Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU

CUCI TANGAN YANG BENAR PADA ANAK DISABILITAS

Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
SELY MARISA
20120320187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
2
Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Perilaku Cuci Tangan Yang
Benar Pada Anak Disabilitas
1
Sely Marisa, 2Titih Huriah
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016

INTISARI
Latar Belakang : Anak penyandang disabilitas adalah anak yang mengalami kelainan
atau keterbatasan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional. Anak
penyandang disabilitas sebagian akan mengalami ketergantungan perawatan diri, yaitu
ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan harian seperti mempertahankan kebersihan diri
khususnya cuci tangan, sehingga akan rentan terhadap berbagai macam penyakit. Mencuci
tangan dengan air dan sabun atau dengan handzinitizer dapat lebih efektif menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit. Kemampuan cuci tangan dapat diajarkan oleh orangtua,
karena orangtua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan dapat memotivasi anak untuk
mencuci tangan dengan benar.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
orangtua dengan perilaku cuci tangan yang benar pada anak disabilitas di Sekolah Luar Biasa
Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
Metode : Desain dengan cross-sectional. Jumlah sampel 81 orangtua dan 81 anak
dengan teknik total sampling. Uji Validitas kuesioner dengan korelasi person product
moment dan checklist observasi menggunakan Content Validity Indeks (CVI). Uji Reliabilitas
kuesioner dengan Cronbach’s Alpha dan checklist observasi dengan rumus Cohen’s Kappa.
Uji statistik menggunakan uji Chi-square Fisher exact test.
Hasil : Sebanyak 75 orangtua (92,6%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan 56
anak (69,1%) memiliki perilaku cuci tangan yang baik. Hasil didapatkan bahwa ρ value =
0,000 ( α ≤ 0,05). Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan orangtua dengan perilaku cuci tangan yang benar pada anak
disabilitas di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orangtua
dengan perilaku cuci tangan yang benar pada anak disabilitas.

Kata kunci : Anak disabilitas, Cuci tangan


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3
The Correlation between Level of Parents Knowledge With Proper Hand-washing
Behavior In Children With Disabilities
1
Sely Marisa, 2Titih Huriah

Abstract
Disable children are children that have disability or limitation physically, mental-
intellectually, socially or emotionally. Most of disable children will have dependence
regarding to their self-care, which is disability to do daily routine like keeping the sanitation
specially hand-washing so it will have high risk to suffer from any diseases. Hand-washing
using water and soap or using handsanitizer can be more effective to clean dirt and dust
mechanically from the surface of skin and decrease the amount of microorganism as the
cause of diseases. Hand washing ability can be taught by parents since parents are the role-
model of children, it is expected can motivate children to do proper hand-washing.
The purpose of this study to know the correlation between Level of Parents Knowledge With
Proper Hand-washing Behavior In Children With Disabilities in SLB Negeri 1 Bantul
Yogyakarta.
This design of research with cross-sectional design. Amount of sample is 81 parents and 81
children using total sampling technique. Validity test of the questionnaire with the person
product moment correlation and observation checklist using the Content Validity Index
(CVI). Reliability test questionnaire with Cronbach Alpha and observation checklist with
formula Cohen’s Kappa. Results of statistical test with Chi-square Fisher exact test.
The result as many as 75 parents (92,6%) had high level of knowledge and 56 chidren
(69,1%) had good hand washing. The result of the analysis shows that there is significant
correlation between Level of Parents Knowledge With Proper Hand-washing Behavior In
Children With Disabilities in SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta, which is gotten ρ value =
0,000 ( α ≤ 0,05).
The conclusion of this study is have any correlation which significant between Level of
Parents Knowledge With Proper Hand-washing Behavior In Children With Disabilities in
SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Keywords: disabled-children, hand-washing

4
PENDAHULUAN Data dari Badan Perencanaan

Penyandang disabilitas atau Pembangunan Daerah DIY (2013),

penyandang cacat berdasarkan Undang- menunjukkan jumlah anak dan remaja

Undang Republik Indonesia Nomor 19 dengan disabilitas yang menjadi penduduk

Tahun 2011 yaitu orang yang memiliki DIY yaitu sejumlah 3.507 anak, dengan

keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau rentang usia 0-18 tahun. Data tahun 2015-

sensorik dalam jangka waktu lama yang 2016 di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

dapat menyebabkan mereka dalam 1 Bantul menunjukkan siswa yang

berinteraksi dengan lingkungan dan sikap mengikuti pendidikan di sekolah tersebut

masyarakatnya menemui hambatan untuk sebanyak 336 anak penyandang disabilitas.

berpartisipasi penuh dan efektif Anak penyandang disabilitas

berdasarkan kesamaan hak (Pusat Data dan sebagian akan mengalami ketergantungan

Informasi Ketenagakerjaan, 2014). Di perawatan diri, yaitu ketidakmampuan

Indonesia penduduk dengan disabilitas untuk melakukan kegiatan harian seperti

sedang sampai sangat berat berdasarkan mempertahankan kebersihan diri

hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) khususnya cuci tangan, makan, dan

tahun 2013 adalah sebesar 11% kesadaran akan bahaya sebagai salah satu

(Kementrian Kesehatan RI, 2013). masalah terbesar dalam kesehatan di dunia

Penduduk di Kota Yogyakarta tahun 2010 (WHO, 2002 cit Rahmawati, 2012).

berjumlah 456.915 jiwa dan luas wilayah Kemampuan mencuci tangan dapat

32,5 Km². Dinas Sosial Tenaga Kerja dan diajarkan oleh orang tua, karena orang tua

Transmigrasi Kota Yogyakarta mencatat adalah tokoh panutan anak, maka

bahwa terdapat 3.355 jiwa penyandang diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga

disabilitas (Munthe, 2013). anak yang bebas bersekolahpun sudah mau

dan mampu melakukan cuci tangan dengan

5
benar melalui model yang ditiru dari orang dan menjelaskan hubungan yang

tuanya (Maulani dkk, 2005 cit Setiawan, ditemukan (Nursalam, 2013). Desain

2014). Peran orang tua dalam memotivasi penelitian ini adalah cross-sectional, yang

anak mencuci tangan dengan benar dan menekankan waktu pengukuran atau

memakai sabun salah satu untuk menjaga observasi data variabel independen dan

kesehatan anak agar terhindar dari dependen hanya satu kali pada suatu saat

penyakit seperti diare (Setiawan, 2014). (Nursalam, 2013). Jumlah sampel pada

Mencuci tangan dengan air dan penelitian ini adalah 81 responden orang

sabun atau dengan handsinitizer dapat tua dan 81 responden anak. Sebagai

lebih efektif menghilangkan kotoran dan kriteria inklusi adalah orang tua yang

debu secara mekanis dari permukaan kulit kooperatif atau dapat diajak kerjasama,

dan secara bermakna mengurangi jumlah orang tua yang bersedia menjadi

mikroorganisme penyebab penyakit seperti responden serta bersedia mengisi

virus, bakteri dan parasit lainnya pada kuesioner, dan siswa disabilitas tunanetra,

kedua tangan. Mencuci tangan dengan tunarungu/ tunawicara, tunadaksa yang

menggunakan air dan sabun dapat lebih hadir pada saat penelitian dilakukan.

efektif membersihkan kotoran dan telur Sebagai kriteria eksklusi adalah Anak

cacing yang menempel pada permukaan disabilitas dengan tunagrahita dan autis.

kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan Sebagai variabel bebas dalam

(Desiyanto, 2013). penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

METODE orang tua dan variabel terikatnya adalah

Penelitian ini merupakan penelitian perilaku cuci tangan yang benar pada anak

kuantitatif yang bersifat korelasional, yaitu penyandang disabilitas. Instrumen yang

penelitian yang dilakukan untuk digunakan dalam penelitian ini

mengembangkan hubungan antar variabel menggunakan kuesioner multiple choice

6
dan observasi terstruktur dengan kuesionernya secara langsung kepada

menggunakan pedoman checklist. orang tua siswa tersebut.

Penelitian telah dilakukan di SLB Negeri 1 Peneliti juga mengobservasi cara

Bantul Yogyakarta pada tanggal 5 Februari siswa mencuci tangan dengan benar

2016 – 20 Februari 2016. dengan menggunakan check list observasi

Pelaksanaan penelitian diawali yang akan diisi oleh peneliti sendiri. Tahap

dengan peneliti meminta persetujuan dari penyelesaian setelah semua kuesioner

sekolah untuk melakukan pengambilan terkumpul dan lembar observasi sudah

data siswa dan data orang tua siswa SLB terisi peneliti kemudian melakukan

Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Peneliti telah pengolahan data.

bekerja sama dengan guru dalam proses Uji validitas dan uji reliabilitas

pembagian kuisioner serta pada saat kuesioner dilaksanakan di SLB Bngun

melakukan observasi cuci tangan yang Putra Bantul pada bulan Januari 2016

benar pada siswa. Peneliti selanjutnya terhadap 38 responden yang memiliki

memberikan lembar persetujuan menjadi karakteristik yang sama dengan responden

responden (informed consent) yang penelitian. Dalam penelitian ini rentang r

dimasukan ke dalam amplop berwarna hitung dari yang terkecil hingga yang

putih kepada orang tua siswa yang sudah terbesar pada kuesioner pengetahuan yaitu

terpilih menjadi sampel pada penelitian ini. dari 17 pernyataan sebanyak 6 item

Cara membagikan lembar informed pernyataan yang tidak valid dengan nilai r

consent dan kuesioner kepada orang tua - 0,075 hingga 0,828. Dikatakan item

siswa adalah dengan menitipkan kepada pernyataan/ pertanyaan valid apabila

siswa agar diberikan kepada orang tua didapatkan nilai r hitungnya lebih dari atau

masing-masing, atau jika orang tua siswa sama dengan r tabel (0,329). Untuk item-

berada di sekolah, peneliti memberikan item yang tidak valid telah dilakukan

7
perbaikan instrument menjadi kalimat Uji reliabilitas checklist observasi

yang lebih sederhana dan mudah untuk perilaku cuci tangan yang benar dalam

dipahami sehingga dapat digunakan penelitian ini menggunakan rumus

sebagai instrument penelitian kembali. Cohen’s Kappa yaitu dengan menilai

Berdasarkan uji reliabilitas pada kesepakatan antara 2 orang atau lebih

penelitian ini dilakukan terhadap seluruh observer terhadap suatu pengukuran yang

pertanyaan pada kuesioner yang sudah mereka lakukan (Dharma, K.K., 2011).

dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas pada Berdasarkan nilai hasil dari instrumen ini

penelitian ini dengan nilai alpha sebesar yaitu sebesar 1,00, maka dapat dikatakan

0,844 > 0,6. Ketentuannya bila r alpha > bahwa instrumen memiliki nilai

konstanta (0,6) maka pertanyaan tersebut kesepakatan sangat baik dan sudah dapat

dinyatakan reliabel. dikatakan reliabel. Analisa data

Uji validitas pada checklist menggunakan uji Chi-square Fisher exact

observasi ini menggunakan Content test untuk melihat hubungan antara

Validity Indeks (CVI). Uji validitas yang variabel bebas (pengetahuan orangtua)

dilakukan para ahli sesuai dengan bidang dengan variabel terikat (perilaku cuci

tertentu, pada uji validitas peneliti tangan yang benar pada anak disabilitas).

melakukan CVI dengan dosen yang ahli HASIL DAN PEMBAHASAN

dibidang patient safety dan keperawatan Penelitian ini dilakukan di Sekolah

anak yang berjumlah 2 orang. Uji CVI Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul berdiri

instrumen penelitian ini pada tahap sejak tahun 1971 dan beberapa kali

perbaikan yang kedua checklist observasi melakukan perubahan nama serta

perilaku cuci tangan dinyatakan valid berpindah lokasi, dan pada akhirnya

dimana nilai CVI adalah 0,91. menetap di Jalan Wates 147, Km. 3, Desa

Ngetisharjo, Kecamatan Kasihan,

8
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. SLB kelas masing-masing. Sarana lain yang

Negeri 1 Bantul Yogyakarta merupakan terdapat di SLB yaitu terdapat kantin,

salah satu Sekolah Luar Biasa terlengkap kamar mandi, tempat cuci tangan seperti

di DIY dengan membuka 5 (lima) jurusan washtafle atau kran disetiap depan kelas

yaitu, Tunanetra (A), Tunarungu/wicara masing-masing jurusan, UKS, klinik

(B), Ttunagrahita (C), Tunadaksa (D), dan rehabilitasi, sanggar kerja terlindung

Autis. (shelter workshop), pusat informasi &

Jumlah siswa di SLB Negeri 1 teknologi, perpustakaan, asrama siswa,

Bantul pada tahun 2016 sebanyak 336 fasilitas olahraga dan tempat bermain

siswa. Tenaga kerja di SLB Negeri 1 seperti lapangan sekolah, ruang musik dan

Bantul ini sebanyak 88 orang. Kepala tempat ibadah.

sekolah di SLB Negeri 1 Bantul pada saat Gambaran Karakteristik Responden

ini adalah bapak Muh. Basuni, M.Pd. Karakteristik responden penelitian

SLB Negeri 1 Bantul memiliki lima ini terdiri dari jenis kelamin, usia,

jurusan, dan setiap jurusan memiliki ruang pekerjan, dan tingkat pendidikan.

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden orang tua di SLB Negeri 1 Bantul

Yogyakarta Bulan Februari 2016 (n=81)


Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase
Jenis kelamin
Laki-laki 30 37%
Perempuan 51 63%
Total 81 100%
Tingkat pendidikan
SD 18 22,2%
SMP 20 24,7%
SMA 33 40,7%
PT 10 12,3%
Total 81 100%
Pekerjaan
PNS 4 4,9%
Swasta 22 27,2%
Buruh 19 23,5%
IRT 36 44,4%
Total 81 100%
Usia (rerata, SD) (44,10 , 9,024 )

9
Prosentase responden berdasarkan Karakteristik responden tingkat pendidikan

jenis kelamin didominasi oleh responden sebagian besar adalah SMA sebanyak 33

perempuan, yaitu sebanyak 51 orang orang (40,7%). Usia responden

(63%). Prosentase responden berdasarkan menunjukkan bahwa prosentase rata-rata

pekerjaan didominasi oleh ibu rumah usia responden adalah 44,10 tahun dan

tangga sebanyak 36 orang (44,4%). standar devisiasinya adalah 9,024 tahun.

Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta
Bulan Februari 2016 (n=81)
Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase

Jenis kelamin
Laki-laki 40 49,4%
Perempuan 41 50,6%
Total 81 100%
Tingkat pendidikan
SD 28 34,6%
SMP 27 33,3%
SMA 26 32,1%
Total 81 100%
Ketunaan
Tunanetra 8 9,9%
Tunarungu 51 63%
Tunadaksa 22 27,2%
Total 81 100%
Usia (Mean, SD) (14,90, 3,872)

Prosentase responden berdasarkan sebagian besar adalah SD sebanyak 28

jenis kelamin didominasi oleh responden orang (34,6%). Presentase usia responden

perempuan sebanyak 41 orang (50,6%). menunjukkan bahwa rata-rata usia

Presentase responden berdasarkan responden adalah 14,90 tahun dan standar

ketunaan yang didominasi oleh tunarungu devisiasi usia responden adalah 4,872

sebanyak 51 orang (63%). Karakteristik tahun.

responden berdasarkan tingkat pendidikan

10
Hasil Analisis Univariat
Tabel 3 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di SLB Negeri 1 Bantul Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan f %
Rendah 0 0
Cukup 6 7,4%
Tinggi 75 92,6%
Total 81 100%

Tabel 3 menjelaskan karakteristik responden yang menunjukkan tinggi

tingkat pengetahuan responden di SLB sebanyak 75 orang (92,6%).

Negeri 1 Bantul. Tingkat pengetahuan

Tabel 4 Karakteristik Observasi Perilaku Cuci Tangan pada Responden di SLB Negeri 1
Bantul Tahun 2016
Observasi Cuci Tangan f %
Kurang 7 8,6%
Cukup 18 22,2%
Baik 56 69,1%
Total 81 100%

Tabel 4 menjelaskan karakteristik Observasi perilaku cuci tangan pada

observasi perilaku cuci tangan pada responden yang menunjukkan baik adalah

responden di SLB Negeri 1 Bantul. 56 orang (69,1%).

Hasil Analisis Bivariat


Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Cuci Tangan yang
Benar di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta Tahun 2016
Perilaku Mencuci tangan Total ρ value
Pengetahuan Kurang cukup baik
n % n % n % n %
Cukup 0 0 2 2,5 4 4,9 6 7,4
Tinggi 7 8,6 16 19,7 52 64,2 75 92,6 0, 000
Total 7 8,6 18 22,2 56 69,1 81 100

Dari tabel 5 didapat bahwa tingkat responden (64,2%), responden dengan

pengetahuan pada responden dengan kategori pengetahuan cukup dengan

kategori pengetahuan tingggi dengan perilaku mencuci tangan baik adalah 4

perilaku mencuci tangan baik adalah 52

11
responden (4,9%), dan responden dengan menunjukkan bahwa ada hubungan yang

pengetahuan kurang tidak ada. bermakna antara tingkat pengetahuan

Hasil analisa statistik dengan orang tua dengan perilaku cuci tangan

menggunakan analisa chi square, Fisher’s yang benar pada anak disabilitas di SLB

Exact Test didapatkan bahwa ρ = 0,000 ( α Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

≤ 0,05). Hasil analisa tersebut

Crosstab Karakteristik Ketunaan Responden dengan Perilaku Cuci Tangan


Tabel 4.6 Crosstab Karakteristik Ketunaan Responden dengan Perilaku Cuci Tangan
Responden di SLB Negeri 1 Bantul Tahun 2016
Ketunaan Perilaku Cuci tangan Total ρ
kurang cukup baik value
n % n % n % n %
Tunanetra 0 0 2 2,5 6 7,4 8 9,8
Tunarungu/wicara 3 3,7 12 14,8 36 44,4 51 63 0,000
Tunadaksa 4 4,9 4 4,9 14 17,3 22 27,2
Total 7 8,6 18 22,2 56 69,1 81 100

Tabel 4.6 menjelaskan hubungan memiliki hubungan antara ketunaan

karakteristik ketunaan responden dengan dengan perilaku cuci tangan yang benar

variabel perilaku cuci tangan responden. pada anak disabilitas.

Responden tunanetra yang memiliki Diskusi

perilaku cuci tangan yang baik sebanyak 6 Karakteristik responden yang

anak (7,4%), responden tunarungu/wicara pertama adalah Usia Responden. Rata-rata

yang memiliki perilaku cuci tangan yang usia orang tua siswa pada penelitian ini

baik sebanyak 36 anak (44,4%), dan adalah usia 44 tahun yaitu termasuk

responden tunadaksa yang memiliki kategori usia dewasa akhir (Depkes RI,

perilaku cuci tangan yang baik sebanyak 2009). Orang tua dengan usia dewasa akhir

14 anak (17,3%). Karakteristik ketunaan akan lebih mudah membimbing atau

responden terhadap perilaku cuci tangan mengarahkan anak-anak mereka dalam

mendapatkan ρ value = 0,000 yang berarti menjaga kesehatan. Orang tua akan

12
menyadari pentingnya menjaga kesehatan orang tua pada penelitian ini adalah SMA

diri dan anak mereka khususnya dimulai yaitu sebanyak 33 responden (40,7%).

dari hal kecil, seperti mencuci tangan Akhir tamatan SMA ini lebih mempunyai

menggunakan sabun (Setiawan, 2014). wawasan luas dibanding mereka yang

Rata-rata usia anak pada penelitian hanya tamat sekolah dasar (SD).

ini adalah usia 14 tahun yaitu usia masa Pengetahuan yang mereka miliki salah

remaja. Masa ini merupakan transisi dari satunya akan menuntun anak-anak mereka

periode anak ke dewasa. Masa ini juga menuju kehidupan yang sehat, karena

mulai terjadi pertumbuhan dan orang tua telah berlandaskan pada ilmu-

perkembangan pesat dari alat kelamin dan ilmu dasar terkait masalah kesehatan yang

timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder, didapatkan pada pembelajaran di SMA.

sehingga sangat penting sekali pada usia Mayoritas pendidikan anak

ini untuk selalu menjaga kebersihan salah disabilitas pada penelitian ini adalah SD

satunya yaitu dengan cara mencuci tangan sebanyak 28 responden (34,6%). Anak

yang benar (Narendra, 2002). Mubarak disabilitas memiliki kemampuan yang

(2007), Erfandi (2009) cit Shofiana (2013) terbatas dan kesulitan dalam

menyatakan terdapat beberapa faktor yang menyelesaikan masalah. Kondisi ini

mempengaruhi pengetahuan dan salah menyebabkan anak kesulitan memahami

satunya adalah usia, yaitu dengan materi yang dijelaskan oleh guru, sehingga

bertambahnya usia seseorang akan terjadi akan sulit pula dalam menerapkan

perubahan pada aspek fisik dan psikologis kebersihan pada pendidikan anak dsabilitas

(mental). yang masih rendah (SD) terutama dalam

Karakteristik responden yang mempraktikan cuci tangan yang benar

kedua adalah tingkat pendidikan (Sandra, 2010 cit Zakarya,2013).

responden. Mayoritas tingkat pendidikan

13
Semakin tinggi pendidikan Karakteristik responden yang

seseorang semakin mudah mereka keempat adalah jenis kelamin responden.

menerima informasi dan akhirnya makin Mayoritas jenis kelamin responden orang

banyak pengetahuan. Sebaliknya jika tua pada penelitian ini adalah perempuan

tingkat pendidikan rendah, akan yaitu sebanyak 51 orang (63%), laki-laki

menghambat perkembangan sikap sebanyak 30 orang (37%). Mayoritas jenis

sesorang terhadap penerimaan, informasi, kelamin pada responden anak adalah

nilai-nilai yang baru diperkenalkan perempuan sebanyak 41 orang (50,6%)

(Mubarak, 2007 ). dan laki-laki sebanyak 40 orang (49,4%).

Karakteristik responden yang Menurut penelitian yang dilakukan

ketiga adalah pekerjaan responden. oleh Rikayanti, 2014 salah satu

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan karakteristik perilaku mencuci tangan

seseorang memperoleh pengalaman dan adalah jenis kelamin karena jenis kelamin

pengetahuan baik secara langsung maupun merupakan salah satu faktor yang

secara tidak langsung (Mubarak, 2007). mempengaruhi perilaku mencuci tangan.

Mayoritas pekerjaan orang tua pada Hasil penelitian menyatakan bahwa 43

penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga responden memiliki perilaku baik

sebanyak 36 responden (44,4%). Pekerjaan diantaranya 9 orang (20,9%) laki-laki dan

ibu rumah tangga yang cukup padat 34 orang (79,1%) perempuan. Sedangkan

terkadang membuat ibu kurang responden yang memiliki perilaku kurang

memperhatikan anak-anaknya dalam sebanyak 31 orang diantaranya 9 orang

menjaga kesehatan, khususnya dalam hal laki-laki (29,0%) dan 22 orang perempuan

mencuci tangan setelah anak melakukan (71,0%).

aktivitas tidak terlalu diperhatikan Karakteristik responden yang

(Setiawan, 2014). terakhir adalah Ketunaan Anak. Presentase

14
responden berdasarkan ketunaan pada tangan yang baik sebnayak 56 orang

penelitian ini didominasi oleh tunarungu (69,1%).

sebanyak 51 orang (63%). Hasil observasi Hasil penelitian menyebutkan

cuci tangan pada penelitian ini responden bahwa responden di SLB Negeri 1 Bantul

yang menunjukkan cuci tngan yang baik Yogyakarta memiliki pengetahuan yang

sebnayak 56 orang (69,1). tinggi yaitu sebanyak 75 orang (92,6%).

Menurut Sandra, 2010 cit Zakarya Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

(2013), anak disabilitas memiliki dan ini terjadi setelah orang melakukan

kemampuan yang terbatas dan kesulitan penginderaan terhadap suatu objek

dalam menyelesaikan masalah. Kondisi ini tertentu. Penginderaan terjadi melalui

menyebabkan anak kesulitan memahami pancaindera manusia, yakni indera

materi yang dijelaskan oleh guru. Materi penglihatan, pendengaran, penciuman,

pembelajaran harus disesuaikan dengan rasa, dan raba. Sebagian besar pengetauan

kemampuan masing-masing anak dengan manusia diperoleh melalui mata dan

disabilitas. telinga (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hal tersebut pada Mubarak (2007), menyatakan

penelitian ini dapat dijelaskan apabila bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

penjelasan dan pemberian materi yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dan

sesuai dengan kemampuan masing-masing salah satunya adalah pengalaman.

anak disabilitas maka anak tersebut akan Pengalaman adalah sesuatu yang pernah

dapat melakukannya dengan baik. Sesuai dialami seseorang yang mungkin akan

dengan hasil penelitian yang dilakukan di menambah sesuatu. Usia merupakan

SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta ini, wujud dari pengalaman yang nantinya

bahwa responden yang menunjukkan cuci akan menambah wawasan pengetahuan

menjadi lebih banyak. Berdasarkan hasil

15
penelitian ini usia responden mayoritas menggunakan handrub dan langkah-

adalah usia dewasa akhir. Orang tua langkah dalam mencuci tangan yang benar.

dengan usia dewasa akhir akan memiliki Berdasarkan uji statistik Fisher’s

banyak pengalaman dan pengetahuan Exact Test dalam penelitian ini diperoleh

sehingga akan lebih mudah membimbing nilai ρ value 0,000 atau nilai α > niai ρ

atau mengarahkan anak-anak mereka value, maka dapat disimpulkan bahwa ada

dalam menjaga kesehatan (Setiawan, hubungan yang signifikan antara tingkat

2014). pengetahuan orang tua dengan perilaku

Hasil penelitian menyebutkan cuci tangan yang benar pada anak

bahwa responden di SLB Negeri 1 Bantul disabilitas.

Yogyakarta memiliki perilaku cuci tangan Berdasarkan hasil penelitian

yang baik yaitu sebanyak 56 orang tersebut maka dapat dikatakan hipotesis

(69,1%). Lewit dalam kutipan telah diterima, yaitu terdapat hubungan

Notoatmodjo (1993), cit Maulana (2009) antara tingkat pengetahuan orang tua

menyatakan, perilaku merupakan hasil dengan perilaku cuci tangan yang benar

pengalaman dan proses interaksi dengan pada anak disabilitas. Pelelitian ini banyak

lingkungannya, yang terwujud dalam faktor yang mempengaruhi jalannya dan

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. hasil penelitian dikarenakan keterbatasan

Faktor yang mempengaruhi perilaku salah dalam penelitian, antara lain adalah

satunya adalah tingkat kecerdasan dan kebudayaan lingkungan sekitar yang dapat

tingkat emosional (Notoatmodjo, 2007). mempengaruhi pengetahuan seseorang,

Berdasarkan hasil dari penelitian seperti pernyataan Mubarak (2007)

responden mampu menunjukkan perilaku mengatakan dimana kita hidup dan

cuci tangan yang baik karena anak dapat dibesarkan mempunyai pengaruh besar

memahami dengan baik bagaimana cara terhadap pembentukan sikap kita.

16
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan baik hubungan yang bermakna antara

atau buruk. Seseorang akan bertambah pengetahuan dengan perilaku mencuci

pengetahuannya walaupun tidak tangan dengan benar di SDIT AN-NIDA’

melakukannya, seperti budaya PHBS Kota Lubuklinggau. Hal ini berbeda

khususnya cuci tangan karena bisa saja dengan hasil penelitian sebelumnya yang

seseorang mengetahui hal tentang cuci dilakukan oleh Rikayanti (2014), dimana

tangan tetapi belum tentu dapat hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

melaksanakannya dengan benar. Perilaku responden yang memiliki disiplin baik

seseorang juga memiliki faktor yang dapat sebanyak 58,1% memiliki pengetahuan

mempengaruhinya seperti motivasi, seperti yang baik dan 41,9% yang memiliki

pernyataan Wawan (2011) cit Saptaningsih pengetahuan buruk. Hasil uji statistik

(2013) mengungkapkan bahwa perilaku menunjukkan Nilai p = 0,39 (p > 0,05)

terjadi karena adanya motivasi atau yang artinya tidak ada perbedaan proporsi

dorongan yang mengarahkan individu perilaku mencuci tangan pada responden

untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang memiliki pengetahuan baik dan yang

atau tujuan yang ingin dicapai. Seperti memiliki pengetahuan kurang.

halnya dalam penelitian ini banyak yang KETERBATASAN PENELITIAN

terlibat dalam memberikan motivasi anak Kendala dalam penelitian ini yaitu

untuk melakukan cuci tangan, diantaranya dalam pemberian kuesioner sebagian tidak

adalah keluarga, guru, dan teman-teman secara langsung diberikan kepada orang

mereka. tua siswa. Alat penelitian atau kuesioner

Penelitian ini sejalan dengan diberikan kepada siswa untuk dibawa

penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah pulang agar kuesioner diisi oleh orang

(2013), dimana hasilnya didapatkan bahwa tuanya. Dalam mengurangi keterbatasan

ρ = 0,029 (α ≤ 0,05), dengan demikian ada pengisian kuesioner peneliti bekerja sama

17
dengan guru di SLB Negeri 1 Bantul perilaku yang baik dalam mencuci

Yogyakarta, yaitu dengan menjelaskan jika tangan yang benar , yaitu sebanyak

terdapat kesulitan dalam mengisi kuesioner 56 responden (69,1%).

orang tua/ wali murid dapat menanyakan 3. Jenis kelamin responden orang tua

melaui putra/putri mereka, karena peneliti siswa paling banyak adalah

memberikan waktu tiga hari untuk mengisi perempuan yaitu sebanyak 51 orang

dan mengembalikan kuesioner tersebut. (63%). Tingkat pendidikan

Peneliti juga mengalami sedikit responden paling banyak yaitu SMA

kendala pada saat melakukan observasi sebanyak 33 orang (40,7%).

cuci tangan pada anak disabilitas, karena Pekerjaan responden paling banyak

ketidakmampuan peneliti untuk yaitu ibu rumah tangga sebanyak 36

berkomunikasi dengan anak disabilitas orang (44,4%). Rata-rata usia

khususnya tunarungu/tunawicara, tetapi responden orang tua siswa yaitu

peneliti juga bekerja sama dengan guru di 44,10 tahun.

SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta untuk 4. Jenis kelamin responden anak

berkomunikasi dengan anak disabilitas disabilitas paling banyak adalah

tersebut. perempuan yaitu sebanyak 41 anak

KESIMPULAN (50,6%). Tingkat pendidikan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak yaitu SD

sebagian besar responden memiliki sebanyak 28 anak (34,6%). Ketunaan

pengetahuan yang tinggi tentang cuci responden paling banyak yaitu

tangan, yaitu sebanyak 75 responden tunarungu/wicara sebanyak 51 orang

(92,6%). (63%). Rata-rata usia responden

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak disabilitas yaitu 14,90 tahun.

sebagian besar responden memiliki

18
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik
terdapat hubungan yang signifikan Indonesia. (2009). Sistem Kesehatan
Nasional. Diakses dari,
antara ketunaan dengan perilaku cuci http://www.depkes.go.id, pada 7
April 2016.
tangan yang benar pada anak 2. Desiyanto, F.A.& Djannah,
S.N.(2013). Efektivitas Mencuci
disabilitas dengan nilai ρ value < α, Tangan Menggunakan Cairan
Pembersih Tangan Antiseptik (Hand
yakni sebesar 0, 000 < 0,05. Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka
Kuman. Jurnal Kesehatan
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat (KESMAS). Volume 7,
No 2, 55-112.
terdapat hubungan yang signifikan http://journal.uad.ac.id/index.php/Ke
sMas/article/download/1041/772,
antara tingkat pengetahuan orangtua pada 5 Juni 2015.
3. Dharma, K.K. (2011). Metodologi
dengan perilaku cuci tangan yang Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan
benar pada anak disabilitas, dengan Hasil Penelitian). Jakarta : Trans
Info Media.
nilai ρ value < α, yakni sebesar 0, 4. Kementrian Kesehatan RI. (2013).
Riset Kesehatan Dasar 2013.
000 < 0,05. Diakses dari,
http://www.dinkeshalteng.com/Dow
SARAN nload/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf, diakses pada 2 Juni 2015.
Dari penelitan diatas, disarankan peneliti 5. Maulana, H. D.J. (2007). Promosi
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
selanjutnya kuesioner dapat diberikan Kedokteran ECG.
6. Munthe, H.H. (2013). Implementasi
secara langsung pada orang tua siswa Program Kesejahteraan Sosial Anak
Dengan Kecacatan Kota Yogyakarta
tanpa melalui perantara orang lain. Tahun 2011. Diakses pada 6 Juni
2015.
Penelliti lain juga dapat menambah asisten 7. Mubarak, W.I., Chayatin, N.,
Rozikin,k., Supradi. (2007). Promosi
peneliti yang dapat memahami bahasa Kesehatan: Sebuah Pengantar
Proses Belajar Mengajar dalam
khusus (bahasa isyarat) untuk Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
memudahkan cara berkomunikasi dengan 8. Narendra, M.S., dkk. (2002). Buku
Ajar Tumbuh Kembang Anak dan
anak disabilitas khususnya anak dengan Remaja Edisi Pertama IDAI. Jakarta
: Sagung Seto.
tunarungu/wicara. 9. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

19
10. Nursalam. (2003). Konsep Dan 16. Sundari, H.C.D.W., Merta, I.W.,
Penerapan Metodologi Penelitian Sarihati, I.G.D. (2014). Hubungan
Ilmu Keperawatan: Pedoman Faktor Predisposisi, Pemungkin dan
Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penguat dengan Praktek Cuci
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Tangan Serta Keberadaan
Salemba Medika. Mikroorganisme pada Penjamah
11. Rahmawati, D. (2012). Kemampuan Makanan di Pantai Kedonganan.
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita Jurnal Skala Husada. Volume 11,
Berdasarkan Faktor Eksternal dan No 1, 67-73. http://www.poltekkes-
Internal Anak. Volume 15, No 2. denpasar.ac.id/files/JSH/JSH%20V1
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/issue/ 1N1.pdf#page=69, pada 3 Juni 2015.
view/32 , pada 3 Juni 2015. 17. Triutari, I. (2014). Persepsi
12. Rikayanti, K.H, Arta, S.K. (2014). Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Sistem Pendidikan
Dengan Perilaku Mencuci Tangan Segregasi dan Pendidikan Inklusi .
Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus.
Umum Daerah Badung Tahun 2013. Volume 03, No 03, 221-229.
Volume 2, No 1, 21-31. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ju
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jch/ar pekhu/article/view/3847/3080 ,pada
ticle/view/7693/5783 , pada 22 April 1 Juni 2015.
2016. 18. Winasti, M. (2013). Motivasi
13. Saptiningsih, M., Wijaya, Y.M., Lili, Berwirausaha pada Penyandang
M.M. (2013). Faktor-Faktor Yang Disabilitas Fisik. Jurnal Fakultas
Berhubungan Dengan Perilaku Psikologi. Volume 1, No 1.
Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah http://jogjapress.com/index.php/EM
Dasar Negeri 03 Kertajaya PATHY/article/download/1418/802,
Padalarang. Diakses dari, pada 2 Juni 2015.
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/ 19. Zakarya, Y.N. (2013). Pengaruh
file.php?file=jurnal&id=493&name= Pelatihan Cuci Tangan Bersih
jurnal%205.pdf, diakses pada 5 juli Dengan Metode Bermain Puzzle
2015. Terhadap Kemampuan Melakukan
14. Setiawan, I. (2014). Peran orang Cuci Tangan Anak Tunagrahita Di
Tua Dalam Memotivasi Anak SDLB-C TPA Kabupaten Jember.
Mencuci Tangan dengan Benar dan Diakses pada 2 Juni 2015.
Memakai Sabun pada Anak Usia Pra 20. Zuraidah &Yeni E. (2013).
Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Kabupaten Sukoharjo. Diakses dari, dengan Perilaku mencuci Tangan
http://digilib.stikeskusumahusada.ac. dengan Benar pada Siswa Kelas V
id/files/disk1/12/01-gdl-indrosetia- SDIT AN-NIDA’ Kota Lubuklinggau
560-1-skripsi-o.pdf, diakses pada 3 Tahun 2013. Diakses dari,
Juni 2015 http://poltekkespalembang.ac.id/user
15. Shofiana, N. (2013). Tingkat files/files/hubungan_pengetahuan_da
Pengetahuan Ibu Tentang Kanker n_sikap_dengan_perilaku.pdf, pada
Payudara di Desa Patihan 3 Juni 2015.
Kecamatan Sidoharjo Kabupaten
Sragen. Diakses dari,
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.
id/files/disk1/9/01-gdl-nikmahshof-
445-1-nikmahs-4.pdf , diakses pada
6 Juli 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai