Anda di halaman 1dari 34

Referat Klinis

UNIVERSITAS ANDALAS

PERANAN LATIHAN DINAMIS DALAM MENURUNKAN


TEKANAN DARAH PADA HIPERTENSI PRIMER

dr. EMELDA
1750311204

Pembimbing :
dr. Masrul Syafri, SpPD, Sp.JP (K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS-


1 ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

i
ii
iii
ABSTRAK

Nama : Emelda
Program Studi : Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Judul : Peranan Latihan Dinamis dalam Menurunkan Tekanan Darah pada
Hipertensi

Hipertensi primer merupakan penyakit yang memiliki prevalensi yang


cukup tinggi dan merupakan salah satu faktor resiko utama pada penyakit
kardiovaskular. Penanganannya meliputi berbagai sisi baik dengan menggunakan
terapi farmakologi maupun non farmakologi. Mengingat kompleksitas
tatalaksananya, WHO kembali menggalakkan latihan dinamis sebagai salah satu
terapi pada hipertensi. Untuk itu komite internasional dan organisasi profesional
merekomendasikan latihan dinamis sebagai salah satu terapi tambahan karena
berpotensi menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Adapun latihan dinamis
yang direkomendasikan telah dirancang sedemikian rupa secara sistematis oleh
American College of Sports Medicine (ACSM) dengan memakai prinsip FITT-VP
yaitu frequency, intensity, time, type, volume dan progression. Latihan ini
merupakan kombinasi dari latihan endurance dan latihan resistance dengan fokus
utamanya adalah latihan endurance.

Kata Kunci : Hipertensi primer, Latihan dinamis, American College of Sports


Medicine

iv
ABSTRACT

Primer hypertension has a high prefalence disease as one of high risks of


cardiovascular diseases. In managing hypertension, it needs multidisiplicine
approach including pharmacology and non-pharmacology. Considering its
management complexity, WHO urges dinamyc exercise as one of hypertension
therapies. Therefore, the International Committee and professional organizations in
hypertension recommend dynamic exercise as an additional therapy to reduce blood
pressure potentiality in hypertension. Recommended dynamic exercise has been
prepared systematically by the American College of Sports Medicine (ACSM) with
FITT-VP principles through Frequency, Intensity, Time, Type, Volume dan
Progression. This exercise combines endurance and resistance exercise in which its
main focus is more in endurance exercise.

Key word : Primary Hipertension, Dynamic exercise, American College of Sports


Medicine

v
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Persetujuan Ilmiah...................................................................ii
Lembar Konsultasi Karya Ilmiah..........................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................iv
ABSTRACT.........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................vi
DAFTAR TABEL…............................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................viii
DAFTAR BAGAN... ..........................................................................ix
DAFTAR GRAFIK. ............................................................................x
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................3
2.1. Latihan Dinamis............................................................................3
2.2. Hipertensi Primer............................... ..........................................6
2.3. Latihan Dinamis pada Hipertensi………....................................13
2.3.1. Mekanisme Latihan Dinamis Dalam Menurunkan
Tekanan Darah ……...............................................................13
2.3.2. Rekomendasi Latihan Dinamis……........................................17
BAB III. KESIMPULAN.................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................21

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Tipe endurance dynamic exercise berdasarkan durasi................5
Tabel 2. Rekomendasi latihan dinamis pada hipertensi...........................17

vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kontraksi otot pada latihan dinamis........................................3
Gambar 2. Endurance dynamic exercise...................................................4
Gambar 3. Resistance dynamic exercise....................................................6
Gambar 4. Mekanisme sentral pada latihan.............................................14
Gambar 5. Pelepasan NO pada endotel saat latihan.................................16

viii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Fisiologi kardiovaskular selama latihan dinamis.......................3
Bagan 2. Representasi skematis gen yg diidentifikasi untuk hipertensi
monogenik................................................................................7
Bagan 3. Mekanisme peranan obesitas pada hipertensi & cedera ginjal..9
Bagan 4. Mekanisme Sodium-Potasium terhadap hipertensi...................13

ix
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 1. Hubungan antara stress, etnik dan hipertensi pada laki-laki....11
Grafik 2. Hubungan kadar lipid darah terhadap dosis latihan dinamis...15

x
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme


ACSM : American College of Sports Medicine
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
AHA : American Heart Association
Ca : Calcium
CVLM : Caudal Ventral Lateral Medulla
eNOS : Endothelial Nitric-Oxide
EO : Endogenous Ouabain
ESC : European Society of Cardiology
GWAS : Genome-Wide Association Studies
Na+ :
Natrium
NADPH : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
NCX : Natrium-Calsium Exchanger
NO : Nitiric – Oxide
NOS : Nitric Oxide Synthase
NTS : Nucleus Tractus Solitarii
PEH : Post Exercise Hypotension
POMC : Proopiomelanocortin Neuron
RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron
ROS : Reactive Oxygen Species
RVLM : Rostral Ventral Lateral Medulla
SNS : Sympathetic Nervous System
WHO : World Health Organizaion

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Latihan dinamis merupakan suatu aktivitas fisik yang melibatkan
kontraksi dari kelompok otot-otot besar yang merangsang beban volume pada
jantung sehingga terjadi peningkatan yang signifikan pada curah jantung, total
oksigen tubuh yang digunakan (VO2) serta penurunan resistensi pembuluh
darah sistemik yang dilakukan secara teratur, sistematik, berkesinambungan
sedemikian rupa sehingga dapat menginduksi efek sistemik yang positif dimana
salah satunya adalah mengontrol tekanan darah.1,2,3
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten
yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Adapun bentuk hipertensi yang
paling sering ditemukan adalah hipertensi primer, yaitu peningkatan tekanan
darah yang persisten yang tidak ditemukan penyebab sekunder, salah satunya
seperti gagal ginjal kronik. Hipertensi ini menyumbang sebagian besar (>90%)
hipertensi yang melibatkan interaksi kompleks dari berbagai sistem organ dan
faktor neurohormonal.4
Berdasarkan data WHO, Jumlah orang dewasa dengan hipertensi telah
meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015,
dimana dua pertiganya berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Dari populasi ini didapati hanya 1 dari 5 orang yang terkontrol
sehingga hipertensi menjadi salah satu target global pada penyakit tidak
menular yaitu dengan menurunkan prevalensinya sebesar 25% pada tahun 2025.
Adapun salah satu strategi yang digunakan oleh WHO adalah meningkatkan
aktivitas fisik dalam bentuk latihan dinamis.5
Latihan dinamis merupakan aktivitas fisik yang digunakan untuk
memodifikasi gaya hidup yang menjadi landasan strategi dalam menurunkan
tekanan darah.4,6

1
1.2. Tujuan
Semakin meningkatnya populasi hipertensi menuntut kita untuk
memaksimalkan semua strategi dalam pengobatan hipertensi, salah satunya
adalah latihan dinamis. Untuk itu, referat klinis ini bertujuan mengupas peranan
latihan dinamis dalam menurunkan tekanan darah pada hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latihan Dinamis


Latihan dinamis merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur,
sistematik dan berkesinambungan yang ditandai dengan perubahan panjang otot
dengan ketegangan yang sama sehingga menghasilkan beban volume pada
jantung, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut : (gambar 1) 1,2,3,7

Istirahat Kontraksi
Gambar 1. Kontraksi otot pada latihan dinamis7
Pada latihan ini sistem kardiovaskular diregulasi oleh beberapa
mekanisme yang saling berhubungan dan tumpang tindih, diantaranya kontrol
saraf, hormonal dan kontraksi mekanik seperti yang diilustrasikan pada bagan
berikut: (bagan 1)8

Bagan 1. Fisiologi kardiovaskular selama latihan dinamis8

3
Adapun yang menjadi mekanisme utama bermula dari kortek serebri yang
memberikan pengaruh pada pusat kardiovaskular melalui jalur
kortikohipotalamik yang disebut sebagai central command. Rangkaian
mekanisme ini meliputi :7,8
1. Rangsangan mekanoreseptor dan kemoreseptor otot rangka yang berpusat
di medulla oblongata sehingga aliran simpatis meningkat sementara tonus
vagus berkurang. Kondisi ini menyebabkan peningkatan curah jantung.
2. Vasodilatasi dari arteriol, kondisi ini mengawali terjadinya hiperemi latihan
yang mana salah satunya berfungsi untuk meningkatkan suplai O2 pada
jaringan yang berkontraksi, disisi lain menyebabkan penurunan resistensi
vaskular yang pada akhirnya resistensi perifer total menurun.
3. Peningkatan pompa otot rangka yang menyebabkan aliran balik vena
meningkat sehingga curah jantung meningkat.
Latihan dinamis dibagi menjadi :
a. Endurance dynamic exercise disebut juga dynamic aerobic exercise,
yaitu latihan yang dilakukan dengan kelompok otot besar yang
berkontraksi dengan intensitas yang ringan hingga sedang dengan
jangka waktu tertentu untuk meningkatkan konsumsi O2 maksimal
(VO2 max), bukan untuk meningkatkan kekuatan maksimal otot rangka.
Contoh latihan ini antara lain berjalan, berlari atau bersepeda,
diilustrasikan pada gambar berikut: (gambar 2)8

Gambar 2. Endurance dynamic exercise8

4
Berdasarkan durasinya latihan ini dibedakan sebagai berikut: (table 1)
Tabel 1. Tipe endurance dynamic exercise berdasarkan durasi. 8
Latihan singkat Latihan lama Latihan terputus-putus
(ringan - sedang) (sedang - berat)
Dilakukan dengan Durasin 30 menit – 4 Durasi total berkisar
beban yang konstan jam Kapasitas kerja 5-30 menit.
selama 10-15 menit. maksimal Setiap beban kerja
Kapasitas kerja diperkirakan 55-89% disebut dengan a
maksimal stage. Setiap stage
diperkirakan 30-69% berkisar 1-10 menit.
Kapasitas kerja
maksimal
diperkirakan 100%
Kategori latihan singkat dan lama dilakukan berirama dan terus menerus
dengan memanfaatkan energi aerob, namun pada kategori latihan lama
pemanfaatan energi anaerob juga dilibatkan. Sementara pada latihan yang
terputus-putus dimulai dari beban yang ringan kemudian dilanjutkan dengan
urutan yang telah ditentukan sebelumnya untuk meningkatkan beban kerja
hingga intensitas yang tidak dapat dipertahankan. Titik ini menjadi
maksimum (100%). Tahap awal umumnya ringan dan bersifat aerob tetapi
ketika dilanjutkan maka keterlibatan energi anaerob menjadi signifikan.8
b. Resistance dynamic exercise adalah latihan ketahanan (disebut juga
latihan beban atau kekuatan) ditandai dengan otot-otot dari segmen
tubuh tertentu dikontraksikan melawan kekuatan yang menentang
gerakan (perlawanan terhadap tahanan yang timbul saat otot memanjang
atau memendek melalui rentang gerak). Pada latihan ini energinya
disuplai baik melalui proses aerobik maupun anaerobik namun lebih
dominan anaerobik.

5
Contoh latihan ini antara lain angkat berat seperti yang digambarkan
berikut (gambar 3)8

Gambar 3. Resistance dynamic exercise8

2.2. Hipertensi Primer


Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang
persisten, dimana batasan tekanan darah ini berbeda-beda menurut beberapa
pedoman. Berdasarkan European Society of Hypertension didapati tekanan
darah sebesar ≥ 140/90 mmHg. Adapun berdasarkan American Heart
Association Blood Pressure Guideline didapati tekanan darah sistolik rata-rata
≥ 130 mmHg dan diastolik ≥ 80 mmHg.6
Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial, merupakan hipertensi
yang tidak memiliki penyebab sekunder. Meskipun sering dikatakan
penyebabnya tidak diketahui, hal ini tidak sepenuhnya benar karena terdapat
informasi yang mengindikasikan bahwa variasi genetik dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi. Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan
tekanan darah yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain genetik, usia, ras dan jenis kelamin dan faktor yang
dapat dimodifikasi antara lain obesitas, diabetes mellitus dan resistensi insulin,
konsumsi alkohol, asupan dan sensitivitas garam, latihan fisik yang kurang,
stress dan gangguan keseimbangan sodium-potassium.9,10,11

Variasi Genetik
Banyak penelitian yang mencoba mengidentifikasi penyebab genetik
yang berkontribusi terhadap hipertensi, salah satunya adalah Large-scale
genome-wide association studies (GWAS) yang berhasil menemukan banyak
polimorfisme nukleotida tunggal untuk hipertensi, namun ketika dihubungkan
dengan jalur sebab akibat menjadi sulit dijelaskan sehingga muncul dari

6
perspektif epidemiologis yaitu hipertensi primer diperkirakan merupakan hasil
dari kecenderungan genetik yang mendasari efek kumulatif berbagai faktor
gaya hidup selama bertahun-tahun tanpa penyebab dasar tunggal. Setiap varian
gen dianggap memiliki efek lemah pada tekanan darah, tetapi ketika bekerja
bersama dalam kondisi lingkungan yang diperlukan dapat menghasilkan
hipertensi yang signifikan.9,12
Identifikasi gen yang terlibat dalam hipertensi monogenik relatif lebih
mudah untuk dipetakan. Penelitian kerentanan turunan terhadap penyakit adalah
upaya untuk mengkorelasikan fenotipe penyakit dengan genotipe yang
mendasarinya. Asosiasi genotipe-fenotipe seperti itu telah ditetapkan untuk
sejumlah besar gangguan monogenik, namun gangguan monogenik regulasi
tekanan darah jarang terjadi dan tidak menjelaskan variabilitas tekanan darah
pada populasi secara luas. Walaupun demikian, mutasi gen tunggal yang jarang
ini masih penting karena mereka memberikan wawasan tentang jalur biokimia,
fisiologis dan anatomi di mana variasi genetik umum dapat mempengaruhi
tekanan darah. Mengingat keragaman sistem fisiologis yang mempengaruhi
tekanan darah, sangat mengejutkan bahwa produk gen yang bermutasi dalam
semua kasus bertindak dalam jalur fisiologis yang sama di ginjal yaitu
mengubah reabsorpsi garam di ginjal, seperti yang digambarkan pada bagan
berikut : (bagan 2) 12,13

Bagan 2. Representasi skematis gen yang diidentifikasi untuk hipertensi monogenik.13

7
Mutasi yang meningkatkan reabsorpsi natrium dan menyebabkan
hipertensi termasuk mutasi pada reseptor mineralokortikoid, aldosteron, enzim
lain yang mensintesis steroid yang mengaktifkan reseptor mineralokortikoid
(11β-hydroxysteroid dehydrogenase, 17α- hydroxylase dan 11β-hydroxylase),
subunit β dan γ pada saluran natrium epitel ginjal (Liddle's sindrom), dan serin-
treonin kinase (WNK1 dan WNK4 pada pseudohypoaldosteronism tipe 2).13

Usia
Usia termasuk salah satu faktor resiko utama dalam perkembangan
hipertensi. Dari tahun 2003 hingga 2006, 65,4% pria dan 70,8% wanita berusia
65 hingga 74 tahun memiliki hipertensi. Hal ini disebabkan kekakuan arteri
yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia sebagai konsekuensi dari
beberapa perubahan struktural dan fungsional di arteri. Hipertrofi dinding,
deposit kalsium dan perubahan matriks ekstraseluler termasuk peningkatan
kolagen dan fibronektin, fragmentasi dan disorganisasi jaringan elastin serta
interaksi matriks sel merupakan penentu struktural utama dari penurunan sifat
elastis dan perkembangan kekakuan arteri. Disamping itu, seiring dengan
bertambahnya usia, produksi endothelial nitric-oxide (eNOS) yang berperan
sebagai vasodilator menjadi berkurang.9,14

Jenis Kelamin
Perubahan hormon mewakili patofisiologi yang mendasari terjadinya
hipertensi pada jenis kelamin yang berbeda. Penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa menopause berkontribusi terhadap peningkatan tekanan
darah pada wanita karena menurunnya kadar estrogen.9,15
Adapun hormon estrogen berkontribusi dalam mempengaruhi sistem
vaskular yang menginduksi vasodilatasi, meningkatkan bioavaibilitas nitric-
oxide (NO), menghambat proses remodeling vaskular dan respon vaskular
terhadap cedera serta memodulasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron
(RAAS) sehingga kadar plasma renin dan angiotensin converting enzyme
(ACE) lebih rendah. Hal yang serupa terdapat juga pada hormon progesterone

8
namun dengan cara yang berbeda, yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh
darah yang bergantung pada endothelium.9,15

Obesitas
Beberapa penelitian dalam populasi yang beragam diseluruh dunia telah
menunjukkan bahwa hubungan antara indeks massa tubuh (BMI) dan tekanan
darah adalah linear. Kenaikan berat badan yang berlebih dapat meningkatkan
resiko hipertensi sebesar 65% hingga 78%. Adapun mekanismenya
digambarkan pada bagan dibawah : (bagan 3)8

Bagan 3. Mekanisme peranan obesitas dalam menyebabkan hipertensi dan cedera ginjal.9
Obesitas meningkatkan tekanan darah dengan aktivasi Sympathetic
Nervous System (SNS), sistem RAAS dan dengan kompresi ginjal oleh lemak
disekitar ginjal. Efek ini meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal dan merusak
tekanan natriuresis. Aktivasi sistem saraf simpatis disebabkan oleh efek leptin
pada sistem saraf pusat yang bekerja pada proopiomelanocortin neuron
(POMC) pada hipotalamus dan batang otak. Hipertensi yang diinduksi oleh
obesitas dan hipertensi glomerulus dapat menyebabkan cedera ginjal, terutama
bila dikombinasikan dengan dislipidemia, hiperglikemia dan gangguan
metabolisme lainnya. Cedera ginjal kemudian akan memperburuk hipertensi
dan membuatnya lebih sulit dikontrol.9

9
Diabetes Mellitus dan Resistensi Insulin
Prevalensi diabetes mellitus dengan hipertensi sangat tinggi dan kondisi
ini dihubungkan dengan obesitas sebagai faktor resiko.9 Salah satu faktor yang
sangat potensial bertanggung jawab terhadap hubungan antara diabetes mellitus
dan hipertensi adalah resistensi insulin. Hiperinsulinemia yang mencirikan
resistensi insulin mengarah kepada proliferasi sel otot polos pembuluh darah
dan peningkatan kekakuan pembuluh darah yang cenderung kepada
perkembangan hipertensi. Selain itu insulin dapat secara langsung atau tidak
langsung mengganggu vaodilatasi, meningkatkan stress oksidatif dan proses
inflamasi pada dinding pembuluh darah. Hasil akhirnya adalah gangguan
autoregulasi tonus pembuluh darah, peningkatan resistensi pembuluh darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Disamping itu, sifat antinatriuretik
dari insulin meningkatkan retensi natrium dan air di ginjal yang menyebabkan
volume yang berlebihan sehingga menjadi predisposisi bagi perkembangan
hipertensi.9,16

Alkohol
Konsumsi alkohol termasuk salah satu penyebab hipertensi. Hubungan ini
pertama sekali dilaporkan dalam sebuah penelitian epidemiologi. Dalam British
Rregional Heart Study, sekitar 10% dari kasus hipertensi dapat dikaitkan
dengan konsumsi alkohol yang sedang hingga banyak. Penelitian ini
menunjukkan semakin besar konsumsi alkohol semakin tinggi tekanan
darah.9,10
Mekanisme hubungan alkohol dengan hipertensi antara lain mekanisme
rebound phenomenone etanol pada susunan saraf pusat saat konsumsi alkohol
dengan kadar sedang hingga banyak yang menyebabkan rangsangan sistem
saraf simpatis oleh karena fluktuasi kadar etanol dalam darah dan peningkatan
produksi hormon adrenokortikoid.9,10,17

Stress
Stress psikologi dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya hipertensi
namun peranannya kecil. Meskipun rangsangan stress dapat meningkatkan

10
tekanan darah akut namun signifikannya diragukan dalam jangka panjang.
Suatu tinjauan sistematis dari penelitian observasional menyimpulkan bahwa
stress akut bukan merupakan faktor resiko hipertensi sementara stress kronis
dan terutama respon non adaptif terhadap stress lebih mungkin menjadi
penyebab hipertensi berkelanjutan seperti yang tergambar pada grafik
dibawah.9,10(grafik 1)

Grafik 1. Hubungan antara stress, etnik dan hipertensi pada laki-laki9


Stress kronis seperti stress psikososial anatara lain kemiskinan,
pengangguran dan pendidikan yang rendah, seperti yang tergambar pada grafik
hubungan antara stress, etnik dan hipertensi terjadi dalam jangka waktu yang
lama.17,18
Mekanisme stress sebagai penyebab hipertensi diyakini melibatkan
respon sistem saraf simpatik, dimana pelepasan katekolamin menyebabkan
peningkatan denyut jantung, curah jantung dan tekanan darah. Respon simpatik
yang berkelanjutan pada stress kronik yang berkontribusi terhadap peningkatan
tekanan darah belum sepenuhnya dipahami. Namun diyakini adanya aktivasi
yang berulang dari sistem ini, kegagalan untuk kembali ke tingakat istirahat
setelah kejadian stress dan kegagalan untuk terbiasa dengan stressor berulang
dari jenis yang sama memicu terjadinya hipertensi.18

Aktivitas Fisik yang kurang


Aktivitas fisik yang rendah merupakan salah satu faktor yang berperan
terhadap timbulnya hipertensi. Mekanisme yang mendasarinya antara lain
peningkatan stress oksidatif pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan
endotel pembuluh darah, menghambat regulasi oksidasi Nicotinamide Adenine

11
Dinucleotide Phosphate (NADPH) yang berfungsi menjaga toksisitas Reactive
Oxygen Species (ROS), gangguan vasorelaksasi endotel dan gangguan regulasi
Nitric Oxide Synthase (NOS).10,19
Asupan dan Sensitivitas Garam
Peningkatan asupan garam dan sensitivitas garam berkontribusi terhadap
hipertensi. Adapun mekanismenya sebagai berikut : asupan garam yang
meningkat, ekskresi garam yang menurun maupun reabsorbsi garam yang
meningkat akan menyebabkan retensi air sehingga volume plasma menjadi
meningkat. Kondisi ini akan mengaktifkan Adrenocorticotropic Hormone
(ACTH) untuk merangsang plasma Endogenous Ouabain (EO) sehingga
aktivitas pompa natrium (Na+) menurun dan menyebabkan jumlah Na akan
meningkat didalam sel. Kondisi ini akan merangsang pompa natrium-calsium
exchanger (NCX) untuk memasukkan ion calcium (Ca) ke dalam sel maupun
menahan ion Ca keluar sel. Hasil akhirnya adalah peningkatan tonus dan
kontraktilitas pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Disisi
lain, peningkatan konsentrasi natrium plasma juga memiliki efek langsung
terhadap pembuluh darah yaitu menyebabkan peningkatan kekakuan sel
endotel, dan efek tidak langsung berupa vasokonstriksi sistemik dengan
mengubah aliran sistem saraf simpatis. 20,21,22

Sodium dan Potassium


Sodium, kation ekstraseluler utama, telah lama dianggap sebagai faktor
yang penting pada hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan adanya efek
buruk konsentrasi natrium yang tinggi pada tekanan arteri. Sebaliknya, kalium,
kation intraseluler utama, biasanya dianggap sebagai faktor minor dalam
patogenesis hipertensi. 8,9,10 Adapun mekanisme keduanya yang berkontribusi
terhadap hipertensi digambarkan dalam bagan berikut : (bagan 4)23

12
23
Bagan 4. Mekanisme Sodium-Potassiumterhadap Hipertensi
Mekanisme sodium yang berkontribusi terhadap timbulnya hipertensi
telah dijelaskan sebelumnya. Adapun mekanisme potassium terhadap hipertensi
timbul saat terjadi kondisi asupan potassium yang rendah maupun konservasi
potassium yang tidak efektif.Kondisi ini menyebabkan retensi sodium di ginjal
dan hasil akhirnya adalah peningkatan tekanan darah.23

2.3. Latihan Dinamis Pada Hipertensi


2.3.1. Mekanisme Latihan Dinamis Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Latihan dinamis telah direkomendasikan oleh beberapa komite dan
organisasi profesional seperti American College of Sports Medicine, American
Heart Association (AHA), Canadian Hypertension Education Program dan
European Society of Hypertension/European Society of Cardiology (ESC)
sebagai landasan bagi terapi non farmakologis untuk hipertensi.8 Mereka
mencoba memaparkan peranan latihan dinamis dalam menurunkan tekanan
darah diantaranya :
Mekanisme Sentral
Selama latihan terjadi perubahan hemodinamik perifer pada penderita
hipertensi salah satunya adalah penurunan resistensi perifer yang berperan

13
dalam menurunkan tekanan darah, namun demikian terdapat penelitian yang
melaporkan adanya mekanisme sentral yang berkontribusi terhadap penurunan
tekanan darah walaupun belum sepenuhnya dimengerti. Mekanisme ini
tergambar sebagai berikut : (gambar 4)24

Gambar 4. Mekanisme sentral pada latihan24


Pada sistem saraf pusat antara sinyal saraf somatik dengan barorefleks
berperan dalam regulasi tekanan darah, serat aferen dari otot yang berkontraksi
bersambung ke bagian dorsal medulla spinalis. Saraf yang berada disini akan
membawa sinyal-sinyal tersebut ke nucleus tractus solitarii (NTS) melalui saluran
spinosoliter. Serat-serat aferen membawa informasi dari ujung otot dan melepaskan
zat P yang berfungsi sebagai neurotransmitter didekat interneuron GABA-ergic di
NTS. Saraf di NTS kemudian menyampaikan sinyal dari baroreseptor dan otot
aferen ke saraf yang berada di caudal ventral lateral medulla (CVLM) melalui
sinapsis rangsangan glutamatergic. Output saraf dari CVLM berfungsi sebagai
input inhibisi utama terhadap saraf simpatis kardiovaskular di rostral ventral lateral
medulla (RVLM). RVLM adalah saraf utama yang diproyeksikan ke saraf pra-
ganglionik simpatis di sum-sum tulang belakang. Dengan demikian peningkatan
tekanan darah akan mengaktifkan baroreseptor yang akan meningkatkan aktivitas
saraf di NTS yang pada gilirannya akan meningkatkan aktivitas saraf GABA-ergic
di CVLM menghasilkan penurunan rangsangan saraf di RVLM sehingga terjadi
penurunan aktivitas saraf simpatik yang kemudian akan meregulasi tekanan darah
menjadi turun.24

Metabolisme lipid
Dampak latihan pada kadar lipid dapat bersifat sementara maupun jangka
panjang. Kolesterol total, trigliserid dan LDL dapat turun disertai kadar HDL yang
meningkat dalam 24-48 jam setelah latihan dinamis dengan intensitas kuat. Untuk

14
mendapatkan efek yang permanent dibutuhkan latihan jangka panjang yaitu 9
hingga 12 bulan. Pfeiffer et all menemukan dalam penelitiannya bahwa untuk
memodifikasi lipid seseorang dibutuhkan waktu latihan lebih dari 30 menit dengan
tipe latihan ringan hingga sedang. Terdapat hubungan yang linear antara dosis
latihan dengan respon pengurangan lemak dimana aktivitas yang kuat dan total
pengeluaran kalori yang lebih tinggi akan menghasilkan peningkatan HDL dan
penurunan kadar trigliserid yang lebih besar. Terdapat beberapa penelitian yang
mendukung hipotesis ini, salah satunya oleh Williams seperti yang dipaparkan pada
grafik berikut : (grafik 2)8

Grafik 2. Hubungan kadar lipid darah terhadap dosis latihan dinamis8


Grafik diatas menunjukkan hubungan antara trigliserid dan HDL terhadap
jarak latihan lari dan durasi latihan per menit dalam satu minggu yang
menunjukkan adanya hubungan yang linear diantara keduanya.
Lipid merupakan merupakan sumber energi yang dipakai untuk aktivitas
dan juga komponen yang berperan dalam menyebabkan obesitas yang nantinya
turut berkontribusi terhadap hipertensi. American Collage of Sport Medicine
merekomendasikan latihan dinamis baik endurance maupun resistance yang
dilakukan selama 150 menit perminggu dengan intensitas sedang dapat
membuang kalori sebesar 3500 sampai 7000 kcal per minggu. Adapun 0,45 kg
lemak setara dengan 3500 kcal, sehingga latihan ini mampu menurunkan berat
badan sebesar 0,5 sampai 1 kg perminggu. Kondisi ini harus diimbangi dengan
pembatasan energi yang berasal dari asupan.8

Remodeling arteri
Beberapa penelitian salah satunya yang dilaporkan oleh Naylor, et all
menunjukkan bahwa diameter arteri pada orang yang melakukan latihan

15
dynamic endurance membesar dibandingkan dengan mereka yang tidak
melakukan latihan fisik. Kondisi ini disebut sebagai remodeling arteri. Dinding
pembuluh darah mengandung otot polos pada tunika media. Aliran darah ke
daerah tertentu ditentukan oleh gradient tekanan dan hambatan. Sejauh ini
pengaruh besar terhadap resistensi pembuluh darah adalah diameternya dan
diameter ini ditentukan oleh ukuran aktual dari pembuluh darah dan derajat
relatif kontraksi otot polos pada tunika media. Semakin besar ukuran pembuluh
darah maka akan semakin besar pula kemampuannya untuk vasodilatasi
sehingga dapat menurunkan resistensi sistemik.8

Peningkatan fungsi endotel


Endotel adalah lapisan tunggal yang menutupi permukaan dalam
pembuluh darah yang memiliki banyak fungsi fisiologis salah satunya adalah
menghasilkan zat vasodilatasi yang bekerja pada sel otot polos pembuluh
darah. Pada saat latihan jumlah darah yang mengalir akan lebih banyak dan
lebih cepat dengan arah aliran darah terbagi menjadi dua vektor, satu tegak
lurus terhadap dinding pembuluh darah dan yang lainnya linear. Keduanya
akan menciptakan gaya gesekan yang memberikan tekanan geser pada
permukaan endotelium. Kondisi ini merupakan stimulus penting terhadap
produksi NO dan remodeling vaskular seperti yang diilustrasikan pada gambar
berikut: (gambar 5)25,26

Gambar 5. Pelepasan NO pada endotel saat latihan dinamis26


NO merupakan lipid-soluble gas yang labil yang disintesis dari L-arginin
melalui enzim endothelial nitric oxide synthase (eNOS). NO merupakan zat

16
vasodilator utama yang dilepaskan oleh endotel ketika dirangsang yang
berkontribusi terhadap penurunan resistensi vaskular sistemik.25

Peningkatan sensitivitas insulin


Sejumlah penelitian menunujukkan individu dengan diabetes mellitus baik
dengan insulin-dependent maupun non insulin dependent saat melakukan
latihan dinamis akan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin di jaringan
adiposa, otot rangka dan endotel yang merupakan kontributor utama terhadap
diabetes mellitus tipe 2 meskipun dengan intensitas rendah dengan cara
mengaktivasi eNOS yang akan memproduksi vasodilator NO.25

2.3.2. Rekomendasi Latihan Dinamis Pada Hipertensi


Rekomendasi beberapa organisasi professional terhadap latihan dinamis
pada hipertensi sebagai berikut : (tabel 2)27
Tabel 2. Latihan dinamis pada hipertensi27
Brazilian Canadian ESC/Europe AHA National
Society of Hypertensi an Society of Heart
Cardiolo on Hypertensio Foundati
gy Education n on of
Program Australia
Fre 3-5 hari/ 4-7 5-7 - -
kuensi minggu hari/ hari/
ming gu minggu
Inten sedang sedang sedang 65-75% sedang-
sitas dari berat
cadanga
n Heart
Rate
Waktu 30-50 30-60 30 menit/sesi 90-150 150-300
menit/ menit/sesi menit/ menit
sesi minggu (sedang)

17
75-150
menit
(berat)
Tipe Aerobik Aerobik Aerobik Aerobik Aerobik
Prima Class IIa Grade D Class Ia Class Ia -
ry evide Grade B Grade A Grade A
nce
rating
Latihan Resistan Resistance Resistance Resistan Resistance
tambah ce training training2-3 ce training 2
an training hanya pada kali/minggu training kali/
2-3 kali/ hipertensi 90-150 minggu
minggu stage I menit/
minggu
Rekomendasi latihan dinamis pada hipertensi telah dirancang secara
sistematis meliputi frequency (seberapa sering), intensity (seberapa keras), time
(seberapa lama), type (tipe), volume (seberapa banyak) dan progression
(progresi) yang disebut juga dengan prinsip FITT-VP. American College of
Sports Medicine (ACSM) merekomendasikan FITT-VP untuk individu dengan
hipertensi sebagai berikut :28
Frequency : untuk latihan endurance (aerobik) dianjurkan setiap hari
ditambah dengan latihan resistance 2-3 hari perminggu.
Intensity : pada latihan aerobik, intensitas sedang (misalnya 40-59 % dari
cadangan konsumsi oksigen (VO2R)) atau 12-13 pada skala 6 (tanpa
aktivitas) hingga skala 20 (aktivitas maksimal) pada tingkatan aktivitas fisik
atau intensitas yang menyebabkan peningkatan yang nyata pada detak
jantung dan pernapasan. Pada latihan resistance intensitas sedang hingga
kuat (60-80% dari satu pengulangan maksimum (repetition maximum (RM-
1)).
Time : untuk latihan aerobik minimal 30 menit hingga 60 menit perhari
untuk latihan yang kontinyu. Bila latihan terputus-putus dimulai dengan
minimal 10 menit.

18
Type : untuk latihan aerobik diutamakan pada aktivitas ritmik yang
berkepanjangan yang menggunakan kelompok otot besar seperti berjalan,
bersepeda atau berenang. Sementara pada latihan resistance sebagai
tambahan pada latihan aerobik dan harus terdiri dari setidaknya satu set 8-
12 pengulangan dari 8-10 latihan yang berbeda yang mana menargetkan
kelompok otot utama.
Volume : minimal 150 menit perminggu atau 700-2000 kkal perminggu
dengan latihan aerobik intensitas sedang.
Progression : latihan ditingkatkan secara bertahap, durasi latihan
ditingkatkan dalam 4-6 minggu pertama kemudian tingkatkan frekuensi,
intensitas dan waktu untuk mencapai volume yang direkomendasikan yaitu
700-2000 kkal perminggu selama 4-8 bulan kedepan. Progresifitas
disesuaikan dengan individu berdasarkan toleransi.
Respon penurunan tekanan darah terhadap latihan akut dan kronis
berbeda. Eicher et all telah meneliti latihan aerobik akut yang dilakukan
dengan latihan ringan, sedang dan berat menemukan bahwa tekanan darah
berkurang 1,5/0,6 mmHg untuk setiap 10% peningkatan VO2 max relative.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang lebih kuat dapat
menurunkan tekanan darah yang lebih besar untuk individu yang toleran
terhadap peningkatan intensitas latihan, namun latihan ini hanya bertahan
dalam jangka waktu yang pendek yaitu 24 jam setelah latihan. Kondisi ini
sering disebut dengan post exercise hypotension (PEH). Adapun
pengurangan tekanan darah setelah latihan kronis atau latihan jangka
panjang merupakan adaptasi jangka panjang tekanan darah yang bertambah
seiring dengan waktu, sehingga penurunan tekanan darah dapat bertahan
lebih lama. Olehkarenanya bentuk latihan yang disarankan oleh organisasi
profesional adalah latihan dalam jangka waktu panjang (latihan kronis).28
Fleck et all menemukan latihan dynamic resistance menunjukkan
adanya respon terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi namun hal
ini belum sepenuhnya terbukti secara konsisten pada beberapa penelitian
lain sehingga tidak direkomendasikan sebagai modalitas tunggal dalam
dalam latihan.8

19
BAB III
KESIMPULAN

Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki prevalensi yang cukup


tinggi dan menjadi salah satu faktor resiko yang paling penting terhadap
penyakit kardiovaskular serta menghabiskan biaya yang mahal. Untuk itu
komite internasional dan organisasi profesional merekomendasikan latihan
dinamis sebagai salah satu terapi tambahan karena berpotensi menurunkan
tekanan darah, sehingga dapat mengurangi resiko pengembangan penyakit
kardiovaskular. Rekomendasi ini telah dirancang sedemikian rupa dengan
memakai prinsip FITT-VP, antara lain frequency (seberapa sering), intensity
(seberapa keras), time (seberapa lama), type (tipe), volume (seberapa banyak)
dan progression (progresi)
Adapun mekanisme latihan dinamis yang bermanfaat menurunkan
tekanan darah terhadap hipertensi meliputi mekanisme sentral maupun perifer,
namun mekanisme sentral yang diperankan oleh susunan saraf pusat masih
belum sepenuhnya dipahami. Sementara mekanisme yang telah terbukti
banyak berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi adalah
mekanisme perifer yaitu pelepasan zat vasodilator NO pada pembuluh darah.
Bentuk latihan dinamis yang disarankan pada hipertensi adalah latihan
yang bersifat kontinyu dan merupakan kombinasi dari latihan endurance dan
latihan resistance dengan fokus utamanya adalah latihan endurance. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa gabungan latihan ini dapat menurunkan
tekanan darah lebih optimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Thompson, Paul D, Baggish A. Excersice and Sports Cardiology. In: Mann


DL, Zipes DP, Libby P, Bonow RO, editors. Braunwald's Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2015. p. 1771-8
2. Fletcher, Gerald F, Flipse, Thomas R, Safford, Robert E. Exercise in Health
and Cardiovascular Disease. In: Fuster V, Walsh RA, Harrington RA,
editors. Hurst's The Heart. New York: McGraw-Hill Companies; 2011. p.
2176-87
3. Froelicher VF, Myers J. Exercise and the Heart. Philadelphia: Elsevier Inc;
2006. p. 1-10
4. Sorrentino JM, Bakris LG. Approach to Difficult to Manage Primary
Hypertension. In: Bakris LG, Sorrentino JM, Ali WA, Alicic RZ, Amar L,
Anwaruddin S, editors. Hypertension, A Companion to Braunwald’s Heart
Disease. Philadelphia: Elsevier; 2018. p. 281-7
5. Khan T, Xu H. Worl Hypertension Day 2019. WHO. 2019 (cited 18 August
2019). Available from: https://www. who.int/helth-topics/hypertension/
6. Whelton KP, Williams W. The 2018 European Society of Cardiology /
European Society of Hypertension and 2017 American College of
Cardiology / American Heart Association Blood Pressure Guidelines More
Similar Than Different. JAMA. 2018; (320): 1749-50
7. Wigmore D, Fernhall B, Smith D. Cardiovascular Responses to Acute
Aerobic Exercise. In: Smith DL, Fernhall B, editors. Advanced
Cardiovascular Exercise Physiology. USA: Thomson-Shore Inc; 2011. p.
137-201
8. Plowman SA, Smith DL. Exercise Physiology. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2011. p. 255-612
9. Hall EM, Hall EJ. Pathogenesis of Hypertension. In: Bakris LG, Sorrentino
JM, Ali WA, Alicic RZ, Amar L, Anwaruddin S, editors. Hypertension A
Companion To Braunwald’s Heart Disease. Philadelphia: Elsevier; 2018. p.
33-49

21
10. Fuchs DF. Essential of Hypertension. Brazil: Springer International
Publishing AG; 2018. p. 1-60
11. Beevers GD, Lip HYG. ABC of Hypertension. West Sussex: John Wiley &
Sons Ltd; 2015. p. 1-128
12. Padmanabhan S, Caulfield M, Dominiczak FA. Genetic and Molecular
Aspects of Hypertension. Circ Res AHA J. 2015; (116): 937-59
13. Singh M, Singh AK, Pandey P, Chandra S, Gambhi SI. Molecular genetics
of essential hypertension. Clin Exp Hypertens J. 2016; (3): 268-77
14. Beneto A. Hypertension in Older People. In: Bakris LG, Sorrentino JM, Ali
WA, Alicic RZ, Amar L, Anwaruddin S, editors. Hypertension A
Companion To Braunwald’s Heart Disease. Philadelphia: Elsevier; 2018. p.
374- 80
15. Giosia P, Giorgini P, Stamerra AC, Petrarca M, Ferri C, Sahebkar A. Gender
Differences in Epidemiology, Pathophysiology and Treatment of
Hypertension. Curr Atheroscler Rep. 2018: 1-13
16. Tsimihodimos V, Villalpando GC, Meigs BJ, Ferrannini E. Hypertension
and Diabetes Mellitus Coprediction and Time Trajectories. Hyper AHA J.
2018; (71): 422-8
17. Bell S. Alcohol Consumption, Hypertension and Cardiovascular Health
Across the Life Course: There Is No Such Thing as a One-Size-Fits-All
Approach. AHA J. 2018: 1-3
18. Spruill MT. Chronic Psychosocial Stress and Hypertension. Curr Hypertens
Rep J. 2013; (1): 1-10
19. Rissardi LGG, Cipullo PJ, Moreira CG, Ciorlia SAL, Cesarino BC, Junior
GTL, et all. Prevalence of Physical Inactivity and its Effects on Blood
Pressure and Metabolic Parameters in a Brazilian Urban Population. Int
Cardiovasc Sci J. 2018; (31): 594-602
20. Stamler J, Chan Q, Daviglus LM, Dyer RA, Horn VL, Garside BD, et all.
Relation of Dietary Sodium (Salt) to Blood Pressure and Its Possible
Modulation by Other Dietary Factors. Hyper AHA J. 2018; (71): 631-7

22
21. Blaustein PM, Zhang J, Chen L, Hamilton PB. Molecular Mechanisms
Linking Salt to Hypertension. How Does Salt Retension Raise Blood
Pressure. Amj Physiol Regul Integr Comp Physiol J. 2006: 514-23
22. Garfinkle AM. Salt And Essential Hypertension: Pathophysiology And
Implications For Treatment. Hyper AHA J. 2017: 1-16
23. Adrogue JH, Madias EN. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of
Hypertension. N Engl Med J. 2007: 1966-78
24. Chen YC, Bonham CA. Postexercise Hypotension: Central Mechanisms.
Exerc. Sport Sci Rev J. 2010: 122-7
25. Nystoriak AM, Bhatnaga A. Cardiovascular Effects and Benefits of
Exercise. Front Cardiovasc Med J. 2018: 1-7
26. Arino FS, Sciartilli A, Valerio V, Baldassarre A, Gallina S. The Effect of
Physical Exercise on Endothelial Function. Sports Med J. 2009: 797-807
27. Rego ML, Cabral RA, Costa CE, Fontes BE. Physical Exercise for
Individuals with Hypertension: It Is Time to Emphasize its Benefits on
Brain and Cognition. Clin Med Insights Cardiol J. 2019: 1-10
28. MacDonald VH, Pescatello SL. Exercise prescription for Hypertension:
New Advances for Optimizing Blood Pressure Benefits. In: MacDonald
VH, Pescatello SL, editors. Exercise and Physical Activity. Philadelphia:
Elsivier; 2018. p. 115-31

23

Anda mungkin juga menyukai