Sisi lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau
observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab
kesan ini akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan
observasi ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang
harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara
guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas
hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati
sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan
pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan
diujikan di lapangan oleh supervisor.
Hariwung (1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam
observasi kelas antara lain adalah untuk:
o Mempelajari material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap
tujuan pendidikan, faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
o Mempelajari usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa
untuk belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam
materi umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
o Mempelajari usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan,
mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa
o Mempelajari usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat
dan alat metode pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi
belajar- mengajar, namun bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru
guna tujuan-tujuan lain.
Dalam tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di
kalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman
bahwa kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat
menunjang perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan
dapat diamati pula
Matrik: 2
Metode dan Teknik Supervisi Kelompok
Metode &
Prinsip Dasar Tujuan
N0 Teknik Analisis
Supervisi Supervisi
Supervisi
1 Rapat Merencanaka Memperbaiki Rapat berjen-jang dengan
Sekolah n bersama- kualitas per- memperhatikan kualitas
sama visi. sonil staf dan efek-tifitas dan efi-siensi
Misi, orientasi program
dan strategi sekolah
sekolah
2 Orientasi Memperkenal Mendapatkan Jarang dilaku-kan karena
Guru Baru kan dan informasi bagi kurangnya kesa-daran
memperkaya guru baru ten- untuk hal tersebut
pengalaman tang sekolah
de-ngan jalan terkait
bertu-kar
pengalaman
3 Laboratoriu Membantu Membantu guru Hal ini baru dikembangkan
m pengembanga dan personil oleh sekolah-sekolah
Kurikulum n kurikulum sekolah dalam unggul
bagi pi-hak mengembang-
terkait, teruta- kan dan mem-
ma guru perbaiki kuri-
kulum
4 Panitia Memecahkan Mendorong Kecenderungan
masalah- keberanian dan melemparkan tugas-tugas
masalah menciptakan tertentu sering terjadi
khusus dalam kesempatan
tugas bagi individu
kepanitiaan dalam penga-
sekolah laman profesi-
onal
5 Perpusta- Memberikan Memotivasi Pembentukan kebiasaan se-
kaan bantuan peningkatan suatu yang ha-rus
Profesi-onal dalam pengetahuan dilaksanakan sedini
peningkatan mungkin
kompetensi
profesional
4. Menyunting instrumen
Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai
atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen
yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang dilakukan dalam
tahap- tahap ini adalah:
a. Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau
pengawas untuk mempermudah pengolahan data.
b. Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.
c. Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan
kepada orang lain. Untuk pedoman wawancara, pedoman pengamatan
(observasi) dan pedoman dokumentasi hanya identitas yang menunjuk
pada sumber data dan identitas pengisi.
Angket dengan huruf-huruf yang jelas dan dengan wajah depan yang
menarik akan mendorong responden untuk bersedia mengisinya.
Berhubungan dengan keengganan responden untuk mengisi angket, Borg
dan Gall (Arikunto, 1988: 50) menyarankan hal-hal sebagai berikut:
a. Angket perlu dibuat menarik penampilannya dengan tata letak huruf
atau warna tertentu.
b. Usahakan supaya responden dapat mengisi dengan cara yang
semudah- mudahnya.
c. Setiap lembar perlu diberi nomor halaman.
d. Tuliskan nama dengan jelas pada kepada siapa angket tersebut dapat
dikembalikan.
e. Petunjuk pengisian dibuat singkat, jelas dan dengan cetakan yang
berbeda dengan butir-butir pertanyaan.
f. Bila perlu, sebaiknya diberi contoh pengisian sebelum butir
pertanyaan pertama.
g. Urutan pertanyaan diusahakan sedemikian rupa sehingga memudahkan
bagi pengisi untuk mengorganisasikan pikirannya untuk menjawab.
h. Butir pertanyaan pertama diusahakan yang mudah pengisiannya,
menarik dan tidak menekan perasaan.
i. Butir pertanyaan yang menyangkut informasi yang sangat penting
jangan diletakkan di belakang.