Oleh:
PENDAHULUAN
Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan dan
dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau keadaan vegetatif). Penyebab
kesadaran menurun beragam dengan karakteristik masing-masing. Banyak penyebab dari
penurunan kesadaran merupakan ancaman jiwa yang membutuhkan intervensi yang cepat,
karena berpotensi terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Perubahan fisiologis yang
terjadi pada pasien dengan gangguan. kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar
yaitu gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguanhidrasi, gangguan aktifitas
menelan, kemampuan berkomunikasi, dan gangguan eliminasi.1 Penurunan kesadaran dapat
dinilai secara klinis, contoh Obtundation yaitu penurunan kesadaran ringan sampai sedang
dimana pasien berkurang respons terhadap lingkungan dan lebih lambat bereaksi terhadap
rangsang. Stuporadalah kondisi tidak respons disertai tidak adanya atau minimal gerakan
spontan, dapat dibedakan dari keadaan tidur dalam yang masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat dan berulang. Koma adalah keadaan patologis dengan kondisi tidak sadar
yang dalam, tidak dapat dibangunkan, mata tertutup, akibat gangguan korteks otak dan ARAS.
Koma adalah kondisi penurunan kesadaran yang persisten minimal observasi 1 jam untuk
membedakan dengan pingsan/syncope, concussion, atau kondisi penurunan kesadaran lain yang
bersifat sementara.2
Penurunan kesadaran adalah presentasi klinis penderita Diabetes MelLitus (DM) yang
dapat ditemukan di unit gawat darurat karena komplikasi dari DM, terutama komplikasi akut.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang membutuhkan pelayanan kesehatan
berkelanjutan, dukungan, dan edukasi pasien mengenai penyakit maupun pengobatan yang harus
dilaksanakan untuk mencegah komplikasi-komplikasi akut, antara lain ketoasidosis diabetikum
(KAD), status hiperosmolar hiperglikemik (SHH), asidosis laktat dan hipoglikemi, dan
menurunkan resiko terjadinya komplikasi jangka panjang, yaitu komplikasi makrovaskular yaitu
coronary artery disease (CAD), peripheral vascular disease (PAD), dan cerebrovascular
disease (stroke), dan komplikasi mikrovaskular yaitu diabetik nefropati, neuropati, dan
retinopati. Krisis hiperglikemik yaitu KAD, SHH, dan asidosis laktat maupun hipoglikemik
merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam jiwa. Hipoglikemi lebih umum terjadi dan
hipoglikemi berat merupakan 3% penyebab kematian pada pasien insulin dependent DM.3
Insiden hiperkalemia bervariasi antara 2-35% pasien Chronic Kidney Disease, tergantung
pada laju laju filtrasi glomerulus (LFG) populasi yang diteliti, kadar kalium yang dianggap tinggi
oleh para peneliti dalam berbagai penelitian, penggunaan inhibitor renin-angiotensin sistem –
aldosteron. Manifestasi hiperkalemia yang paling serius adalah kelemahan atau kelumpuhan otot,
kelainan konduksi jantung, dan aritmia jantung. Manifestasi ini biasanya terjadi ketika
konsentrasi kalium serum ≥7,0 mEq/L dengan hiperkalemia kronis atau mungkin pada tingkat
yang lebih rendah dengan peningkatan akut kalium serum. Pasien dengan gangguan otot rangka
atau manifestasi klinis gangguan jantung biasanya memiliki satu atau lebih kelainan EKG khas
yang berhubungan dengan hiperkalemia. Manifestasi lain pada pasien hiperkalemia mungkin
berhubungan dengan penyebab hiperkalemia, seperti poliuria dan polidipsia dengan diabetes
yang tidak terkontrol.
Definisi hipoglikemi terbaru adalah kadar plasma glukosa <70mg/dL.3 Gejala-gejala
hipoglikemi biasanya muncul ketika kadar glukosa plasma <60 mg/dL. Episode hipoglikemia
yang sering terjadi (sekali dalam sehari) menyebabkan adaptasi otak terhadap kadar glukosa dan
gejala hipoglemia akan muncul pada kadar yang lebih rendah dari seharusnya. Kondisi tersebut
didefinisikan sebagai hypoglycemic unawareness, yaitu kegagalan saraf simpastis dalam
meresponi hipoglikemi. Adapun tatalaksana hipoglikemia sebagaimana dikutip langsung dari
buku Clinical Pathway yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI) tahun 2015 adalah pemberian gula murni sebesar 30 gram (2 sendok makan)
atau siruppermen gula murni pada pasien sadar atau stadium permulaan, dan penggunaan
protokol hipoglikemia yang telah ditetapkan.3,4 Prinsip pengaturan akan pada pasien DM hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau insulin itu sendiri
untuk mencegah hipoglikemia.5 Untuk terapi diet untuk hiperkalemia pada CKD masih
diperdebatkan: banyak peneliti dan klinisi tidak lagi merekomendasikan diet rendah kalium, yang
telah diterapkan selama setengah abad terakhir. Adanya pergeseran pemahaman ini disebabkan
karena adanya pengamatan bahwa asupan kalium makanan yang dilaporkan tidak terkait dengan
konsentrasi kalium plasma. Namun, studi kinetik menggunakan garam kalium menunjukkan
bahwa orang dengan CKD memiliki gangguan toleransi kalium yang dapat membuat mereka
rentan terhadap peningkatan sementara kadar kalium plasma dari kalium makanan (hiperkalemia
postprandial).6
Pada kasus ini, akan dibahas mengenai seorang pasien perempuan berumur 56 tahun
dengan diagnosis Moderate protein energy malnutrition, CHF NYHA III, Diabetes Mellitus tipe
2, CKD grade 5 on HD regular, HHD, Chronic coronary syndrome, dan nodul tiroid. Pasien
dibawa keluarga IGD dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 1 minggu terakhir yang
menyebabkan asupan makan dan minum via oral berkurang sejak 3 hari lalu karena selera makan
menurun akibat sesak dan nyeri dada sehingga memerlukan terapi nutrisi spesifik untuk
perbaikan kondisi klinik dan perbaikan status gizi yang menunjang pengobatan.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama Ny. AR
Jenis Kelamin Perempuan
Umur 56 Tahun
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Agama Islam
Status Perkawinan Menikah
Alamat Graha Mutiara III no 21, Kota Makassar
Nomor Rekam Medik 403972
Tanggal Masuk Rumah Sakit 05/07/2022
Tanggal Konsul 08/07/2022
Tanggal dijadikan Case 10/07/2022
Tanggal Keluar 07/07/2022
Ruangan CVCU RS Labuang Baji
Diagnosis Masuk CHF NYHA III + DM Type II non obese +
CKD Grade V on HD Reguler + HHD +
Chronic Coronary Syndrome + Nodul Tiroid
Diagnosis Keluar DM Type II + Iscemic Dilated
Cardiomiopathy + CKD Grade 5 on HD +
Nodul Tiroid
Riwayat Psikososial :
Pasien seorang ibu rumah tangga, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien merupakan
perokok pasif (dari suami pasien).
Riwayat Terapi:
Riwayat pengobatan rutin dengan : Glimepiride 4 mg/hari, atorvastatin 20mg/hari, Digoxin 0.25
mg/hari, nitrokafff 2.5 mg/hari, candesartan 8mg/hari.
Food History :
Saat sehat, pasien makan teratur 3 kali sehari, dengan 1 porsi nasi, 1 porsi lauk pauk dan 1
porsi sayur bervariasi setiap kali makan. Pasien jarang makan buah. Pasien gemar makan
gorengan dan makanan cepat saji. Pasien gemar minum minuman berkemasan.
1 bulan yang lalu pasien makan ½ - ¾ porsi nasi dengan ½ porsi lauk pauk dan ½ porsi
sayur setiap kali makan.
8 hari lalu pasien makan ¼ - ½ sendok makan nasi dengan sedikit lauk pauk dan kuah
sayur setiap kali makan.
1 hari lalu pasien makan 6-7 sendok makan bubur tanpa lauk pauk dan sayur setiap kali
makan.
Pantangan makanan dan riwayat alergi makanan atau susu tidak ada.
2.2.3. Assesment
Status Metabolik:
(08/7/2022)
- Gangguan metabolisme KH (HbA1C = 8,5 %)
- Penurunan fungsi ginjal (226/9,21 ← 322/13,41)
- Hiponatremia Ringan (133 ← 138)
(07/7/2022)
- Anemia Normositik Normokromik (8,7 ← 8,1)
- Leukositosis (15.440 ← 8.540)
- Deplesi berat system imun (147 ← 640)
- Peningkatan NLR (56,3 ← 11.06)
- Perbaikan kadar gula darah (GDS 137 ← 115 ←50)
(06/7/2022)
- Hipoalbuminemia Ringan (3,23)
Status Gastrointestinal : Fungsional
Diagnosis Medis :
Gizi Klinik : Moderate protein energy malnutrition (SGA Score B)
Internist : DM type 2 non obese + CKD grade 5 + nodul tiroid
Permasalahan :
Aktual :
1. Malnutrisi
2. Diabetes Mellitus dan hipoglikemia berulang
3. Chronic Heart Failure NYHA III
4. Penurunan Fungsi Ginjal (CKD grade V on HD Reguler)
5. Deplesi sistem imun
6. Peningkatan NLR (Inflamasi)
Potential :
1. Fungsi sistem imun menurun sehingga memperberat infeksi dan inflamasi
2. Status Gizi semakin menurun
3. Masa Rawat memanjang
4. Meningkatkan morbiditas dan mortalitas
Perencanaan
Tujuan penatalaksanaan gizi pada pasien ini adalah:
1. Memberikan terapi nutrisi sesuai dengan kondisi umum pasien serta untuk menjamin
asupan adekuat sesuai kebutuhan pasien
2. Memperbaiki status gizi sehingga sistem imunitas pasien membaik dan dapat
membantu melawan infeksi
3. Melakukan penatalaksanaan nutrisi terhadap kondisi imbalans elektrolit, dan
hipoalbuminemia pada pasien
4. Memberikan suplementasi makro/ mikronutrien yang sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Melakukan edukasi terhadap pasien mengenai pentingnya nutrisi terutama pada TB
paru yang disertai komplikasi guna membantu perbaikan kondisi pasien, dan mencegah
perburukan penyakit serta mortalitas.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk menentukan rencana terapi
gizi selanjutnya
7. Meningkatkan kualitas hidup pasien
Penatalaksanaan
Kebutuhan Energi menggunakan formula Harris Bennedict:
Kebutuhan Energi Basal (KEB) : 1198 kkal
Kebutuhan Energi Total (KET) : 1868,88 ~ 1900 kkal
Terapi Gizi
Terapi gizi 1900 kcal dengan komposisi makronutrien:
Protein 1,2 gr/kgBBI/hr = 64,8. gr (13,6 %)
Karbohidrat 50% = 237,5 gr
Lemak 36,4 % = 76,84 gr
Terapi Nutrisi diberikan 30% KET (570 kkal) via oral dan parenteral berupa:
ONS nefrisol D 5 x 130 kkal
Parenteral Nutrisi berupa :
Nefrosteril 250 ml/24 jam/ Intravena (TS Ginjal Hipertensi)
Jumlah, jenis dan komposisi diet dapat berubah sesuai kondisi dan toleransi pasien dan akan
ditingkatkan bertahap hingga kebutuhan energi tercapai.
Kebutuhan cairan 1000 + produksi urine/24 jam = 1000 + 1400 = 2400 ml/24 jam
Suplementasi via oral:
Zinc 20mg/24 jam
B complex 2 tablet/8 jam
Curcuma 400 mg/8 jam
Monitoring dan evaluasi :
Pemantauan dilakukan setiap hari dan secara berkala. Pemantauan dilakukan terhadap
kondisi klinis dan nilai laboratorium pasien. Kondisi klinis yang dinilai antara lain tingkat
kesadaran, tanda vital, keluhan umum, kemampuan toleransi saluran cerna, asupan harian
serta keseimbangan cairan. Hasil laboratorium dipantau secara berkala. Untuk darah rutin
dan pemantauan kimia darah dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran lingkar
lengan atas dan kekuatan handgrip dilakukan setiap 1 minggu sekali.
Melakukan evaluasi terhadap fungsi saluran cerna, hipoalbuminemia, gangguan
keseimbangan elektrolit, kemudian menyesuaikan dengan preskripsi yang diberikan serta
memantau keberhasilan terapi melalui gejala klinis dan parameter laboratorium.
Kerjasama dan komunikasi yang baik pada keluarga, dokter penanggung jawab pasien,
perawat, dan dietisen agar preskripsi diet dapat terlaksana.
Edukasi pada keluarga:
- Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya asupan nutrisi yang adekuat yang
diberikan secara bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi dan penyakit pasien.
- Memberikan pengetahuan tentang peranan mikronutrien pada pasien pasien, dan
menganjurkan untuk rutin mengonsumsi suplementasi yang diberikan secara teratur.
- Memberikan edukasi pada keluarga pasien agar dapat berperan aktif memberikan
motivasi dan dukungan moril kepada pasien.
Hari Energi Target Target KH Target Target Protein Target Target Lemak Target Target
Rawat (kkal) Energi Energi (gram) KH KH (gram) Protein Protein (gram) Lemak Lemak
(kkal) Harian (gram) Harian (gram) Harian (gram) Harian
1 1245 1900 1615 180.75 237.5 201.88 34.5 58.8 49.98 45.25 79.5 67.58
2 1383.5 1900 1900 56 237.5 237.5 20.8 58.8 58.8 2 79.5 79.5
3 470 1900 1900 67.71 237.5 237.5 17.9 58.8 58.8 12.5 79.5 79.5
4 565.5 1900 1900 78.4 237.5 237.5 32.4 58.8 58.8 13.5 79.5 79.5
5 803.5 1900 1900 94.71 237.5 237.5 29.4 58.8 58.8 23.5 79.5 79.5
6 1219.15 1900 1900 148.4 237.5 237.5 53.3 58.8 58.8 45.3 79.5 79.5
7 1184.15 1900 1900 133.9 237.5 237.5 55.8 58.8 58.8 47.3 79.5 79.5
8 1284.15 1900 1900 157.95 237.5 237.5 55.8 58.8 58.8 47.3 79.5 79.5
9 1284.15 1900 1900 157.95 237.5 237.5 55.8 58.8 58.8 47.3 79.5 79.5
10 1284.15 1900 1900 157.95 237.5 237.5 55.8 58.8 58.8 47.3 79.5 79.5
11 1740.5 1900 1900 192 237.5 237.5 91.8 58.8 58.8 67.51 79.5 79.5
12 1919 1900 1900 224.3 237.5 237.5 96.1 58.8 58.8 70.08 79.5 79.5
13 1720.6 1900 1900 225.5 237.5 237.5 104.7 58.8 58.8 43.65 79.5 79.5
14 1930.76 1900 1900 142 237.5 237.5 137.37 58.8 58.8 67.5 79.5 79.5
Tabel 4. Monitoring Asupan Makronutrient Oral dan Parenteral
Hari Energi Energi KH KH Protein Protein Lemak Lemak
Rawat Oral PN Oral PN Oral PN Oral PN
0 175 0 40 0 4 0 0 0
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
ri ari ari ari ari ari ari ari ari ari ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 1 ri 2 ri 2 ri 2 ri 2 ri 2
Ha H H H H H h H H H Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
HARI RAWAT
Energi (Oral) Energi (PN) Energi (Kkal) Energi Harian
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
ri ri ri ri ri ri ri ri ri ri i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 2 i 2 i 2 i 2 i 2
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har
HARI RAWAT
Protein (Oral) Protein (PN) Protein (gr) Protein Harian (gr)
MONITORING ASUPAN KH
250
KH ORAL/PN
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
ri ri ri ri ri ri ri ri ri ri i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 1 i 2 i 2 i 2 i 2 i 2
Ha ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har Har
HARI RAWAT
60
50
40
30
20
10
0
Hari 1
Hari 2
Hari 4
Hari 5
Hari 8
Hari 9
Hari18
Hari 0
Hari 3
Hari 6
Hari 7
Hari 10
Hari 11
Hari 12
Hari 13
Hari 14
Hari 15
Hari 16
Hari 17
Hari 19
Hari 20
Hari 21
Hari 22
Hari 23
Hari 24
HARI RAWAT
Lemak (Oral) Lemak (PN) Lemak (gr) Lemak Harian (gr)
PLT 25.000 38.000 36.000 51.000 109.000 98.000 93.000 172 - 450 x 103/mm3
MCHC 31.5 33.7 34.2 34.2 33.0 31.6 33.2 33.4 – 35.5 pg
Kreatinin 2.23 3.92 4.29 3.29 2.86 2.04 0,6 – 0,9 mg/dl
PT - 13.1 - 10 – 14
INR - 1.26 - -
APTT - 25.5 - 22 – 30
AGD Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian
HB/WBC
25000 23310 16
21670 13.4
14
20000
15870 20500 10.4 12
WBC (/mm3)
Hb (gr/dL)
17200
8.7
15000 11.5 10
8
9 8.3
10000 7 6
4
5000
5220 2
3900
0 0
21-Jun 22-Jun 25-Jun 28-Jun 29-Jun 7-Jul 11-Jul
HARI RAWAT
1200
NLR
1000 819 20
14.73
800 555.45 15
600
10
400 11 10.93 3.51 3.51
345 5
200
0 0
21-Jun 22-Jun 25-Jun 28-Jun 29-Jun 7-Jul 11-Jul
HARI RAWAT
KADAR ALBUMIN
5.5
4.5
ALBUMIN (mg/dl)
3.47
3.5
1.76 2.5
2.56
1.5
0.5
-0.5
21-Jun 22-Jun 25-Jun
HARI RAWAT
Kreatinin (mg/dl)
Ureum (mg/dl)
175 3.5
200 2.86
3
198 194
150 172 2.5
2.23 2
100 2.04
1.5
1
50
60 0.5
0 0
21-Jun 22-Jun 25-Jun 28-Jun 29-Jun 7-Jul
HARI RAWAT
Ureum (mg/dl) Kreatinine (mg/dl)
KADAR ELEKTROLIT
4.52 4.5 134.5
4.5 134
NATRIUM (mmol/L)
KALIUM (mmol/L)
4.48
134 133.5
4.46
4.44 133
4.42 4.4 132.5
4.4
132
4.38
132 131.5
4.36
4.34 131
21-Jun 22-Jun
HARI RAWAT
1400 3000
1200
2912 2500
SGPT (U/L)
1000
SGOT (U/L)
2000
800
1500
600
170 1000
400
200 500
62.2
0 0
21-Jun 22-Jun
HARI RAWAT
25
25 25.6 26
20
15
10
10.6
5 0 0 8.3
0
21-Jun 28-Jun 5-Jul 12-Jul
HARI RAWAT
LLA (CM) Handgrips (kg)
BAB III
RESUME
BAB IV
ANALISIS KASUS
Identifikasi masalah pada pasien ini adalah :
Aktual :
e. Hipoalbuminemia
f. Hyperkalemia
Beberapa sel berperan dalam sirosis hati termasuk hepatosit dan sel
lapisan sinusoidal seperti sel stellate hepatik (HSC), sel endotel sinusoidal (SEC) dan sel
Kupffer (KCs). HSCs membentuk bagian dari dinding sinusoid hati, dan fungsinya
untuk menyimpan vitamin A. Ketika hepatosit yang rusak mati, enzim lisosom,
melepaskan sitokin dari matriks ekstraseluler. Sitokin-sitokin ini dan puing-puing sel-sel
hepatosit yang mati mengaktifkan sel-sel Kupffer dalam sinusoid hati dan menarik sel-
Kupffer dan sel inflamasi. Faktor pertumbuhan dan sitokin kemudian mengubah sel Ito
penyimpan lemak dari hati menjadi myofibroblast, mengubah monosit yang berimigrasi
α], faktor pertumbuhan turunan trombosit [PDGF], dan interleukin) memperkuat proses
ini, seperti halnya sejumlah zat pensinyalan lainnya. Sebagai hasil dari berbagai
fibroblast, yaitu, mengarah pada peningkatan endapan kolagen (Tipe I, III, dan IV),
beregenerasi. Jika nekrosis terbatas pada pusat lobulus hati dapat terjadi pemulihan
penuh struktur hati. Namun, jika nekrosis telah menembus parenkim perifer lobulus
hati, septa jaringan ikat terbentuk, akibatnya, regenerasi fungsional penuh tidak lagi
memungkinkan dan terbentuk nodul (sirosis). Konsekuensi dari hal ini adalah
B. Ascites
Asites adalah penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum. Sebagian besar
kausa asites adalah hipertensi portal yang berkaitan dengan sirosis. Hipoalbuminemia
dan penurunan tekanan onkotik plasma juga berperan menyebabkan hilangnya cairan
yang dapat menyebabkan peningkatan risiko dari infeksi bakteri. Peningkatan neutrofil
pada pasien ini dapat disertai dengan defek berat dari kemampuan fagositosisnya
sehingga menjadi salah satu kontributor dari infeksi pada sirosis hepatis.
albumin.14
adanya flare up dari kerusakan liver dan menyebabkan peningkatan dari neutrophil.
Selain itu, penurunan limfosit dapat terjadi karena banyak limfosit yang diambil oleh
liver untuk berperan dalam nekroinflamasi. Selain itu, pada kondisi sirosis, sering
terjardi malnutrisi dan penurunan limfosit terjadi pada malnutrisi dapat meningkatkan
berhubungan dengan derajat keparahan sirosis hepatis dekompensata akibat HBV dan
menjadi penanda tambahan untuk memprediksi mortalitas 1 bulan. Namun, perlu studi
lanjutan untuk memvalidasi penemuan NLR sebagai alat prognostik pada sirosis
hepatis.15
Terapi gizi pada pasien ini ditujukan untuk memperbaiki sistem imun dengan
antioksidan, berupa : Zinc 20 mg/24 jam, vitamin C 100 mg/8 jam, Curcuma 400 mg/8
D. Hypoalbuminemia
Sintesis albumin terjadi di liver. Pada kondisi sakit dan gangguan liver, dapat
ditemukan penurunan serum albumin dan total massa albumin disertai dengan
penurunan sintesisnya. Sintesis albumin dinilai menggunakan fractional synthesis rate
Pada kondisi sirosis hepatis dekompensata, serum albumin akan turun secara
kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dapat dilihat dengan penurunan kadar
hepatis dekompensata dan dapat diberikan dalam jangka panjang, yaitu 40 gram dua
kali seminggu selama 2 minggu dan dilanjutkan dengan 40 gram per minggu. Selain
itu, bila terdapat komplikasi seperti parasentesis dalam jumlah besar (> 5 liter),
peritonitis bacterial spontan, penyakit ginjal akut, dan sindrom hepatorenal, transfuse
Dosis pemberian albumin pada pasien sirosis saat ini masih bersifat empirik.
Transfusi albumin diberikan sebanyak 8 gram per liter ascites yang dibuang bila
parasentesis cairan ascites lebih dari 5 L. Pemberian albumin diberikan sebanyak 1,5
Pemberian terapi albumin pada kondisi sirosis tidak hanya meningkatkan kuantitas
albumin tetapi juga memberikan manfaat dari kualitas albumin seperti mengikat molekul
Terapi gizi pada pasien ini untuk meningkatkan kadar albumin dengan
terkoreksi (100% KET) serta pemberian kapsul ekstrak ikan gabus 3 kapsul/8 jam/oral.
E. Hyperkalemia
dan hipovolemia. Pada pasien sirosis, Sebagian besar kasus (hampir 90%) terjadi
Pasien dengan sirosis akan mengalami penurunan volume darah arteri efektif karena
adanya vasodilatasi arteri splanikus, endotoksin dan vasodilator lain. Hal ini akan
disarankan adalah restriksi cairan dan penggunaan diuretik oleh sejawat pada kondisi
asites. Namun, bila restriksi natrium ini menyebabkan penurunan asupan akibat
kurangnya rasa pada makanan, maka akan terjadi malnutrisi. Sehingga, perlu edukasi
Pada pasien ini saat dikonsul nilai laboratorium Natrium 132,5 mmol/l, selama
perawatan turun menjadi 125,8 mmol/l dan saat dipulangkan menjadi 126,3 mmol/l.
Terapi nutrisi untuk memperbaiki kadar natrium pada pasien ini adalah dengan
pemberian kecukupan makro dan mikronutriet serta NaCl 3 % 500 ml/24 jam/IV serta
Status gizi pasien ini adalah Severe Protein Energy Malnutrition berdasarkan
anamnesis dengan asupan makanan yang berkurang < 50% dalam 5 bulan terakhir
yang disertai dengan mual dan nyeri perut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan loss of
subkutaneus fat, musle wasting, iga gambang dan wasting pada keempat extremitas.
didapatkan skor C.
Hati terutama berperan dalam mengatur metabolisme protein dan energi dalam
Jika pasien telah mengalami sirosis, maka metabolisme mereka menjadi lebih
katabolik dan protein otot mengalami metabolisasi. Terdapat banyak faktor yang
berperan menyebabkan malnutrisi pada sirosis, termasuk asupan diet yang kurang,
Suplementasi diet bagi pasien dengan sirosis membantu mencegah pasien menjadi
katabolik.13
Harris Benedict. Kebutuhan energi total pasien ini adalah 1350 kkal/hari dengan faktor
aktivitas 1,2 dan faktor stress 1,3 yang kemudian ditingkatkan menjadi 1850 Kkal/hari
karbohidrat 50% KET, dan lemak 34,8 % KET, yang diberikan secara bertahap sesuai
tolerasi saluran cerna pasien. Pasien juga diberikan micronutrient untuk mengatasi
berlangsung baik.
Fungsi otot dapat dinilai dengan muscle strenght dan muscle power, yaitu
pasien ini pada pemeriksaan hand grip, terdapat peningkatan kekuatan handgrip dari
8,8 menjadi 10,5 selama 7 hari perawatan, menunjukkan perbaikan fungsi fisik pasien
1. Malnutrisi adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan sirosis hati terjadi
pada 50%-90%, yang berhubungan dengan perkembangan gagal hati, dan dengan
tingkat komplikasi yang lebih tinggi serta lama rawat inap yang lebih lama dan
3. Malnutrisi energi protein pada pasien dengan gangguan fungsi hati memiliki
derajat kerusakan hati.10 Oleh karena itu, Setiap pasien sirosis hepatis yang baru
masuk rumah sakit harus dilakukan deteksi dini risiko malnutrisi melalui
4. Tujuan dari terapi nutrisi pada pasien ini adalah mengoptimalkan keadaan umum
pasien dan status metaboliknya serta memperbaiki status nutrisi pasien atau
setidaknya mencegah perburukan status nutrisi pasien agar dapat optimal untuk
5. Edukasi nutrisi pada keluarga pasien dapat meningkatkan pengetahuan gizi pasien
dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang cukup pada kondisi sirosis
hepatis.
DAFTAR PUSTAKA
(10,6 9,4)
- Leukositosis (13740)
- Peningkatan NLR (15,6 +12)
- Deplesi berat sistem imun (755,7)
(19/7)
- Hipoalbuminemia Sedang (2,64)
(8/7)
- Gangguan metabolisme
kabohidrat (8,5)
P KEB (HB) = 1218,28 Kkal KEB (HB) = 1218,28 Kkal KEB (HB) = 1218,28 Kkal
KET = 1916,11 – 1900kkal KET = 1916,11 – 1900kkal KET = 1916,11 – 1900kkal
(1.2/1.3) (1.2/1.3) (1.2/1.3)
Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = 58,8gr
58,8gr (12,35 %) 58,8gr (12,35 %) (12,35 %)
KH 50 % = 237,5gr KH 50 % = 237,5gr KH 50 % = 237,5gr
Lemak 37,7 % = 79,5gr Lemak 37,7 % = 79,5gr Lemak 37,7 % = 79,5gr
P KEB (HB) = 1218,28 Kkal KEB (HB) = 1228,28 Kkal KEB (HB) = 1228,28 Kkal
KET = 1916,11 – 1900kkal KET = 1916,22 – 1900kkal KET = 1916,22 – 1900kkal
(1.2/1.3) (1.2/1.3) (1.2/1.3)
Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = Protein = 1 Gr/Kgbbi/Hr = 58,8gr
58,8gr (12,35 %) 58,8gr (12,35 %) (12,35 %)
KH 50 % = 237,5gr KH 50 % = 237,5gr KH 50 % = 237,5gr
Lemak 37,7 % = 79,5gr Lemak 37,7 % = 79,5gr Lemak 37,7 % = 79,5gr