sekolah harus dapat tampil secara diferensiatif, memiliki
keunggulan yang berbeda dibandingkan dengan sekolah lain. Keunggulan yang
dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang, seperti akademik, ekstrakulikuler,
tenaga pengajar, kedisiplinan, bangunan fisik, elitis, pemberian beasiswa, dan lain-lain.
Termasuk dalam skema unggulan ini adalah kemampuan sekolah meyediakan semacam
voucher atau beasiswa bagi anak-anak yang dikategorikan kurang beruntung karena
kemiskinan, yaitu yatim/piatu, diabaikan oleh keluarga, terisolasi secara geografis, dan
lain-lain.
Fungsi pemasaran jasa pendidikan/sekolah sendiri termasuk bagian dari teknik
pemasaran yang bertujuan untuk mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
teknik pemasaran yang tidak dapat mencapai target jumlah siswa atau pengguna jasa
pendidikan yang diinginkan (Munir, 2018). Dan konsep yang dijalankan sebuah
organisasi atau lembaga pendidikan antara lain:
a. Konsep Produksi
Konsep ini menyatakan bahwa menyukai produk yang tersedia dan selaras dengan
kemampuan mereka. Maka dari itu manajemen harus berkonsentrasi pada
peningkatan efisiensi produksi (dari dalam lembaga pendidikan) dan efisiensi
distribusi lembaga.
b. Konsep Produk atau Jasa
Konsep ini berpegang teguh bahwa konsumen atau pemakai jasa pendidikan akan
menyayangi serta lebih memperhatikan ataupun perhatian terhadap jasa yang

8
ditawarkan dengan standar mutu dan kinerja yang paling baik serta keistimewaan
yang mencolok, dan karenanya organisasi ataupun lembaga pendidikan harus
mencurahkan upaya terus-menerus dalam perbaikan pelayanan jasa.
c. Konsep Penjualan
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli serta mencoba
jasa yang ditawarkan terkecuali lembaga pendidikan menjalankan suatu usaha
promosi dan penjualan yang kokoh. Karenanya diperlukan berbagai teknik
penjualan yang sempurna untuk mendapatkan konsumen-konsumen yang baik.
d. Konsep Pemasaran Masyarakat
Konsep pemasaran kemasyarakatan menyatakan bahwa tugas sebuah organisasi
adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar sasaran dan memberikan
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif serta lebih efisien dibandingkan para
pesaing sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan dan mempertinggi
kepercayaan masyarakat.
Dalam mempertahankan masyarakat/pelanggan, perusahaan harus bisa memahami apa
saja yang menjadi kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan
pembeli dari kinerja perusahaan yang memenuhi harapan mereka. Pelanggan puas bila
harapan mereka dipenuhi dan senang/bahagia bila harapan mereka dilebihi. Pelanggan
yang puas akan setia lebih lama, membeli lebih banyak, dan memberikan komentar baik
pada perusahaan (Munir, 2018).
Seperti salah satu fungsi manajemen, pemasaran bertujuan untuk memberikan arah dan
tujuan pada kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan. Selain itu, tujuan pemasaran adalah
membuat produk perusahaan atau lembaga yang kompetitif karena ada nilai perbedaan
dengan competitor. Semakin kuat nilai perbedaan, semakin baik bagi perusahaan atau
lembaga. Dalam menemukan perbedaan dibutuhkan kejelian, kecermatan, dan kreativitas
tinggi. Di dalam orientasi tujuan pemasaran lembaga pendidikan adalah memaksimumkan
kepuasan konsumen. Ada lima faktor dominan atau penentu mutu layanan jasa pendidikan,
yaitu:
a. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan guru/dosen untuk memberikan jasa sesuai
dengan yamg dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten.
b. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan dari karyawan dan pemilik lembaga
untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta
kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan konsumen atau pemakai
jasa pendidikan, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk menjamin terjadinya
proses yang tepat.
c. Kepastian (assurance), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen,
misalnya janji dalam promosi.
d. Empaty, yaitu kesediaan guru atau dosen atau karyawan dan pengelola untuk lebih
peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada antara lain guru atau dosen serta
karyawan harus menempatkan diri sebagai peserta didik atau orang tua serta pelanggan.
Apabila pelanggan mengeluh, harus dicari solusi untuk mencapai persetujuan yang
harmonis dengan menunjukkan rasa peduli yang tulus.

9
e. Berwujud (Fangible), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai
materi komunikasi, misalnya gedung dan kebersihan gedung serta penataan ruang yang
rapi.
Ada empat strategi utama dalam konsep pasar pendidikan diantaranya; privatisasi,
kontrak atau 'out-sourcing'; kemitraan keuangan; dan penyisipan hubungan pasar langsung
atau pengganti. Kategori ini tumpang tindih dan saling terkait. Di bidang pendidikan, hal-
hal seperti layanan makanan sekolah, pemeliharaan dan pembersihan, dan penyediaan guru
telah diprivatisasi secara ekstensif. Tenaga kerja langsung telah digantikan oleh tenaga
kontrak dan dalam beberapa kasus tingkat upah yang ada dikurangi dan kondisi kerja
berubah. Terakit strategi utama dalam konsep pasar akan dijelaskan secara lebih jelas dalam
topik makalah kelompok selanjutnya.
C. Pembaharuan etika
a. Makna Etika
Pengertian etika sering disamakan dengan pengertian akhlak dan moral dan ada
pula ulama yang mengatakan bahwa akhlak merupakan etika Islam. Istilah etika
berasal dari kata latin: Ethic (us), dalam bahasa Gerik: Ethikos = a body of moral
principles or values Ethic = arti sebenarnya, ialah kebiasaan, habit, costum. Jadi
dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu ialah yang sesuai dengan
kebiasaan masyarakat (dewasa itu).
Dalam dunia pendidikan, untuk terwujudnya suatu tujuan pendidikan, tentu
banyak hal yang perlu diperhatikan baik pada diri pendidik maupun siapa yang
dididik. Salah satu yang harus diperhatikan adalah masalah etika. Saat ini, kondisi
yang terjadi dalam dunia pendidikan sungguh memprihatinkan kita semua. Kita
semua mengetahui bahwasannya anak-anak di sekolah merupakan aset bangsa,
namun tanpa kita sadari masih banyak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan dalam
dunia pendidikan. Jika pendidikan yang dimaksudkan di institusi secara formal,
maka guru, siswa, dan semua personil lainnya harus memiliki etika yang baik dalam
bertingkah laku sehari-hari. Contoh-contoh perilaku yang nyata sangat
mempengaruhi suasana di lingkungan sekolah. Bagaimana seorang anak menyapa
guru, guru menegur siswa, bgaimana seorang anak yang satu berkomunikasi dengan
anak lainnya, semua harus sesuai dengan norma yang berlaku. Jika semua tingkah
laku yang terjadi sudah lari dari etika, maka bermunculanlah berbagai macam
persoalan.
Proses pendalaman etika dalam diri siswa tidak dapat dilakukan secara instan,
melainkan harus melalui proses yang sejalan dengan perkembangan jasmani dan
rohani dari siswa itu sendiri. Proses pendalaman etika dimulai dengan pengenalan
nilai-nilai di dalam keluraga oleh orangtua maupun family yang ada dirumah. Jika
anak sudah dapat bergaul dan beradaptasi di lingkungan sosial masyarakat sekitar
maka ia akan berkenalan sendiri dengan nilai di sekitarnya. Jika anak sudah
bersekolah, maka pengenalan nilai akan semakin banyak dan beragam yang dibawa
oleh teman-teman sekolah, guru dan juga orang lain yang terdapat dalam
lingkungan sekolah.
Sekolah seharusnya mempunyai kewajiban untuk memperluas, memperdalam
pemahaman nilai-nilai yang diperlukan di dalam kehidupan bermasyarakat seperti;
pengenalan etika profesi, etika bisnis, etika berlalu lintas, etika pergaulan, etika

10
berbicara lewat telepon, etika moral dan lain sebagainya. Sekolah hendaknya bukan
lagi penjara bagi siswa yang akan belajar, tetapi hendaknya sekolah dapat
memerdekakan mereka yang akan belajar. Sekolah sebagai tempat untuk
menumbuh kembangkan kreativitas, daya imajinasi dan inovasi, menyenangkan,
menentramkan hati dan tempat dimana siswa memperoleh pelayanan dan
perkembangan etika moral, watak kepribadian dan intelektualnya. Dan untuk guru,
tidak hanya sebagai pengajar yang memasang wajah angker tanpa senyum dan
menakutkan karena kuasa ats siswa, akan tetapi guru harus mampu menjadi
pendamping yang selalu siap dan ramah mendampingi.

b. Objek Etika
Nilai etika dan begitu juga untuk setiap nilai, adalah hasil kegiatan rohani, yakni
akal dan perasaan. Perasaan memberikan bahan-bahannya, akal mengolah bahan
tersebut yang diterimanya. Rasa nilai ini bisa dikerdilkan, diperkembangkan
maupun dipunahkan. Semakin rumit putusan yang dihadapi perasaan, semakin luas
lapangan kerja akal, namun sebaliknya semakin kecil peranan yang dipegangnya.
Dikatakan semakin luas lapangan kerjanya, oleh karena akal dalam menghadapi
keputusan yang muskil itu harus meneliti menganalisa, membanding-bandingkan
dan mengatur hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah pertama (Tas’adi,
2014).

c. Tujuan Etika
Tujuan adalah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok.
“Tujuan etika yang dimaksud merupakan merupakan tujuan akhir dari setiap
aktivitas manusia dalam hidup dan kehidupannya yaitu untuk mewujudkan
kebahagiaan. Tujuan utama etika yaitu menemukan, menentukan, membatasi, dan
membenarkan kewajiban, hak, cita-cita moral dari individu dan masyarakatnya,
baik masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat profesi” (Tas’adi, 2014).

d. Fungsi Etika
Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap seuatu perbuatan
yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika tersebut
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh
manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada
(Tas’adi, 2014).
e. Macam-macam Etika
Pertama, etika deskriptif adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional
tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara
mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai
dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis. Kedua etika normatif adalah etika yang

11
menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang
buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat
(Tas’adi, 2014).
Proses intemalisasi etika dalarn diri siswa tidak dapat dilakukan secara instant,
namun melalui proses sejalan dengan perkembangan jasarnani dan rohani siswa. Proses
intemalisasi dimulai dengan pengenalan nilai-nilai di dalam keluarga oleh orangtua
maupun sanak famili yang serumah. Jika anak sudah bergaul dengan lingkungan social
masyarakat sekitar ia akan berkenalan dengan berbagai nilai disekitarnya. Dan jika ia
sudah bersekolah pengenalan nilai akan sernakin banyak dan beragam yang dibawa
oleh ternan-ternan sekolah, guru dan juga orang lain yang hadir di sekolah. Jika ia sudah
mulai tertarik nonton televisi, rnaka ia juga akan berkenalan dengan nilai yang
ditawarkan dan disampaikan oleh para artis-selebritis melalui adegan-adegan yang
dibawakannya, selain lewat promosi atau iklan yangditayangkan. Nilai-nilai yang
diterima siswa ada yang berbeda bahkan bertolak belakang atau berlawanan dengan
nilai-nilai yang dikenalkan di rumah dandisekolah, ada nilai baru yang tidak belum
dikenal di rurnah dan atau di sekolah. Terhadap rnasuknya nilai tersebut mungkin
diterima melalui saringan atau filter orangtua dan atau lewat guru, tetapi juga ada nilai
yang diterirna tanpa filter (Tas’adi, 2014).
Berbicara tentang persoalan etika dalam dunia pendidikan di antaranya yang
terkait hubungan guru dan murid, murid dengan murid atau murid dengan anggota
masyarakat lainnya. Di sini guru sebagai elemen terpenting dalam pembelajaran, oleh
arena itu guru harus dihormati. Tidak hanya etika terhadap guru saja yang perlu di
perhatikan peserta didik, tapi juga etika dengan siswa yang lainnya dalam bergaul. Etika
sebenarnya memiliki cakupan yang sangat luas di dalam segenap sikap dan tingkah laku
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siapapun yang menghendaki anaknya menjadi
seorang yang berakhlak/beretika, maka hendaklah ia memelihara, menghormati, rendah
hati, dalam setiap tindakan. Etika yang dimiliki seseorang akan dapat meningkatkan
harga diri seseorang. Begitupun sebaliknya ketika seorang anak lari dari etika, secara
sosial anak ini dalam lingkungannya akan bermasalah. Mungkin dia akan dikucilkan.
Nah, beranjak dari kondisi ini semua maka etika menjadi sesuatu yang penting ada
dalam sistem pendidikan kita.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Reformasi Pendidikan
Reformasi pendidikan adalah upaya pendidikan dalam perbaikan bidang
pendidikan, dengan mengubah struktur, tingkah laku atau kebiasaan, penyimpangan
dan praktek yang salah secara keseluruhan menjadi benar dengan menerapkan
metode baru yang lebih baik. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik
dasar yaitu terprogram dan sistemik. Reformasi pendidikan yang terprogram
mengacu pada kurikulum atau program suatu institusi pendidikan. Contoh dari
reformasi terprogram adalah inovasi. Inovasi adalahah memperkenalkan pemikiran
dan ide baru, metode baru atau sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek
dalam proses pendidikan agar terjadi perubahan secara kontras dari sebelumnya
dengan tujuan tertentu yang ditetapkan. Sedangkan reformasi sitemik berkaitan
dengan adanya hubungan kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya
yang mengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sering kali terjadi
di luar sekolah dan berada pada kekuatan sosial dan politik. Karakteristik reformasi
sistemik ini sulit sekali diwujudkan karena menyangkut struktur kekuasaan yang
ada.
b. Konsep Pasar Pendidikan
Dalam dunia pendidikan persaingan menjadi tidak dapat dihindari lagi, banyak
lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam
beberapa tahun ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Salah
satu yang menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu serta
pertumbuhan lembaganya adalah kemampuan administrator dari pegawai di
lembaga tersebut. Pasar merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang
dihasilkan produsen dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan
konsumen. Konsep pasar tidak terlepas dari konsep pemasaran. Pemasaran ialah
proses transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen sehingga calon konsumen menjadi terpacu untuk memiliki produk yang
ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.

c. Pembaharuan Etika
Berbicara tentang persoalan etika dalam dunia pendidikan di antaranya yang
terkait hubungan guru dan murid, murid dengan murid atau murid dengan anggota
masyarakat lainnya. Di sini guru sebagai elemen terpenting dalam pembelajaran,
oleh arena itu guru harus dihormati. Tidak hanya etika terhadap guru saja yang perlu
di perhatikan peserta didik, tapi juga etika dengan siswa yang lainnya dalam
bergaul. Etika sebenarnya memiliki cakupan yang sangat luas di dalam segenap

13
sikap dan tingkah laku dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siapapun yang
menghendaki anaknya menjadi seorang yang berakhlak/beretika, maka hendaklah
ia memelihara, menghormati, rendah hati, dalam setiap tindakan. Etika yang
dimiliki seseorang akan dapat meningkatkan harga diri seseorang. Begitupun
sebaliknya ketika seorang anak lari dari etika, secara sosial anak ini dalam
lingkungannya akan bermasalah. Mungkin dia akan dikucilkan. Nah, beranjak dari
kondisi ini semua maka etika menjadi sesuatu yang penting ada dalam sistem
pendidikan kita.
B. Saran

Saran kami dalam pembuatan makalah ini adalah untuk generasi muda supaya tidak
melupakan proses reformasi pendidikan di Indoensia dan tetap mengikuti
perkembangan reformasi seiring dengan perkembangan teknologi. Mempelajari lebih
mendalam mengenai konsep pasar pendidikan sehingga untuk kedepannya dunia
pendidikan nasional berada pada persaingan yang positif demi mewujudkan cita-
cita/tujuan pendidikan di Indonesia. Serta selalu menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi bentuk norma dan budaya yang ada di Indonesia untuk menjadi
warga negara yang bermartabat dan beretika baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H Yoyon Bahtiar Irianto, M. (2022, September 12). Pemasaran Pendidikan. Retrieved
from Directori File upi: http://file.upi.edu
Hartono, Yudi. (2016). Pendidikan dan Kebijakan Politik (Kajian Reformasi Pendidikan di
Indonesia Masa Orde Lama Hingga Reformasi). Jurnal Agastya, Vol. 6. No. 1. h. 39-
40.
Khafid, M. (2016). Marketing Jasa di Institusi Pendidikan. Jurnal Falasifa. Vol. 7. No. 1. H.
22-23
L, Veronica. (1999). Reformasi Pendidikan di Indonesia Menghadapi Tantangan Abad 21.
Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 6. No. 3. H. 165-166
Minhaji, A. M. (2018). Otonomi dan Reformasi Pendidikan. Jurnal Studi Pendidikan dan
Pedagogi Islam Vol. 3, 23-32.
Munir, M. (2018). Manajemen Pemasaran Pendidikan Dalam Meningkatkan Kuantitas
Peserta Didik. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 1, 79-94.
Raya, M. K. (2016). Marketing Jasa Di Institusi Pendidikan (Analisis Pemasaran dalam
Pendidikan). 21-32.
Tanyid, M. (2014). Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak
Pada Pendidikan. Jurnal Jefray Vol. 12. No. 2, 237-238.
Tas’adi, R. (2014). Pentingnya Etika dalam Pendidikan. Jurnal Bimbingan dan Konseling,
189-198.
Wahyudi, Ahmad. (2019). Analisis Reformasi Pendidikan dalam Mewujudkan Pemerataan
Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Administrasi Publik (Public Administration
Journal). Vol. 9. H. 2-3.
Yaumi, M. (2012). Reformasi Sistem Pendidikan di Indonesia: Suatu Refleksi Kritis Menuju
Perbaikan Kualitas. Repository UIN Alaudin Makassar. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.

15

Anda mungkin juga menyukai