Tim Penulis:
M. Ahsin Sidqi, Dwi Handoyo, Teuku Yusuf, M. Soleh,
Lukman Nulhakim, Hendry Asdayoka, Rusdiansyah, F. Erwin P,
Djamilah Nur Hidayati M, Andri Febriyanto,
Aliansyah Abdullah, Didik Harjanto
Tim Editor:
Cipto Utomo FM, Heru Sriwidodo S
&
IP Academy
PT Indonesia Power
2020
" Saya ingat pengalaman menjadikan PLN
Distribusi Bali WCS (World ClassSservice). Saat itu
juga perlu Strategic Change Leadership -
walaupun saat itu saya nggak ngerti teorinya.
Untuk implementasi dibutuhkan yang praktis.
Perlu menonjolkan : tujuan yang jelas (clear
vision), tahapan mencapai tujuan (roadmap),
strategi operasionalisasinya termasuk
pengawalannya serta pengukuran hasilnya”.
i
PENDAHULUAN:
PERUBAHAN DENGAN SPIRIT
#ENERGYOFTHINGS
“Agar bisa survive dan terus bertumbuh, organisasi harus belajar
lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi, dan people
yang ada di dalamnya harus beradaptasi lebih prima”.
i
telah mencanangkan misi transformasinya sebagai perusahaan solusi
energi. Maka strategi perubahan harus dirancang dan dikelola dengan
baik. People yang berada di IP harus disiapkan sedemikian rupa agar
bisa dan terbiasa dengan perubahan. Demikian pula halnya dengan
proses bisnis dan teknologi/platform yang diterapkan di IP.
ii
menyiratkan pesan yang sangat kuat dan tegas: bahwa IP siap
menyongsong era baru, dimana IP bukan hanya bisa survive namun
juga bertumbuh menjadi business leader di kawasan. IP harus berhasil
menjadi perusahaan solusi energi yang kokoh dan andal. Bahkan
dengan spirit perubahan yang diusung bersama ini, IP juga siap untuk
melakukan ekspansi bisnis lebih luas dan lebih jauh lagi hingga ke
ujung benua Asia dan dunia.
Ada 11 leader yang berbagi di buku ini. Ide-ide dan pemikiran para
leader tersebut, kini ada di hadapan pembaca. Mengisi bab demi bab
di buku “Change Management Indonesia Power” ini.
iii
energi masa depan. Spirit yang lahir dari tagline baru Indonesia Power,
yaitu Energy of Things, harus menjadi bahan bakar untuk terus
berinovasi menjadi yang terbaik.
Spirit inilah yang kita butuhkan untuk mendapatkan solusi bagi masa
depan kita bersama.
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Pendahuluan:
PERUBAHAN DENGAN SPIRIT #ENERGYOFTHINGS .…………………….…. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..……………. v
Bagian 1:
STRATEGIC CHANGE LEADERSHIP
M. Ahsin Sidqi ………………………..…………………………………………..………….. 1
Bagian 2:
SENI BERBISNIS DI LUAR LINGKARAN
Dwi Handoyo ……………………………………………………………………………….. 26
Bagian 3:
MELESAT CEPAT DENGAN ROCKET – HCE
Teuku Yusuf ……………………………………………………………………………..….. 41
Bagian 4:
RISET, INOVASI DAN KOLABORASI
M Soleh ………………………………………………………………………………….……. 53
Bagian 5:
SENI BERMAIN CATUR UNTUK MEMENANGKAN
TUJUAN PROJECT
Lukman Nulhakim ………………………………………………………………………… 74
Bagian 6:
VALUE CREATION MELALUI PROGRAM DESENTRALISASI &
DEKARBONISASI
Hendry Asdayoka …………………………………………….………………….……… 117
Bagian 7:
SINERGI PLTA DAN MASYARAKAT SAGULING WUJUDKAN
ENERGIKERAKYATAN
Rusdiansyah ………………………………………………………………………………. 146
v
Bagian 8:
IP GREAT DAN PROJECT MPP PAPUA
F. Erwin P …………………………………………………………………………………... 156
Bagian 9:
IMPLEMENTASI ISO 37001
UNTUK INSAN IP BERINTEGRITAS
Djamilah Nur Hidayati M ……………………………………………………….…… 166
Bagian 10:
VALUE CREATION OF DELIVERY STRATEGY
Andri Febriyanto ………………………………………………………………………… 183
Bagian 11:
DIGITAL PROCUREMENT
ACTION & IMPROVEMENT
Aliansyah Abdullah ………………………………………………………………..…… 190
Bagian 12:
ENJOYING THE DIGITAL TRANSFORMATION POROCESS
Didik Harjanto ……………………………………………………………………………. 206
Penutup: BERUBAH, UNTUK IP YANG TERBAIK ………………………..… 228
PROFIL TIM PENULIS …………………………………………………………………… 231
vi
1
BAGIAN
STRATEGIC CHANGE
LEADERSHIP
PERAN STRATEGIC CHANGE LEADERSHIP
DALAM KEBERHASILAN TRANSFORMASI
1
STRATEGIC CHANGE LEADERSHIP
M. Ahsin Sidqi
I. LEADERSHIP TRANSFORMATION
2
Energy of Things. Dari segi pemenuhan kebutuhan digital, Indonesia
Power juga menjalankan transformasi digital dengan mengusung
istilah Light Up 4.0 dengan harapan nantinya berhasil membawa IP
menjadi perusahaan “leading change” dalam bisnis solusi energi.
3
Change management sendiri dibutuhkan untuk mengelola proses dan
penerapan hal-hal mendasar di ranah inti seperti IT, proses bisnis,
struktur organisasi, dan pembagian kerja sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko dan biaya agar mendapatkan benefit yang optimal.
Selain dari pada ranah tersebut (utamanya IT, yang dalam diagram di
atas ditempatkan pertama, sejalan dengan agenda transformasi PLN
dan IP), yang harus juga menjadi perhatian besar adalah people yang
ada di perusahaan kita. People memegang peranan paling penting.
Mengapa? Sebab, walaupun bagaimana, sebagus apapun sistem dan
tata kelola yang dibangun oleh perusahaan, ujung-ujungnya tetap
bergantung pada faktor manusianya (SDM atau pegawai).
4
tujuan akhir dari proses yang dijalankan. Oleh karena itu, semua unsur
manajerial di organisasi perusahaan harus bisa menjalankan peran
sebagai leader yang baik, yang bisa mengawal jalannya transformasi.
5
perubahan, karena tidak ada pemimpin yang memotivasi serta
memberikan arahan yang jelas.
6
Di era kini, beberapa penedekatan leadership menggunakan teori
klasik mungkin masih relevan. Namun untuk beberapa keadaan,
terlebih di tengah dinamika global sangat dinamis, diperlukan
pendekatan yang lebih tepat. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa organisasi modern saat ini cenderung lebih flat. Proses
pengambilan keputusan lebih demokratis. Pola hubungan antar
individu lebih egaliter.
7
Jack Welch, CEO General Electric yang juga mentor bisnis terkemuka,
menyatakan bahwa agar berhasil dalam mempimpin dan mengelola
perubahan, change leader harus memiliki lima karakter, yaitu ; (1)
mampu memberikan energi (energy) untuk diri sendiri (2) mampu
memberikan energi kepada orang lain (Energize other) (3) tahu dan
paham ujung dari proses yang dijalankan (Edge) (4) tajam dalam
melakukan eksekusi (Execution) dan (5) memiliki semangat atau
Enthusiasm yang tinggi (passion).
1. Kepercayaan (trust)
Untuk meningkatkan kinerja dan pencapaian hasil, dibutuhkan
komitmen dari seluruh anggota tim atau karyawan. Dan untuk
mendapatkan komitmen tersebut, kepercayaan menjadi
aspek penting.
8
Untuk itu, dibutuhkan lingkungan dengan budaya organisasi
positif yang diambil dari nilai-nilai yang diyakini bersama.
3. Pembelajaran (learning)
Di dalam lingkungan yang terus berubah, dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan baru untuk menghadapinya.
Para leader harus memiliki jiwa pembelajar yang tinggi. Sebab
jika berhenti belajar, mereka akan gagap dan gagal
mengantisipasi perubahan. Akibatnya, kepemimpinannya
menjadi tidak efektif. Organisasi atau perusahaan yang
dipimpinnya bisa dengan mudah tumbang oleh sergapan
badai disruption.
9
menciptakannya, kerja tim dan komunikasi antar anggota
harus ditingkatkan dan diintensifkan. Sebab, kerja tim dan
komunikasi adalah cara terbaik untuk menciptakan ide-ide
inovatif untuk menghasilkan hasil terbaik bagi organisasi
(Maxwell, 2009).
Perubahan yang paling mendasar dalam bisnis saat ini adalah karena
berkembangnya teknologi digital, information, communication dan
technologi (ICT), cloud big data management dan penggunaan
artificial intelligent (AI) dalam proses bisnis dan eksekusi perusahaan.
Digitalisasi menjadikan binsis jadi lebih efisien, kolaboratif &
economical sharing tumbuh dengan banyaknya perusahaan start up
yang mendisrupsi perusahaan besar dan mapan. Para leader
10
diharuskan mampu melalukan perubahan proses bisnis dan mindset
anggota organisasi dengan tranformasi digital yang efektif.
11
memberikan imbal hasil atau reward, baik dalam bentuk
insentif finansial maupun non finansial. Hal ini dimaksudkan
agar orang-orang IT bisa lebih fokus dan semakin termotivasi
untuk mengawal transformasi digital yang berkesinambungan.
12
II. ORGANIZATION TRANSFORMATION
Selain standar kerja tersebut, landasan moral dan etis pegawai BUMN
juga ditetapkan. Kebijakan mengenai ini sebagai penyelarasan surat
edaran BUMN No. 35 tahun 2019 tentang pengelolaan BUMN bebas
korupsi, serta surat Menteri BUMN No. 35 tahun 2020 pelaksanaan
Perpres No.54 tahun 2018 tentang strategi nasional pencegahan
korupsi. Semua BUMN diharuskan menerapkan sistem manajemen
anti penyuapan (SMAP) dengan memperoleh sertifikasi SNI ISO 37001
ahun 2016.
A: Amanah
K: kompetensi
H: Harmonis
L: Loyalitas
A: Adaptif
K: Kolaborasi
13
Mengambil salah satu karakter AKHLAK, yaitu Adaptif dan Kolaborasi,
maka PLN dan anak-anak perusahaannya berupaya untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai dinamika saat ini, baik yang terjadi
di tingkat nasional maupun global.
14
memerlukan transformasi digital dalam proses bisnisnya, mulai dari
sisi pembangkitan sampai dengan pelayanan pelanggan. Transformasi
digital menjadi salah satu yang mendapatkan prioritas. Transformasi
di bidang digital ini telah banyak dilakukan dan telah dapat dinikmati
pelanggan, salah satunya adalah peningkatan customer experience
dengan konsep single platform multiguna.
Bagi PLN, transformasi telah menjadi budaya yang terus melekat kuat.
Dan dalam perjalanan bisnisnya yang telah menapaki usia 75 tahun,
PLN menetapkan “Aspirasi PLN 2024” dengan 4 poin transformasi dan
tagline “Power beyond generation”. Keempat poin tersebut adalah:
1. GREEN
PLN berorientasi melindungi generasi masa depan dengan
menghadirkan energi yang ramah lingkungan.
2. INOVATIF
Adaptif terhadap tuntutan zaman, kreatif dalam menangkap
peluang dan selalu mencari solusi.
3. LEAN
Semangat PLN untuk menjadi lebih gesit, lebih lincah, lebih
efisien, lebih efektif dan lebih optimal.
4. CUSTOMER FOCUSED
Semangat untuk memberi Pelayanan Terbaik kepada
pelanggan, pelayanan PLN akan semakin andal, semakin
terintegrasi dan semakin terkonsolidasi
15
Guna memastikan bahwa transformasi dapat dilaksanakan secara
menyuluruh, berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dijalankan:
16
tahun 2020. Transformasi yang dilakukan secara menyeluruh dari hulu
sampai hilir penyediaan listrik hingga dinikmati pelanggan dengan
jaminan lebih berkualitas dan sesuai dengan keinginan pelanggan
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut;
17
B. Transformasi IP dan Implementasi Strategic Change Leadership
Visi:
Perusahaan energy terpercaya menjadi → terbaik.
Misi:
bisnis pembangkitan menjadi → bisnis solusi energi
Dari perubahan visi dan misi ini, harapannya adalah IP semakin inovatif
dengan melampaui harapan pelanggan, selaras dengan customer
experience pada tranformasi PLN tahun 2020. Selain itu, sebagai
konsekuensi dari bisnis solusi energi yang tentunya akan sangat
menantang, IP menyandarkan masa depan bisnisnya pada keunggulan
SDM dari sisi expertise’s dan entrepreneurship.
18
Untuk mewujudkan visi dan misi barunya, IP menyadari bahwa ada
satu syarat yang harus dipenuhi oleh para leadernya, yaitu kapabilitas
dinamis (dynamic capability). Oleh Barnery J., (2001) dynamic
capability diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
beradaptasi, mengintegrasi, dan merekonfigurasi secara tepat
ketrampilan-ketrampilan internal dan eksternal organisasi, sumber
daya dan kompetensi fungsional untuk menyesuaikan dengan
perubahan lingkungan. Istilah dinamis menunjukkan kapasitas untuk
memperbarui kompetensi-kompetensi organisasi agar mencapai
kesesuaian dengan perubahan lingkungan bisnis (Teece et al., 1997).
Dari hasil penelitian Wang & Ahmed (2007) seseorang dapat memiliki
dynamic capability jika dalam dirinya ada tiga faktor;
(1) Adaptive, kuat dalam merespo perubahan dengan
semangat terbaik.
(2) absorptive, siap menjadi pembelajar mandiri sekaligus
menajdi coach yang andal.
(3) Innovative, selalu berpikir dan bertindak menciptakan
nilai baru bagi perusahaan (value creation).
Jika kita perhatikan peta second curve opportunity, nampak betul jika
perusahaan terlambat melakukan perubahan maka keberlangsungan
dan keberlanjutan usahanya akan terancam. IP menyadari benar akan
hal tersebut. Langkah strategis yang dilakukan IP dalam peningkatan
kompetensi dan kapabilitas di second curve adalah dengan membuat
program capacity building, baik dijalankan secara mendiri ataupun
19
dikolaborasikan dengan partner perusahaan sesuai dengan
kebutuhan.
20
Merit system, teknologi, fleksibilitas dan keandalan yang terbaiklah
yang mendapatkan kesempatan lebih baik untuk menjadi prioritas
dispatching dan pemenang dalam grid.
21
Implementasi dari change management dalam meningkatkan
keandalan dan efisiensi pembangkitan dengan berdasar 3 pilar change
management serta mengadaptasi transformasi PLN dapat disusun
tabel sebagai berikut (Sidqi, MA., 2017);
Hasil yang diharapkan dari terobosan tersebut selain dari sisi keuangan
(cost reduction), adalah juga dalam bentuk peningkatan kinerja serta
akuntabilitas pegawai atau karyawan dalam melaksanakan program
kerja.
22
Dari sisi transformasi digitilasisasi pembangkit, secara umum sudah
baik. Dan seiring dengan berkembangnya teknologi dan munculnya
artificial intelligent (AI), inovasi dan kolaborasi terus dikembangkan.
Perkembangan sampai saat ini, dapat dilihat sebagai berikut:
23
Telah banyak dirasakan oleh IP sebagai hasil transformasi. Dari sisi
transformasi digital misalnya, IP merasakan organisasi lebih solid,
hilangnya silo silo, semua terintegrasi dalam satu system (PT. IP IMS),
dan tahap perencanaan sampai eksekusi bisnis dapat diintegrasikan
sehingga berdampak pada organisasi secara keseluruhan.
24
IP meyakini, dengan kekompakan dan terintegrasinya semua sistem,
semua anggota organisasi akan lebih berani dan terampil melakukan
eksekusi. Hasilnya, perusahaan akan betul-betul berubah sesuai
dengan visi dan misi yang dicita-citakan. Sebab, dengan eksekusilah
perusahaan akan mengalami perubahan (Zaini, Z., 2018).
-------------------------
25
2
BAGIAN
26
SENI BERBISNIS DI LUAR LINGKARAN
Dwi Handoyo
Kebutuhan energi listrik dari masa ke masa trennya selalu naik. Hal ini
disebabkan bukan hanya dari terus bertambahnya kebutuhan energi
oleh masyarakat dunia, akan tetapi juga oleh semakin besarnya
konversi energi yang terjadi dari energi non listrik ke energi listrik.
Salah satunya, konversi bahan bakar minyak dan gas ke sumber energi
listrik.
27
Sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan energi listrik, maka
bisnis pembangkit listrik juga terus meningkat. Mulai dari
pengoperasian, pemeliharaan, peningkatan kapasitas pembangkitan,
konversi teknologi pembangkitan, hingga pembangunan dan
pengoperasian pembangkit-pembangkit baru di berbagai wilayah di
seluruh belahan dunia.
Beberapa negara, seperti halnya Indonesia, yang dari sisi sumber daya
penunjang pembangkitan telah sangat memadai, dari sejak semula
telah menyiapkan diri dengan membangun dan mengelola
pembangkit secara mandiri. Namun beberapa negara yang tidak cukup
memiliki sumber daya, sementara kebutuhan konsumsi listriknya
tinggi, mereka sebagian menggantungkan kebutuhannya dari pasokan
negara lain atau membangun pembangkit sendiri di dalam negerinya
dengan bantuan sumber daya dari negara lain.
28
Reputasi IP di dalam lingkaran industri ketenagalistrikan nasional tidak
perlu diragukan lagi. Telah banyak prestasi dan pengakuan disematkan
kepada IP, baik dari dalam maupun luar negeri.
Saatnya kini bagi IP, untuk tidak lagi menjadi ikan besar di kolam kecil.
IP harus berani keluar lingkaran, membangun basis market di luar
negeri. IP harus bisa meluaskan bisnisnya dengan mendorong berbagai
produk dan layanannya eksis di market overseas.
Vietnam
29
yang kuat di Vietnam, dapat menjadi penarik terhadap model bisnis
yang kita tawarkan ke mitra local di Vietnam. Budaya di jalanan yang
hampir mirip (emak-emak raja jalanan) antara Indonesia dengan
Vietnam, menjadikan rasa persaudaraan se Asean sangat terasa dalam
kerja sama bisnis dengan mitra local. Hal-hal ini lah yang perlu dijaga
sekaligus menjadi perekat agar tujuan bisnis tercapai di kedua belah
pihak.
30
Bangladesh
Pertumbuhan yang besar ini tentunya menjadi pasar IPP yang dapat
dimasuki oleh IP. Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Mayor
Jenderal Azmal Kabir, merinci bermacam benefit bagi investor yang
akan masuk ke Bangladesh. Mulai dari insentif pajak sampai tujuh
tahun, akses bebas ke Uni Eropa, hingga tawaran kewarganegaraan
bagi investor dengan nominal USD 500 ribu.
BEPZA memberikan insentif berupa tax holiday, duty free untuk barang
ekspor-impor, pengecualian pajak dividen, fasilitas Generalized
System of Preferences (GSP), serta bebas duty dan kuota menuju
negara-negara maju, seperti Australia, Kanada, dan Jepang. Dalam segi
insentif non-fiskal, BEPZA juga memperbolehkan pihak asing memiliki
100 persen perusahaan, tak ada batas investasi asing, dan pemberian
kewarganegaraan. Sejauh ini ada 266 perusahaan asing 100 persen
yang beroperasi di zona BEPZA.
31
dalam beberapa tahun ke depan untuk mengantisipasi kebutuhan
listrik yang besar.
32
Kuwait
Pada tahun 2015, system sutet 400 KV GCC memiliki kapasitas 110 GW
dengan permintaan listrik 100 GWh, dan terus meningkat setiap
tahunnya. Kuwait dalam system GCC berkontribusi 1200 MW dan
berencana akan terus ditingkatkan hingga 3000 MW dengan rencana
dibangunnya pembangkit listrik AzZour 2700 MW di 2025. Hal ini
merupakan peluang bagi IP untuk melebarkan sayapnya di Timur
Tengah.
33
Lokasi timur tengah yang strategis dan pusat sumber daya listrik dan
gas, menjadikan timur tengah pusat konflik yang perlu di pastikan
risiko bisnisnya. Khusus di Kuwait, terdapat pangkalan militer milik
USA yang saat ini mampu menjaga perdamaian di Kawasan.
34
menawarkan skor kredit sebagai layanan bernilai tambah bagi
bank dan lembaga keuangan.
6. Memperkuat perlindungan investor minoritas dengan
memberikan pemberitahuan 21 hari untuk rapat umum.
7. Kuwait membuat perdagangan lintas batas lebih mudah
dengan meningkatkan sistem manajemen risiko bea cukai dan
dengan menerapkan sistem izin elektronik baru.
8. Membantu perusahaan kecil dan menengah melakukan
perdagangan internasional.
35
oleh PT Indonesia Power, antara lain dapat dilihat pada gambar 1
berikut:
36
Rangkul Semuanya
Selain stakeholder, pasar pun perlu dirangkul dari semua sisi, mulai
dari titik nol kebutuhan pasar hingga titik adaptif sesuai kondisi
perkembangan jaman. Cara merangkul konsumen tentunya
memerlukan cara yang pas. Pendekatan pada konsumen A tidak dapat
dilakukan pada konsumen B. Bahkan terkadang konsumen akan
datang dengan sendirinya tanpa diundang, saat mereka tahu akan
keberhasilan para marketeer yang tidak dibayar. Para marketeer ini
tentunya adalah para konsumen atau regulator yang puas atau
mengetahui dengan pelayanan prima atas kompetensi yang kita miliki.
Inilah salah satu titik yang harus kita rangkul agar bisnis berjalan sesuai
harapan.
37
Tentukan Arah Tujuan
Dari sisi eksternal, pasar pembangkit listrik dan turunan nya, banyak
terdapat di luar PLN Group.
High Endurance
Melihat potensi bisnis yang besar di luar PLN Group dan dunia,
diperlukan endurance yang tinggi bagi setiap insan PT Indonesia
Power sehingga seluruh potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara
maksimal bagi kepentingan perusahaan. Endurance bukan berarti
38
dimiliki oleh seorang pegawai saja, namun harus menjadi entitas dari
perusahaan itu sendiri yang diwujudkan dalam bentuk Tim lintas
bidang.
It's easy to feel hopeful on a beautiful day like today, but there will be
dark days ahead of us too. No matter how buried it gets, or how lost
you feel, you must promise me that you will hold on to hope. Keep it
alive. We must be greater than what we suffer. My wish for you is to
become hope; people need that. And even if we fail,
what better way is there to live.
-Gwen Stacy,The Amazing Spiderman.
Ciptakan Terobosan
39
dan menciptakan keandalan serta keunggulan harus diasah dengan
baik agar kinerja yang dihasilkan juga baik dan yang tidak kalah
penting, citra Indonesia Power juga akan turut terpoles dengan baik.
-------------------------
40
3
BAGIAN
CULTURE LEAP
HUMAN CAPITAL EXCELLENCE
41
MELESAT CEPAT DENGAN ROCKET - HCE
Teuku Yusuf
Hari ini kita hidup di dalam suatu masyarakat yang lebih kompleks dan
dinamis, di mana teknologi berkembang sangat cepat dan mengglobal.
Sekat-sekat budaya semakin tipis. Arus informasi semakin tak
terbendung. Puncaknya, terjadi perubahan perilaku dan hubungan
antar manusia. Kejutan dan guncangan (yang sering diistilahkan
dengan turbulensi) di tubuh organisasi bisa terjadi kapan saja.
John A. Caslione (2009) dalam karyanya “Chaotics: The Business of
Managing and Marketing in The Age of Turbulence” mengatakan
42
bahwa persoalannya bukan pada bagaimana menghindari turbulensi
akan tetapi ada pada apakah turbulensi tersebut menyebabkan chaos
apa tidak?
Turbulensi, kata Caslione, adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi
dan dideteksi yang akan kita jumpai sewaktu-waktu dalam perjalanan.
Sementara chaos adalah apa yang terjadi pada kita sebagai akibat
ketidaksiapan dalam menghadapi turbulensi.
Kapanpun turbulensi datang, jika organisasi telah memiliki kesiapan
yang memadai, kita bisa miminimalkan chaos.
Untuk memastikan agar kesiapan yang dimaksudkan tersebut benar-
benar menjelma menjadi sebuah kekuatan hebat dalam menghadapi
turbulensi, maka organisasi harus solid. People-nya satu sama lain
harus kompak. Antar departemen dan divisi harus saling mengisi dan
melengkapi. Dan semua itu instrumen tersebut harus berperan dan
berfungsi layaknya satu tubuh. Satu komando. Satu gerakan. Satu
tujuan.
Namun kembali pada fakta bahwa telah terjadi evolusi budaya dan
pergeseran nilai-nilai di hampir semua sendi kehidupan manusia
secara global, maka agar bisa meng-orkestrasi semua elemen dan
instrument organisasi, diperlukan kesatuan paham dan pandang akan
budaya dan nilai yang satu, yaitu BUDAYA dan NILAI Organisasi. Sebab
jika tidak, tentunya bisa dibayangkan bagaimana dampak yang nyata
pasti akan dirasakan apabila people di organisasi masing-masing
bertahan dengan berpegangan erat pada budaya dan nilai masing-
masing.
Dalam konteks yang lebih luas lagi, budaya yang berakar dari nilai-nilai
organisasi tidak hanya mampu menyatukan paham dan pandangan,
namun juga bisa melahirkan kinerja yang hebat.
43
I. FILOSOFI ROCKET
Era disruptif yang terjadi begitu masif dan cepat mau tidak mau, siap
tidak siap, pada gilirannya telah mengantarkan Indonesia Power
berhadapan dengan tantangan yang sangat luar biasa. Di antara
tantangan tersebut adalah, terjadinya perubahan dari sisi proses
bisnis, cara kerja, serta engagement karyawan. Untuk itu, Indonesia
Power telah merumuskan sebuah strategi guna menjaga
keberlangsungan perusahaan melalui pengelolaan human capital
secara holistik.
44
Dengan mengadopsi filosofi sebuah rocket, strategi holistik bertajuk
“ROCKET HCE” ini pun diluncurkan untuk melesatkan perusahaan
hingga mencapai titik tujuan di masa depan.
45
Melalui culture leap promotion, dimana culture menjadi pemantik
muluncurnya rocket, diharapkan perusahaan mendapatkan
produktivitas yang tinggi melalui engagement dan produktivitas
pegawainya.
46
Dalam berorganisasi, IP menyadari bahwa kita tidak selalu
mendapatkan situasi win-win. Ibarat pesawat yang mengudara, dalam
perjalanannya, organisasi tidak terlepas dari kemungkinan terjadi
turbulensi yang diakibatkan perubahan situasi di dalam maupun di
luar. Jika tidak diantisipasi dengan baik, akibat turbulensi ini pesawat
bisa oleng dan kehilangan kendali. Inilah saat dimana pilot harus
cermat dalam bermanuver mengatur posisi dan gerak sayap pesawat.
Cukupkah pilot saja yang berperan?
Organisasi ibarat pesawat penumpang yang besar. Semua orang yang
berada di dalamnya (pilot, co-pilot, awak pesawat dan penumpang)
semuanya berperan dalam menjaga penerbangan tetap kondusif,
terutama dalam situasi darurat. Peraturan dan sistem yang berlaku di
pesawat harus dipatuhi semuanya, tak terkecuali.
Budaya kerja organisasi, mirip dengan sistem kerja dan tata nilai
yang dibangun bersama oleh semua orang yang berada di dalam
pesawat, sehingga bersama-sama semuanya tiba di tujuan dengan
sukses.
47
terjaga dengan baik. Dan inilah yang menjadi agenda utama dalam
menjalankan culture leap.
48
hingga ditetapkan program budaya apa yang akan
diprioritaskan untuk dibangun atau ditingkatkan.
49
(singkatan dari BUat DAta TerpercaYA), dan di ranah leader
program besarnya adalah CERIA (singkatan dari Cek, Evaluasi,
mitigasi RIsiko, dan Akurasi keputusan).
Gabungan dari keduanya kemudian membentuk BUDAYA
CERIA. Program BUDAYA CERIA inilah yang harus dijalankan di
semua unit kerja.
50
workshop serta assignment pada agenda korporat Perusahaan
yaitu SEMESTA BUDAYA. Agenda ini merupakan “Festival
budaya dimana para leader dan change agent
mendemostrasikan proses perubahan budaya yang
diimplementasikan pada unit masing-masing” kemudian
dipilih 3 best implementator sebagai penghargaan dan lesson
learned.
51
Dalam pelaksanaan culture leap ini, secara umum hasilnya terbukti
bagus. Dari berbagai upaya dan improvement dalam rangka
meningkatkan implementasi culture leap yang telah berjalan,
Indonesia Power mulai memetic buah manis dengan penghargaan
yang di dapatkan, antara lain:
52
4
BAGIAN
Riset dan inovasi adalah dua hal penting yang harus saling
menguatkan. Inovasi tanpa riset bisa berujung tidak tepat
guna dan tidaktepat sasaran. Sebaliknya, riset tanpa inovasi
tidak akan menghasilkan apa-apa.
53
RISET, INOVASI DAN KOLABORASI
M Soleh
54
persaingan saat ini ketika pelanggan dan perusahaan mengharapkan
munculnya produk dan teknologi baru. Perusahaan yang berhasil
meningkatkan upaya Riset dengan menerjemahkan upaya untuk
membangun produk baru akan mengungguli pesaing mereka.
Pengeluaran untuk Riset dapat dianggap bukan sebagai biaya tetapi
sebagai investasi.
Dalam industri apa pun, lama atau baru, harus terus merevisi desain
dan rangkaian produk mereka. Ini diperlukan karena perubahan dan
pengembangan teknologi yang terus menerus dan pesaing lainnya dan
perubahan dalam preferensi pelanggan setiap hari yang tidak akan
mungkin terjadi tanpa program Riset dan Inovasi.
55
Kualitas Riset dan Inovasi yang lebih baik tidak hanya akan
menginspirasi para peneliti dan inovator untuk melanjutkan Riset dan
Inovasi mereka, tetapi juga akan meningkatkan kemungkinan lebih
banyak anggaran Riset dan Inovasi dari perusahaan. Mengingat
kualitas Riset dan Inovasi sangat penting bagi perusahaan, kami
mengembangkan konsep jejaring sosial (mis. Kolaborasi Riset dan
Inovasi) yang diharapkan menjadi metode yang efektif untuk
mencapai kualitas Riset dan Inovasi yang lebih baik. Selain itu, karena
setiap peneliti dan inovator memiliki keahlian dan pengetahuannya
sendiri, keragaman anggota yang berkolaborasi dapat menjadi sumber
tambahan untuk memperkuat kualitas Riset dan Inovasi.
Kualitas Riset dan Inovasi yang lebih tinggi tidak hanya menginspirasi
para peneliti dan inovator untuk melanjutkan Riset dan Inovasi
mereka, tetapi juga meningkatkan kemungkinan mendapatkan
dukungan yang lebih besar dari perusahaan. Selain itu, peningkatan
kualitas Riset dan Inovasi juga dapat berkontribusi pada pencapaian
atau promosi di masa depan.
56
meningkatkan keahlian khusus mereka. Keanekaragaman di antara
anggota tim Riset dan Inovasi kolaboratif dapat menjadi sumber
tambahan untuk memperkuat kualitas Riset dan Inovasi.
Gambar 1 Peta kompetensi pegawai yang dibutuhkan untuk mendukung Riset dan
Inovasi
57
dll.), Dan di mana output, produk baru, memiliki karakteristik
kompleks berwujud properti (publikasi, paten, presentasi konferensi,
database, dll.) dan properti tidak berwujud (pengetahuan diam-diam,
kegiatan konsultasi, dll.). Fungsi produksi pengetahuan baru memiliki
karakter multi-input dan multi-output. Indikator utama efisiensi dari
setiap unit produksi (individu, kelompok penelitian, departemen,
institusi, bidang, negara) adalah produktivitas: yaitu output yang
dihasilkan dalam periode tertentu per unit faktor produksi yang
digunakan untuk memproduksinya.
58
Dari rangkaian survey dan asesmen, yang perlu di-highlights adalah
poin-poin berikut ini:
59
60
Asesmen Inovasi dilakukan dengan cara mengisi angket dengan 50
pertanyaan, dengan skala 0 ( sangat tidak setuju) – 4 (sangat
setuju). Angket ini diisi oleh 50 orang responden yang terdiri dari
innovator IP dari berbagai unit pembangkit.
61
Range/Band Maturity
1-2.0 Learning
2.1-3.0 Applying
3.1-4.0 Embedding
4.1-5 Optimizing and Integrating
62
Maturity Kategori System lebih tinggi dari Maturity Kategory People,
namun dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Pada Maturity Kategori
People, Sub Kategori Aspek Budaya lebih rendah daripada Aspek
Kompetensi, namun dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Dari Sub
Kategori Ketersediaan Teknologi mendapatkan nilai yang paling tinggi,
berkorelasi positif dengan telah tersedianya aplikasi dan website
untuk mengelola karya inovasi.
2. Weakness:
a. Kurangnya masukkan dari stakeholder yang diangkat
sebagai inovasi
b. Kurangnya pengetahuan pegawai mengenai cara
memperoleh anggaran untuk mengimplementasikan
inovasi-inovasiny
c. Kurangnya pengetahuan pegawai mengenai tahapan
berinovasi/pengelolaan inovasi
d. Pegawai beranggapan bahwa kita lebih lambat dari
kompetitor dalam mengeluarkan inovasi-inovasi
Perusahaan
e. Pegawai belum banyak yang mengetahui/paham wadah-
wadah inovasi yang diberikan perusahaan
63
f. Kurangnya pengetahuan pegawai mengenai cara
menyampaikan inovasinya untuk dapat
diimplementasikan (alur proses, pengajuan anggaran,
dan wadah2 teknologi yang sudah disediakan
perusahaan)
64
diharapkan dapat menjadi produk unggulan perusahaan di masa
depan, antara lain:
1. Turbin vortex
2. Contra rotating wind turbine
3. Gasifier untuk biomassa
1. Turbin Vortex
Salah satu potensi bisnis baru PT Indonesia Power terkait energi
baru terbarukan adalah pemanfaatan aliran air sungai yang
mempunyai potensi dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik
pembangkit listrik tenaga air. Salah satu pemanfaatan aliran air
sungai yaitu untuk pembangkit listrik micro hydro turbin vortex.
Turbin vortex dapat dikembangkan pada aliran air sungai yang
memeliki head rendah dan debit yang tidak terlalu besar dan
memanfaatkan pusaran gravitasi air dan ramah lingkungan.
Pengembangan teknologi turbin vortex dilakukan untuk
mengasilkan package kapasitas yang efektif dan efisien secara
operasional menyesuaikan dengan tempat dan lokasi yang
dikembangkan. Dari hasil kolaborasi Riset ini dihasilkan
rancangan Turbin Vortex yang ditunjukkan pada Gambar 4.
65
Dari hasil kolaborasi Riset ini dihasilkan rancangan Contra
rotating wind turbine yang ditunjukkan pada gambar berikut:.
66
3. SRF Gasifier
Salah satu potensi bisnis baru PT Indonesia Power terkait energi
baru terbarukan adalah pemanfaatan municipal solid waste
(MSW) atau limbah aktifitas harian masyarakat sebagai sumber
energi listrik. Di antara produk pengeolahan MSW yang sudah
siap adalah pellet refused derived fuel yang dihasilkan oleh
system Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) di Bali.
Kondisi saat ini salah satu metode WtE yang diterapkan adalah
menjadikan pellet SRF sebagai feedstock downdraft gasifier
yang menghasilkan syngas untuk dimanfaatkan di diesel
kapasitas kecil. Untuk menjadikan instalasi ini layak komersial,
maka diperlukan proses scale up agar investasi peralatan dapat
ditekan, serta efisien dan efektif dalam operasional. Dari hasil
kolaborasi Riset ini dihasilkan rancangan SRF Gasifier yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
67
IV. PROSES KOLABORASI INOVASI DENGAN METODE SCAMPER
• Substitute: Pengganti,
• Combine: Menggabungkan,
• Adapt: Menyesuaikan
• Modify: Memodifikasi
• Put into Other Use: Menggunakan pada fungsi lain,
• Eliminate: Menghapuskan
• Reverse: Membalik
68
Gambar 7 Metode SCAMPER
69
Karya Inovasi yang ditingkatkan dengan proses kolaborasi ini dapat
dilihat pada Tabel 1. Rangkaian kegiatan dalam lokakarya kolaborasi
yang menggunakan metode SCAMPER ini dijelaskan dalam gambar-
gambar berikut:.
70
Gambar 8 Lokakarya kolaborasi inovasi dengan metode SCAMPER
71
IV. ALUR PENGEMBANGAN PRODUK DARI IDE RISET DAN
INOVASI SAMPAI MVP
Dari seluruh hasil Riset dan Inovasi yang dihasilkan, selanjutnya akan
dikembangkan menjadi produk perusahaan yang dapat dijadikan
sumber pendapatan baru. Metode pengembangan produk yang dipilh
adalah metode MVP (Minimum Viable Product) yang sering digunakan
pada perusahaan rintisan (Startups), dengan salah satu keunggulannya
adalah sifatnya yang agile (lincah), adaptif serta praktis. Metode MVP
ini kemudian dibakukan menjadi proses bisnis yang terintegrasi
dengan proses bisnis yang berlaku di Perusahaan.
Proses bisnis MVP yang disusun memiliki tujuan akhir yaitu untuk
meningkatkan potensi produk penelitian atau inovasi untuk mencapai
nilai penjualan yang lebih tinggi. MVP yang dibuat diharapkan dapat
mengidentifikasi persyaratan pelanggan dan memvalidasi MVP itu
sendiri. Oleh karena itu, kita dapat mengetahui sejak awal bagaimana
sumber pendapatan diperoleh dan model penjualan mana yang
ditawarkan dalam MVP. Selain itu, proses bisnis MVP akan
menghubungkan hasil potensial dari penelitian dan inovasi
perusahaan dengan pasar yang ada, baik pasar internal perusahaan
dan pasar eksternal perusahaan.
72
(room for improvement) dalam kerangka MVP yang dibuat, tidak
peduli seberapa sederhana inisiasi MVP itu.
Skema pembuatan MVP ini telah dibakukan dalam KPI yang disusun
oleh Team Kinerja & menjadi target dalam Rencana Jangka Panjang
Perusahaan. Skema ini dijelaskan dalam diagram alir pada gambar
berikut:
73
5
BAGIAN
74
SENI BERMAIN CATUR UNTUK
MEMENANGKAN TUJUAN PROJECT
Lukman Nulhakim
I. PENDAHULUAN
75
proyek dan usaha pengembangan lainnya yang menjadi latar belakang
dari SK. Berikut adalah kutipan dari SK tersebut :
Menimbang :
c. bahwa untuk mendukung keberhasilan proyek
sesuai target, Perusahaan perlu
memastikan ketersediaan fungsi organisasi yang
dapat melaksanakan fungsi pengawasan dan
pengendalian keseluruhan proyek secara efektif
dan sesuai prinsip-prinsip Good Corporate
Governance.
Mengenai fungsi utama organisasi ini, diperjelas lagi dalam Surat
Keputusan Direksi nomor 208.K/010/IP/2017, pasal 4 :
Fungsi utama unsur organisasi adalah sebagai berikut :
1. Bidang Proyek I dan II
Memastikan perencanaan dan persiapan serta
pengendalian kegiatan proyek pembangkit
meliputi kesesuaian konstruksi dan instalasi
peralatan dengan desain, jadwal, mutu dan biaya
yang ditetapkan, pengawasan lapangan dan
pengelolaan penugasan lain yang berkaitan dengan
kegiatan konstruksi pembangkit untuk mendukung
pencapaian kinerja Unit Proyek sesuai standar dan
kontrak kinerja yang ditetapkan dengan
mengendalikan biaya, mutu dan waktu secara
efektif dan efisien.
76
fasilitas kerja, pengadaan barang dan jasa,
kehumasan dan community development, K3 dan
lingkungan kerja, yang bertujuan untuk
mendukung pencapaian kinerja unit proyek sesuai
standrad dan kontrak kinerja yang ditetapkan
dengan mengendalikan biaya, mutu dan waktu
secara efektif dan efisien.
77
Gambar 12 Strategic Mission Portofolio Bisnis
78
a. Kompetensi dari tim Unit Proyek
Ada satu diskusi yang mendasar pada saat fase awal berkumpulnya
anggota-anggota baru tim proyek ini, saat periode awal terbentuknya
unit proyek:
“Aktivitas apa yang harus kita lakukan untuk eksekusi proyek ini
ya?”
“Saya kira persis sama dengan cara kerja kita ketika mengawal
proyek investasi”
“Ikuti saja sesuai kontrak”
79
Maka ketika diminta menyusun Job Description pun, basic logic
mengacu pada cara kerja mengawal proyek investasi di unit
pembangkit. Memang tidak salah sepenuhnya asumsi ini, namun akan
kesulitan ketika sampai pada tahap rincian, antara lain bagaimana cara
untuk mengendalikan proyek agar scope sesuai perencanaan,
bagaimana agar pelaksanaan sesuai schedule, biaya sesuai rencana,
kualitas sesuai dengan standard yang dipersyaratkan, bagaimana
mengendalikan risiko proyek, dengan siapa dan bagaimana
berhubungan dengan semua stakeholder yang terlibat, dan lain-lain.
Lebih jauh lagi adalah bagaimana mengintegrasikan Scope- Schedule-
Cost- Quality- Risk- Resources- Stakeholder- Communication-
Procurement? Bagaimana mengintegrasikan Kontraktor dan
Konsultan?
80
dia/mereka cenderung kurang maksimal dalam bekerja,
bekerja tanpa arah, atau bahkan tidak bekerja
• Ada risiko konsultan tidak selalu kompeten, jika tidak kita
pastikan kompetensinya dalam bekerja
• Ownership dalam eksekusi proyek mungkin tidak sama dengan
Indonesia Power sebagai owner, apalagi jika skema
kontraknya tidak berdasarkan pada frame kinerja tertentu
(misalnya terkena penalti jika waktu target terlewati, atau
mendapatkan insentif jika waktu lebih cepat dari target.
Sedangkan Owner, tentu saja memiliki target proyek tepat
Biaya-Mutu-Waktu.
• Ada risiko konsultan Supervisi cenderung pada aspek teknikal,
abai dalam aspek manajemen proyek, sehingga gap realisasi
atas baseline dan risiko-risiko menjadi tidak terkendali.
Sedangkan Konsultan desain, cenderung abai pada aspek
frame waktu dan persyaratan dalam kontrak, dalam beberapa
kasus juga ditemukan permasalahan pada aspek kompetensi
teknis.
81
Intinya sebagai owner, tetap harus mengendalikan dan
mengintegrasikan secara detail semua aspek dalam manajemen
proyek EPC Pembangkit, mengingat yang paling mengalami kerugian
dalam hal ini adalah owner.
c. Proses Bisnis
d. Platform / Teknologi
82
Kemampuan dalam hal-hal tersebut, menjadikan mereka lebih
menguasai aturan-aturan permainan dalam menjalankan proyek
konstruksi, memahami kelemahan-kelemahan owner dari sisi
kontraktual, lebih dapat melihat kondisi-kondisi yang dapat mereka
klaim-kan kepada owner, lebih memahami bagaimana mengelola dan
menggunakan data yang dapat mereka gunakan untuk melakukan
klaim atau counter klaim.
83
Pada contoh pertama dan kedua, menunjukkan pengalaman mereka
dalam mempersiapkan klaim bahwa ketidaksiapan mereka adalah
karena pihak lain, atau dalam rangka persiapan mendapatkan
persetujuan penambahan waktu yang legal secara kontraktual.
84
bergerak, apakah ada aturan khusus dalam catur, siapa yang harus
berhak lebih dulu bergerak dalam catur, bagaimana cara
memenangkan catur. Maka demikian pula halnya dengan proyek,
pertanyaan-pertanyaan serupa juga berlaku, apa itu EPC Contract,
seperti apa EPC Contract Pembangkit Listrik? Bagaimana kita
melangkah? Apakah ada special condition dalam kontrak? Pada suatu
tahapan, siapa yang harus lebih dulu melangkah? Bagaimana agar EPC
Pembangkitan selesai secara Tepat Biaya-Mutu-Waktu?
Contoh Kasus 1 :
Suatu proyek telah ditandatangani kontrak EPC-nya, namun
ternyata setelah dilakukan survei di lapangan, perlu dilakukan
perubahan, bahkan penambahan scope, maka oleh karenanya
dibahas dan disetujuilah penambahan scope dan biaya. Dalam
perjalanan berikutnya, kondisi ini menjadi penyebab
disetujuinya perpanjangan waktu proyek. Pada akhir proyek,
ternyata proyek selesai dengan Biaya dan Waktu yang
melampaui angka yang ditetapkan dalam Financial Feasibility.
Issue: Business Case, Manajemen Scope, Manajemen
Perubahan
Contoh Kasus 2 :
Suatu proyek terlambat, setelah diteliti ada beberapa
penyebab, antara lain karena terlambatnya persetujuan
drawing, mulai pekerjaan terlambat, cor-cor an terlambat
kering, urutan pelaksanaan tidak sesuai jadual, dan dalam
85
pembahasan progress tidak muncul identifikasi kapan paling
lambat harus mulai, apa langkah percepatannya, apa metoda
kerjanya.
Issue: Manajemen Komunikasi, Manajemen Waktu
(Schedule), Kontraktual (kepemilikan float)
Contoh Kasus 3 :
Suatu proyek terlambat, setelah diteliti karena banyaknya
“rework”, penyebab antara lain: pengawasan terhadap
subkon tidak maksimal, pekerjaan dilakukan tanpa ada For
Construction Drawing, Construction Method yang tidak tepat,
perubahan dari For construction Drawing tanpa ada
persetujuan dari pengawas.
Issue: Manajemen Kualitas, Direct & Manage Project,
Document Control, Manajemen Komunikasi
Contoh Kasus 4 :
Konsultan Supervisi suatu proyek, pasif dalam memastikan
jalannya suatu proyek EPC, tidak pernah menghentikan
pekerjaan yang tidak sesuai standard, tidak pernah
memberikan rekomendasi teknis atas perubahan yang
diajukan, namun owner membiarkan kondisi ini berjalan.
Issue: Leadership, pemahaman Manajemen Proyek oleh
Owner maupun Konsultan
Contoh Kasus 5 :
Kontraktor menyampaikan Klaim EOT dengan penyebab-
penyebabnya, namun Owner tidak segera melakukan delay
analysis, counter-claim secara official.
Issue: Manajemen Proyek, Manajemen Waktu (Schedule),
Manajemen Klaim, Kontrak
86
Contoh Kasus 6 :
Suatu Kontrak EPC pembangkitan dimulai ketika akses kepada
lokasi belum sepenuhnya dimiliki, antara lain penguasaan atas
lahan dan ijin-ijin yang berkaitan. Proyek kemudian tidak
kunjung selesai.
Issue: Manajemen Proyek (terutama scope-schedule-cost-
quality-risk-stakeholder), Business Case, Legal
Contoh Kasus 7 :
Suatu proyek EPC Pembangkitan dimulai ketika perjanjian jual-
beli atas produk belum disepakati. Ketika proyek selesai,
transaksi atas output produk tidak dapat dilakukan, atau
output sudah dijual tetapi transaksi atas penjualan tidak dapat
dilakukan.
Issue: Manajemen Proyek (terutama scope-schedule-cost-
quality-risk-stakeholder), Business Case, Legal.
Oleh karena itu manajemen proyek suatu menjadi hal penting yang
harus dikuasai dan diterapkan untuk setiap kontrak EPC Pembangkit.
87
Perubahan dan kepemimpinan perubahan atas mutasi pegawai-
pegawai yang sebelumnya bergabung dalam tim Unit Pembangkitan
ke Unit Proyek menjadi hal yang diperlukan.
Arah dari strategi yang coba diterapkan penulis dalam lingkungan kerja
adalah sejalan dengan “PMI Talent Triangle”.
88
§ Fokus pada elemen-elemen manajemen proyek teknikal kritis
untuk setiap proyek yang dikelola. Fokus ini secara sederhana
adalah memastikan tersedianya data-data yang tepat,
misalnya fakto-faktor sukses yang kritikal dari proyek,
schedule, laporan finansial, issue log, dan lain-lain
§ Menjahit tool-tool, teknik-teknik dan metoda-metoda proyek
§ Membuat perencanaan secara detail dan menetapkan
prioritas
§ Mengelola elemen-elemen proyek seperti schedule, cost,
resources, risiko, dan lain-lain.
Leadership
Skills ini adalah kemampuan untuk membimbing, memotivasi
dan mengarahkan tim. Skilss ini termasuk juga kemampuan
mendemonstrasikan kapabilitas yang esensial seperti negosiasi,
ketahanan, komunikasi, problem solving, critical thinking dan
interpersonal skills.
Untuk mencapai hal tersebut, berikut adalah tahapan-tahapan
yang dilakukan :
89
1.1 Menetapkan Sasaran strategi
90
diselaraskan dengan peranan masing-masing dalam Organisasi.
Tata Kelola Proyek adalah Manajemen Proyek, Manajemen
Program dan Manajemen Portofolio. Penguasaan Desain dan
Konstruksi Pembangkit Listrik menjadi target karena proyek yang
akan dieksekusi adalah pembangkit Listrik, sekaligus yang sudah
menjadi ciri kompetensi PT Indonesia Power.
91
Untuk proses, disusun Proses Bisnis mengacu pada : Kebijakan
PLN yang berkaitan dengan Proyek, Kebijakan-kebijakan yang
ada di Indonesia Power, Project Management Body of
Knowledge (PMBOK).
92
Inisiasi : mengidentifikasi business case, ketersediaan
anggaran, pemenuhan lahan dan perijinan,
risiko, stakeholder, kontrak dan dokumen-
dokumen hand-over lainnya
Perencanaan : penyusunan Rencana Manajemen Proyek,
meliputi: scope, schedule, cost, quality, risk,
resources, communication, stakeholder,
procurement
Eksekusi : Menetapkan tim beserta pembagian
perannya, PM & SM mengarahkan dan
mengelola proyek beserta pembelajarannya,
mengupdate register risiko dan rencana
response-nya, identifikasi issue-issue,
stakeholder dan komunikasinya.
Monitor & Kontrol :
Monitor & Kontrol Pelaksanaan Pekerjaan,
mengelola perubahan-perubahan, validasi
dan kontrol scope, kontrol schedule-biaya-
kualitas-resources, monitor risiko, komunikasi
dan stakeholder oleh Project Manager
Penutupan : Rencana Penutupan sesuai Rencana
Manajemen Proyek
93
IV. PELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN
Beberapa kegiatan pelaksanaan aksi perubahan adalah sebagai
berikut :
§ Telah tersusunnya Rencana Pelatihan jangka pendek dan
jangka panjang : Materi Pembelajaran, Peserta, waktu
pelaksanaan dan anggaran
§ Telah terintegrasinya materi pelatihan Manajemen
Proyek dengan IP-Academy BDE School
§ Telah terlaksananya pelatihan PMBOK, baik melalui IAMPI
maupun PMI
§ Telah terlaksananya pelatihan scheduling dengan
Microsoft Project
§ Beberapa personel telah mendapatkan sertifikat Ahli
Muda Manajemen Proyek (IAMPI)
§ Project Manager dan Site Manager mengalami
peningkatan kemampuan dalam hal mengintegrasikan 9
wilayah pengetahuan PMBOK
§ Rencana Manajemen proyek, Risiko dan Rencana Respon
telah disusun oleh tim Manajemen Proyek
§ Tim lebih mampu memahami Baseline Schedule beserta
asumsi-asumsi yang melatarinya
§ Penguasaan atas kontrak dan pengelolaan Klaim lebih baik
§ Peningkatan kualitas dalam hal Kontrol Dokumen
§ Transfer pengetahuan Subject Matter Expert untuk
analisa klaim dan Time-Impact-Analysis / As-Build versus
Planned Anaylisis
94
Gambar 16 SK Tim Capacity Building
95
Gambar 18 Implementasi Capacity Building
96
Gambar 20 Rapat Internal yang meliputi semua area Manajemen
Proyek
PROJECT MANAGER :
Bagi saya merupakan sebuah tugas untuk merencanakan, memimpin
tim, menjaga proyek tepat waktu dan sesuai anggaran, dan pada
akhirnya bertanggung jawab atas keberhasilan, atau kegagalan, suatu
proyek.
Bagi saya diawal memasuki dunia proyek terdengar sesuatu yang luar
biasa dan mungkin akan menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Namun sejalan dengan waktu, ada banyak hal yang saya pelajari dan
perlu di kembangkan untuk menjadi seorang Project Manager.
97
Organisasi dan Kepemimpinan tidak sepenuhnya saya dapat saat
berada di Bidang Operasi dan Pemeliharaan.
98
perencanaan atas efisiensi pelaksanaan proyek dan CMC
ke tim managemen proyek.
B. PENGALAMAN
Sebagai seorang Project Manager bagi saya merupakan suatu
posisi yang saya dapat secara "kebetulan". Namun secara
pribadi pengalaman sebagai Project Managemen dapat
diperoleh dari hal apapun dan di manapun. Pengalaman yang
berharga untuk menjadi Project Manager dalam konstruksi
pembangkit adalah 11 tahun berada di pembangkit dalam
bidang Operasi dan Pemeliharaan.
99
c. Kalender dan jadwal kegiatan : aplikasi yang membantu
Project Manager untuk mengelola waktu dan jadwal
kegiatan diluar teknis EPC. Software ayng digunakan
Microsoft Team.
d. Enginering Proses : aplikasi yang membantu Project
Manager untuk mengelola proses engeinering. Software
yang digunakan untuk proses engienring di IP belum ada,
namun untuk mengoptimalkan menggunakan storage one
drive untuk mengelola file proses engineering.
E. SERTIFIKASI
Sertifikasi PMP adalah untuk manajer proyek yang bekerja yang
sudah memiliki banyak pengalaman, tetapi ada opsi lain di luar
sana untuk mereka yang kurang berpengalaman. Misalnya,
CAPM (Certified Associate in Management Project).
F. TAHAP AKHIR
Sebagai seorang Project Manager perlu
mengembangkan/memperbaiki terus menerus
Kemampuan managemen waktu, keahlian dalam berorganisasi
dan kualitas kepemimpinan. Hal hal ini lah yang membuat
100
Project Manager harus menanamkan konsep pemikiran "Agile"
tangkas dalam suatu proyek sehingga dapat melakukan
adaptasi yang kuat atas perubahan kondisi, penyesuaian
terhadap peraturan dan Flexibel atas pengambilan keputusan
untuk mencapai tujuan dari suatu proyek : Tepat mutu, tepat
waktu dan tepat biaya.
I. PENDAHULUAN
Proyek adalah rangkaian kegiatan/aktifitas yang bersifat
sementara untuk menciptakan sebuah produk, layanan
ataupun hasil yang unik.
Karakter umum dari sebuah proyek adalah :
• Kegiatan yang bersifat sementara, memiliki waktu
awal/start dan waktu akhir/finish yang jelas
• Menghasilkan produk, layanan atau hasil yang unik
101
Kompleksitas dari sebuah proyek dipengaruhi oleh
ketergantungan antara sistem yang satu dengan yang
lain hingga level komponen
b. Perilaku manusia
Berhasil atau tidaknya sebuah proyek dapat
dipengaruhi oleh bagaimana komunikasi, respon dan
ketergantungan dari masing-masing individu di dalam
menjalankan tujuannya masing-masing untuk
menyelesaikan sebuah proyek
c. Kondisi ketidakpastian
Adanya kondisi-kondisi di luar kendali ataupun
perencanaan yang dapat mempengaruhi selesai atau
tidaknya sebuah proyek.
102
Bagi seorang site manager, tahapan di dalam proses project
management dapat menjadi panduan di dalam mengelola
sebuah proyek.
1. Tahapan Initiating
Pada tahapan ini idealnya merupakan bagian dalam
merencanakan sebuah proyek dan merupakan tahapan di
dalam mendefinisikan sebuah proyek ataupun sebuah fase
baru pada proyek yang sudah ada melalui perolehan
otoritas/kewenangan untuk memulai sebuah proyek
ataupun fase baru.
103
f. STO (Struktur organisasi)
g. Sasaran dan tujuan proyek
h. Unique deliverables (produk yang diinginkan) dari
proyek
i. Stakeholder terkait
j. Basic communication
k. Anggaran yang tersedia dan rencana Term of Payment
l. Identifikasi dan mitigasi awal resiko proyek
2. Tahapan Planning
Dalam tahapan ini, dibutuhkan kerja sama antara SM dan
PM untuk mengidentifikasi :
• Scope of work atau battery limit dalam proyek ini (Scope
base line)
• Schedule berdasarkan Master schedule dan Keydate
Schedule sesuai kontrak (Schedule baseline)
• Budget yang akan keluar dalam bentuk Overhead
Project dan Term of Payment Project (Cost Baseline)
• Kebutuhan banyaknya SDM yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek (Resource baseline)
• Risk yang sudah teridentifikasi (Risk baseline)
• Serta hubungan dengan stake holder sudah mulai
dilakukan (Stakeholder baseline)
104
design review sudah terkontrak dan dapat mulai
untuk memastikan apa yang menjadi kebutuhan
proyek tersebut dari berbagai bidang disiplin ilmu.
b. Koordinasi dengan Penerima Kerja Proyek untuk
melakukan proses NTP (Notice to Proceed) dan Kick
Off Meeting Proyek
c. Koordinasi dengan Internal Stake Holder Terkait
(sebagai contoh pemberi kontrak) untuk memastikan
hal-hal yang menjadi tanggung jawab pelaksana
konstruksi proyek (UPR) dan di luar wewenang
pelaksana konstruksi proyek
d. Koordinasi dengan Eksternal Stake Holder terkait yang
dapat mempengaruhi waktu penyelesaian proyek.
3. Executing
Proses executing dimulai dengan keluarnya NTP (Notice to
Proceed) dari Pemberi Kerja kepada Penerima Kerja.
Dibutuhkan kerjasama SM dan PM untuk melakukan
berbagai koordinasi untuk memastikan bahwa deliverable
product sesuai dengan scope base dan time base line.
4. Closing
Closing dibutuhkan dalam proyek karena merupakan
bagian terakhir dalam project lifecycle
105
IV. Bagaimana PMBOK dapat mengubah pola pikir dalam
melaksanakan proyek ?
106
Dalam proyek, kita mengerjakan apa yang tidak kita lihat
dimana barang atau unit tersebut belum ada. Semuanya
hanyalah dikerjakan berdasarkan informasi, data-data teknis,
serta koordinasi dengan berbagai stake holder sehingga mau
tidak mau, kemampuan komunikasi dan pengelolaan ego
harus dilakukan, karena adanya ketergantungan antara stake
holder yang satu dengan yang lain, antara pemilik dan
pelaksana proyek, antara sistem yang satu dengan yang lain
serta faktor-faktor lainnya yang harus dikendalikan demi
keberhasilan sebuah proyek.
107
Tanpa perencanaan yang baik maka faktor-faktor ambigu (non
foreseen factor) serta ketidakjelasan high level requirement
dapat menyebabkan terganggunya life cycle sebuah proyek
atau bahkan yang lebih parah lagi, proyek tersebut berhenti
dengan segala kekurangannya.
108
C. AGUNG SANJAYA
– CONTRACT & CLAIM MANAGEMENT STAFF
109
c. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna
jasa dan penyedia jasa.
110
Dalam kontrak konstruksi pembangkit yang ada di lingkungan PT
Indonesia Power pada dasarnya diatur menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) solusi
damai (amicable solution), atau (2) penunjukan professional ahli
sebagai mediator (expertise as mediator), atau (3) arbitrase.
111
Apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, pada perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, maka wajib
diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan
bunga. Walaupun demikian, kreditur berhak menuntut penghapusan
segala sesuatu yang dilakukan secara bertentangan dengan perikatan
dan kreditur dapat mengajukan kuasa dari Hakim untuk mengusulkan
penghapusan atas segala sesuatu yang telah dibuat itu atas
tanggungan debitur. Hal ini tidak mengurangi hak untuk menuntut
penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika terdapat alasan untuk hal
tersebut.
112
contract/construction agreement. (Mengenal Kontrak Konstruksi di
Indonesia, Ir. H. Nazarkhan Yasin)
113
Des Ingenieurs Counsels), JCT (Joint Contract Tribunals) dan
lainnya.
c. Versi swasta/asing
114
Dari checkpoint di atas, terlihat adanya pengaruh program perubahan
terhadap cara pikir dan perilaku beberapa personel yang terlibat
dalam pengendalian proyek di lingkungan PT Indonesia Power.
115
3. Belum semua personel dalam unit Proyek mendapatkan
materi pembelajaran PMBOK, sehingga kadang anggota
tim/beberapa anggota tim belum satu kesatuan langkah
dalam menyelesaikan permasalahan
Cara mengatasi :
a. In House Training dari peserta yang telah mendapatkan
training
b. CMC dari atasan
Kesimpulan :
Mengelola proyek selayaknya seperti bermain catur, berstrategi untuk
memenangkan tujuan (permainan) proyek, yaitu proyek tepat Biaya-
Mutu-Waktu, melalui penguasaan terhadap aturan main dan cara-cara
melaksanakan kontrak EPC Pembangkit. Oleh karenanya, tim yang
faham tentang knowledge Proyek EPC, eksekusi sesuai proses
berbasis PMBOK dan secara telaten mengelola isu-isu yang
menyertainya menjadi hal yang penting.
Rekomendasi :
Proses pengembangan pembangkit dari hulu ke hilir berbasis
standard, baik Project Management Body of Knowledge – PMBOK
(PMI) atau ISO 21500.
---
116
6
BAGIAN
VALUE CREATION
PROGRAM DESENTRALISASI & DEKARBONISASI
117
VALUE CREATION MELALUI PROGRAM
DESENTRALISASI & DEKARBONISASI
Hendry Asdayoka
Indonesia, dengan 17.504 pulau besar dan kecil, terdapat sekitar 6.000
pulau yang tak berpenghuni. Artinya, sebagian besar pulau-pulau telah
berpenghuni. Meskipun demikian, ada kurang lebih 2.500 area pulau
berpenghuni yang hingga saat ini belum teraliri listrik.
118
listrik di wilayah-wilayah terpencil atau yang kebutuhan konsumsi
listriknya belum terlalu besar namun sudah sangat vital untuk
dipenuhi.
119
1. PLTS+BESS dapat meminimalkan penggunaan biomassa serta
area lahan tanam yang dibutuhkan.
2. PLTS+BESS tetap dapat dimanfaatkan apabila terjadi keadaan
kahar pada PLT Biomassa.
3. Dapat mensuplai listrik 24/7 dengan Energy Management
System (EMS) yang baik dan sizing battery yang optimal.
Sustainability
1. Daya PLTBm sudah memperhitungkan ketersediaan lahan dan
buffer-nya.
2. PLTS+BESS dioptimalkan untuk menghemat penggunaan
Biomassa
3. Kombinasi ketiganya siap mensuplai listrik 24/7 secara handal
Affordability
1. Tarif lebih terjangkau, dibawah BPP regional setempat
2. Terdapat min. threshold kapasitas untuk mengoptimalkan
LCOE
3. Untuk suplai listrik rumah tangga dan industri lokal
4. Sudah memperhatikan daya beli masyarakat setempat
Autonomy
1. Menggunakan Biomassa yang ditanam di lokasi setempat
dapat menekan logistic cost
120
2. Studi mengenai penggunaan biomassa dilakukan di setiap
lokasi (a.l. tipe tanaman, sumber energi local, lahan, jenis
satwa, dll)
Reliability (Maintainability)
1. Penggunaan material yang awet untuk menghindari failures
2. Bentuk unit Modular dan Containerized sebagai solusi
kemudahan logistik dan implementasi.
121
II. KONSEP MINIGRIDS TERSEBAR (SCATTERED)
Sesuai dengan karakteristrik minigrids dimana daya yang dihasilkan
dan jaringannya terbatas, maka perlu penyebaran lokasi di banyak titik
untuk mendekatkan dengan konsumen pengonsumsi listrik.
Disamping itu, penggunakan biomassa sebagai bahan bakar
pembangkit yang juga membutuhkan pasokan tidak hanya dari satu
titik pemasok, juga menjadi tambahan alasan mengapa minigrids ini
harus tersebar.
122
Metode “Inti dan Plasma”
Mengimplementasikan sistem Inti dan Plasma (70% : 30%)
“Inti” merupakan sejumlah area tanam yang khusus
digunakan untuk mensuplai PLTBm. Inti hanya akan
menggunakan lahan tidak terpakai di pulau.
“Plasma” merupakan sejumlah area tanam yang dimiliki oleh
masyarakat setempat dan dapat digunakan untuk mensuplai
PLTBm
Memanfaatkan Sumber Daya Lokal
Mengoptimalkan penggunaan sumber daya energi lokal dalam
2 – 3 tahun, kemudian menggantinya dengan tanaman trubus
secara bertahap (i.e. Red Caliandra & Gliridicia Sepium)
Penggunaan Arang Gasifier
Penggunaan arang/ash hasil pembakaran biomassa dapat
mempercepat pertumbuhan calliandra dari awalnya 40
ton/Ha/Year menjadi 100 ton/Ha/Year
Pertumbuhan Tanaman Cepat
Tumbuhan calliandra dapat tumbuh hingga 3 meter dalam
waktu 8 – 12 bulan dan akan terus tumbuh hingga 15 – 25 tahun
mendatang
Pemanfaatan Sumber Lain
Agar dioptimalkan juga dengan biomass waste yang tersedia di
pulau tersebut (i.e. tempurung kelapa dan kayu-kayu yang
sudah tersedia).
123
Langkah-langkah ini tergambar dalam dokumentasi berikut ini:
124
125
126
127
Tools & Methodology of Study
IP & EDF telah melaksanakan preliminary study di seluruh Provinsi
Maluku dan mengidentifikasi 10 lokasi potensial terdiri dari 4 lokasi
utama (yang telah terdaftar dalam RUPTL) dan 6 lokasi tambahan
(dengan potensi besar).
128
Usulan Lokasi Project Minigrids
No Location Regency
1 Langgur Maluku Tenggara
2 Amahai Maluku Tengah
3 Dobo Kepulauan Aru
4 Saumlaki Tanimbar
5 Seira Tanimbar
6 Elat Maluku Tenggara
7 Haruku Maluku Tengah
8 Seram Utara Maluku Tengah
9 Lamdesar Tanimbar
10 Benjina Kepulauan Aru
129
130
131
132
133
134
Konseptual Desain Minigrids
Battery Storage
Solar PV Biomass PP
Adjustable Design
Reliable
1. Listrik akan tersedia 24/7 dengan tarif komp. ABCD/kWh yang
lebih rendah dari BPP. Dengan begitu, infrastruktur listrik
dapat terealisasi yang dapat mensupport ekonomi setempat.
2. Pengelolaan O&M mudah remote & centralized.
135
Sustainable
1. Realisasi “Green Industrial Islands” dapat membantu
pencapaian target RE23% Indonesia tahun 2025.
2. Membantu ekonomi industri kecil dan menengah serta
Pengembangan Bisnis local baru a.l. perikanan, pertanian,
livestock, peternakan, dll.
3. Pulau-pulau terisolasi tidak lagi bergantung pada fuel supply
dari pulau-pulau besar.
Independent
1. Memanfaatkan Kearifan Lokal (sumber daya energi lokal
yang tersedia, matahari/angin/biomass).
2. Mengandalkan SDM dan ekosistem lokal untuk operasi.
3. Implementasi Smart grids dipertimbangkan agar pola operasi
dan monitoring dapat dilakukan jarak jauh.
4. Konstruksi MV Undersea Cable juga dapat dijadikan
opsi/apabila dibutuhkan/untuk menghubungkan pulau-pulau
terdekat.
Maluku
9,131%
136
Project Financing
Bundled Project
Terdapat persyaratan threshold nilai pinjaman dari lenders
untuk project financing, maka dari itu proyek ini akan
dijalankan dalam bentuk portfolio/bundled project financing.
Hal ini terutama dalam rangka mendapatkan pendanaan yang
kompetitif.
Execution Time
Portfolio project financing mempersyaratkan seluruh lokasi
proyek harus mencapai financial closing maksimal selama 18
bulan.
137
Business Model
138
Permodalan à Terdapat 3 potensi usaha bentukan yakni SPC
Pembangkit; Feedstock Co. dan Fish Industry
1. SPC: Pendanaan melalui project financing. Equity portion
menggunakan persyaratan PLN tentang equity loan
2. Feedstock Co.: Perusahaan plantation management & fuel
supply biomass. Kerjasama permodalan antara swasta/EPN
dengan BUMD
3. Fish Industry : Perusahaan investasi pada cold storage dan
pabrik es. Penyertaan modal oleh Anak usaha YPK IP/ DAPEN
PLN.
Suplai Listrik à Off-taker oleh PLN untuk suplai listrik mandiri,
reliable, sustainable dan terjangkau bagi sistem
139
III. DAYA TARIK BISNIS MINIGRIDS KEP. MALUKU
Dampak Ekonomi
Minigrids dapat meningkatkan perekonomian daerah melalui
peningkatan ekonomi industri kecil dan menengah serta
memaksimalkan sumber daya manusia dan ekosistem lokal
setempat.
Tarif Atraktif
1. Mengacu pada KEPMEN ESDM No. 55 Tahun 2019 Tentang
Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan, BPP untuk
140
Wilayah Maluku dan Maluku Utara berkisara antara 2.299 s.d
3.041 Rp/kWh.
2. Sedangkan BPP untuk Sub Sistem Kecil lainnya, mencapai
3.041 Rp/kWh.
Transfer Technology
Suplai Listrik yang tersedia 24/7 untuk pulau-pulau kecil di
Indonesia serta sub sistem kecil menggunakan teknologi
pembangkit dengan konsep Hybrid (Solar PV, Biomass, dan
Baterai) dan distribusi smartgrids sehingga technology
transfer pada suatu daerah dapat dilakukan. PLTD hanya akan
digunakan sebagai back-up system.
141
Peningkatan pertumbuhan ekonomi terbesar berasal dari sektor
perikanan, pertanian, kehutanan.
142
Segmentasi Pengembangan Area Maluku dan Maluku
Utara
143
Captive Power Industry
Tantangan
144
Arah Pengembangan Kedepan
• Program minigrids ini diharapkan dapat direplikasi untuk wilayah-
wilayah di Indonesia, karena wilayah Indonesia terdiri dari
banyak lokasi-lokasi terisolasi yang cukup memberikan tantangan
untuk penyediaan listrik di area tersebut.
• Dapat menjadi solusi untuk program de-dieselisasi yang saat ini
sedang massif pengerjaannya
• Pada arah pengembangan teknologi selanjutnya, dapat
dimungkinkan juga pembangkit PLTHybrid ini terdiri dari
kombinasi Pembangkit EBT lainnya, seperti PLTB, PLTMh,
PLTBiogas, dan Waste-to-Energy
145
7
BAGIAN
ENERGI KERAKYATAN
PLTA SAGULING
SINERGI PLTA & MASYARAKAT SAGULING
146
SINERGI PLTA DAN MASYARAKAT SAGULING
WUJUDKAN ENERGI KERAKYATAN
Rusdiansyah
Di atas kertas, keberadaan waduk dengan debit air yang cukup besar
tersebut mampu mempertahankan kapasitas sebagaimana tertulis di
atas. Akan tetapi, dalam kenyataannya dari tahun ke tahun meskipun
permukaan waduk tidak banyak berubah, namun volume air waduk
147
sedikit demi sedikit berkurang. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengendapan di dasar waduk yang dipicu antara lain oleh banyaknya
aktivitas masyarakat di sekitar waduk yang memanfaatkan waduk
untuk beternak ikan dengan sistem karamba.
Berdasarkan data dari dinas perikanan Jawa Barat, tidak kurang dari
30.000-an petak KJA beroperasi di waduk Saguling dan melibatkan
sedikitnya 1.500 pemilik dengan lebih dari 5.000 pekerja. Melarang
pengoperasian KJA ini, tentunya bukan hal yang mudah. Pun
mengatur dan mengendalikannya.
148
petani ikan karamba menjadi pengelola eceng gondok untuk dijadikan
briket menjadi salah satu alternatif yang dirasa tepat.
149
Sekali lagi, di satu sisi, ini adalah tantangan yang harus diatasi, namun
juga peluang yang harus digarap dengan serius dan terukur.
Berdasarkan uji coba pilot project, dari 3 ton eceng gondok kering yang
dijadikan briket (bio-coal), mampu menghasilkan proses gasifikasi
genset sebesar 10 kW. Sementara itu, potensi yang bisa dihasilkan dari
normalisasi waduk dengan pengambilan eceng gondok berikut
150
endapan lumpur dan sampah, sekurangnya 100 ton bahan baku
potensial pembuatan briket bisa dihasilkan per-hari.
Dari 100 ton bahan baku ini, diperkirakan bisa menghasilkan bio-coal
dengan kemampuan gasifikasi 2 MW.
Kondisi Saat Ini Litbang Karakterisasi Bahan & Proses Normalisasi Waduk Saguling
Lumpur Endapan
PROYEK PRODUKSI
Sampah PILOT MASSAL
Terbawa 3 TON/HARI > 100 TON/HARI
Sungai Sampah Kota Sampah Peuyeumisasi
% Disposal
100
Digestasi Anaerob (Disposal Parsial)
90
80
Insenerasi (%Destruksi
70
Eceng Gondok 60
> 3.000 kal/g Eceng Gondok Eceng Gondok
Proses Pemilahan
50
40
Proses Ganda Pirolisis -
Gasifikasi Temperatur Tinggi Sampah
(Disposal Total)
30
20
10
TPS Gas Sampah 0 1200 2400 3600 4800 6000 7200 8400 9600
Nilai Kalor Total (Kkal/Kg)
Produk Produk
Lindi Peuyeumisasi Peuyeumisasi
151
Secara umum, program sistem operasi biomassa waduk saguling
(Biomass Operation System of Saguling atau BOSS) dilaksanakan
dengan proses yang dimulai dari pengambilan eceng gondok dari
waduk, dilanjutkan denga proses peuyeumisasi (fermentasi),
pembuatan briket dengan mesin yang telah disiapkan di workshop,
dan terakhir adalah gasifier.
Bagi PLTA Saguling, keberhasilan program BOSS ini memiliki arti yang
sangat penting. Hal ini sejalan dengan semangat Indonesia Power yang
berkomitmen menyediakan pembangkitan ramah lingkungan dengan
konsep EBT (Energi Baru Terbarukan).
152
dalam proses pembuatan briket (bio coal) berbahan dasar eceng
gondok.
153
mengundang mereka untuk hadir dan berdiskusi di kantor PLTA
Saguling.
154
Secara Tangible Benefit pengembalian modal untuk pengelolaan
briket akan lama, namun dalam intangible benefit akan terasa
dampaknya yaitu kebersihan lingkungan waduk Saguling dari sampah
dan gulma air.
155
8
BAGIAN
IP GREAT IN PAPUA
PAPUA DAMAI DAN TERANG DENGAN MPP
156
IP GREAT DAN PROJECT MPP PAPUA
F. ERWIN P
157
Guna mempercepat pelaksanaan pembangunannya, PLN menugaskan
pembangunannya ke salah satu Anak Perusahaannya yaitu PT
Indonesia Power (IP) yang bergerak di dalam bidang Pengembangan
dan Pengelolaan berbagai jenis pembangkit listrik. Salah satu
pembangkit listrik yang merupakan penugasan dari PLN dan harus
dibangun oleh IP adalah pembangkit dalam bentuk Mobile Power Plant
(MPP) dengan tipe landbased yang bertujuan agar dapat dengan
mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
158
PLN menugaskan IP untuk mengembangkan MPP Tersebar di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat dengan kapasitas total berjumlah 120
MW. Penugasan dari PLN tersebut berdasarkan:
1. RUPS No. 3546/STH.01.04/SETPER/2016 tanggal 08 November
2016 tentang Sirkuler Persetujuan Penugasan Perseroan
Untuk Pembangunan Mobile Power Plant (MPP)
2. LOI No. 2135/DAN.02.04/DIRUT/2017 tanggal 25 Oktober
2017 tentang Letter of Intent kepada IP untuk Pengembangan
Pembangkit Mobile Power Plant (MPP)
3. Surat No. 0770.REN.06.01/DITREG-MP/2018 tanggal 31 Mei
2018 perihal Penggabungan PLTMG Sorong 30 MW dengan
PLTMG Sorong 20 MW
159
Pengembangan PLTMG MPP Tersebar 120 MW terletak di beberapa
lokasi di Papua dan Papua yaitu:
160
Indonesia. Dimana dalam kerjasama tersebut diharapkan Wartsila
melakukan investasi, knowledge sharing, dan berkolaborasi dengan
perusahaan lokal di Indonesia yang juga bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi dari perusahaan lokal. Hal ini bertujuan
agar porsi nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) meningkat.
161
yaitu lokasi Sorong, Merauke dan Timika (Paket 1) dan lokasi
Manokwari, Biak dan Nabire (Paket 2).
162
Dalam pelaksanaan Pekerjaan EPC Konstruksi Pembangkit PLTMG MPP
yang dilakukan oleh PP, IP sebagai Owner dibantu oleh konsultan
Desain Engineering (PT PLN Enjineering) dan konsultan Supervisi
Konstruksi (PT Kwarsa Hexagon). Setelah PLTMG MPP Papua Tersebar
120 MW di Papua selesai dibangun dan berstatus komersil, maka
Operation & Maintenance pembangkit ini akan diserahkan kepada
anak perusahaan IP yaitu PT Cogindo Dayabersama “CDB” untuk
pengelolaannya.
163
164
165
9
BAGIAN
MEMBANGUN INSAN IP
BERINTEGRITAS
166
IMPLEMENTASI ISO 37001
UNTUK INSAN IP BERINTEGRITAS
Djamilah Nur Hidayati M
I. PENDAHULUAN
Suatu Perusahaan dalam mencapai keberhasilan dapat dipenuhi
dengan melakukan pengendalian dan identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi terhadap proses pengelolaan keuangan dan operasional
perusahaan, kondisi dan suasana kerja, pelaksanaan kewajiban, tugas
dan fungsi unit kerja serta pengawasan internal yang ketat.
Pengendalian intern yang terarah dan terukur merupakan salah satu
kebijakan dasar yang harus diwujudkan untuk mengurangi terjadinya
gejala kecurangan (fraud) di Perusahaan.
167
Terjadinya gejala kecurangan sangat dipengaruhi lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Pengaruh lingkungan internal umumnya
terkait antara lain dengan lemahnya sistem pengendalian internal,
lemahnya perilaku etika manajemen dan anggota perusahaan atau
faktor likuiditas serta profibilitas entitas yang bersangkutan.
Sedangkan pengaruh lingkungan eksternal umumnya terkait antara
lain dengan kondisi entitas secara umum, lingkungan bisnis secara
umum, maupun pertimbangan hukum dan peraturan perundang-
undangan.
168
Korporasi apabila Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi. Serta
Instruksi Presiden nomor 10 tahun 2016 tentang aksi pencegahan dan
pemberantasan korupsi sebagai bentuk komitmen dari pemerintah
dalam hal penegakan dan pencegahan korupsi di negara Indonesia.
Serta berdasarkan data KPK dari tahun 2004 sampai dengan 2019
bahwa jenis perkara tindak pidana korupsi yang terbanyak adalah
penyuapan sebesar 66% dengan 683 perkara, kemudian pengadaan
barang dan jasa sebesar 20% dengan 206 perkara, penyalahgunaan
anggaran sebesar 5% dengan 48 perkara, pencucian uang sebesar 3%
dengan 36 perkara, pungutan sebesar 3% dengan 26 perkara,
perizinan 2% dengan 23 perkara dan 1% untuk merintangin proses KPK
dengan 10 perkara.
169
1.1.2 Faktor Internal
170
• Pengawasan internal dan tersedianya
panduan kode etik yang dapat
mengendalikan potensi suap di lingkup
perusahaan terutama di Departemen
dengan kategori “high risk”
171
5) Sebagai Bukti bahwa telah melakukan upaya pencegahan
tindak korupsi di Perusahaan agar terhindar dan melindungi
perusahaan dari jeratan tindak pidana korporasi.
172
1. Pemetaan Kebijakan GCG disesuaikan dengan ACGS, Permen
BUMN dan ISO 37001;
2. Penyusunan kelengkapan Kebijakan GCG sesuai ACGS,
Permen BUMN dan ISO 37001;
3. Self Assessment GCG based on ACGS dan Permen BUMN;
4. Implementasi dan Sertifikasi ISO 37001.
173
Indonesia Power juga mulai tahun 2018 membuat aplikasi PRO GCG
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menciptakan nilai tambah bagi Perusahaan dalam hal
kepatuhan;
2. Meningkatkan budaya kepatuhan korporasi dan pegawai;
3. Memastikan roadmap GCG berjalan sesuai tahapan;
4. Meningkatkan peran pengelola GCG dalam pelaksanaan
implementasi GCG ditingkat Korporat dan Unit;
5. Menyederhanakan dan mempercepat proses penyampaian
laporan dan rekapitulasi laporan-laporan yang akan
diserahkan kepada instansi terkait;
6. Meningkatkan kemandirian, tanggungjawab, dan
profesionalisme Insan Indonesia Power dalam menyampaikan
laporan program kepatuhan;
7. Mengoptimalkan sarana teknologi informasi yang ada di
Perusahaan untuk menciptakan sistem pelaporan yang efektif,
efisien, tepat waktu dan akurat.
Aplikasi PRO GCG tersebut sampai dengan saat ini masih selalu
diimprove untuk Lebih meningkatkan dan memudahkan Insan
Indonesia Power dalam hal implementasi GCG dan membudayakan
kepatuhan terkait Code of Conduct, Gratifikasi, LHKPN, Pakta Integritas
dan Komitmen Benturan Kepentingan.
174
Upaya pengendalian kecurangan yang dilakukan oleh PT Indonesia
Power melalui Implementasi pengelolaan GCG yang selama ini
dilakukan dengan menyusun berbagai program kerja, membuat
kebijakan-kebijakan dan juga mensosialisasikan agar terinternalisasi
diseluruh lapisan Perusahaan, sehingga diharapkan dapat
membangun integritas, etika dan perilaku Insan-Insan Indonesia
Power yang anti terhadap kecurangan.
Dan pada tahun 2019 sesuai dengan program kerja yang ada pada
roadmap GCG yaitu Indonesia Power juga comply terhadap aturan ISO
37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti penyuapan (SMAP),
maka disusunlah Program Anti Korupsi sebagaimana tertuang pada
gambar 2 dibawah ini.
175
tersebut adalah sebagaimana yang termaksud pada gambar 3 dibawah
ini.
176
Walaupun PT IP sudah mengimplementasikan GCG dengan sangat baik
tetapi terkait Sistem Manajemen Anti Penyuapan masih banyak yang
harus dipersiapkan dan ditambahkan kedalam sistem pengelolaan
GCG yang sudah ada.
177
Selain itu beberapa kebijakan terkait tata kelola Perusahaan,
pengadaan, pengelolaan SDM, pengelolaan keuangan dan risiko
direview untuk memasukkan unsur-unsur anti suap dan aktivitas yang
harus ada dalam kaitan pengelolaan penyuapan tersebut seperti
aktivitas due diligence untuk proses rekrutmen dan fit and proper test
dan lain-lain. Selain review kebijakan yang harus ada juga adalah
kebijakan terkait Anti Penyuapaan.
178
belum ada Perusahaan disektor ketenagalistrikan yang sudah
mengimplementasikan. Komite Dekom khawatir apabila IP
mengimplementasikan SMAP akan mempersulit IP sendiri
dalam berbisnis, sehingga diminta untuk mereview ulang dan
menyampaikan kembali ke Direksi konsekuensi-konsekuensi
yang akan dihadapi apabila IP mengimplementasikan SMAP
tersebut.
3. Dari beberapa anggota Tim Set Up sendiri setelah mempelajari
klausul-klausul SNI ISO 37001:2016 yang menyatakan bahwa
effort yang akan dikeluarkan dan komitmen penerapan ISO
tersebut tidaklah mudah dan diminta untuk diyakinkan kembali
dengan Direksi terkait komitmen penerapan SMAP.
4. Dalam hal penyusunan risiko penyuapan yang juga sangat
penting dalam penerapan SMAP tersebut dimana setiap bidang
masih belum terbuka terkait potensi-potensi risiko suap yang
muncul atau ada di bidangnya masing-masing, mereka
cenderung beranggapan bahwa risiko yang muncul adalah yang
mempunyai potensi besar yang akan terjadi, padahal risiko-
risiko kecilpun juga mempunyai potensi yang sama apabila tidak
dimitigasi.
179
1. Menghadap langsung ke Direktur Utama untuk meminta
dukungan dan menjadi sponsor utama penerapan Sistem
Manajemen Anti Penyuapan di PT Indonesia Power dan diluar
dugaan ternyata DIRUT mendukung penuh dan siap membatu
apabila ada kendala-kendala yang dihadapi. Dukungan
tersebut tidak kami sia-siakan dan kami dokumentasikan
untuk dibagikan kepada semua Insan Indonesia Power dan
juga stakeholder dengan membuat video rekaman komitmen
dan pernyataan beliau bahwa Indonesai Power siap
menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan, sehingga
lahirlah Tone At The Top video 3T yang dijadikan sebagai salah
satu alat sosialisasi upaya PT IP dalam rangka penerapan
Sistem Manajemen Anti Penyuapan.
2. Dengan adanya video 3T tersebut menjadi salah satu bukti
bahwa Direksi sudah berkomitmen dan meminta untuk semua
Insan Indonesia Power termasuk Komite Dekom dan Dekom
untuk turut mendukung PT Indonesia Power menerapkan ISO
37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan.
3. Group of GCI dan Tim Set Up lebih giat lagi
menginternalisasikan dan memperbaiki sistem tata kelola dan
yang lainnya agar sesuai dengan tuntutan yang ada dalam
klausul ISO 37001 karena beberapa sistem yang diminta dalam
klausul ISO 37001 sudah lama diterapkan di PT Indonesia
Power yaitu terkait pengelolaan Whistle Blowing System
(WBS), pengelolaan Gratifikasi, Benturan Kepentingan, Pakta
Integritas dan Due Dilligence Vendor dengan selalu
meningkatkan serta menyesuaikan dengan perkembangan
jaman dimana saat ini sudah era digiitalisasi, maka pengelolan
sistem tata kelola perusahaan tersebutpun sudah dilakukan
180
dengan proses digital yaitu menggunakan aplikasi PRO GCG,
digital procurement, REOC, i-Track dan lain-lain.
4. Memfasilitasi bidang kepatuhan untuk memandu bidang-
bidang dalam menyusun risiko penyuapan dengan
menggunakan metode Fraud Risk Assessment (FRA).
5. Meminta kontribusi aktif dari semua Insan Indonesai Power
untuk mengimplementasikan selain BUDAYA CERIA juga rutin
melaporkan kejadian gratifikasi dan benturan kepentingan
melalui email blast setiap bulannya serta berperilaku sesuai
3T.
VI. KESIMPULAN
1. Dalam komitmen 3T yang dicanangkan oleh Direktur
Utama sejalan juga dengan Budaya Ceria yang menjadi
program utama Budaya Perusahaan di tahun 2019 dan
berlajut di tahun 2020 dimana Budaya Ceria itu adalah
akronim dari BUat DAta terpercaYA Cek, Evaluasi, mitigasi
RIsiko, Akurasi keputusan. Jadi dalam menyajikan data
tidak ada Fraud dan pasti tidak ada Suap serta tidak ada
Gratifikasi juga.
2. Sumber Daya Manusia merupakan asset penting dalam
suatu organisasi, oleh karena itu menjadi salah satu target
utama Perusahaan dalam melakukan suatu perubahan.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan dalam pengelolaan
GCG, IP AKSI dan BUDAYA CERIA adalah dalam rangka
untuk membangun Integritas Insan Indonesia Power
menuju Implementasi ISO 37001 Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP) sesuai roadmap GCG tahun 2020.
181
3. Penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
membutuhkan kepemimpinan dan kebijakan serta
program yang ada terkait anti penyuapan harus
dikomunikasikan kepada semua pegawai dan pihak
eksternal (stakeholder). Dengan cara ini membantu
mengurangi risiko penyuapan yang terjadi dan sebagai
bukti bahwa Perusahaan sudah mengambil langkah-
langkah yang wajar untuk mencegah penyuapan dan tindak
pidana korupsi.
DELIVERY STRATEGY
182
10
BAGIAN
DELIVERY STRATEGY
VALUE CREATION DALAM PROGRAM ANGGARAN
183
VALUE CREATION OF DELIVERY STRATEGY
Andri Febriyanto
184
diakses untuk keperluan monitoring dan evaluasi. Indikator-indikator
yang ditetapkan untuk mengukur reliability, efektivitas dan efisiensi
budget haruslah tersistemasi sehingga kondisi aktual dari alur, aliran,
dan penggunaannya secara real time dapat terpantu dengan akurat
sehingga apabila ditemukan potensi risiko bisa segera dilakukan
mitigasi dan penanganan secara cepat, cermat dan tepat.
185
Ketidaksesuaian yang sering terjadi adalah dimana kebutuhan
minimum rencana mitigasi risiko reliability lebih besar dibandingkan
ketersediaan anggaran. Untuk itu, perlu sistem kontrol yang ketat.
Leadership yang kuat serta sense of efficiency dari pengguna anggaran
menjadi kuncinya.
Mengingat sumber daya pendanaan bukanlah sumber daya yang
unlimited, maka Indonesia Power membuat aturan dan kebijakan yang
mengatur tentang prioritas pemanfaatan anggaran. Sebagai contoh,
melalui kebijakan yang tertuang dalam IK No.05.08.02 dan IPM
No.09.13.08 Indonesia Power menetapkan dua tools evaluasi asset
yang digunakan dalam memprioritaskan pemanfaatan anggaran.
186
management terutama dalam hal reliability risk based budgeting
adalah sebuah keniscayaan yang harus dibangun oleh perusahaan
yang menginginkan tata kelola anggarannya terukur dengan baik.
187
2. Akan diambil langkah-langkah mitigasi non budget untuk asset
essential dan non-essential (residual risks)
3. Ketersediaan Anggaran pada periode selanjutnya dapat
digunakan untuk melakukan mitigasi permanen pada asset
essential dan non essential
188
Untuk itu, dukungan dari para leader di semua unit serta siapa saja
yang terlibat, terkait dan berkaitan dengan tools ini harus memiliki
komitmen dan integritas yang tinggi. Seluruh divisi harus saling
support. Tidak boleh ada ego sektoral.
---
189
11
BAGIAN
DIGITAL PROCUREMENT
190
DIGITAL PROCUREMENT
ACTION & IMPROVEMENT
Aliansyah Abdullah
I. MILESTONE
Evolusi pengadaan dapat dilihat kembali pada masa revolusi industri,
pada saat industri manufaktur mengalami lonjakan yang
membutuhkan lebih dari sekedar pembelian atau purchasing biasa
dalam rangka mengamankan persediaan bahan baku produksi.
Sebelum masa tersebut, pengadaan masih bersifat administratif
semata. Sejak dimulainya revolusi industri maka sistem pengadaan
mengalami masa tantangan dan semua pihak sadar betapa
pentingnya bahwa selain pengadaan, mengamankan pasokan bahan
baku adalah hal yang penting juga
191
Dari tahun 1950 hingga pada 1980-an, pengadaan masih bersifat
transaksional pendekatan strategi pengadaan yaitu hanya supply ke
pabrik atau industri, bersifat administrasi saja. Pada 1990-an, fokus
pengadaan bergeser menjadi mengamankan rantai pasokan dan
mengelola hubungan dengan pihak ketiga.
INDUSTRI 4.0
INDUSTRI 3.0 Cyber Physical
INDUSTRI 1.0 INDUSTRI 2.0
Produksi Massal, Mesin Otomatis, System, Internet
Mekanis, Mesin Komputer dan of Thing,
Tenaga Uap Alat Listrik
Peralatan Networks
178 18 19 HARI
192
II. DIGITAL PROCUREMENT
Saat ini sering kita mendengar dan membahas tentang digitalisasi dan
transformasi digital, pembahasan ini menjadi sedemikian menariknya
dan terkadang menjadi sedikit sensasi. Yang menjadi pertanyaan
adalah apa dan mengapa digitalisasi ini menjadi sedemikian trending
topic, apakah memang benar-benar diperlukan saat ini dan bagaimana
mentransformasikannya dalam perusahaan ?.
193
melakukan sesuatu. Transformasi digital bukan hanya tentang
teknologi tetapi ketika bagaimana suatu organisasi dapat secara
efektif menggunakan data yang dibuat oleh atau melalui teknologi
dengan cara yang memungkinkan perubahan bisnis terjadi secara
dinamis.
Jika kita melihat saat ini bahwa kemajuan teknologi berdampak pada
kinerja perusahaan, dimana karena kondisi kompleksitas pasar
dibutuhkan akurasi data dan strategi pengadaan yang komprehensif,
maka digitalisasi pengadaan menjadi hal yang penting untuk
memberikan value yang signifikan bagi perusahaan. Demikian juga
dengan PT. Indonesia Power, agar berhasil dalam membuat
perubahan bagi perusahaan, maka strategi pengadaan harus melihat
proses bisnis PT. Indonesia Power dan menyelaraskannya dengan
rencana peningkatan kapabilitas digitalisasinya.
194
dan nilai bagi pelanggan dan pemasok. Digitalisasi membuat proses
pengadaan lebih mudah diakses para pihak atau divisi yang
berkepentingan sehingga setiap progress, perubahan dan hasil
pengadaan dapat diketahui secara real time dan pengambilan
keputusan atas proses tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat.
A. Kepatuhan
Kepatuhan adalah fokus utama bagi tim pengadaan PT.
Indonesia Power, kurangnya kepatuhan pada regulasi akan
195
mengarah pada peningkatan risiko – risiko, tingkat leverage
negosiasi yang lebih rendah dan ketidakefisienan biaya.
Transformasi digital akan mengintegrasikan semua fungsi
pengadaan secara end to end, memusatkan semua informasi
dalam satu sistem database yang terintegrasi dengan
database korporasi dan secara signifikan mengurangi biaya –
biaya yang tidak perlu.
1. Ketidakpastian supplier :
Pemasok manakah yang merupakan sumber tepat untuk
kebutuhan (spesifikasi barang dan jasa) perusahaan ?
2. Kebutuhan kustomisasi :
Alternatif supplier jika perusahaan memiliki kebutuhan
yang tidak termasuk dalam katalog Procure-to-Pay (P2P)
yang ada ?
3. Kebutuhan produk pertama kali :
Produk / layanan yang tidak tercakup oleh kontrak saat ini.
B. Profitabilitas
Sistem pengadaan PT. Indonesia Power yang sedang
bertransformasi digital dapat berkontribusi pada profitabilitas
perusahaan, dimana parameter yang menunjang sebagai
berikut :
196
1. Analytics :
Menggunakan data – data untuk menganalisa
kebutuhan, memasukkan opsi non-standar dan
mengidentifikasi potensi hasil yang optimal bagi PT.
Indonesia Power
2. Visibilitas :
Peningkatan pengambilan keputusan secara akurat
karena berdasarkan data – data yang valid dan
resources yang memadai
3. Kecerdasan buatan:
Memprediksi dan mempersiapkan demand kedepan
197
III. TANTANGAN TRANSFORMASI DIGITAL
198
3. Merancang dan maintain sistem monitoring serta
pengukuran kinerja pengadaan :
Untuk memastikan bahwa apa yang sudah dilaksanakan
(budget saving, delivery material dan jasa) sesuai dengan
yang direncanakan maka perlu ada pengukuran kinerja
prokurmen dan dimonitor secara kontinyu.
199
IV. FAKTOR PENENTU TRANSFORMASI DIGITAL
Mindset
Tahapan dalam membentuk pola pikir dalam proses
transformasi adalah tentang kepemimpinan, strategi dan
budaya, tujuan akhir dari transformasi ini adalah memasukkan
dan menjadikan DNA digital dalam bisnis perusahaan dan
200
menjadikannya sebagai budaya dalam setiap kegiatan di
perusahaan.
Skillset
Ketika teknologi digital terus berkembang, kompetensi yang
dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan teknologi
perlu ditingkatkan secara kontinyu pula serta pegawai
tersebut diberi peran lebih besar dalam pengembangan
transformasi digital perusahaan. Jika kompetensi yang
meningkat ini dibiarkan saja dan tidak dimanfaatkan dengan
optimal maka hal tersebut akan menghadirkan masalah besar
karena pegawai yang tersebut mempunyai opsi besar memilih
di mana mereka bekerja dan sangat diminati di seluruh
industri dan sektor. Akibatnya, banyak pegawai terampil yang
memegang kendali dan akan pergi untuk perusahaan-
perusahaan yang dapat memberi mereka paket penghasilan
lebih baik.
201
Toolset
Beberapa karyawan mempunyai metode pembelajaran
dengan cara yang berbeda. Beberapa masih senang dengan
pengaturan dalam kelas atau lokakarya sementara yang lain
belajar di lingkungan mereka sendiri melalui pembelajaran
online. Bagi sebagian orang, kombinasi keduanya bekerja
dengan baik sebagai pengaturan ruang kelas atau lokakarya
menggabungkan pembelajaran online dalam model
campuran. Untuk itu perlu dikembangan toolset yang pas
sebagai media pembelajaran bagi karyawan.
Kita tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan jika tidak tahu
atau menyadari posisi kita saat ini. Organisasi perlu menilai
secara menyeluruh proses bisnis yang saat ini berjalan,
mengumpulkan data yang relevan, memetakan setiap proses
dan tolok ukur KPI dan mengevaluasinya. Beberapa leader
prokurmen sengaja mencari tim internal perusahaan sebagai
kritikus mendapatkan umpan balik mereka. Cara linnya yaitu
dengan membandingkan dengan departemen lain dalam
bisnis, fungsi pengadaan di bisnis luar, dan departemen lain di
bisnis luar.
202
Di mana kita ingin berada?
203
identifikasi pada pemasok, yang selama ini sering lepas dari
identifikasi kontinyu.
204
manusia terhadap perubahan, putuskan apakah perlu,
bagaimana cara memperolehnya, mengukur manfaat dan
biaya untuk membuat suatu perubahan dalam bisnis.
3. Impelementasi
Dokumentasikan dan siapkan petunjuk teknis, pengembangan
tools/aplikasi dan template diperlukan untuk proses baru dan
membuat rencana migrasi ke proses baru.
4. Perbaikan proses yang berkelanjutan / terus – menerus
Tetapkan kepemilikan proses, mengembangkan KPI yang kuat
untuk memantau, mengontrol dan menyempurnakan proses,
mengembangkan metodologi untuk mengukur KPI dan
menyiapkan mekanisme monitoringnya
205
12
BAGIAN
DIGITAL TRANSFORMATION
DIGITAL TRANSFORMATION PROCESS
206
*)
https://e2consulting.co.id/2019/07/26/digital-transformation/
I. DATA TO COMPETENCY
Industri di era 4.0 menghadapkan perusahaan pada berbagai
tantangan bisnis. Bergerak dinamis, mengikuti alur perubahan, adalah
kunci untuk menjaga keberlanjutan bisnis perubahan. Maka, sebagai
salah satu pelaku industri di sektor yang sangat strategis-yakni sektor
kelistrikan, Indonesia Power pun melangkah dinamis dengan
melakukan digitalisasi proses bisnis.
207
Transformasi digital pun menjadi kendaraan yang membawa
Indonesia Power lebih dekat dengan impiannya: Menjadi perusahaan
pembangkit tepercaya yang menerangi hingga ke pelosok negeri.
Data yang terkoleksi dengan jumlah besar ini bukan hanya besar (big)
dalam arti kuantitatif, namun secara kualitatif juga memiliki arti yang
sangat besar bagi perusahaan. Ibarat air yang bersumber dari berbagai
mata air dan bermuara di sebuah danau, demikianlah data-data yang
terkumpul di Indonesia power, telah membentuk sebuah danau data
(data lake).
Jika sejauh ini Indonesia Power telah berhasil mengelola danau dalam
arti yang sebenarnya sebagai sumber daya pembangkitan, lalu akan
dikelola dan dimanfaatkan untuk apakah data lake ini?
Satu hal yang pasti, adalah bahwa big data jika dibuka dan diurai satu-
satu, darinya akan lahir banyak sekali informasi. Rekam jejak, sejarah,
best practices, proses bisnis, informasi sumber daya, asset, customer,
208
dan masih banyak lagi yang lainnya. Informasi ini akan membentuk
pengetahuan yang jika dikelola dengan baik dalam satu sistem
Knowledge Management, akan memberikan asupan material yang
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kreasi dan inovasi di semua
aspek yang berhubungan dengan improvement berkelanjutan.
209
yang memudahkan keberlangsungan proses bisnis perusahaan.
Dengan adanya aplikasi digital ini, tiga hal yang menjadi prioritas
perusahaan dapat dicapai. Ketiga hal tersebut adalah:
1. Efficiency
2. Improve Productivity
3. Improve Revenue
*)
Design by Timur Sahadewa – DIVITE PT. Indonesia Power (2019)
210
Investasi yang dikucurkan Indonesia Power dalam membangun
infrastruktur big data ini ditujukan agar 6 komponen (1I+5M) bisa
secara sinergis membentuk bangunan yang kokoh. Keenam komponen
tersebut adalah: Information, Materials, Money, Man, Methods, dan
machine.
*)
Design by Timur Sahadewa – DIVITE PT. Indonesia Power (2019)
211
data diambil dan diolah sedemikian rupa, kemudian dipilih dan dipilah
agar seluruh data satu sama lain sinkron dan dapat direview serta
didiskusikan bersama secara cepat, cermat dan tepat. Sesuai dengan
prinsip clustering data and information sebagai berikut :
*)
Design by Alfira Rixky Ayuputri – DIVHCD PT. Indonesia Power (2020)
212
Gambaran proses yang berlangsung di dalam arsitektur REOC ini dapat
dilihat di gambar berikut:
*)
Rakor Sem.2/2017 – Direktorat Operasi PT. Indonesia Power (18 Sept 2017)
213
Data yang akurat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang
tepat. Dampaknya, pengeluaran yang tidak perlu, budget yang bisa
dihemat, alokasi yang bisa dipending, pemanfaatan sumber daya yang
bisa didaur ulang atau dipakai kembali, dan lain-lainnya bisa
dioptimalkan sehingga secara cost bisa terjadi penghematan.
Berikut ini contoh simulasi saving cost yang dapat dilakukan dari satu
unit pembangkitan:
Plant Capacity : 300 MW ( Installed capacity )
Capacity Factor : 65% ( Avarage )
Net Production : 0,65 * 300.000 kW*24*30
: 140.400.000 kWh
SFC : 0,56 ( Non IoT controlled )
Fuel Consumption: 78.624 Ton
Fuel Cost : Rp 600.000 / Ton
Total Fuel Cost : Rp 47.174.400.000
SFC : 0,5544 ( 1% saving from IoT Controlled )
Fuel Consumptio : 77.837,760
Total Fuel Cost : Rp 46.702.700.000
Saving Cost : Rp 471.700.000 ( 1 Month )
*)
IWayanArimbawa – DIVKIT 2.1 PT. Indonesia Power (2019)
Cepat, cermat dan tepat adalah prinsip keandalan yang tidak hanya
menghasilkan efisiensi. Akan tetapi juga sangat besar pengaruhnya
dalam peningkatan kinerja, akuntabilitas dan profesionalitas kerja. Di
bidang pengadaan (procurement), transformasi digital sangat
dibutuhkan, karena fungsi tersebut harus ada dalam proses
procurement dan supply chain management secara menyeluruh.
*)
Digital Procurement – McKinsey (2019)
215
Coal Transportation Analysis
Spend Intelligence
*)
Digital Procurement – McKinsey (2019)
216
Salah satu hasil yang didapatkan dari “operasi intelijen” ini tergambar
dari penghematan yang diperoleh dari transaksi pembelian batubara
berikut pengangkutannya (transportasi):
*)
Digital Procurement – McKinsey (2019)
217
“Saya ucapkan selamat dan apresiasi kepada Pak Ahsin (Direktur
Utama PT. Indonesia Power) dan seluruh insan Indonesia Power yang
telah berhasil mewujudkan impian kita bersama. Dulu, kita memiliki
cita-cita untuk mewujudkan close loop, di mana hanya dengan satu
tombol dalam genggaman bisa melakukan proses bisnis dari titik
awal hingga ujung pembayaran”.
IPKU
Indonesia Power dalam GenggamanKU.
218
INPACT (Indonesia Power ACTion) Light Up
Aplikasi Budaya Perusahaan dalam bentuk social
media.
Re-branding INPACT 2.0-generasi awal INPACT yang
berbentuk mobile based application.
Wadah eksistensi dan interaksi antarpegawai dalam
beraktivitas sesuai nilai perusahaan.
IP-Academy
Teknologi pembelajaran secara digital
yang diterapkan Indonesia Power
Academy. Pembelajaran dikemas
secara interaktif dengan
memanfaatkan software dan
hardware secara online maupun offline, antara lain Webinar,
Video Conference, Virtual Learning, Video Learning, Social
Learning, dan Gamification.
IP-STAR
Aplikasi untuk melakukan manajemen
talent, assessment, dan karir pegawai.
User: Divisi Talenta.
IP-ProInventory
Aplikasi berbasis Android dan iOS yang
memanfaatkan fitur QR Code sebagai
identifier.
219
Terintegrasi dengan ERP dan Maximo.
Tujuan: mempercepat dan mempermudah kegiatan inventori
oleh bidang terkait tak terbatas ruang dan waktu.
IP-DIGIMONX
Digitalized Mobile on Work Execution
Add-on dalam bentuk mobile application pada
CMMS Maxim (ProHAR).
Tujuan: mendukung pilar WorkPlanning and
Control (WPC) pada Asset Management,
khususnya saat Work Order Execution, dimulai dari
penunjukan lead, teknisi, permintaan work permit, pengisian
actual WO, hingga perubahan status WO menjadi WDONE.
REOC
Reliability Efficiency
Optimization Centre.
220
Digital Procurement
Aplikasi pengadaan end to end
Merupakan Supply Chain
Management dengan 3 aspek
pengembangan: SDM, bisnis, dan
teknologi (People, Business, &
Technology) berbasis industri 4.0.
IP-PROPMO
Project Management Office
Aplikasi monitoring proyek yang
terintegrasi.
Tujuan:
a. Monitoring milestone project (tahapan inisiasi,
perencanaan prakonstruksi, konstruksi, hingga COD).
b. Monitoring realisasi anggaran investasi, profil risiko
proyek, isu strategis proyek, dan project monthly
report.
IP-FAST
Financial Analysis Sistem
Terpadu.
Aplikasi visualisasi kinerja dan
analisa keuangan secara real
time berbasis ERP Financial.
221
III. CONTINOUS IMPROVEMENT
*)
DIVKOM PT. Indonesia Power (2019)
222
Bukan hanya menjadi trend setter dan leader terdepan dalam
pengembangan dan penerapan aplikasi digital, keberhasilan IP dalam
transformasi digital juga membuahkan berbagai pengakuan dan
penghargaan.
Inovasi digital yang luar biasa yang dilakukan oleh Indonesia Power,
pada tahun 2019 lalu berhasil mendapatkan penghargaan DIGITAL
AWARD dengan memboyong tropi dari 3 kategori, yaitu:
*)
DIVKOM PT. Indonesia Power (2019)
223
1. TOP DIGITAL Implementation 2019 on Energy Sector #
Level Star 4 yang diterima oleh Ibu Susy Liestiowaty
Direktur Keuangan PT Indonesia Power.
2. TOP CIO on Digital Implementation 2019, diberikan
kepada Didik Harjanto selaku Vice President of
Information Tecnology PT Indonesia Power.
3. TOP DIGITAL Transformation Readiness 2019 yang
diterima oleh I Wayan Arimbawa selaku Manager of
O&M Planning and Controlling II-1.
224
*) Design by Alfira Rizky Ayuputri – DIVHCD PT. Indonesia Power (2020)
225
Dan yang tidak kalah penting harus diperhatikan. Mengingat bahwa
big data adalah tambang berharga yang harus dijaga dan dilindungi,
maka benteng ketahanan sistem digital IP harus dipastikan kuat dan
unggul.
226
Transformasi Digitalisasi melalui pengembangan aplikasi dan
infrastruktur security, baik membangun aplikasi baru ataupun
pengembangannya lebih lanjut dari aplikasi eksisting dan penyesuaian
infrastrukturnya akan terus berlangsung dan berkelanjutan hingga
tahun 2023 mendatang.
---
227
PENUTUP
BERUBAH, UNTUK IP YANG TERBAIK
Di usia yang telah memasuki seperempat abad (25 tahun), Indonesia
Power semakin memantapkan jati dirinya sebagai Perusahaan
Pembangkitan yang Tepercaya. Dengan “pasukan” yang didominasi
generasi milenial, Indonesia Power pun bergerak dinamis mengikuti
alur industri di era 4.0 hingga bertransformasi melalui digitalisasi
proses bisnis. Semangat bertransformasi demi menerangi negeri ini
yang tercermin dalam konsep “IP Great: Light Up 4.0” berikut tagline
#energyofthings menjadi spirit yang sangat besar nilainya bagi kuatnya
keyakinan Indonesia Power untuk berhasil menjadi perusahaan
pembangkit terbaik dan terbesar di dunia.
Berkaitan dengan inovasi ini, yang perlu kita jadikan catatan, bahwa
benar selama ini studi dan penelitian inovasi menyimpulkan akumulasi
228
pengetahuan merupakan sumber inovasi. Pengetahuan dari hasil
pembelajaran juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Akan
tetapi, pada kenyataannya banyak perusahaan yang berinovasi
dengan cara itu tetapi kurang meningkat kinerjanya bahkan hilang
dari lingkungan bisnis. Penyebabnya adalah, program inovasi ternyata
tidak berkembang dan inovasi hanya merupakan reaksi dari solusi
sesaat atas permasalahan lapangan, bukan mengarah pada
pembaharuan yang terstruktur.
Mari Berubah!!!
Mari Berubah!!!
Sebab, apabila berharap hasil yang luar biasa janganlah bekerja biasa-
biasa baja. Untuk hasil yang luar biasa tentu harus berubah, harus
bekerja luar biasa.
229
Mari perkuat keyakinan, bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah telah
menyediakan berbagi sarana untuk hamba-Nya agar sukses. Raih
kesuksesan, berubahlah, bangun keinginan sukses, Bergeraklah!!
Mulai dari diri sendiri, untuk masa depan yang lebih baik.
---
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239