Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

Hiperkalemia pada Penyakit Ginjal Kronik

Maya Rosmaria Puspita


C175201002

Pembimbing/Penilai 1 : Prof. DR. Dr. Suryani As’ad, M.Sc, Sp.GK (K)


Penilai 2 :
Penilai 3 :

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

1
Ringkasan :
Elektrolit adalah senyawa dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel ion positif
yang disebut kation dan ion negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut
elektronetralitas. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan.
Anak-anak membutuhkan cairan dan elektrolit lebih banyak dibanding orang dewsasa
sehingga lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Cairan tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan satus gizi. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang, persentase kebutuhan jumlah cairan terhadap berat badan akan
menurun. Cairan tubuh dibagi menjadi kompartemen cairan ekstraseluler dan cairan
intraseluler. Kompartemen intraseluler sekitar 2/3 dari total cairan tubuh. Kompartemen
ekstraseluler sekitar 1/3 dari total cairan tubuh dan terdiri dari ¼ cairan plasma dan ¾ cairan
interstisial.
Distribusi elektrolit terdapat pada kompartemen cairan intraseluler dan kompartemen
cairan ekstraseluler. Kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah sodium (Na +) sebesar
145 mEq/L di ruang intravaskuler dan 142 mEq/L di ruang interstisial dan anion utama dalam
cairan ekstraseluler adalah klorida (Cl-) sebesar 105 mEq/L di ruang intravaskuler dan 110
mEq/L di ruang interstisial. Kation utama dalam cairan intraseluler adalah potassium (K +)
sebesar 140 mEq/L dan anion utama adalah ion fosfat (PO43-).
Kalium atau potassium adalah kation terbanyak kedua dalam tubuh sebanyak 140 – 150
mEq/L, dengan komposisi 98% berada di intraseluler terutama di otot skeletal, dua persen
berada di ekstraseluler. Kalium memiliki peranan penting dalam fungsi fisiologi, misalnya
kontraksi otot skeletal. Gangguan elektrik muncul saat terjadi gangguan homeostasis
konsentrasi kalium intraseluler dan ekstraseluler.
Kontraksi otot dipicu oleh potensial aksi yang melibatkan depolarisasi Na + yang masuk
melalui kanal natrium yang diikuti oleh repolarisasi membran yang dimediasi oleh
perpindahan keluar atau efflux K+ melalui kanal kalium. Kanal klorida memiliki peranan
penting dalam menstabilisasi potensial membran dan berkontribusi dalam repolarisasi setelah
potensial aksi. Perbedaan potensial ini penting untuk fungsi sel terutama jaringan yang
mudah tereksitasi seperti saraf dan otot. Sel otot memiliki jalur tambahan yang meregulasi
homeostasis pH yang tidak langsung mempengaruhi keseimbangan ion natrium dan ion
kalium dalam sel. Secara kuantitatif, jalur regulasi pH intraseluler pada sel otot yang paling
penting adalah pertukaran ion natrium dan ion hidrogen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
gangguan asam – basa ikut memodulasi distribusi ion kalium seperti insulin, katekolamin,
dan hipertonisitas, seperti yang digambarkan pada gambar 1. Redistribusi kalium ke dalam

2
intraseluler dengan cepat sangat penting untuk meminimalisasi peningkatan konsentrasi
kalium ekstraseluler.
Asupan kalium harian sekitar 70mEq/d yang cukup untuk menyebabkan perubahan
konsentrasi kalium yang cukup besar bila tidak di diikuti oleh ekskresi kalium oleh ginjal.
Kehilangan ion kalium melalui traktus gastrointestinal cukup sedikit pada kondisi normal,
sehingga keseimbangan ion kalium intra dan ekstraseluler umumnya melalui ekskresi ginjal.
Insulin yang dikeluarkan pada saat postprandial selain mengatur konsentrasi serum
glukosa tetapi juga mendrorong ion kalium yang diasup masuk ke dalam sel hingga ginjal
mengekskresi kelebihan kalium. Efek ini dimediasi oleh insulin yang berikatan dengan
reseptor permukaan sel yang menstimulasi asupan glukosa oleh jaringan yang respon
terhadap insulin melalui protein transport guloksa GLUT4.
Draft Outline dalam Referat :
2.1 Hiperkalemia
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
2.1.4 Gejala Klinis
2.1.5 Diagnosis
2.2 Penyakit Ginjal Kronik
2.2.1 Hiperkalemia pada Penyakit Ginjal Kronik

3
CASE REPORT
TERAPI NUTRISI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II, GAGAL
JANTUNG KRONIK, GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN
PENYULIT HIPOGLIKEMIA REFRAKTER, HIPERKALEMIA
DAN MODERATE PROTEIN ENERGY MALNUTRITION

Oleh:

Maya Rosmaria Puspita/ C175201002

Pembimbing/ Penilai 1 : Prof DR dr Suryani As’ad, M. Sc, Sp.GK (K)


Penilai 2 :
Penilai 3 :

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


BAGIAN ILMU GIZI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

4
Resume
Ny. R, Perempuan, 56 tahun dikonsul oleh bagian Internist dengan diagnosis ” CHF NYHA III
+ DM tipe 2 non obese + CKD G5D + HHD + Chronic Coronary Syndrome + Nodul Tiroid”.

Pasien diterima dengan kondisi penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu dan
terpasang NGT sejak 6 hari yang lalu, residu NGT 0 cc/6 jam. Riwayat penurunan asupan makan
sejak 5 bulan yang lalu karena nyeri perut dan perut makin membesar.Mual dan muntah tidak
ada, riwayat muntah ada 2 minggu yang lalu berisi sisa makanan dan lendir. Riwayat nyeri perut
ada, sejak 5 bulan yang lalu (hilang-timbul). Riwayat sesak ada sejak 5 bulan yang lalu karena
perut terasa cepat penuh. Riwayat penurunan berat badan ada sejak 5 bulan yang lalu (BB awal =
52 kg). Riwayat DM diketahui sejak 20 tahun yang lalu dan rutin minum obat metformin..
Riyawat tidak ada.

Pemeriksaan fisik: GCS 13 (E4M5V4). Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88


kali/menit, Pernafasan 24 kali/menit, suhu 36,4oC, SpO2 99% (tanpa modalitas). Terpasang
Nasogastric Tube, residu NGT 0 CC/6 jam, tidak terpasang 02 Support. Loss of subcutaneous fat
ada. Abdomen cembung, peristaltic ada kesan normal, shifting dullness ada. Pada Extremitas,
Wasting ada dikeempat extremitas, edema ada di extremitas inferior D et S.

Status gizi Severe Protein Energy Malnutrition unspecified type (SGA skor C). Dari
hasil laboratorium ditemukan: Anemia Mikrositik Hipokromik (11,0), Leukositosis (10600),
Deplesi Sedang Sistem Imun (1091,8), hipoalbuminemia sedang (2,9) dan hiponatremia ringan
(132,5). Pemeriksaan Foto Thorax menunjukkan adanya “Bronchitis dan Atherosclerosis
Aortae”. Status Gastrointestinal : Fungsional

Penatalaksanaan nutrisi diberikan dengan energi 1250 Kcal dengan komposisi protein
1 gr/kgBB/hari (16 %), karbohidrat 50 % dan lemak 34 %. Selain itu juga diberikan suplementasi
dengan zinc, Vitamin B Comp, Curcuma, dan pujimin. Setelah perawatan selama 3 hari
diperoleh hasil asupan makan via oral mencapai target (98,5%) yang disertai dengan perbaikan
klinis dan laboratorium.. Target kemudian ditingkatkan menjadi 1850 dengan menambahkan
KET dengan 500 Kcal sesuai dengan management peningkatan berat badan (500 kcal/minggu).

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan permasalahan yang dialami pasien tersebut
adalah :
1. Malnutrisi
2. Diabetes Mellitus dan hipoglikemia berulang
3. Chronic Heart Failure NYHA III
4. Penurunan Fungsi Ginjal (CKD grade V on HD Reguler)
5. Deplesi sistem imun

5
6. Peningkatan NLR (Inflamasi)

Anda mungkin juga menyukai