Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR ANAK SD

“EVALUASI DAN PRESTASI BELAJAR”

Dosen Pembimbng : I Ketut Manik Asta Jaya, S.Ag.,M.Pd

OLEH :

KELOPOK 10

1. I Gede Nesa Wijaya 2111031045

2. I Putu Dodi Artawan 2111031105

3. I Komang Gede Suryawan 2111031106

4. I Komang Adi Suandana 2111031114

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS DHARMA ACARYA

UHN I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
karmaṇy evādhikāras te
mā phaleṣu kadācana
mā karma-phala-hetur bhūr
mā te sańgo 'stv akarmaṇi
(Bhagawad Gita Bab II Sloka 47)
Artinya :
Berbuatlah hanya demi kewajibanmu, bukan hasil perbuatan itu yang kau pikirkan,
jangan sekali-kali pahala jadi motifmu dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri tanpa
kerja

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa karena atas asung kertha waranugraha-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Evaluasi dan Prestasi Belajar ” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
demi memenuhi tugas Bapak Dosen I Ketut Manik Astajaya, S.Ag., M.Pd. pada mata kuliah
Psikologi Belajar Anak SD di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang “Evaluasi dan Prestasi Belajar".

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen I Ketut Manik Astajaya, S.Ag.,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Psikologi Belajar Anak SD. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami
mengucapkan terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Bangli, 1Oktober 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….…………………....ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah……………...…………………………………………………………1
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi dan Prestasi Belajar…………………………………………….…..3
2.2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi…………………………….................................................6
2.3. Jenis Evaluasi dan Prestasi Belajar …………………………………………………...…9
2.4. Ragam Evaluasi…………………………………………………………………………14
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar……………………………….……15
2.6. Indikator Evaluasi……………………………………………………………………....17
2.7. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor...…………………………………18
2.8. Artikel………..…………………………………………………………………………18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………….…….22
3.2. Saran…………………………………………………………………………………....23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...........................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Evaluasi sebagaimana kita ketahui merupakan pengumpulan kenyataan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa
dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.Evaluasi merupakan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program.

Evaluasi belajar memiliki tujuan dan fungsi yang dengannya akan dapat mengetahu
hasil prestasi belajar siswa-siswinya begitupula dengan psikologis siswa-siswinya.Indikator
prestasi belajar pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah atau
jenis indicator tersebut antara lain ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), ranah karsa
(psikomotor).

Hasil keberhasilan prestasi belajar para siswa-siswi dapat dilihat melalui batas
minimal prestasi belajar yang telah ditentukan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam
makalah ini penulis ingin membahas apa itu pengertian evaluasi dan prestasi belajar, ragam
evaluasi, dan indikator prstasi belajar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian evaluasi dan prestasi belajar?
2. Apa saja tujuan dan fungsi evaluasi?
3. Jenis evaluasi dan prestasi belajar?
4. Ragam Evaluasi?
5. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar?
6. Indikator evaluasi?
7. Evaluasi prestasi kognitif, objektif, dan psikomotor?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian evaluasi dan prestasi belajar?
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi evaluasi?
3. Untuk mengetahui jenis evaluasi dan prestasi belajar?

iii
4. Untuk mengetahui apa ragam evaluasi?
5. Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar?
6. Untuk mengetahui indikator prestasi belajar?
7. Untuk mengetahui evaluasi prestasi kognitif, objektif, dan psikomotor?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

  2.1. Pengertian Evaluasi dan Prestasi Belajar

 Pengertian Evaluasi

Istilah Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing
“Evaluation”. Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative
and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa: Evaluasi adalah
pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada-
tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.

Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi, hal ini
penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah
ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui eavaluasi dapat diketahui kemajuan-kemajuan
belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah
diperoleh dan diketahui anak serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada
tahap berikutnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru”. Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran, keduanya memang ada kaitan
yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata pengukuran
mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Sedangkan
evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun
dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.

Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan


situasi aspek lain akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang
dari berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi
sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.

v
Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli

Selain pengertian evaluasi secara umum seperti yang telah di jelaskan diatas, para ahli
serta pakar mempunyai pandangan serta pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan
mengenai apa itu evaluasi. Berikut ini adalah pengertian evaluasi menurut para ahli secara
lengkap.

 Wrightstone, dkk ( 1956 )

Pengertian evaluasi adalah penaksiran atau perkiraan terhadap pertumbuhan serta


kemajuan rofess tujuan atau nilai – nilai yang sudah ditetapkan.

 Sudijono ( 1996 )

Pengertian evaluasi adalah penafsiran atau interupsi yang bersumber pada data yang
kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari suatu pengukuran.

 Nurkancana ( 1983 )

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang di lakukan yang berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal.

 Raka Joni ( 1975 )

Evaluasi adalah suatu proses untuk mempertimbangkan sesuatu barang atau objek ,
hal atau gejala dengan mempertimbangkan beragam faktor yang kemudian di sebut
dengan Value Judgment.

 John M. Echols dan Hasan Shadily ( 1983 )

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran.

 Stufflebeam, dkk ( 1971 )

vi
Evaluasi sebagai “ The process of delineating, obtaining, and providing useful
information for judging decision alternatives ”. Yang artinya, dalam evaluasi terdapat
beberapa rofes yaitu sebuah proses ( Process ) Perolehan ( Obtaining ), Penggambaran
( Delineating ), Penyediaan ( Providing ) informasi yang berguna ( Useful Information
) dan rofessiona keputusan.

 Kumano ( 2001 )

Evaluasi adalah penilaian terhadap data yang telah di kumpulkan melalui kegiatan
asesmen.

 Ralf Tyler

Beliau menyatakan bahwa pengertian evaluasi adalah suatu proses pengumpulan


pendidikan sudah tercapai.

 Pengertian Prestasi Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam
dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh
siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan.
Salah satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat
dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester.
Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini dikemukakan oleh Moh.
Surya, yaitu “prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang
menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu,
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia “Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh
guru”.Menurut I.L Pasaribu dan B. Simanjuntak menyatakan bahwa “prestasi belajar
adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengikuti pendidikan ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes

vii
pada akhir pendidikan itu”.Sedangkan Winkel (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Arif Gunarso (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur
melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar.Dan lagi menurut Bloom (Sunarto,
2012) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu Kognitif, Afektif dan
Psikomotor.Sedangkan menurut Muhibbin Syah, “Prestasi belajar merupakan hasil dari
sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.”
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti
penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat
atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang
dalam bentuk nilai yang di berikan oleh guru.

2.2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

 Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan memperoleh kepastian mengenai
keberhasilan belajar anak ddik dan memberikan masukan kepada guru mengenai yang dia
lakukan dalam pengajaran. Dengan kata lain evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk
mengenai bahan-bahan pelajaran yang disampaikannya sudah dikuasai atau belum oleh anak
didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan.
Menurut Sudirman, tujuan penilaian dalam belajar mengajar adalah:
a. Mengambil keputusan tentang hasil belajar,
b. Memahami anak didik, dan
c. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.
Kemudian pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan
bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar
mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh:
a. Kemampuan anak didik yang rendah,

viii
b. Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak,
c. Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang
diberikan, dan

d. Kompenen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.

Dengan demikian yang tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar
mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak
didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesusai dengan tingkat kemampuan yang
demikiannya. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus
antara lain :

1.    Tujuan umum
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu:
a.    Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.    Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
2.    Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan
adalah:
a.    Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
b.    Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari
dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

 Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi adalah mutlak dilakukan dan merupakan kewajiban bagi setiap guru.
Kewajiban bagi setiap guru karena pada akhirnya guru harus dapat memberikan informasi
kepada lembaganya ataupun kepada anak didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana
penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai anak didik tentang materi dan keterampilan-
keterampilan mengenai mata ajaran yang telah diberikannya.

ix
Evaluasi tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pengajaran, maka bagi guru mutlak harus
mengenai fungsi evaluasi. Sehingga mudah menerapkannya untuk menilai keberhasilan
pengajaran.

Dalam kaitannya kegiatan belajar mengajar evaluasi mempunyai fungsi sangat penting, yaitu:

a. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki program
bagi murid,

b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan taua hasil belajar dan setiap murid.
Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada
orang tua, penentuan lulus tidaknya seorang murid,

c. Untuk menentukan murid didalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid,

d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan
kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditarik dari tiga
segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.

1.    Segi Psikologis
Bagi peserta didik, evaluasi belajar secara psikologis akan memberikan pedoman atau
pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing
di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap hasil
belajar siswa, maka para siswa akan mengetahui apakah dirinya termasuk siswa yang
berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah. Demikian
pula dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar tersebut maka para siswa yang bersangkutan
akan menjadi tahu atau mengerti: di manakah posisi (letak) dirinya di tengah-tengah teman-
temannya. Apakah ia termasuk siswa kelompok atas (pandai), kelompok tengah
(sedang/biasa-biasa saja), atau termasuk dalam kelompok bawah (tidak pandai).
 Bagi pendidik, evaluasi belajar akan memberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya
selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau

x
pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu
dilakukan selanjutnya.

2.    Segi Didaktik

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi hasil belajar akan dapat memberikan
dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan
mempertahankan prestasinya. Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi hasil belajar itu
setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:
a.    Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya
b.    Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya
c.    Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik
d.    Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik
yang memang memerlukannya
e.    Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai

3.    Segi Administratif
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan (hasil belajar) setidak-tidaknya
memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

a.    Memberikan laporan
            Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.    Memberikan bahan-bahan keterangan
            Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan
akurat. Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan
pengambilan keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan.
c.    Memberikan gambaran

xi
            Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran
tercermin atara lain dari hasil-hasil belajar para peserta didik setelah dilakukannya
evaluasi hasil belajar.

2.3. Jenis Evaluasi dan Prestasi Belajar

1. Jenis- jenis evaluasi :


A. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai
mempelajari suatu unit pelajaran tertentu. Bermanfaat sebagai alat penilaian proses belajar
mengajar suatu unit bahan pelajarn tertentu. Hal-hal yang berhubungan dengan masalah
evaluasi formatif ialah sebagai berikut:
1) Penilaian dilakukan pada akhir setiap satuan pelajaran,
2) Penilaian formatif bertujuan sejauh mana tujuan instruksional khusus (TIK) pada setiap
satuan pelajaran yang telah dicapai,
3) Penilaian formatif dilakukan dengan mempergunakan tes hasil belajar, kuesioner, ataupun
cara lainnya yang sesuai.
4) Siswa dinilai berhasil dalam penilaian formatif jika mencapai taraf penguasaan sekurang-
kurangnya 75% dari tujuan yang oingin dicapai.
B. Evaluasi Subsumatif/ Sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan setelah beberapa
satuan pelajarn yang diselesaikan, dilakukan oleh perempat atau tengah semester. Sedangkan
evaluasi submatif ialah penilaian yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program
atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif bermanfaat untuk menilai hasil
pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam suatu periode tertentu,
seperti semerter atau akhir pelajaran.
C. Evaluasi kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang
telah dijatahkan dalam struktur program, berupa penugsan-penugasan atau pekerjaan rumah
yang menjadi pasangan kegiatan intrakulikuler. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa lebih
mendalami dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler.

D. Evaluasi ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran, yang dilakukan


disekolah ataupun diluar sekolah. Kegiatan ini maksudkan untuk memperluas pengetahuan
siswa, mengenal hubungan anatara berbagai mata pelajaran atau bidang pengembangan,
menyalurkan bakat dan minat yang menunjang pencapaian tujuan instruksional, serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala pada
waktu tertentu.

xii
2. Jenis-jenis prestasi belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan
guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting
yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data
hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi
belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 1999:150.

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori
Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.
Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa
dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan
pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa
dalam penguasaan. Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam
teori Bloom berikut:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti


pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke
dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual
(kategori 2-6).

 Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat


peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal
yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan (Winkel, 1996:247).
 Pemahaman (Comprehension).Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996:247).

xiii
Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
 Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang
konkret dan baru (Winkel, 1996:247). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan
untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam
kondisi kerja.
 Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.
 Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat
sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
 Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya.

2. Affective Domain (Ranah Afektif)

Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan


emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah
afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.
Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:

xiv
 Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya
suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti
buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.
 Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
 Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian
itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima,
 menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai
dengan konsisten dengan sikap batin.
 Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui
dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
 Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya (Winkel, 1996:248). Karakterisasinya mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri.

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan


tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi
Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik. karena keterampilan ini
melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar
berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan
serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-
gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya
kemampuan otomatisme, yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan

xv
berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus
dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya
dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab,
keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan
gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar
dengan prosedur latihan (Sabri, 1996:99-100).

2.4. Ragam Evaluasi


      Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinambungan.Oleh karena itu, ragamnya pun banyak, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks.

1. Pre test dan post test

          Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian
materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai
bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak
memerlukan instrument tertulis.Sedangkan post test adalah kebalikan dari pre test, yakni
kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru pada setiap akhir penyajian materi.Tujuannya
adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2. Evaluasi Prasyarat

           Evaluasi jenis ini mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3. Evaluasi Diagnostic

Evaluasi ini dilakukan setelah selasai penyajian satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis
ini dititik beratkan pada bahasan tertentu yang di pandang telah membuat siswa mendapatkan
kesulitan.

4. Evaluasi Formatif

xvi
Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul.Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi
diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit / kesulitan) kesulitan belajar
siswa.Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebgai bahan pertimbangan
rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).

5. Evaluasi Submatif

Ragam penilaian submatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademi atau prestasi
belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim
dilakukan di setiap akhir semester atau akhir ajaran.Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi
mengenai kinerja akademi siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang
lebih tinggi.

6.       EBTA dan EBTANAS

EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dan EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu
kenaikan status siswa, namun, EBTA dan EBTANAS ini dirancang untuk siswa yang telah
menduduki kelas tinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjang SD dan MI
(Madrasah Ibtidaiyah), dan seterusnya .

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar mereka memperoleh
pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan
perubahan dalam diri individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan. Secara global,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam:

A. Faktor Internal

Faktor dari dalam siswa yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa,
meliputi dua aspek yakni:

1. Aspek Fisiologis. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai


tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang

xvii
lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.
2. Aspek Psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara
faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah
sebagai berikut:
 Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa. Intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia
lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan .menara pengontrol. Hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan
atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi
seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.
 Sikap siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang
rofessi tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun
rofessi (Syah, 1999:135). Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi
belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif
(menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang
mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas,
teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996:84).
 Bakat Siswa. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut
juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.
 Minat siswa. Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits

xviii
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah,
1999:136).

B. Faktor eksternal

Faktor dari luar diri siswa terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental
sebagai berikut:

1. Faktor-faktor Lingkungan. Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang
termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan
sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
2. Faktor-faktor Instrumental. Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik
kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran
serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa (Sabri, 1996:59-60. Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini
akan diarahkan pada faktor instrumental yang di dalamnya guru rofessional itu akan
ditunjukan.

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya: Seorang siswa
yang conserving terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampuan
intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau
gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan
kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang
berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang memiliki
kompetensi yang baik dan rofessional diharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinankemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan
berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar
siswa.

2.6. Indikator Prestasi Belajar

xix
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat
sulit.Hal ini disebabkan oleh perubahan hasil belajar yang bersifat intangible (tidak dapat
diraba).Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam hal ini adalah hanya
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta
dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana
yang terurai di atas adalah dengan mengetahui garis – garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi tertentu) yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

2.7. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

1.       Evaluasi Prestasi Kognitif

Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena
semakin banyaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak
pernah digunakan lagi. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian
ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung).

Dampak negative yang tak jarang muncul akibat tes yang face to face ialah sikap dan
perlakuan yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukanpun tingkat
kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Disatu pihak ada siswa yang diberi
soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topic) sedangkan di pihak lain ada pula siswa
yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.

2.       Evaluasi Prestasi Afektif

Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi


afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasia dapat perhatian
khusus.Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap
dan perbuatan

  3 .  cObservasi yang dimaksud dalam hal ini adalah diartikan sebagai sejenis tes
mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung. Namun
observasi harus dibedakan dari eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang
sebagai salah satu cara observasi

xx
2.8. Atikel
Judul Artkel : Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar (SD) Berbasis Pendidikan
Karakter dan Multikultural
Nama Penulis Artikel : Ivo Basri K.
Dimuat Dalam Jurnal : Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Vol.1 (4) pp. 247-251.
Kesimpulan Artikel :
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Dasar Berbasis Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan pembelajaran yang mengarah padapenguatan dan
pengembangan perilaku peserta didik secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah.Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang
terintegrasi dengan semua mata pelajaran. Pendidikan karakter berpandangan bahwa setiap
peserta didik memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan menjadi lebih baik.
Nilai-nilai yang dirujuk di SD merupakan “alat”untuk menguatkan dan
mengembangkan perilaku peserta didik.

Evaluasi pembelajaran pendidikan dasar berbasis pendidikan karakter, dengan


cara penanaman nilai-nilai karakter yang dimasukkan dalam proses pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaranyang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan dan dihubungkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari melalui berbagai contoh nyata.Dengan kata lain, penanaman
nilaikarakter hendaknya dimulai dari keluarga dan sekolah. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter
mulia. Penanaman nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan dalam evaluasi pembelajaran
pada setiapmata pelajaran (Rinjani, 2017).

Hal tersebut dikarenakan dalam mempelajari materi yang berkaitan dengan


norma atau nilai-nilai lebih mudah jika dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari
melalui contoh yang lebih nyata. Kaitannya dengan pendidikan karakter adalah
pembinaan akhlak. Melalui pendidikan karakter, pada diri peserta didik akan membentuk
keseimbangan antara kecerdasan akademik, kecerdasaan emosional, dan kecerdasan
spiritual. Fathurrohman, dkk (2013), menjelaskan bahwa manfaat yang diperoleh dari
pendidikan karakter adalah peserta didik mampu mengatasi masalah pribadi sendiri,
meningkatkan rasa tanggung jawab, meningkatkan prestasi akademik, dan meningkatkan
suasana sekolah yang kondusif.

xxi
Adanya evaluasi pembelajaran berbasis pendidikan karakter bagi peserta didik SD
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraandan hasil pendidikan di sekolah
yang mengarah pada pencapaian pembentukankarakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuaistandar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didikSD mampu secaramandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya,mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Dasar Berbasis Multikultural

Pendidikan multikultural penting diberikan kepada peserta didik sejak dini.


Hal itu penting dilaksanakan dengan harapan peserta didik mampu memahami
bahwadi dalam lingkungan terdapat keragama budaya. Keragaman budaya
mempengaruhi tingkah laku, sikap, pola pikir sehingga peserta didik memiliki cara-
cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores), dan adat istiadat (customs) yang
berbeda satusama lain. Oleh karena itu, menurut Syahid (2013), bahwa evaluasi
pembelajaranpendidikan dasarberbasis multikultural diselenggarakan dalam upaya
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memandang kehidupan dari berbagai
perspektif budaya yang berbedadengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif
terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. Tujuanadanya evaluasi tersebut, antara lain:
(1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan peserta
didikyang beraneka ragam; (2) untuk membantu peserta didik dalam membangun
perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan;(3)
memberikan ketahanan peserta didik dalam mengambil keputusan dan keterampilan
sosialnya; dan (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas
budaya dan memberi gambaran positif mengenai perbedaan kelompok.Selain itu, evaluasi
pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk
kebebasan yang bertujuan untuk: (1) membantu peserta didikmemiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan
masyarakat dan (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas
batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompokdan budaya
orang lain.

Adapun contoh konkritnya, penelitian yang telah dilakukan oleh Hanum dan
Raharja (2016) di SD sebagai sasaran penelitian, agar nilai-nilai multikultural telah

xxii
ditanamkan pada peserta didik sejak dini. Bila sejak awal peserta didik telah memiliki nilai-
nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, nilai-nilai tersebut
akan tercermin pada tingkah laku peserta didik sehari-hari karena telah terbentuk pada
kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda, peserta didik
dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera.

Nilai-nilai multikultural sangat penting diterapkan dalam pendidikan, karena


nilai-nilai tersebutdapat mendidik dan mengajarkan peserta didik untuk bisa menghargai
adanya perbedaan, menerima perbedaan,dan menghormati satu sama lain. Dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus bisa menanamkan nilai-nilai tersebut. Sehingga pesan
dan nilai-nilai tersebut dapat masuk dan tumbuh kedalam diri setiap peserta didik.
Nilai-nilai multikultural dalam pendidikan diharapkan dapat membentuk sikap peserta
didik, untuk bisa menerima dan menghargai berbagai macam perbedaan yang ada
disekitarnya (Baldah., dkk, 2016).

Pemaknaan nilai-nilai multikultural pada peserta didik di SD diperoleh setelah proses


pengamatan, wawancara, interaksi dengan kepala sekolah, guru kelas, guru mata
pelajaran danpeserta didik, pemahaman perilaku, ucapan-ucapan, serta tafsiran peserta
didiktentang nilai-nilai multikultural.Dengan adanya evaluasi pembelajaran multikultural
guru diharapkan mengetahui bagaimana berperilaku terhadap peserta didikyang
bermacam-macam kulturnya di dalam kelas, dan mengetahui perbedaan-perbedaan nilai-
nilai, kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam.Selanjutnya menurut
Hanum dan Raharja (2016), bahwa para peserta didik dapat menjadi generasi yang
selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran
dalam berperilaku sehari-hari. Pada akhirnya, diharapkan bahwa permasalahan yang
dihadapi bangsa lambat laun dapat diminimalkan. Generasi masa depan adalah generasi
multikultural yang menghargai perbedaan, selalu menegakkan nilai-nilai demokrasi, keadilan
dan kemanusiaan.

xxiii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan
tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui
proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.

2. Tujuan evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan. Kegiatan evaluasi
dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan memperoleh kepastian mengenai
keberhasilan belajar anak ddik dan memberikan masukan kepada guru mengenai yang dia
lakukan dalam pengajaran. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan
tujuan khusus

3. Jenis-jenis evaluasi yaitu ada evaluasi formatif, evaluasi subsumatif, evaluasi kokurikuler,
dan evaluasi ekstrakulikuler. Jenis-jenis prestasi belajar yaitu ada Cognitive Domain ( ranah
kognitif ), Affective Domain ( ranah afektif ), Psykomotor Domain ( ranah Psikomotor ).

4. Macam ragam evaluasi sendiri antara lain: Pre test dan post test, Evaluasi Prasyarat,
Evaluasi Diagnostic, Evaluasi Formatif, Evaluasi Submatif, EBTA dan EBTANAS.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu :

- Faktor internal yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi dua aspek
yaitu ( aspek fisiologis dan aspek psikologis ).
- Faktor eksternal ( faktor dari luar diri siswa ) terdiri dari dua bagian yaitu, faktor lingkungan
(faktor lingkungan alam atau non sosial dan faktor lingkungan sosial ), dan faktor
instrumental ( terdiri dari gedung, sarana fisik kelas ).

6. Indikator prestasi belajar pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

xxiv
7. - Evaluasi Prestasi Kognitif Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif
(ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan
dan perbuatan

- Evaluasi Prestasi Afektif Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi


siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasia
dapat perhatian khusus.

-Evaluasi Prestasi Afektif Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi


siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasia
dapat perhatian khusus.

3.2. Saran

1. Semoga dengan adanya makalah ini pembaca, khusunya pendidik, atau calon pendidik
dapat memberikan perhatian lebih dalam hal yang berkaitan dengan evaluasi sehingga
seorang pendidik akan mempunyai dasar yang kuat dalam melakukan penilaian terhadap
siswanya.

2. Akan lebih baik apabila pembaca, utamanya bagi pendidik ataupun calon pendidik untuk
lebih memperdalam pengetahuannya dalam hal evaluasi pembelajaran dan menerapkan
proses evaluasi tersebut secara benar dan tepat.

3. Hendaknya pembaca ataupun tenaga pengajar tidak mengabaikan serta tidak bertindak
asal-asalan dalam kaitannya dengan proses evaluasi pembelajaran.

4. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengerti, memahami, serta
mengetahui kajian-kajian tentang evaluasi pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
https://daftartugassekolah.blogspot.com/2018/11/makalah-evaluasi-prestasi-
belajar.html?m=1
http://rumii-amelia.blogspot.com/2013/10/makalah-evaluasi-dan-prestasi-
belajar.html?m=1
https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2014/07/12/evaluasi-dan-prestasi-belajar/
https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2014/07/12/evaluasi-dan-prestasi-belajar/
http://izza-allyve.blogspot.com/2013/03/evaluasi-dan-prestasi-belajar.html?m=1
https://kuswoyoaji.wordpress.com/2020/08/04/evaluasi-prestasi-belajar/

xxv
https://sites.google.com/a/mhs.uinjkt.ac.id/intan-permata-sari/semester-2/8-prestasi-
dan-evaluasi-belajar
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/04/21/prestasi-belajar/
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/12593/8105

xxvi

Anda mungkin juga menyukai