Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejarah Singkat
Hadrotus Syaikh Hasyim ‘Asy’ari Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng sekaligus sebagai Pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), ghiroh sekali untuk mempunyai Lembaga Pendidikan yang menghafalkan
Alquran. Keinginan K.H. Hasyim ‘Asy’ari ini mendapat dukungan dari putranya, K.H. A. Wahid Hasyim
dengan mendirikan Madrasah Nidhomiah (spesifikasi Alquran dengan ilmunya) pada tahun 1936.
Sebagai perwujudan dari cita-cita kedua tokoh Pahlawan Nasional tersebut, maka diadakan musyawarah
sembilan kyai di lingkungan Pesantren Tebuireng pada tanggal 27 Syawal 1391 H atau 15 Desember
1971 M dan disepakati berdiri Madrasatul Qur an dengan motto’’ Membentuk Santri Hamilil Qur an
Lafdhon wa Ma’nam wa ‘Amalan’’

(Unit Pesantren)
2. Unit Tahfidh
Unit Tahfidh adalah salah satu unit yang mengurus bidang ke-Al qur an-an sebagai pewujud visi
misi pesntren yakni Mencetak Insan Hamilil Qur an : Lafdhan wa Ma’nan wa ‘Amalan. Adapun
mushaf yang dipakai adalah Mushaf Utsmani riwayat Imam Hafs dari Imam ‘Ashim, dengan
menggunakan Al-Qur’an Pojok yang setiap halamannya terdiri dari 15 baris, dan setiap juz terdiri
dari 20 halaman/10 lembar. Dari kurikulum binnadhar yang telah ditetapkan, Santri harus sudah
menyelesaikan Program Binnadhor maksimal 2 tahun.
 Program Binnadhor yaitu Program membaca Al Qur’an dengan melihat (belum dalam tahap
menghafal). Santri yang masuk tingkatan ini nantinya bisa mengikuti tingkatan Tahfidh
(Menghafal) dengan syarat sudah menguasai bacaan Alquran sesuai dengan standar Qiro’ah
Muwahadah yang diajarkan oleh K.H. Yusuf Masyhar dan hafal juz 28, 29, 30 dan surat-surat
tertentu dalam Al Qur an.
Sistem Pembinaan
- Setoran Membaca; yaitu santri memperdengarkan bacaannya kepada Ustadz
(guru/instruktur) masing-masing setiap hari.
- Setoran hafalan; yaitu Santri menyiapkan hafalan juz 28-30, Surat Arrohman, Surat
Waqi’ah dan Surat Yaa Siin.
- Fashahah Maghrib; yaitu santri memperdengarkan bacaan atau hafalan pada
Ustadz/Pembina masing-masing sesuai dengan kelompok dan jadwal yang telah
ditentukan.
 KELAS NAQISH (D)
Tingkatan ini ditujukan untuk santri yang belum mengenal huruf sama sekali
atau sudah mengenal huruf, tetapi belum mampu untuk merangkaikan dalam
bentuk kalimat. Mereka dibina secara klasikal (kelompok).
 KELAS MUBTADI’ (C)
Tingkat atau kelompok ini adalah mereka yang belum bisa membaca Alquran
dengan lancar dan belum mempunyai dasar-dasar fashahah, tetapi para santri
tersebut sudah mampu mempraktekkan makhorijul huruf dan merangkai
kalimat/lafadh dalam Al Qur an.
 KELAS MUTAWASITH (B)
Dalam kelompok ini santri telah menguasai dasar-dasar fashahah, lancar
membaca, Akan tetapi belum mampu bagaimana cara melafadhkan dan ciri
masing-masing huruf (shifatul huruf).
 KELAS MUNTADHIR (A)
Kelompok ini untuk mereka yang sudah mampu membaca dengan fashih dan
lancar, akan tetapi belum mampu menguasai dan memahami waqaf-
ibtida’(berhenti dan meneruskan ayat), musykilatul ayat(ayat-ayat yang musykil
dalam pengucapan).

- Ujian Maqbul
Santri yang mempunyai kemampuan membaca Alquran dengan lancar, fashih, tartil dan
berlahjah ‘Arabiyah dan sesuai dengan bacaan Qiro’ah Muwahadah. Untuk mengikuti
program tahfidhul Quran (menghafal), mereka disyaratkan lulus dalam seleksi dan
pembinaan khusus.
 Materi bacaan dengan menfashohahkan juz 1 sampai juz 30.
 Materi hafalan menyelesaikan juz 30, 29, 28 dan Surat ar-rahman, Surat Yasin
serta Surat Waqi'ah, (muroja’ah).
 Materi fashahah atau tajwid : musykilatul ayat dan seluruh materi tajwid.

 Program Tahfidh adalah Program yang di berikan kepada santri yang sudah mempunyai
kemampuan membaca Alquran dengan lancar, fashih, tartil dan berlahjah ‘Arabiyah dan
sesuai dengan bacaan Qiro’ah Muwahadah untuk menghafal Al Qur an sesuai dengan

aturan-aturan yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan Qiro’ah


Muwahadah adalah bacaan yang disatukan sesuai dengan ajaran K.H. Yusuf Masyhar
(Pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng) kepada santri-santrinya sebagai
standar bacaan Pondok Pesantren Madrasatul Qur an yang mengacu pada qiro’ah yang
diriwayatkan oleh Imam Hafs an ‘Ashim.
Sistem Pembinaan
- Fase Setoran
Dalam fase ini setiap santri menyetorkan hafalan, baik itu hafalan yang baru dan hafalan
yang lama (muroja’ah atau mengulang-ulang hafalan) dihadapan guru atau ustadz yang
telah ditentukan oleh pengasuh / Pengurus Unit Tahfidh pada tiap harinya
- Mudarosah Kelompok
Mudarosah secara berkelompok dengan jumlah 3 santri yang ditentukan sesuai dengan
banyaknya pendapatan hafalan Al Qur an. Mereka secara bergantian memperdengarkan
hafalannya dan yang lain menyimak.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kwalitas hafalan dan melatih konsentrasi santri
dengan cara satu santri melafadzkan dan yang dua menyimak, sehingga materi Alquran
yang telah dihafal akan terjaga dengan baik
- Fashohah Tahfidh
Fase ini dilakukan ketika waktu Mudarosah kelompok dengan menyetorkan hafalan
secara bil ghoib (tanpa melihat mushaf) secara fashih dihadapan guru, pelaksanaannya
sekali dalam satu minggu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dengan dibina oleh Ustadz Senior dengan tujuan bacaan Alqur an santri Madrasatul
Quran akan memiliki ciri khas dan lagu yang sama.
Wisuda Tahfidh Al Qur an
Santri Tahfidh bisa mengikuti Wisuda Hafidh dengan Ketentuan:
1. Menyelesaikan Setoran Hafalan Bil Ghoib kepada Pembina Al Qur an masing-masing
2. Menampilkan hafalan bacaan di tempat yang telah ditentukan dengan diawasi oleh Tim
dari Pengurus Unit Tahfidh (Tasmi’)
3. Mengikuti Khotmil Qur an Akbar sebagai syarat terakhir yang bertempat di Masjid/
Mushola/ Rumah Penduduk sekitar Pondok
 Program Qiro ah  Sab’iyah
Bagi mereka yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz Qiro ah Masyhuroh dengan baik serta
telah memenuhi syarat-syarat tertentu, mereka dapat mempelajari Qiro ah Sab’iyah (bil
ghaib), yaitu mempelajari Ulumul Qiro ah yang variatif dari riwayat Imam Tujuh (Imam Nafi’,
Ashim, Hamzah, Al-Kisai, Ibnu Amir, Abu Amr dan  Ibnu Katsir). Mereka yang dinyatakan
selesai pada program ini berhak diwisuda dengan predikat Wisudawan Qiro ah Sab’iyah.

Anda mungkin juga menyukai