Sub Struktur
Sub Struktur
1
Suatu sistim harus menjamin dan mampu mendukung bangunan yang ada
diatasnya. Untuk itu pondasi harus kuat, stabil, dan aman agar tidak mengalami
penurunan, tidak mengalami patah karena akan sulit untuk memperbaiki sistem
pondasi. Pembuatan pondasi harus berdasarkan beberapa hal berikut :
Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.
Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempet.
Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil
investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah
yang keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan
teangan tanah/daya dukung tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah,
yaitu dengan cara :
1) Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh
contoh tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
2) Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat yang
disebut Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan
masuk ke dalam tanah, dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan
tanah.
2
a. Pondasi Telapak
Pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom atau pondasi yang
mendukung bangunan secara langsung pada tanah bilamana terdapat lapisan
tanah yang cukup tebal dengan kualitas baik yang mampu mendukung
bangunan itu pada permukaan tanah atau sedikit dibawah permukaan tanah.
b. Pondasi memanjang
3
c. Pondasi rakit (raft foundation)
Pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada
tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian
dekat disemua arahnya, sehingga bila menggunakan pondasi telapak, sisi-
sisinya berhimpit satu sama lainnya.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras
atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti :
a. Pondasi sumuran (pier foundation)
Pondasi sumuran merupakan pondasi peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman
yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebar
(B) lebih kecil atau sama dengan 4, sedangkan pondasi dangkal Df/B ≤ 1.
4
Gambar 4 Pondasi sumuran
Sumber : kmsgroup.com
5
Gambar 5 Pondasi tiang panjang
Sumber : id.scrib.com
6
Pemilihan jenis pondasi yang tepat, perlu diperhatikan apakah pondasi tersebut
sesuai dengan berbagai keadaan tanah :
1) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini menggunakan pondasi
telapak.
2) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter
dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini menggunakan pondasi tiang
apung.
3) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 20 meter dibawah
permukaan tanah, maka pada kondisi ini apabila penurunannya diizinkan
dapat menggunakan tiang geser dan apabila tidak boleh terjadi
penurunannya, biasanya menggunakan tiang pancang. Tetapi bila terdapat
batu besar pada lapisan antara pemakaian kaison lebih menguntungkan.
4) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 meter
dibawah permukaan tanah dapat menggunakan kaison terbuka, tiang baja
atau tiang yang dicor di tempat. Tetapi apabila tekanan atmosfir yang bekerja
ternyata kurang dari 3 kg/cm2 maka digunakan kaison tekanan.
5) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 40 meter
dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini maka menggunakan tiang baja
dan tiang beton yang dicor ditempat. (Bowles J.E, 1993)
B. Sloof
7
Sumber : ilmuproyek.com
8
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga
beban yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar merata.
berikut ini akan dibahas juga beberapa macam sloof yang biasa di pakai oleh
masyarakat Indonesia sebagai berikut :
1. Konstruksi Sloof dari beton bertulang, konstruksi sloof ini bisa digunakan di
atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk rumah
atau gedung (bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis
pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton
bertulang adalah > 15/20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa
dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.
2. Konstruksi Sloof dari batu bata, rolag dibuat dari susunan batu bata yang di
pasang dengan cara melintang dan diikat dengan adukan pasangan (1 bagian
portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag ini tidak memenuhi syarat
untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari kayu, konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang
kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok
pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas pondasi lajur dari batu atau
beton, maka dipilih balok tunggal.
Sloof berfungsi untuk bisa memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
dapat berdiri pada beton yang cukup kuat, tak terjadi penurunan dan juga
pergerakan yang dapat mengakibatkan dinding rumah tinggal Anda jadi retak
atau pun pecah. Adapun fungsi dari penggunaan sloof pada bangunan rumah
tinggal ini sebagai berikut :
Sebagai pengikat kolom.
Meratakan gaya beban dinding pada pondasi.
Menahan gaya beban dinding.
Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang telah disalurkan dari pondasi
lajur.
9
Gambar 7 Posisi sloof pada bangunan
Sumber : strukturrumah.com
Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak
roboh apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk
bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof
dengan pondasi yaitu dengan memberikan angker dengan beri diameter 12 mm
dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan yang
lebih besar atau bangunan bertingkat banyak. Secara singkat, Sloof adalah beton
bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas pondasi.
10
C. Retaining Wall (Dinding Penahan Tanah)
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah
dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu Dinding Gravitasi, Dinding
Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort, Dinding Butters. Beberapa jenis dinding
penahan tanah antara lain :
1. Dinding Penahan Tanah Type Gravitasi (gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu, terkadang
pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan dinding untuk
mencegah retakan permukaan akibat perubahan temperatur.
11
Gambar 9 Dinding Penahan Tanah Type Kantilever (Cantilever retaining wall)
Sumber : Hardiyatmo,2014
12
Gambar 10 Dinding Penahan Tanah Type Kounterfort (counterfort wall)
Sumber : Hardiyatmo,2014
13
Perencanaan dimensi dinding penahan tanah sistem kontrafort yaitu
Lebar 0,45 H s/d 0,75 H. Kontrafort dapat ditempatkan pada jarak 0,30 H s/d
0,60 H, dengan tebal tidak kurang dari 20 cm. Tinggi kontrafort sebaiknya
sama dengan tinggi dinding vertikal; tetapi bila diinginkan ketinggian yang
lebih kecil, dapat dikurangi dengan 0,12 H s/d 0,24 H.
Sumber : Hardiyatmo,2014
14
Gambar 12 Dinding Penahan Tanah Type Buttress (butters Wall)
Sumber : Hardiyatmo,2014
D. Basement
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan
yangkeseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. "alam pelaksanaan
konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni
metodekonstruksi,retaining wall dan dewatering.
15
Ada tiga tipe dari basement yaitu :
1. Tipe A - Perlindungan Tanki (Tanked Protection)
Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk melawan penetrasi air
tanah dan selanjutnya sangat bergantung pada lapisan membrane kedap air
(waterproofing membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus dapat
mengatasi tekanan hidrostatik dari air bawah tanah, Bersama dengan lapisan
yang ada sesuai dengan beban yang ditumpu.
16
Gambar 15 Tanked Protection
Sumber : academia.edu
17
Sumber : academia.edu
18
SUMBER :
http://www.dreamarsitek.com/pengertian-sloof-dan-fungsi-dari-sloof (diakses 17
November 2019)
19