Anda di halaman 1dari 14

Nama : Sarmila

Nim : 862312020032
Prodi : 20-MPI 1
Tugas : Final Supervisi Pendidikan
KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan adalah kegiatan pengawasan sekaligus pembinaan pada
suatu institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan kualitas kegiatan belajar
mengajar di dalamnya.
B. Landasan Supervisi Pendidikan
Di dalam al-Qur‘an surat Al-Ashr ayat 3 dijelaskan hal yang menyangkut
tentang supervisi dalam artian luas. Firman Allah Swt dalam Surah Al-Ashr ayat 3 :
)٣( ‫ِإاَّل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا ٱلَّص ٰـِلَحٰـِت َو َتَو اَص ۡو ْا ِبٱۡل َح ِّق َو َتَو اَص ۡو ْا ِبٱلَّص ۡب ِر‬
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran”.
Firman Allah Swt. di atas mengandung sebuah pesan secara implisit bahwa
sikap saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran merupakan kunci dalam
menyelenggarakan supervisi pendidikan di sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, perbaikan akhlak dan tata cara beretika maupun dalam hal pemberian
motivasi guna pencapaian mutu pendidikan di sekolah.
C. Sejarah dan Perkembangan Supervisi Pendidikan
Sejarah panjang supervisi pendidikan adalah sejarah pendidikan pada
umumnya. Pada masa awal munculnya sistem sekolah pada tahun 500 SM yang
didasari pemikiran akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa/negara dan
masyarakatnya, maka muncullah supervisor yang disebut paidonomous. Fungsi
mendidik, melatih, dan mengajar ada pada supervisor ini yang memiliki hak kontrol
yang absolut. Materi yang diajarkan adalah menulis. Peran sebagai pendidik (teacher)
dari pengawas/pembimbing (supervisor) menyatu. Belum ada pemisah peran-peran
tersebut.
Berikutnya, zaman Athena Yunani perkembangan pendidikan memperlihatkan
kemajuan dan semakin mendapatkan tempat daripada zaman-zaman sebelumnya.
Supervisi pendidikan pada zaman revolusi kaum Protestan sekitar tahun 1600
mempunyai tujuan tersendiri sesuai dengan kondisi pada waktu itu. Selain
berkembangnya supervisi pendidikan di negara-negara Eropa, di Amerika Serikat
pada abad ke-17 supervisi mengalami perkembangan. Pada awalnya, banyak yang
menolak kehadiran supervisor dikarenakan sekolah-sekolah tidak menginginkan ada
campur ada campur tangan pihak luar dalam mengurus sekolah, mereka takut kalau
otoritasnya akan berkurang. Namun pada perkembangannya para kepala sekolah
bersedia menerimanya. Pada abad ke-18 supervisi mengalami perkembangan berbeda
dari sebelumnya, supervise pada masa ini dilakuakan oleh panitia kantor atau panitia
sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan yang diangkat karena kemampuan
kependidikan dan metode-metode mengajarnya.
Pada abad ke-19 kedudukan supervise sudah mulai meningkat. Secara resmi,
supervise disebut dengan supervisor sekolah. Mereka adalah para pegawai kantor
pengawas pendidikan baik tingkat pusat maupun distrik-distrik. Pada abad ke-18 dan
ke-19, supervisi masih dalam bentuk inspeksi atau pemerikasaan. Pada abad ke-20
pasca bergulirnya revolusi industri pendidikan di Amerika juga sangat dipengaruhi
oleh bentuk-bentuk mekanisme industri dan pelaksanaannya dikenal dengan nama
scientific management (manajemen ilmiah). Pendidikan di Amerika tahun 1930-an
masuk ke era baru, yaitu periode yang disebut oleh para sejarawan sebagai periode
progressive education (pendidikan progresif). Gabungan antara cepatnya
pertumbuhan penduduk penghuni sekolah, bertambahnya keragaman di antara anak-
anak di sekolah, kemakmuran ekonomi, mobilitas, dan faktor ekonomi lainnya, secara
temporal melepaskan pendidikan Amerika dari warisan strukturnya. Program-
program sekolah baru menyebar ke seluruh negeri. Sekolah menjadi lebih manusiawi
dan child centered.
Supervisi pendidikan dalam tahun 1940-an sampai pertengahan dasawarsa
berikutnya lebih memusatkan pada proses daripada hasil. Hal ini berlanjut hingga
pada tahun 1957 mengubah orientasi pada perkembangan kurikulum yang
mendominasi pendidikan. Peran supervisor pada masa ini adalah sebagai
pengembang kurikulum. Pada permulaan tahun 1960-an, supervisor menjadi
pelaksana bidang studi. Tugas supervisor di masa itu adalah menginterpretasikan
program kurikulum, mengorganisasikan bahan, mengikutsertakan guru-guru dan
menghasilkan program sekolah, serta menjadikan dirinya sebagai sumber di kelas.
Peran dan fungsi supervisor terus berkembang dan berevolusi dari tahun ke
tahun, dari bentuk yang sangat instruktif, inspeksi, demokratif, sampai partisipatif.
Dari yang berbentuk sederhana sampai pada menjadi sebuah profesi. Dari yang hanya
melalui proses interview dan pengamatan sederhana sampai pada riset aksi kelas
(classroom action research) atau riset partisipatif (partisipatory action research).
Dinamika peran, fungsi, posisi, dan teknik supervisi terus berkembang sampai saat ini
dan di masa-masa yang akan datang.
D. Tujuan Supervisi Pendidikan
Fokus tujuan supervisi pendidikan adalah pencapaian tujuan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan guru. Supervisi pendidikan perlu
memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat membantu
mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang bersifat efektif.
E. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi supervisi Pendidikan adalah: Pertama, meningkatkan mutu
pendidikan. Kedua, sebagai penggerak terjadinya perubahan. Ketiga, kegiatan
memimpin dan membimbing. Kegiatan memimpin dan membimbing dengan
melakukan kegiatan menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan
profesional kepada pelaksana program pendidikan.
E. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Djadjadisastra secara umum prinsip supervisi dibagi menjadi dua,
yaitu prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah penjelasan
bahwa supervisi pendidikan merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan yang
tidak terlepas dari dasar falsafah Negara yaitu Pancasila. Prinsip ini dijabarkan
menjadi beberapa sikap sesuai dengan butir-butir Pancasila. Sementara prinsip praktis
merupakan kaidah atau pedoman praktis yang dilakukan dalam menjalankan
supervisi. Prinsip ini dibagi menjadi dua, yaitu prinsip positif dan prinsip negatif yang
masing-masing dijabarkan lagi menjadi beberapa sikan yang harus dilakukan dan
harus dihindari oleh seorang supervisor.

SUPERVISI AKADEMIK
A. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian
tujuan pembelajaran. Esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru
mengembangkan kemampuan profesinalismenya.
B. Tujuan Supervisi Akademik
Menurut Mulyasa, tujuan utama supervisi akademik adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran
melalui pembelajaran yang baik. Tujuan supervisi akademik yang diberikan kepada
guru adalah bantuan dan layanan berupa bimbingan serta arahan kepada guru-guru
serta staf sekolah yang lain untuk meningkatkan profesionalismenya. Jadi, dapat
ditegaskan bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk meningkatkan proses
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan sekolah dan juga mencapai tujuan
pendidikan nasional.
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
1. Praktis 8. Kekeluargaan
2. Sistematis 9. Demokratis
3. Objektif 10. Aktif
4. Realistis 11. Humanis
5. Antisipatif 12. Berkesinambungan
6. Konstruktif 13. Terpadu
7. Kooperatif 14. Komprehensif
D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik
Ruang lingkup supervisi akademik menurut Prasojo meliputi:
1. Pelaksanaan KTSP.
2. Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru.
3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan
peraturan pelaksanaannya.
4. Peningkatan akan mutu pembelajaran melalui pengembangan.
E. Proses Supervisi Akademik
Supervisi akademik dalam pelaksanaannya memiliki beberapa tahapan.
Tahapan pertama ada empat perencanaan yang harus disiapkan yaitu: 1. Tujuan
supervisi akademik yang dirumuskan berdasarkan kasus yang terjadi; 2. Jadwal
supervisi akademik yang ditetapkan dalam memuat informasi seperti nama guru yang
disupervisi, mata pelajaran, hari dan tanggal pelaksanaan, jam pelajaran, kompetensi
dasar, dan pokok pembahasan/materi; 3. Teknik supervisi akademik yang dipilih
merupakan keputusan yang diambil supervisor setelah mengidentifikasi dan memilih
teknik supervisi akademik yang tepat dengan kasus yang ada; 4. Instrumen supervisi
akademik yang dipilih berdasarkan hasil analisis dan identifikasi instrumen yang akan
digunakan.
Kedua supervisi akademik harus dilaksanakan, setelah dilakukan sosialisasi
dan kesepakatan bersama guru yang akan di supervisi. Ketiga pelaksanaan supervisi
akademik harus dianalisis. Hasil pelaksanaan supervisi akademik akan menjadi bahan
selanjutnya untuk melakukan analisis. Keempat hasil analisis supervisi akademik
harus diberikan umpan balik,. Rencana umpan balik dilakukan terhadap guru
biasanya dilaksanakan bersamaan dengan kegitan tindak lanjut. Sehingga langkah-
langkah yang harus dilakukan sama.
Kelima supervisi akademik mesti dilengkapi dengan rencana tindak lanjut.
langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan umpan balik bersamaan dengan
kegiatan tindak lanjut. Keenam menyusun laporan hasil supervisi akademik. Setelah
kita melakukan tahapan demi tahapan supervisi akademik di atas maka sampailah kita
pada bagian akhir kegiatan. Tahapan ini tidak kalah penting dengan tahapan
sebelumnya. Bahkan merupakan akhir kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap
seluruh rangkain kegiatan supervisi akademik.

SUPERVISI MANAJERIAL
A. Pengertian Suvervisi Manajerial
Supervisi manajerial merupakan kegiatan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan yang dilakukan oleh supervisor
terhadap tenaga administrasi sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga tujuan sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien serta daoat
memenuhi standar pendidikan nasinal.
B. Tujuan Supervisi Manajerial
Sasaran supervisi manajerial adalah meningkatkan manajemen sekolah
melalui peningkatan kemampuan administratif tenaga kependidikan atau personil
sekolah lainnya dalam melak-sanakan tugas-tugas yang mendukung terlaksananya
proses pembelajaran dan peningkatan mutu di sekolah. Hal ini dilakukan setiap
pengawas pada sekolah yang menjadi binaannya.
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial adalah:
1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter.
2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
4. Supervisi harus demokratis.
5. Program supervisi harus integral.
6. Supervisi harus komprehensif.
7. Supervisi harus konstruktif.
8. Supervisi harus obyektif.
D. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial
Esensi dari ruang lingkup supervisi manajerial adalah berkenaan dengan
kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan
seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan
melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan
efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan
nasional.
E. Fungsi Supervisi Manajerial
Pelaksanakan fungsi supervisi manajerial berperan sebagai:
1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen madrasah
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi
madrasah
3. Pusat informasi pengembangan mutu madrasah, dan
4. Evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

SUPERVISI KLINIS
A. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru
yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu.
Pembicaraan ini bertujuan bertujuan untuk membantu pengembangan profesional
guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri.
B. Unsur-Unsur Supervisi Klinis
1. Adanya tatap muka antara guru dan supervisor
2. Observasi dengan sungguh-sungguh
3. Mengamati perilaku guru di kelas
4. Deskripsi hasil observasi yang detail
5. Guru dan supervisor mengevaluasi bersama
6. Fokus dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi guru.
C. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
1. Bimbingan yang diberikan supervisor bersifat bantuan bukan perintah atau
instruksi.
2. Sasaran supervisi diusulkan oleh guru dengan sebelumnya ada pengkajian
dan kesepakatan bersama supervisor.
3. meskipun proses mengajar guru dikelas bersifat luas dan terintegrasi, namun
yang menjadi fokus sasaran supervisi adalah bagian yang sudah disepakati
agar mudah diobservasi.
4. Instrumen observasi dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dan
supervisor.
5. Umpan balik dari kegiatan observasi diberikan segera dan secara objektif.
6. Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama antara guru dan
supervisor.
7. Dalam melakukan analisis guru diberi kesempatan untuk menilai diri terlebih
dahulu dan supervisor tidak banyak mengarahkan melainkan cenderung
lebih banyak mendengar dan bertanya.
8. Hubungan yang terjalin dalam supervisi bersifat terbuka dan dalam suasana
yang intim.
9. Pelaksanaan supervisi dilakukan secara bersiklus yang meliputi persiapan,
observasi, dan diskusi umpan balik.
10. Supervisi klinis digunakan untuk perbaikan dan peningkatan keterampilan
mengajar.
D. Tujuan Supervisi Klinis
1. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
2. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
3. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran
4. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran
5. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam
mengembangkan diri secara berkelanjutan
E. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
1. Supervisi klinik yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru
lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru–
guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.
2. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.
4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang rill yang mereka
sungguh alami.
F. Prosedur Supervisi Klinis
Langkah-langkah supervisi klinik berlangsung dalam suatu proses yaitu
berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan (pra-
observasi), tahap pengamatan (observasi) dan tahap pertemuan balikan (umpan
balik/feed back). Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan
supervisor yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan.

TIPE/GAYA DAN MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Tipe-Tipe Atau Gaya Supervisi Pendidikan
1. Tipe Otokratis bertujuan untuk mengetahui apakah guru dan petugas sekolah
sudah melaksanakan tugas dengan baik.
2. Tipe Laisses Faire bertentangan dengan tipe otokratis, pada tipe ini
supervisor bersifat cuek dan memberi kebebasan kepada warga sekolah
untuk berbuat tanpa di beri arahan serta petunjuk yang benar, di beri
kebebasan kepada bawahan untuk mengambil keputusan apa saja tanpa
adanya bimbingan.
3. Tipe Coersive bersifat memaksakan kehendak kepada bawahan di anggap
sesuatu yang baik meskipun tidak cocok dengan situasi dan kondisi yang di
supervisi tapi tetap di paksakan untuk di terapkan atau di berlakukan, guru
tidak di berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
4. Tipe Training dan guidance selalu memberikan latihan (training) dan
bimbingan (guidance) kepada guru atau staf sekolah sebagai bawahan,
namun sisi negatif dari tipe ini supervisor dalam hal ini kurang percaya
bahwa mereka mampu untuk mengembangkan diri dan kompetensi tanpa di
awasi dan dibimbing oleh atasan atau supervisor.
5. Tipe Demokratis bersifat fleksibel memberikan kepercayaan kepada
bawahan yang di anggap mampu serta memiliki kompetensi untuk memikul
tanggung jawab.
B. Model Supervisi Pendidikan
1. Model Supervisi Konvensional (Tradisional) dilaksanakan secara otoriter
dan feodal. Model pengawasan seperti ini pada zamannya memang sering
dilakukan dengan tujuan menakut nakuti guru, kepala sekolah. Supervisor
berkunjung ke sekolah hanya mencari kesalahan guru bukan melaksanakan
bimbingan dan arahan.
2. Model Supervisi Klinis diprakarsai supervisor sebelum menetukan secara
tepat kelemahan guru, pengawas mengumpulkan data lengkap dari
laboratorium supervisor atau dari berbagai sumber.
3. Model Supervisi Ilmiah dapat digunakan oleh superviosir untuk menjaring
informasi atau data dan menilai kinerja sekolah/madrasah dan guru dengan
menyebarkan angket.
4. Model Supervisi Artistik, mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge),
mengajar suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art).
Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik
dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, sutu
keterampilan dan juga suatu kiat.

PENDEKATAN DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Pendekatan Supervisi Pendidikan
1. Directive Approach adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat
langsung. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap
psikologi behaviorisme. Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan
perilaku supervisor seperti: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, dan
memberi contoh
2. Non Directive Approach/Pendekatan tidak langsung adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung, sehingga perilaku
supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih
dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru.
3. Collaborative Approach adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non direktif menjadi pendekatan baru.
B. Teknik Supervisi Pendidikan
1. Individu, Menurut Sahertian teknik individu adalah teknik pelaksanaan
supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi–pribadi guru guna
peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Contoh: teknik kunjungan kelas,
teknik observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitasi (mengunjungi
sekolah lain), penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, dan
menilai diri sendiri.
2. Kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru
secara bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu
kelompok. Contoh: pertemuan orientasi bagi guru baru, rapat guru, studi
kelompok antar guru, diskusi, workshop, dan tukar menukar pengalaman.
3. Langsung adalah seorang supervisi secara pribadi dan langsung berhadapan
dengan orang yang disupervisi, baik secara individual maupun secara
kelompok. Contoh: Kunjungan kelas (classroom visitation), Observasi kelas
(classroom observation), Pertemuan atau rapat (meeting), Diskusi kelompok
(group discussion), dan lain-lain.
4. Tidak langsung adalah seorang supervisor tidak secara langsung (Indirect
Method) menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang yang disupervisi
tetapi mempergunakan berbagai alat atau media komunikasi. Contohnya:
melalui radio, televisi, surat, papan pengumuman, dll.

KOMUNIKASI DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Pentingnya Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana demi terjalinnya hubungan antarseseorang
dengan orang lain dalam kehidupan sosial. Komunikasi yang baik dan efektif akan
sangat berperan positif dan signifikan dalam mewujudkan tujuan supervisi pendidikan
tersebut. Maka jelas bahwa komunikasi sangat berkontribusi pada terwujudnya tujuan
supervisi pendidikan.
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Primer, Edwar Sapir dalam Astrid Susanto menjelaskan
komunikasi primer terdiri dari proses berikut yaitu bahasa, aba-aba, imitasi
tindakan orang lain, dan sugesti sosial.
2. Komunikasi sekunder yaitu komunikasi yang menggunakan media sebagai
perantara, media sebagai alat menuangkan pikiran dan pesan kepada
komunikan atau komunikator.
3. Komunikasi tatap muka yaitu komunikasi langsung antara pengirim pesan
dan penerima pesan.
4. Komunikasi intra pribadi yaitu proses komunikasi yang terjadi pada diri
sendiri, contoh komunikasi jenis ini yaitu komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar, merenung memerangi sikap buruk pada diri sendiri.
5. Komunikasi publik yaitu komunikasi yang di tujukan kepada orang banyak,
komunikator tidak mengetahui keadaan pribadi setiap individu.
6. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seseorang kepada orang
lain, secara individual maupun kelompok kecil.
7. Komunikasi Vertikal dapat dilihat dari komunikasi antara atasan dan
bawahan, antara supervisor dan yang di supervisi, begitu juga sebaliknya
antara yang di supervisi dengan supervisor.
8. Komunikasi Horizontal yaitu komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan,
dan bawahan dengan bawahan, contoh komonikasi antara pengawas
pendidikan agama islam denga pengawas dinas pendidikan
C. Model-Model Komunikasi
1. Model S-R (Stimulus-Respon), model ini berpendapat bahwa isyarat
nonverbal, gambar, tindakan dan kata-kata verbal dapat merangsang orang
lain dalam memberi respon dengan tekhnik tertentu.
2. Model Komunikasi Aristoteles sangat sederhana di lihat dari persfektif
sekarang karena tidak memuat unsur-unsur yang seharusnya ada dalam
komunikasi saat ini yaitu: “saluran, umpan balik, efek, kendala, atau
gangguan komunkasi. Model ini berusaha pendengar untuk dapat menerima
pendapatnya.
3. Model Lasswell di kemukakan oleh Harold Laswell, mendiskrifsikan proses
komunikasi dan fungsi yang di embannya dalam masyarakat.
4. Model Shannon dan Weaver, sistem komunikasi ini di mulai melalui adanya
sumber informasi, komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tujuan akan
tercapai jika pencipta lambang mengerti sungguh-sungguh tentang pesan
yang terdapat di dalam sumber informasi.
5. Model Komunikasi Berlo di pelopori oleh David K.Berlo di kemukakan
tahun 1960, model komunikasi ini memiliki unsur :“sumber (S atau source),
pesan (M atau message), saluran (C atau channel) dan penerima (R atau
receiver).
D. Rintangan/Hambatan Komunikasi
1. Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan oleh kondisi geografis.
Contohnya, jalur transportasi yang tidak memadai, tidak ada kantor pos,
jarak kantor telepon yang jauh, dan sebagainya.
2. Rintangan status disebabkan karena adanya jarak sosial diantara peserta
komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara atasan dan bawahan,
perbedaan status antara senior dan junior, dan lain-lain.
3. Rintangan kerangka fikir adalah rintangan yang timbul karena adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang
digunakan dalam komunikasi.
4. Rintangan budaya adalah jenis rintangan komunikasi yang muncul karena
perbedaan norma, kebiasaan, serta nilai-nilai yang dianut berbagai pihak
yang terlibat dalam komunikasi. Misalnya, perbedaan kebiasaan masyarakat
Indonesia dan Amerika Serikat menimbulkan rintangan budaya ketika
masyarakat dari dua negara itu saling berkomunikasi.
E. Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi dan bergantung pada persepsi, begitu
juga sebaliknya persepsi positif pun bergantung pada komunikasi yang efektif pula.
Keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memahami
informasi atau pesan yang berlkaitan dengan lingkungan sekitarnya disebut dengan
persepsi. Proses komunikasi yang terjadi juga mempengaruhi seseorang dalam
mempersepsikan sesuatu, apakah memberikan persepsi positif atau negatif. Dan
biasanya kegagalan dalam berkomunikasi dapat terjadi akibat adanya ketidaksamaan
pemahaman terhadap informasi dari sumber informasi dan penerima.

STANDAR PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN


A. Pentingnya Pengawas
Bagaimana pentingnya pengawas dalam dunia pendidikan, maka dilihat dulu
dari pengertian pengawasan. Pengawasan adalah suatu proses kegiatan pimpinan
yang sistematis untuk membandingkan (memastikan dan menjamin) bahwa tujuan
dan sasaran serta tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik
sesuai dengan standar, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan, guna pemanfaatan manusia dan sumber daya lain yang paling efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan. Maka pengawasan dalam dunia pendidikan sangatlah
penting untuk menjamin mutu sekolah.
B. Bentuk Pengawas
1. Bentuk Pengawas Atasan Langsung (PAL) merupakan pengawasan yang
dilakukan oleh atasan langsung, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah.
2. Bentuk Pengawas Fungsional (Wansal) dilakukan oleh aparat secara khusus
untuk membantu pimpinan untuk melaksanakan pengawasan dalam batas
kewenangan yang ditentukan.
3. Bentuk Pengawas Melekat (Wakat) dilakukan oleh setiap jabatan/pegawai
dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan membandingkan
tindakan yang ada, sedang, atau telah dilaksanakan dengan alat pengawasan
melekat setiap jabatan pimpinan pada semua tingkatan wajib menciptakan
alat pengawasan melekat bagi yang satuan-satuan kerja.
C. Tujuan Pengawas
Tujuan pengawasan secara umum adalah untuk mengendalikan kegiatan agar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga hasil pelaksanaan pekerjaan
diperoleh secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
dalam program kegiatan.

KONSEP TENTANG PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN


A. Pengertian Penyusunan Program Pengawasan
Penyusunan program pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam
menyusun program pengawasan akademik dan manajerial, program pembinaan guru
dan/atau kepala sekolah, program pemantauan pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan dan program penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah, serta
program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.
B. Prinsip Penyusunan Program Pengawasan
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah
diperlukan serangkaian kegiatan yang terencana, terarah, serta berkesinambungan.
Program pengawasan disusun dengan maksud memberikan penjelasan atas
pertanyaan sebagai berikut:
1. Why: Mengapa kegiatan pengawasan dilakukan?
2. What: Apa tujuan dan sasaran pengawasan?
3. Who: Siapa yang terlibat dalam pengawasan?
4. How: Bagaimana pengawasan dilakukan?
5. When: Kapan pengawasan dilakukan?
C. Prosedur Penyusunan Program Pengawasan Sekolah
Dalam menyusun program pengawasan, seorang pengawas dapat memulai
dengan melakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threats).
Analisis SWOT ini dimaksudkan untuk menemukan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang ada pada sekolah-sekolah yang berada di wilayah binaan yang
akan ditingkatkan mutunya. Kekuatan adalah kondisi internal positif
sekolah/madrasah yang memberikan keuntungan. Peluang adalah sebagai situasi
lingkungan eksternal yang menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan.
Kelemahan adalah faktor dari dalam sekolah/madrasah yang menghambat pencapaian
sasaran. Ancaman adalah faktor dari luar sekolah/madrasah yang menghambat
pencapaian sasaran.

KONSEP TENTANG EVALUASI PENYUSUNAN SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Konsep Evaluasi Penyusunan Supervisi Pendidikan
Evaluasi supervisi pendidikan merupakan pemberian estimasi terhadap
pelaksanaan supervisi pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam
rangka mencapai tujuan supervisi pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Prinsip-Prinsip Evaluasi Penyusunan Supervisi Pendidikan
1. Komprehensif 5. Berdasarkan kriteria yang valid
2. Komparatif 6. Fungsional
3. Kontinyu 7. Diagnostik
4. Obyektif
C. Tujuan Evaluasi Penyusunan Supervisi Pendidikan
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai, begitu pula evaluasi program supervisi. pendidikan. Tujuan dari evaluasi
adalah untuk menemukan kebutuhan individu sedang dievaluasi dan kemudian
merancang pengalaman belajar yang akan memenuhi kebutuhan ini.

KONSEP TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN


GURU
A. Pengertian Penilaian Kinerja
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 menjelaskan
bahwa penilaian kinerja guru merupakan penilaian tiap butir kegiatan tugas utama
guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Guru yang dimaksud
dalam permendiknas tersebut termasuk guru termasuk guru yang memiliki tugas
tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah.
B. Manfaat Penilaian Kinerja
1. Kepala sekolah/madrasah dapat mengetahui nilai kinerjanya selama
melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah/madrasah dan menjadikan acuan
untuk meningkatkan keprofesiannya secara mandiri maupun melalui sistem
pembinaan.
2. Kepala sekolah/madrasah dapat menggunakan hasil penilaian kinerja untuk
merumuskan dan menyusun Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
3. Dinas Pendidikan provinsi atau kabupaten/kota dapat menggunakan hasil
penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah sebagai dasar untuk menghimpun
informasi, menentukan kebutuhan peningkatan kompetensi, data profil
kinerja kepala sekolah/madrasah di wilayahnya.
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperoleh data dan pemetaan
mutu kinerja kepala sekolah secara nasional.
C. Penanggung Jawab Penilaian dan Penilai Pelaksanaan
Penilaian kinerja terhadap kepala sekolah dan guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah merupakan tanggung jawab kepala dinas
pendidikan. Pelaksanaan penilaian kinerja tahunan dilakukan oleh pengawas
sekolah/madrasah dengan menggunakan pedoman dan instrumen penilaian kinerja
kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Pelaksanaan penilaian empat
tahunan dilaksanakan oleh atasan langsung dengan menunjuk tim penilai kinerja
kepala sekolah yang terdiri atas pengawas sekolah/madrasah, pendidik, tenaga
kependidikan dan komite sekolah.
KONSEP TENTANG LAPORAN PENGAWAS SEKOLAH
A. Pengertian Laporan Pengawas Sekolah
Laporan pengawas sekolah adalah dokumen yang disusun oleh seorang
pengawas sekolah setelah melakukan kunjungan atau evaluasi terhadap suatu sekolah.
Laporan ini berisi analisis dan evaluasi tentang kualitas pengajaran, manajemen
sekolah, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Laporan
pengawas sekolah bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pihak sekolah
tentang kekuatan dan kelemahan mereka, serta memberikan rekomendasi untuk
perbaikan dan pengembangan ke depan.
B. Fungsi Laporan
1. Pertanggungjawaban dan pengawasan
2. Penyampaian informasi
3. Bahan pengambilan keputusan
4. Sebagai salah satu alat untuk membina kerja sama, saling pengertian, dan
koordinasi dengan bagian/unit lain.
5. Sebagai salah satu alat untuk memperluas ide dan tukar-menukar
pengalaman.
C. Syarat-syarat Laporan
1. Laporan harus benar
2. Laporan harus langsung pada sasara
3. Laporan harus lengkap
4. Laporan harus tegas dan konsisten
5. Laporan harus tepat pada waktunya
6. Laporan harus tepat penerimaannya

Anda mungkin juga menyukai