Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi pada ternak merupakan siklus perkembangbiakan pada ternak yang
melibatkan sel gamet jantan dan sel gamet betina. Reproduksi ternak berhubungan
dengan organ reproduksi ternak dan menjadi faktor alami pelestarian spesies ternak
tersebut. Reproduksi ternak tentunya menjadi salah satu bagian penting pada siklus hidup
ternak yang harus mendapat perhatian khusus dari peternak. Menurut Sumadiasa et al.
(2019), Secara umum, faktor-faktor yang terkait dengan reproduktivitas ternak adalah
umur dewasa kelamin atau pubertas, siklus hormonal, umur perkawinan pertama, service
per conception (S/C), lama bunting, umur beranak pertama, bobot lahir, estrus post-
partum, days open dan jarak beranak (calving interval).
Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan produktivitas ternak
selain faktor pakan dan manajemen. Daya reproduksi kelompok ternak yang tinggi
disertai dengan pengelolahan ternak yang baik akan menghasilkan effisiensi reproduksi
yang tinggi diikuti dengan produktifitas ternak yang tinggi pula (Kaunang et al., 2014).
Secara dasar, keberhasilan reproduksi ternak dipengaruhi oleh tepatnya perlakuan yang
diterapkan oleh peternak saat betina dalam masa estrus. Pengamatan yang tepat pada
kesiapan ternak untuk bereproduksi menjadi salah satu penentu efektifnya siklus
reproduksi ternak. Faktor pakan yang baik dan kesehatan ternak yang diperhatikan akan
menunjang keberhasilan perkawinan pada ternak, baik itu kawin alam maupun dengan
inseminasi buatan.
Perkawinan secara alam adalah perkawinan yang terjadi antara ternak jantan yang
menaiki ternak betina sehingga terjadinya kopulasi dan penyemprotan semen ke dalam
alat reproduksi ternak betina. Perkawinan alam terjadi saat betina estrus, pembuahan
terjadi jika saat estrus tersebut ada sel fungsional yang dilepaskan dan berhasil dibuahi
oleh satu sperma yang terseleksi dalam alat reproduksi betina dan terbentuklah zigot
(Abdullah, 2019). Keberhasilan perkawinan alam akan ditentukan oleh ketepatan
perlakuan dan pengamatan peternak ke hewan ternak yang akan dikawinkan. Umur
ternak juga berpengaruh pada perkawinan alam, ternak pada umur tertentu akan mulai
didekatkan atau dijodohkan untuk menstimulasi rangsangan alami untuk masa estrus
ternak betina dan kesiapan kawin ternak jantan. Fertilitas sperma dan sel telur dientukan
oleh berbagai faktor seperti kesehatan ternak, kecukupan nutrisi, genetik ternak, dan
kelainan pada ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. A. N., Novita, C. I., & Sari, E. M. 2019. Buku Ajar Manajemen
Reproduksi Ternak Sapi. Syiah Kuala University Press.

Kaunang, D., Suyadi, S., & Wahjuningsih, S. 2014. Analisis litter size, bobot lahir dan
bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan
Peranakan Etawah (PE). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal
Science), 23(3), 41-46.

Sumadiasa, I. W. L., Arman, C., Dradjat, A. S., & Yuliani, E. 2019. Manajemen
Reproduksi Untuk Memperpendek Interval Kelahiran Pada Ternak Sapi. Prosiding
PEPADU, 1, 97-104.

Anda mungkin juga menyukai