4.1 Hasil
besar meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Adapun analisis
mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kandang pada
tinggi tanaman cabai merah besar menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap
(Capsicum annuum L.) dengan menggunakan pot tanam organik. Pot tanam organik
dasar yaituberikut P0: Kontrol (tanpa mulsa organik), POM: Mulsa plastik hitam
perak, PO1 : Eceng Gondok : Sabut Kelapa (70g:20g) + pupuk kandang kambing
kambing 10 g, dan PO5: Eceng Gondok : Sabut Kelapa (30g:60g) + pupuk kandang
kambing 10 g. Tinggi tanaman cabai merah besar disajikan pada Tabel 1, sebagai
berikut :
31
32
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Merah Besar terhadap penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing
pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST)
perbandingan bahan eceng gondok 70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing
10%g (PO1) menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dengan nilai rata-rata yang
tinggi daripada perlakuan lainnya, sedangkan nilai rata-rata yang rendah terdapat
terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa dan pupuk kambing dengan perbandingan komposisi bahan dasar yang
berbeda. Hasil rata-rata terhadap jumlah daun cabe merah besar ditampilkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Cabai Merah Besar terhadap penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing
pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST).
penggunaan mulsa organik pada perlakuan POM (mulsa plastik hitam perak), dan
PO1 (eceng gondok 70g sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g) pengamatan
minggu ke 7 setelah tanam menunjukkan hasil nilai rata-rata yang paling tinggi
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa
dan pupuk kambing dengan perbandingan komposisi bahan dasar yang berbeda.
Lampiran 13. Hasil rata-rata terhadap jumlah daun cabe merah besar ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata diameter batang cabai merah besar (Capsicum annum L.)
terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa, dan pupuk kambing pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
min ggu setelah tanam (MST).
penggunaan mulsa organik pada perlakuan POM (mulsa plastik hitam perak), dan
PO3 (eceng gondok 50g sabut kelapa 40g dan pupuk kambing 10g) pengamatan
minggu ke 7 setelah tanam menunjukkan hasil nilai rata-rata yang paling tinggi
dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing dengan perbandingan
komposisi bahan. Analisis ragam jumlah bunga cabai merah besar terhadap
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok dan sabut
Tabel 4. Rata-rata jumlah bunga cabai merah besar (Capsicum annum L.) terhadap
penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa,
dan pupuk kambing pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu
setelah tanam (MST).
eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing setelah tanam menunjukkan
Hasil analisis jumlah buah per panen terhadap perlakuan penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok dan sabut kelapa ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah buah per panen cabai merah besar (Capsicum annum L.) terhadap
penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa,
dan pupuk kambing.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P0 25 26 24 27 30 25 29 27 28 241
POM 24 31 35 33 36 29 31 33 29 281
PO1 24 28 30 28 29 27 30 27 25 248
PO2 25 29 28 30 28 26 27 30 26 249
PO3 27 30 33 36 30 29 31 30 28 274
PO4 24 28 30 29 27 25 26 28 25 242
PO5 26 29 31 28 25 26 27 30 27 249
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
sampai dan PO5 menunjukkan hasil panen sebanyak 9 kali pemanenan. Tabel 5
menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah perlakuan POM mulsa plastik
hitam perak dan pada perlakuan PO3 Eceng Gondok: Sabut Kelapa : pupuk
kambing (60g:30g:10g).
Hasil analisis ragam jumlah buah total cabai merah besar menunjukkan
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah total. Sama halnya dengan hasil
analisis ragam berat segar dan berat kering buah menunjukkan berpengaruh sangat
37
nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil analisis ragam berat
buah per buah tidak berpengaruh pada perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil
Tabel 6. Rata-rata jumlah buah , berat segar buah, berat kering buah, diameter
buah, dan panjang buah cabai merah besar (Capsicum annum L.)
terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa, dan pupuk kambing.
Tabel 6 menunjukkan rata-rata jumlah buah per tanaman dan berat segar buah
menunjukkan pada perlakuan mulsa plastik hitam perak (POM) merupakan hasil
nilai rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil
rata-rata panjang buah menunjukkan berbeda sangat nyata, sedangkan hasil rata-
rata diameter buah menunjukkan berbeda nyata. Hasil rata-rata P0 pada peubah
panjang buah menunjukkan nilai rata-rata yang paling tinggi dan hasil rata rata PO1
38
pada peubah diameter buah menunjukkan nilai rata rata yang paling tinggi
4.1.4. Analisis Berat Basah Dan Berat Kering Tanaman Cabe Merah Besar
Hasil analisis ragam berat basah tanaman cabai merah besar menunjukkan
Tabel 7. Rata-rata berat basah tanaman, berat kering tanaman cabai merah besar
(Capsicum annum L.) terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar
eceng gondok, sabut kelapa, dan pupuk kambing.
Perlakuan Hasil Data Destruktif
Berat Basah Tanaman (g) Berat Kering Tanaman
(g)
P0 71,7 D 21,5 a
POM 108,1 a 28,4 a
PO1 97,6 bc 27,4 a
PO2 97,9 bc 25,7 a
PO3 106,4 a 26,6 a
PO4 97,0 c 36,4 a
P05 103,0 ab 22,1 a
BNJ 5 % 15,92 19,84
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 7, menunjukkan hasil rata-rata berat basah tanaman pada perlakuan
mulsa plastik hitam perak (POM) dan eceng gondok 50g,sabut kelapa 40g dan
pupuk kambing 10g (PO3) merupakan nilai rata-rata yang paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan hasil rata rata berat kering
tanaman pada perlakuan mulsa plastik hitam perak (POM) dan eceng gondok 40g,
39
sabut kelapa 50g dan pupuk kambing 10g. Analisis ragam panjang akar dan berat
basah akar tanaman cabai merah besar menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil analisis ragam berat kering akar
4.1.5 Analisis Panjang Akar Berat Basah Dan Berat Kering Akar Tanaman
Cabai Merah Besar
Analisis ragam panjang akar tanaman cabai merah besar menunjukkan
analisis ragam berat basah dan kering akar menunjukkan berpengaruh sangat
Tabel 8. Rata-rata panjang akar, berat basah dan berat kering akar tanaman cabai
merah besar (Capsicum annum L.) terhadap penggunaan mulsa organik
berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa, dan pupuk kambing.
Tabel 8, Menunjukkan perlakuan eceng gondok 50g : sabut kelapa 40g :pupuk
kambing 10g(PO3) merupakan nilai rata-rata yang paling tinggi untuk panjang akar
Keterangan :
41
Keterangan: TT: tinggi tanaman, JD: jumlah daun, DB: diameter batang, JB:jumlah
bunga, PB:panjang buah, DB:diameter buah,JBUAH : jumlah buah,
BBB:berat basah buah, BKB: berat kering buah, BBT:berat basah tanaman,
BKT:berat kering tanaman, PA:panjang akar BBA: berat basah akar,
BKA:berat kering akar.
dengan variabel lainnya. Korelasi yang terdapat pada peubah tanaman meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga dan berat buah per
tanaman menunjukkan korelasi yang kuat. Dilihat pada peubah tinggi tanaman
bertemu dengan berat kering tanaman,berat basah akar, dan berat kering kering akar
tanaman,berat basah akar dan berat kering akar di pengaruhi dengan pertumbuhan
tinggi tanaman senilai 0,05,0,05 dan 0,04. Sedangkan pada hasil korelasi jumlah
artinya penambahan jumlah buah di pengaruhi dengan tinggi tanaman dengan nilai
0,0. Variable yang memiliki korelasi berpengaruh nyata (*) dan berpengaruh sangat
nyata(**) terhadap variabel lainnya adalah korelasi yang menunjukkan hasil jika
0,01-0,05 itu artinya memiliki pengaruh nyata sedangkan jika menunjukkan hasil
<0,01 itu artinya sangat berpengaruh nyata antara variabel 1 dengan lainnya.
42
matematik dan statistik yang digunakan untuk modeling dan analisis permasalahan
pada respon yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan bertujuan memperoleh
surface dapat dinyatakan secara grafik dalam gambar tiga dimensi untuk
organik dapat dinyatakan secara grafik dalam gambar tiga dimensi untuk
menghasilkan dua gambar berupa grafik contour dan surface seperti yang
Surface Plot of tinggi tanaman vs sabut kelapa; eceng gondok
ditunjukkan pada Gambar berikut
Contour Plot of jumlah daun vs sabut kelapa; eceng gondok
60
jumlah
daun
< 11,0
50
11,0 – 11,5
11,5 – 12,0
12,0 – 12,5
40 > 12,5
26
sabut kelapa
30
24
tinggi tanaman
22 20
60
20 40 10
20 sabut k elapa
0
20 0
40 0
60 0 10 20 30 40 50 60 70
Surface Plot of diamete r nbatang
eceng go dok vs sabut kelapa; Eceng gondok eceng gondok
1A 1B
Contour Plot of tinggi tanaman vs sabut kelapa; eceng gondok
60
tinggi
tanaman
< 20
50
20 – 21
21 – 22
22 – 23
40 23 – 24
24 – 25
sabut kelapa
> 25
2 ,6
30
2 ,4 60
40 10
2 ,3
20 sabut k elapa
0
20 0
40 0 0 10 20 30 40 50 60 70
60
Eceng gondok eceng gondok
2A 2B
43
sabut kelapa
13
2,60 – 2,65
> 2,65
30
jumlah daun 12
20
60
11 10
40
20 sabut k elapa
0
0 0 10 20 30 40 50 60 70
20
40 0
60 Eceng gondok
eceng gondok
A
Surface Plot of jumlah buah vs sabut kelapa; eceng gondok
3A 3B
Contour Plot of jumlah buah vs sabut kelapa; eceng gondok
60
jumlah
buah
< 35
50
35 – 40
40 – 45
45 – 50
40 50 – 55
60 > 55
sabut kelapa 30
50
jumlah buah
20
40 60
40
10
20 sabut k elapa
0
20
40 0 0
60 0 10 20 30 40 50 60 70
eceng gondok
eceng gondok
4A 4B
Penentuan kondisi optimum dari faktor diatas dibuktikan dengan bentuk kurva tiga
dimensi yang membentuk puncak optimum seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (a).
Gambar ini menampilkan contour plot dalam tiga dimensi. Gambar 1(b) menunjukkan
contour plot yang dihasilkan, terdiri dari berbagai variasi warna yang masing-masing
menunjukkan range besarnya respon yang dihasilkan. Kondisi paling maksimal untuk
plot diatas berada di warna hijau tua. Range warna inilah yang akan memberi garis besar
Gambar (1a) menampilkan permukaan dalam tiga dimensi yang membentuk puncak
optimum. Hasil penelitian diperoleh respon tinggi tanaman dan jumlah buah cabai
terhadap kosentrasi eceng gondok titik optimum berada pada 70g menghasilkan tinggi
44
tanaman cabai yang maksimal. Kosentrasi sabut kelapa titik optimum berada pada 60 g
menghasilkan tinggi tanaman cabai yang maksimal yaitu berdasarkan plot permukaan
(Gambar 1a. Dan 4a). Hasil respon jumlah daun cabai terhadap kosentrasi eceng gondok
titik optimum berada pada 10g menghasilkan tinggi tanaman cabai yang maksimal.
Kosentrasi sabut kelapa titik optimum berada pada 60 g menghasilkan jumlah daun cabai
yang maksimal yaitu berdasarkan plot permukaan (Gambar 2a). Hasil respon diameter
batang menunjukan titik optimum pada eceng gondok sebesar 30g sedangkan titik
Gambar 1b, 2b, 3b dan 4b menunjukkan grafik alur kontur variabel pengamatan
dibandingkan dengan penggunaan konsentrasi (%) sabut kelapa dan eceng gondok yang
berbeda. Sabut kelapa sebagai skala Y sedangkan eceng gondok yaitu skala X,
steepest ascent/descent ini merupakan salah satu metode untuk menentukan hasil respon
optimalnya. Permukaan respon ini menjadi suatu metode, dimana metode ini biasa
disebut metode permukaan respon. Metode permukaan respon menjadi suatu metode
dan sabut kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabe merah
besar.
4.2 Pembahasan
Penelitian mulsa organik terbuat dari bahan eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk
kambing menghasilkan struktur yang kompak dan kuat. Kandungan selulosa pada eceng
gondok dan sabut kelapa yang tinggi (64.51% dan 43%) serta kandungan lignin eceng
45
gondok 17% dan sabut kelapa 45% melalui proses delignifikasi untuk menghilangkan
lignin yang ada pada bahan (Munkar dan Nugraha, 2017). Pradana, Ardhyananta, & Farid,
(2017) menyatakan lignin merupakan zat pengikat antara molekul selulosa. Lignin larut
dalam air dan harus dihilangkan untuk memperoleh serat. Proses pemanasan/perebusan
menjadi lebih mudah. Selain itu proses pemasakan ini juga dimaksudkan untuk
Pemanfaatan eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing sebagai mulsa
organik menguntungkan bagi tanaman karena mengandung unsur hara seperti Ca, Mg, K,
kandungan unsur nitrogen yang lebih tinggi dan kadar airnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan pupuk yang berasal dari kotoran hewan lainnya. Keadaan seperti
aktif (sutedjo, 2002). Sabut kelapa sebagai mulsa organik mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat, aerasi dan drainase yang baik, sesuai dengan daerah panas,
mengandung unsur-unsur hara essensial dan mudah terdekomposisi oleh mikroba tanah
(Vox et al., 2013) . Bahan organik eceng gondok mengandung 75,8 % bahan organik; 1,5
% nitrogen, 24,2 % abu, 7.0 % fosfor, 28,7 % kalium, 1,8 % natrium, 12,8 % kalsium,
dan 21,0 % khlorida (Yuliatin, Puspita Sari, & Hendra, 2018). Kandungan bahan organik
dan unsur hara yang tinggi pada eceng gondok tersebut dapat memenuhi kebutuhan
tanaman.
Penelitian dan hasil analisis ragam secara keseluruhan dapat diketahui bahwa
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan
pupuk kambing menunjukkan nilai rata-rata paling tinggi yang merupakan perlakuan
46
paling baik pada penelitian yang telah dilakukan. Perlakuan yang terbaik menggunakan
mulsa organik pada parameter tinggi tanaman adalah pada berbahan dasar eceng gondok
70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g (PO1) menunjukkan respon nyata pada
minggu ke-7 setelah tanam. Kandungan hara yang terkandung pada bahan organik yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mulsa organik menyebabkan respon yang
nyata. Bahan dasar pembuatan mulsa organik menggunakan eceng gondok sabut kelapa,
Eceng gondok memiliki kandungan bahan organik sebesar 36,59, C-organik 21,23,
N total 0,28, P total 0,0011 dan K total 0,016. Sedangkan sabut kelapa memiliki
kandungan berbagai unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Cu, Zn dan Al dan
pada pupuk kambing mengandung unsur N 1.41%, C/N 32.98%, P 0.54%, K 0.75% dan
tinggi ini diduga akibat kandungan unsur hara N, P dan K pada kombinasi mulsa organik.
tanaman hingga kerdil tergantung intensitas kekurangan. Peran utama K sebagai aktivator
berbagai enzim dan juga berpengaruh dalam absorbsi unsur hara, transpirasi dan
pertumbuhan dan hasil maksimal (Fan et al., 2015). Selain itu, fosfor (P) berperan dalam
komponen struktural pembentuk RNA dan DNA serta bagian dari asam nukleat, koenzim
NAD dan NADP dalam proses fotosintesis (Yuliatin, Sari, et al., 2018). Kekurangan
Hasil analisis ragam pada parameter jumlah daun menunjukkan dasar eceng
gondok 70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g(PO1) menunjukkan respon nyata
hanya pada minggu ke-7. Jumlah daun tanaman cabe merah besar meningkat seiring
pertumbuhan diduga karena kandungan bahan organik mulsa organik menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu pada bahan organik eceng gondok, sabut kelapa
dan pupuk kambing mengandung unsur N. Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik
eceng gondok mengandung unsur hara yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Chanan & Iriany, 2016), terutama peranannya dalam meningkatkan jumlah
Nitrogen sangat dibutuhkan tanaman untuk memacu pembentukan daun (Peni &
dalam proses pembentukan daun (Fageria, Filho, Moreira, & Guimarães, 2009). Nitrogen
juga merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam tanah yang berperan penting
dalam proses pelapukan atau dekomposisi bahan organik. Nitrogen ini diperlukan dalam
Hasil analisis ragam diameter batang tanaman cabe merah dapat diketahui bahwa
perlakuan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok 50g, sabut kelapa 40g dan pupuk
tanam, adanya respon nyata tersebut karena tanaman sudah mulai terlihat adanya suply
nutrisi yang berasal dari mulsa organik yang telah terdekomposisi dan terurai didalam
tanah.
Bahan organik eceng gondok dan sabut kelapa terdiri dari unsur hara makro dan
mikro yang membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal, terutama unsur
nitrogen. Unsur hara nitrogen merupakan hara utama pada umumnya sangat diperlukan
48
seperti daun, batang, dan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharja, (2009), bahwa
nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa seperti asamamino yang diperlukan
dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti batang, daun, dan
akar.
Hasil analisis ragam parameter jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan
berat segar buah menunjukkan respon nyata. Hal ini diduga karena tanaman mendapatkan
suplai unsur hara untuk menunjang pertumbuhannya dan pada uji bahan organik eceng
gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing memiliki kandungan unsur hara P dan K.
Menurut Binti Lestari, (2016) Sabut kelapa mengandung 30% serat yang kaya dengan
unsur kalium dan 2% fosfor. Unsur K berperan untuk ukuran buah dan kualitas buah,
Madurangi, & Ranawake, 2013). Masa generatif unsur hara P banyak dialokasikan pada
proses pembentukan biji atau buah tanaman (Susanti, 2016). Kadar P pada bagian
generatif tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan bagian yang lainnya, karena semakin
tua tanaman, maka semakin tinggi penyerapan unsur P oleh tanaman sehingga apabila
pada masa generatif P kurang tersedia, maka pertumbuhan biji juga kurang sempurna
(Matana, 2010). Kebutuhan unsur hara terutama P pada fase generatif, adanya cahaya dan
air juga sangat dibutuhkan. Terpenuhinya kebutuhan cahaya dan air menjadikan hasil
Hasil analisis ragam berat basah tanaman, menunjukkan pada mulsa organik
berbahan dasar eceng gondok 40g dan sabut kelapa 60g dan pupuk kambing 10g (PO4)
memiliki respon nyata. Hal ini diduga karena ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang
cukup dan seimbang dapat menyuplai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cabe
49
merah besar. Kandungan K yang tinggi pada bahan organik sabut kelapa dapat
meningkatkan berat basah tanaman karena K berfungsi mutlak pada proses metabolism
tanaman dan membantu mencegah penguapan. Aplikasi penggunaan bahan organik sabut
kelapa akan menigkatkan jumlah sel pada tanaman sehingga dapat meningkatkan berat