Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR AHKAM

(HOMO SEKSUAL)

DISUSUN OLEH:
GERARDO GRESYO 2030103132
M.SIDIQ RILO PAMBUDI 2020103122
UMI KASLUM 2030103150
ADHI CAHYONO PUTRA 2030103137

DOSEN PENGAMPU :
SARKOWI,M,HI.

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur atas ke hadirat Allah SWT pencipta segala alam semesta
beserta isinya. Karena atas segala Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
karena atas perjuangan beliaulah kita dapat merasakan nikmatnya islam hingga
akhir zaman kelak.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dengan judul
“Homo Seksual”
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia, Bapak ,SARKOWI,M,HI. yang telah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami


berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT dan manusia pasti mempunyai kesalahan dan kekurangan
tersendiri. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan pemerhati
pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi
kesempuranaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Teks Ayat dan Terjemahan Tentang Homo Seksual...............................................7
B. Analisis Ayat Tentang Homo Seksual ...................................................................8
C. Pengertian Secara Global Ayat Tentang Homo Seksual.........................................9
D. Hukuman Homo Seksual Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam Dan Hukum
Positif...........................................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUPAN..................................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu homoseksual bukanlah sesuatu yang baru, namun isu ini terus
menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pada awal abad ke-20,
homoseksual dianggap sebagai suatu bentuk penyimpangan kodrat dan
masyarakat sering menunjukkan reaksi homophobia yang hebat terhadap kaum
homoseksual. Namun, saat ini tidak sedikit pihak yang mulai menerima
homoseksual sebagai preferensi yang normal dalam seksualitas manusia.
Homoseksual adalah ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang
sama. Homoseksualitas bukan hanya kontak seksual antara seseorang dengan
orang lain dari jenis kelamin yang sama tetapi juga menyangkut individu yang
memiliki kecenderungan psikologis, emosional, dan sosial terhadap seseorang
dengan jenis kelamin yang sama. Homoseksualitas juga dapat didefinisikan
sebagai orientasi atau pilihan seks yang diarahkan pada ketertarikan dari jenis
kelamin yang sama.1Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seorang homoseksual
adalah orang memiliki orientasi seksual kepada orang lain dari jenis kelamin yang
sama.
Dengan kata lain, secara sederhana, homoseksualitas dapat diartikan
sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik eritis seseorang justru
terhadap jenis kelamin yang sama. Istilah homoseksual lebih lazim digunakan
bagi pria yang menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang
1
A.Ilham, Pola komunikasi antar pribadi kaum homoseksual terhadap komunitasnya di kota
Serang. (Jakarta:Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011)

4
sama lebih lazim disebut “lesbian”.
Ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan masalah homoseksual antara lain
sebagai berikut: QS. al-A’ra>f [7]: 80-81, QS. al-Naml [27]: 54-55 dan QS. al-
Ankabu>t [29]: 28-29.

5
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teks dan ayat terjemahan tentang homo seksual ?


2. Bagaimanakah analisis ayat tentang homo seksual ?
3. Bagaimana pengertian secara global ayat tentang homo seksual ?
4. Bagaimana hukuman homo seksual dalam perspektif hokum pidan islam
dan hokum positif ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana teks dan ayat terjemahan tentang homo seksual .


2. Mengetahui analisis ayat tentang homo seksual.
3. Mengetahui pengertian secara global ayat tentang homo seksual
4. Bagaimana hukuman homo seksual dalam perspektif hukum pidana islam
dan hukum positif.
5.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teks Ayat dan Terjemahan Tentang Homo Seksual.


Adapun ayat-ayat Alquran yang dibahas dalam kajian ini adalah sebagai
berikut: QS. al-A’ra>f [7]: 80-81, QS. al-Naml [27]: 54-55 dan QS. al-Ankabu>t
[29]: 28-29.
Redaksi QS. al-A’ra>f [7]: 80-81 sebagai berikut:

َ‫اح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن اَ َح ٍد ِّمنَ ْال ٰعلَ ِم ْين‬ ِ َ‫َولُوْ طًا اِ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ٖ ٓه اَتَْأتُوْ نَ ْالف‬
َ‫ْرفُوْ ن‬ ۤ َ ‫اِنَّ ُك ْم لَتَْأتُوْ نَ الرِّ َج‬
ِ ‫ال َشه َْوةً ِّم ْن ُدوْ ِن النِّ َسا ۗ ِء بَلْ اَ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ُّمس‬
Artinya :
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala
Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahishah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas.”
Ayat selanjutnya di Bahas adalah QS .Al-Naml {27} : 54-55

َ‫َو َم َكرُوْ ا َم ْكرًا َّو َم َكرْ نَا َم ْكرًا َّوهُ ْم اَل يَ ْش ُعرُوْ ن‬
َ‫فَا ْنظُ ْر َكيْفَ َكانَ عَاقِبَةُ َم ْك ِر ِه ْم اَنَّا َد َّم ْر ٰن ُه ْم َوقَ ْو َم ُه ْم اَ ْج َم ِعيْن‬
Artinya :
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa
kamu mengerjakan perbuatan fahishah 359 itu sedang kamu
memperlihatkan(nya)?" Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi)
nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang

7
tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)"
Selanjutnya surah al-ankabut 28-29 :

‫َولُوْ طًا اِ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ٖ ٓه اِنَّ ُك ْم لَتَْأتُوْ نَ ْالفَا ِح َشةَ ۖ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن اَ َح ٍد ِّمنَ ْال ٰعلَ ِميْن‬
َ َ‫ا َِٕىنَّ ُك ْم لَتَْأتُوْ نَ الرِّ َجا َل َوتَ ْقطَعُوْ نَ ال َّسبِ ْي َل ەۙ َوتَْأتُوْ نَ فِ ْي نَا ِد ْي ُك ُم ْال ُم ْن َك َر ۗفَ َما َكان‬
‫ص ِدقِيْن‬ ّ ٰ ‫ب هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتَ ِمنَ ال‬ ِ ‫اب قَوْ ِم ٖ ٓه آِاَّل اَ ْن قَالُوا اْئتِنَا بِ َع َذا‬
َ ‫َج َو‬
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu
benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu". Apakah Sesungguhnya kamu
patut mendatangi laki-laki, menyamun360 dan mengerjakan kemungkaran di
tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: “Datangkanlah kepada Kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-
orang yang benar”.

B. Analisis Ayat Tentang Homo Seksual .


Kata ‫َولُوْ طًا‬ maksudnya adalah Luth yaitu anak lelaki dari Haran ibn
Azar. Ia adalah anak dari saudara Ibrahim as. Lahir di daerah Uwar Kaldaniyah
(Mesopotamia), sebelah Tenggara dari Irak barat, termasuk wilayah Basrah.
Wilayah ini sering disebut dengan Babil. Setelah ayahnya meninggal dunia, ia
hijrah dengan pamannya, Ibrahim as. ke Jazirah Qura, lalu ke Asur, lalu ke Mesir
selanjutnya ke negeri Kan’an di Shiria Sham dan tinggal di daerah timur dari
Jordania, suatu tempat di dekat dengan Laut Mati (Laut Luth), Luth lantas tinggal
di kota lima; bernama Sadum (Shodom), ‘Amurah, Admah, Shabubim, dan Bali’
(Shughar). Luth tinggal di ibukotanya yang bernama Sadum. Masyarakat Sadum
adalah campuran antara keturuan Kan’an dengan orang-orang yang menetap dari
luar. Luth tidak mempunyai kekerabatan apapun dengan mereka, karena Luth
datang dari wilayah Irak dan menetap di tempat itu.361 Selanjutnya Allah
mengutusnya menjadi Rasul dan mengajak masyarakat Sadum dan sekitarnya
untuk menyembah Allah swt., mengajak kepada kebaikan dan melarang

8
kemungkaran, termasuk prilaku dosa yang belum pernah dilakukan oleh manusia,
yaitu melakukan hubungan seksualitas dengan sesama jenis (laki-laki dengan laki-
laki), bukan dengan perempuan.362

Kata َ‫ْرفُوْ ن‬
ِ ‫ُّمس‬ maksudnya melanggar batas halal terjerumus
kepada yang haram. Menurut penulis“Tafsir al-Manar”, arti dari kalimat ini
adalah bahwa kaum Sadum telah melakukan perbuatan yang buruk dan keji ini
(homoseksual dan perampokan) berulang-ulang, setelah mereka menyesal dan
bertaubat, mereka melakukan itu lagi, demikian seterusnya.

Kata ‫ل‬
َ ‫الرِّ َجا‬ َ‫لَتَْأتُوْ ن‬ maksudnya adalah praktik homoseksual, perbuatan
buruk yang menyimpang dari jiwa yang terhormat, yaitu melakukan hubungan
seksual antara lelaki dengan lelaki melalui dubur. Rashi>d Rid}a>
mengartikannya dengan muntaha al-qubh- wa al-fahsy (kekejian dan keburukan
yang paling keji dan paling buruk).2

C. Pengertian Secara Global Ayat Tentang Homo Seksual


Ayat ini QS. al-A’raf [7]: 80-81 dan QS. al–Naml [27]: 54- 55
menerangkan kisah Luth yang mengingatkan kaumnya tentang azab Allah akibat
prilaku buruk mereka dalam masalah homoseksual, perbuatan yang belum pernah
dilakukan oleh umat manapun sebelumnya. Luth bertanya sembari mengolok-olok
perbuatan buruk dan keji mereka itu dengan pertanyaan yang bernada ejekan;
“apakah engkau melakukan perbuatan homoseksual (keji) yang tidak pernah
dilakukan oleh orang-orang sebelum engkau?”. Pertanyaan yang bernada ejekan
itu digunakan karena mereka melakukan hubungan seksual dengan laki-laki
dengan mengabaikan perempuan yang diciptakan untuk pemenuhan nafsu
syahwat. Sungguh, prilaku ini adalah perbuatan yang menyimpang, berlebih-
lebihan, dan bodoh, karena telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ayat
ini diulang dengan redaksi yang hampir sama di beberapa tempat dalam Alquran
untuk memberi tahu betapa buruknya prilaku mereka. Kalimat tanya yang

2
Rashid Rid}a, Tafsi>r al-Mana>r, Juz VIII, h. 453 lihat pula: Al-Shawkani, Fath} al-Qadi>r, Juz II, h.
59

9
dipergunakan adalah bentuk penjelekkan dan pengingkaran perbuatan mereka
Nabi Luth berusaha meluruskan perbuatan mereka dengan
mempersilahkan untuk menikahi anak-anak perempuannya. Namun tawaran Nabi
Luth mereka abaikan, karena mereka tidak mempunyai minat untuk
melampiaskan nafsu syahwat terhadap perempuan. Firman Allah berikut
menerangkan tawaran Nabi Luth kepada kaumnya yang berbunyi :

۷۱ َ‫ا َل هَُؤاَل ِء بَناتِي ِإن ُكنتُ ْم فَ ِعلِين‬


Artinya ;

Luth berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika


kamu hendak berbuat (dengan cara yang halal)". (QS. al-Hijr [15]: 71).
Firman Allah di dalam ayat di atas yang berbunyi:

‫ون النِّ َسا ُء‬ َ ‫إنَّ ُك ْم لَتَْأتُونَ الرِّ َج‬


ِ ‫ال َشه َْوة ِّمن ُد‬

menunjukkan mengetuk dan menjelekkan perbuatan mereka, karena


mereka telah melakukan berbuatan yang keji, terutama dalam melaksanakan hajat
dalam melepaskan syahwat mereka yang menyimpang dari fitrah yang sehat. Atas
dasar itu, Allah mengatakan bahwa mereka adalah kaum yang berlebih-lebihan

ِ ‫ بَلْ َأنتُم قَوْ م ُمس‬Hal ini diperkuat ayat lain dalam QS.
sebagaimana firman-Nya: َ‫ْرفُون‬
al-Naml [27]: 55 yang berbunyi: َ‫( بل أنتم قوم تَجْ هَلُون‬sebenarnya kamu adalah kaum
yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".
Wahbah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan berlebihlebihan dan
tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka) adalah melakukan berbuatan yang
keji, melampaui batas akal sehat dan fitrah manusia, terutama dalam melepaskan
syahwat, tidak mengetahui akibat dan bahayanya bagi kesehatan dari perbuatan
mereka, sebagaimana yang terjadi sekarang dengan penyakit yang sangat
berbahaya dan mematikan (AIDS). Lalu mereka menyesal telah melakukan
perbuatan itu semua.
Menurut Rashid Rida, gabungan dari sifat-sifat umat Luth adalah berarti
َ ‫ أبن ُك ْم لَتَْأتُو ِن الر‬:yang "orang-orang yang rusak
‫ّجا َل وتَ ْقطَعُونَ ال َّسبِي َل وتأتون في ناديكم المنكر‬

10
akal dan jiwanya., mereka bodoh dan ceroboh, tidak mau tahu dengan bahaya apa
yang mereka lakukan terhadap keberlangsungan keturunan, kesehatan badan dan
jiwa, keutamaan prilaku, dan adab, serta tidak merasa malu", 3
Kaum Nabi Luth, setelah diingatkan tentang adhab Allah akibat prilaku
buruk tersebut, tidak merasa bersalah dan hanya menganggap sebagai angin lalu.
Bahkan mereka mengejek dengan mengatakan agar adhab itu segera didatangkan
kepada mereka kalau memang Luth adalah benar. Alquran menceritakan akhir
dari kejelekan prilaku mereka dengan datangnya adhab Allah yang sangat pedih.
Adhab itu adalah goncangan dan gempa dahsyat di bumi mereka sehingga
menenggelamkan semua penghuninya di dalam perut bumi. Ketiadaan situs
mereka sekarang ini ditafsirkan bahwa tempat mereka telah ditenggelamkan oleh
Allah dan menjadi laut, yang sekarang dikenal dengan Laut Luth (Laut mati).

D. Hukuman Homo Seksual Dalam Perspektif Hukum Pidana


Islam Dan Hukum Positif

A.Dasar Hukum pidana islam terhadap pelaku homo seksual :

Homoseks dalam hukum Islam harus dimaknai sebagai penyimpangan


seks atau seksual yang abnormal, ataupun disorientasi seks. Karena, di dalam
hukum Islam, penyaluran seksual itu hanya diperuntukkan untuk jenis kelamin
berbeda, antara lakilaki dengan perempuan. Penyalurannya juga lebih dulu
dilakukan atas dasar pernikahan yang sah, lengkap syarat dan rukunnya.
Homoseksual, baik dalam kategori liwāṭ maupun siḥāq sama-sama tidak
dibenarkan dalam Islam. Dua tindakan tersebut dipanang menyalahi ketentuan
kodrat manusia yang diciptakan berpasang-pasangan, dan penyaluran hasrat atau
naluri seksual hanya mungkin dilegalkan melalui pernikahan yang sah, dilakukan
antara jenis kelamin yang berbeda.
3
Zuhaili, al- ,Wah}bah ibn Mus}t}afa, Tafsi-r al-Munir fiy al-‘Aqidah

wa al-Shari’ah wa al-Manhaj, Beirut: Dar al-Fikr alMu’asir .1991.hal,280-283

11
Para fuqaha telah bersepakat tentang larangan dan haramnya perbuatan
homoseksual. Ibn Qayyim Al-Jauziyyah telah menuturkan dalam beberapa karya
besarnya mengenai larangan homoseksual dalam kategori liwāṭ. Dalam kitabnya
Rauḍah AlMuhibbῑn, tegas dinyatakan bahwa homoseks merupakan perbuatan
yang dilarang dan termasuk ke dalam dosa besar. Begitupun yang ia paparkan di
dalam kitab Al-Jawāb AlKāfῑ, bahwa pelaku homoseksual telah melakukan
perbuatan yang dilarang dan dosa besar, dan hukumannya juga sangat besar
karena kerusakan di dalam tindakan tersebut sangat besar. 4
Imam Al-Zahabi dalam kitabnya Al-Kabā’ir memasukkan homoseksual
ini sebagai suatu tindakan dosa besar. 11 Muhammad bin Mu’ayyad ‘Ali Diwas
Al-Syahrani telah mengutip beberapa pandangan ulama tentang adanya ijmak
ulama dalam masalah ini. Di antara ulama yang ia sebutkan adalah Ibn Hazm, Ibn
Qudamah, Al-Qurtubi, Ibn Mufli, Ibn Hajar Al-Haitami, Ibn Qasim, Imam Al-
Syaukani, dan ulama lainnya. Secara keseluruhan mengemukakan bahwa
homoseks dalam arti liwāṭ dilarang, dan termasuk ke dalam dosa besar, pelakunya
dipandang berdosa. Demikian juga untuk homoseksual kategori sihāq atau lesbi
juga diharamkan, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Hazm, Ibn Qaan,
begitu juga pendapat ulama empat mazhab lainnya.
Adapun dalil hukum larangan melakukan homoseksual cukup banyak di
dalam Alquran maupun hadis.
Menurut Imam al-Qurubi, sebagaimana dikutip al-Syahrani, bahwa ayat
di atas mengandung hukum tentang larangan dan keharaman liwāṭ. Hal ini
dipahami dari adanya hukuman atau ‘uqūbah yang diberikan Allah Swt kepada
kaum Nabi Luth. Adapun dalam sunnah (hadis), ditemukan riwayat yang secara
langsung menyebutkan larangan liwāṭ, diantaranya dalam riwayat hadis Abu
Dawud:
Dari Amru bin Abu Amru dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ra ia berkata:
“Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang kalian dapati sedang melakukan
perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah pelaku dan objeknya. (HR. Abu Dawud).

4
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Al-Jawāb Al-Kāfῑ Li Man Sa’ala “An Al-Dawā” Al-Syafῑ (Sukoharjo:
AlQowam, 2017), p. 385

12
Dalam riwayat yang lain, yaitu dalam Sunan Al-Tirmizi juga disebutkan
adanya kekhawatiran Rasulullah Saw terhadap umatnya yang berbuat kaum Nabi
Luth:
Dari Qasim bin Abdul Wahid Al-Makki dari Abdullah bin Muhammad
bin Uqail bahwa ia mendengar Jabir berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan dari
ummatku adalah perbuatan kaum Luth (HR. Al-Tirmizi).
Dua riwayat hadits di atas cukup menggambarkan bahwa homoseksual di
dalam kategori liwat dilarang, diharamkan. Apalagi Rasulullah Saw menyuruh
bagi orang yang melihatnya untuk membunuh kedua pelakunya. Selain itu, sikap
khawatir Rasulullah Saw juga mengindikasikan larangan perbuatan liwāṭ

B. Adapun dalam hokum positif yang di kenal dengan KUHP atau


hokum Indonesia terdapat pasal –pasal yang mengenai tentang
Homo Seksual :

Dilihat dari sudut pandang hukum pidana di Indonesia, tidak ditemukan


adanya undang-undang yang khusus mengatur tentang larangan homoseksual.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya diatur mengenai
tindak pidana melakukan hubungan sejenis, yang dilakukan antara orang yang
dewasa terhadap anak-anak yang belum dewasa. Hal ini dapat dipahami dari Pasal
292 KUHP:
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya ataupun sepatutnya harus diduganya ia belum
dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
Pasal di atas merupakan terjemahan ketentuan Pasal 248 undang-undang
hukum pidana Belanda yang berbunyi:
De meerderjarige die met een minderjarige van hetzelfde geslacht, wiens
minderjarigheid hij kent of redelijkerwijs moet vermeden, ontucht pleegt, wordt
gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste vier jaren”.
Pasal di atas cukup jelas hanya membatasi pelaku dewasa, sementara bagi

13
anakanak yang menjadi korban pelakukan cabul sesama jenis tidak dihukum.
Sebab, dalam konsep hukum positif, seseorang dikatakan masih anak di bawah
umur adalah anak yang belum mencapai umur 18 tahun. Ini sejalan dengan
ketentuan Pasal 1 butir (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak: Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Di dalam KUHP, tidak
menyebutkan adanya larangan hubungan sesama jenis di antara lakilaki dewasa,
atau di antara sesama perempuan yang sudah dewasa. Aturan tersebut memberi
indikasi bahwa hubungan sesama jenis antara orang dewasa justru tidak dilarang
sama sekali. 5
Menurut Andi Hamzah, Pasal 292 KUHP berisikan minimal dua bagian
penting, pertama ialah orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan
orang lain sesama kelamin, dan kedua adalah patut diduganya belum dewasa.
Pasal ini biasa disebut dengan sodomi yang hanya berlaku kepada orang yang
belum dewasa. 6
Berdasarkan pendapat tersebut di atas memang tidak dinyatakan dengan
frasa “homoseksual”, tetapi lebih kepada sodomi. Hanya saja, dalam beberapa
ulasan lainnya, pasal di atas dipandang sebagai pasal yang mengatur tentang
kejahatan homoseksual. Hal ini selaras dengan keterangan Muhammad Yasin,
bahwa Pasal 292 tersebut di atas merupakan tindak pidana pencabulan dalam
kategori homoseksual, yaitu dilakukan sesama jenis, meskipun dibatasi hanya
antara orang dewasa dengan orang yang belum dewasa. Klasifikasi perbuatan
cabul tersebut menurut R. Soesilo ialah segala perbuatan yang bisa melanggar
kesusilaan, yang terangkup dalam nafsu birahi, misalnya cium ciuman, meraba
alat kelamin, meraba buah dada, dan lain sebagainya, termasuk di dalamnya
adalah persetubuhan.
Dalam keterangan R. Soesilo, maksud sesama jenis di dalam Pasal 292 ialah
lakilaki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. 19 Pasal ini memang
5
Muhammad Yamin, “Beginilah Riwayat Pasal Homoseksual Yang Kini Diributkan,” accessed
November 29, 2021, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57c3eb2e7914c/beginilah-
riwayatpasal-homoseksual-yang-kini- diributkan/
6
Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP (Sinar Grafika, 2015), p.
176

14
tidak menyebutkan istilah homoseks, akan tetapi mengikuti definisi homoseksual
sebelumnya, maka diketahui jika seks dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki,
atau sebaliknya antara perempuan dengan perempuan, maka ini dinamakan
dengan homoseksual.
Dalam istilah Belanda, frasa “hetzeedlfde geslacht” sebagaimana tersebut di
dalam Pasal 284 Hukum Pidana Belanda terdahulu secara harfiah bermakna
“sesama jenis” atau “jenis kelamin yang sama”. Sesama jenis di sini bermakna
homon, sementara jika konteksnya adalah seksual maka yang dimaksud adalah
homoseksual
Dalam keterangan Adami Chazawi, pembebanan hukuman pada pasal di
atas hanya diberikan kepada pelaku dewasa. Hal tersebut berlaku karena alasan
logis dibentuknya Pasal 292 adalah untuk melindungi atau memberikan suatu
perlindungan hukum kepada orang yang belum dewasa. 20 Jadi, motivasi yang
hendak dibangun dalam pasal tersebut adalah hanya untuk orang dewasa, sebab
tindakan tersebut dapat merugikan anak-anak yang belum dewasa.
Mengacu kepada uraian di atas, dapat diketahui bahwa meskipun dalam
Pasal 292 tidak disebutkan frasa homoseksual, tetapi keterangan pasal tentang
jenis kelamin yang sama menunjukkan sama dengan perbuatan homon. Begitu
juga untuk istilah perbuatan cabul, maka ia termasuk ke dalam perbuatan seks
yang terlarang. Jadi, perbuatan seks sesama jenis atau homoseksual menurut Pasal
292 adalah terlarang, khususnya bila dilakukan antara orang yang sudah dewasa
dengan orang yang belum dewasa (anakanak)

15
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa poin berikut:
Alquran memberi pedoman kepada manusia dalam manjalani kehidupan,
termasuk dalam hal ini adalah bagaimana seharusnya manusia melampiaskan
nafsu syahwatnya, yaitu dengan menikah secara benar antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan. Homoseksual adalah prilaku yang haram. Allah
mengutuk mereka yang berbuat homoseksual karena akan menimbulkan
kerusakan akhlak, penyakit, dan permusuhan antara mereka. Menurut Jumhur
pelaku homoseksual hukumnya sama dengan perbuatan berzina. Oleh karena itu,
mereka diberi hukuman sebagaimana hukuman pelaku zina, sementara pendapat
Imam Abu Hanifah pelakunya cukup dihukum dengan ta’zir. Hukuman bagi
pelaku homoseksual, juga berlaku bagi pelaku lesbi berdasarkan kepada hadith
Nabi riwayat Abu Musa al Ash’ari, yaitu sama-sama dikategorikan sebagai
perbuatan zina. Tidak dikenakan had bagi seesorang yang menggunakan hewan
sebagai obyek pelampiasan nafsunya, karena prilakunya dianggap tidak nomal.
Namun agar tidak mengulangi perbuatannya, ia dapat dikenakan takzir.

16
DAFTAR PUSTAKA

A.Ilham, Pola komunikasi antar pribadi kaum homoseksual terhadap


komunitasnya di kota Serang. (Jakarta:Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2011)
Rashid Rid}a, Tafsir al-Manar, Juz VIII, h. 453 lihat pula: Al-Shawkani, Fath} al-
Qadir, Juz II.
Zuhaili, al- ,Wah}bah ibn Mus}t}afa, Tafsi-r al-Munir fiy al-‘Aqidah

wa al-Shari’ah wa al-Manhaj, Beirut: Dar al-Fikr alMu’asir .1991.


Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Al-Jawāb Al-Kāfῑ Li Man Sa’ala “An Al-Dawā” Al-
Syafῑ (Sukoharjo: AlQowam, 2017), p. 385
andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP (Sinar
Grafika, 2015),

17

Anda mungkin juga menyukai