Gong turbulensi ‘perubahan’ di Indonesia semakin cepat bergerak. Setidaknya, salah satu
indikator penting dalam konteks perubahan tersebut adalah pemilihan kepada daerah
langsung (Pilkadal) dan Pemilihan presiden (Pilpres). Terlepas dari pro kontra maupun baik
buruknya, Pilkada menjadi elemen penting proses demokrasi dan transformasi
kepemimpinan di berbagai daerah di Indonesia. Agenda perubahan merupakan hal yang
paling santer terdengar dalam berbagai kampanye politik di daerah. Mengapa tema
perubahan menjadi sangat signifikan pada saat ini? Sebab, perubahan menjadi harapan
terbesar bagi sebagian besar rakyat Indonesia pada saat ini. Pemimpin dituntut untuk
menciptakan kenyamanan dan kemudahan sebaik mungkin bagi para stakeholders
khususnya masyarakat. Itulah mengapa, esensi seorang pemimpin adalah membawa
perubahan yang lebih baik ke dalam sistem yang akan dipimpinnya. Perubahan yang
memberi kemudahan bagi seluruh pengikutnya, bukan hanya bagi dirinya. Yang jelas, kata
kunci (pilkada) adalah bagaimana melahirkan seorang pemimpin yang mampu mendorong
percepatan perubahan dan pengembangan daerah.
Eksploitasi Peluang
Mindset of Success
Indonesia yang saat ini masih berkubang dalam genangan berbagai krisis membutuhkan
pemimpin yang mampu menjangkau masa depan dengan pijakan melalui penelitian yang
objektif dan tidak terbias mengenai masa kini. Kita semua tahu, bahwa masalah yang
mendera Indonesia sungguh luar biasa. Oleh karenanya, kita sangat membutuhkan
pemimpin yang benar-benar bisa melakukan breaktrough. Pemimpin seperti ini mampu
melihat Perbedaan antara detail dan gambaran besar tidak selalu dialami dengan cara
ekstrem. Namun idenya tetap sama. Naisbitt menyatakan, ”Sesungguhnya kita tidak bisa
melihat hutan dari tengah-tengah pepohonan”. Artinya, jika seorang pemimpin ingin
menemukan peristiwa penentu masa depan di dunia ini, Ia harus mengawasi dari jauh.
Sebab, jika terlalu dekat kecenderungan sesaat akan menghalangi pandangan.
Kecenderungan sesaat sendiri tertanam dalam tren dan merupakan manifestasi tren.
Pergerseran tren tidak sering terjadi, tapi kecenderungan-kecenderungan sesaat tertanam
dalam tren selalu mengilhami perubahan.
"Mereka melakukan penyelarasan pola pikir individu dan pembenahan kepemimpinan top
team untuk organisasi. Kedua hal ini adalah yang paling menentukan dan membedakan
suatu organisasi akan menjadi pemenang, biasa-biasa saja, atau bahkan punah". Jepang
berhasil mengejar ketertinggalannya dengan Barat melalui gerakan kualitas, dan Korea
mampu bersaing di pasaran internasional dengan program survival atau kuantum.
Menurut Charlo "Indonesia sebenarnya dapat mengikuti jejak kedua bangsa itu, mengejar
ketertinggalan melalui gerakan penyelarasan pola pikir (mindset alignment movement).
Tetapi, selama pejabat pemerintah melihat dirinya sebagai penguasa dan bukan pelayan
masyarakat, selama itu pula perubahan berarti tidak akan terjadi. Selama mentalitas guru
melihat dirinya sebagai pengajar, dan bukan sebagai pendidik, selama itu pula kualitas
sumber daya manusia kita tidak akan mengalami perubahan besar. Saya amat yakin
Indonesia masih sangat mungkin menuju kesuksesan. Syaratnya adalah jika para
pemimpinnya berpola fikir ’apa yang benar’, dan mampu mengeksploitasi setiap peluang jadi
manfaat bagi masyarakat banyak