Anda di halaman 1dari 9

MAKNA SYAHADAT

Mukadimah orang yang kafir adalah orang yang ingkar terhadap


Syahadat yang berisi kalimat asyhadu al-laa dua kalimah ini dan mereka adalah orang-orang
ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah yang celaka dan merugi di dunia dan akhirat.
adalah rukun yang paling mendasar dari Aqidah Namun demikian, kemuliaan yang
Islamiyah. Keimanan terhadap kalimat syahadat ini dijanjikan oleh Allah tersebut tidaklah datang tanpa
merupakan sentrum dari seluruh ajaran Islam perjuangan dan amal saleh. Kalimat syahadat tak
sekaligus merupakan sumber kekuatan Islam itu cukup hanya diucapkan, melainkan harus betul-
sendiri. Seluruh perkara aqidah dan syariat dalam betul dipahami maknanya. Selain itu, syarat-syarat
Islam berdiri di atas dasar dua kalimat ini. Tak ada dan konsekuensi-konsekuensi yang ada padanya
lagi Islam yang tersisa tanpa kalimat ini. pun harus diujudkan.
Kalimat syahadat laa ilaaha illallah Dalam berbagai nash Al Qur`an dan As
Muhammad Rasulullah ini bagi seorang muslim Sunnah, keimanan selalu dikaitkan dengan amal
merupakan kunci yang dapat membukakan pintu saleh. Ini menunjukkan bahwa keimanan yang
surga baginya, sekaligus sebagai perahu penyelamat berpangkal pada kalimat syahadat, harus diikuti
yang akan menghindarkannya dari jilatan api dengan amal saleh sebagai konsekuensi yang
neraka. Rasulullah SAW bersabda : dituntut oleh kalimat syahadat itu (Belhaj, 1994).
Misalnya firman Allah :
“Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
Rasul-Nya, melainkan Allah mengharamkan neraka mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim) makhluk.” (QS Al Bayyinah : 7)

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka kepada Selain itu, juga banyak dijumpai nash yang
siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (tidak ada mengaitkan masuknya seorang hamba ke dalam
tuhan selain Allah), yang dengannya dia mencari surga dengan amal saleh yang dilakukannya (Belhaj,
keridhaan Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 1994, Bali, 1987), misalnya firman Allah SWT :

“Barang siapa mati sementara dia mengetahui bahwa “Dan diserukan kepada mereka (para penghuni
tidak ada tuhan selain Allah, dia akan masuk surga.” surga),’Itulah surga yang diwariskan kepadamu,
(HR. Muslim) (Belhaj, 1994) disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS Al
A’raaf : 43)
Kesaksian laa ilaaha illallah Muhammad
Rasulullah juga menjadi pembeda antara seorang “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan
muslim dan kafir. Dengan dua kalimat itulah, untuk mereka itu (bermacam-macam ni’mat surga) yang
seorang yang sebelumnya kafir dapat masuk ke menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap
dalam agama Islam serta mendapatkan segala apa yang mereka kerjakan.” (As Sajdah : 17)
perlakuan hukum sebagai seorang muslim, misalnya
perlakuan dalam masalah harta dan pemeliharaan Ini juga menunjukkan, bahwa kalimat Laa
kehormatan. Rasulullah SAW bersabda : illaha illallah Muhammad Rasulullah bukan sekedar
untuk diucapkan dengan mulut, tapi harus
“Aku diperintahkan (oleh Allah) untuk memerangi disempurnakan dengan konsekuensinya berupa
manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan amal saleh, agar benar-benar bisa menjadi kunci
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah surga.
Barangsiapa yang mengucapkan kalimat itu, berarti dia Wahab bin Munabbih -seorang shahabat
telah mendapatkan perlindungan dariku akan jiwa dan Nabi SAW-- pernah ditanya seseorang, ”Bukankah
hartanya…” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahab bin
Hurairah RA) (Baihaqi, 1989) Munabbih lalu menjawab, ”Benar. Tetapi sebuah
kunci pasti mempunyai gigi gerigi. Kalau engkau
Kesaksian laa ilaaha illallah Muhammad membawa kunci yang bergerigi engkau akan bisa
Rasulullah tersebut juga menjadi dasar keislaman membuka pintu, tapi kalau tidak bergerigi, engkau
seseorang, karena mengucapkan dua kalimat ini tak akan bisa membukanya.” Yang dimaksudnya
merupakan rukun pertama dari rukun-rukun Islam dengan gerigi pada kunci, adalah syarat dan
lainnya. Rasulullah SAW bersabda : konsekuensi yang terkandung dalam kalimat Laa
ilaaha illallah.
“Islam dibangun atas lima perkara, kesaksian bahwa tidak Suatu saat Al Hasan Al Bashri, seorang
ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah tabiin besar, mendengar orang-orang secara
Rasulullah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, dangkal berkata, ”Orang yang mengucapkan Laa
melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan ilaaha illallah pasti masuk surga.” Al Hasan Al
Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Bashri lalu menjelaskan,”Yang benar, barang siapa
Abdullah bin Umar) (Al Fasyani, tt) mengucapkan Laa ilaaha illallah lalu menunaikan
hak dan kewajiban yang melekat pada kalimat itu,
Jelaslah, kalimat syahadat mempunyai niscaya dia masuk surga.” (Ali Belhaj, 1994).
posisi yang sangat penting bagi seorang muslim. Bila berbagai syarat dan konsekuensi itu
Seorang muslim adalah orang yang mengimani dua terwujud, niscaya kalimat syahadat yang
kalimah itu, dan oleh Allah dijamin hidup bersemayam dalam dada seorang muslim akan
berbahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya orang- berdampak nyata dan positif dalam kehidupannya.

1
Kalimat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah akan perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
benar-benar bermakna baginya, tidak sekedar ingat.” (QS Ibrahim : 24-25)
menjadi kalimat yang terucap di mulut tanpa
memberikan dampak apa-apa. Yang dimaksud dengan kalimat yang baik
(al kalimah ath thayibah) dalam ayat di atas -
sebagaimana penafsiran jumhur mufassirin-adalah
Posisi Syahadat dalam Arkanul Iman Aqidah Islamiyah. Ibnu Abbas RA menyatakan
Aqidah Islamiyah (atau arkanul iman) bahwa “Kalimat yang baik itu adalah laa ilaaha illallah“.
adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, Sementara Mujahid dan Ibnu Juraij RA mengatakan
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan bahwa “Kalimat yang baik itu tak lain adalah iman .“
Qadar (Taqdir) baik-buruknya dari Allah Ta’ala (An (Tafsir Al Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam Al Qur`an, Juz
Nabhani, 1994). Perkara-perkara pokok yang harus IX, hal. 359).
diimani dalam Aqidah Islamiyah ini diterangkan Jadi Allah dalam dua ayat di atas telah
dalam banyak nash (Uwaidhah, 1996). Antara lain mengumpamakan Islam sebagai pohon yang baik
firman Allah SWT : (asy syajarah ath thayibah). Akar pohon yang baik itu
adalah akar yang teguh menghunjam di dalam
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan bumi. Demikian pula Islam, Aqidah Islamiyah yang
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya berkedudukan sebagai dasar agama Islam adalah
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, dasar yang kuat, yakni bersifat pasti dan yakin
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (QS Al (maqthu` bihi jazim yaqin), sehingga karenanya aqidah
Baqarah : 177) tersebut layak menjadi asas bagi setiap cabang-
cabang pohon Islam, seperti berbagai pemikiran
“Rasul telah beriman kepada Al Qur`an yang telah (afkar), pendapat (ara`), hukum (ahkam), dan
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan demikian pula pandangan hidup (wijhatun nazhar). Selanjutnya,
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada pohon yang baik adalah pohon yang bermanfaat dan
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul- produktif yang memberikan buahnya setiap musim
rasul-Nya…” (QS Al Baqarah : 285) seizin Allah SWT. Demikian pula Islam, ia akan
memberikan buahnya setiap musim seizin
Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya oleh Tuhannya, dengan memberikan tuntunan sikap
malaikat Jibril AS tentang iman : hidup dan pemecahan yang sahih terhadap segala
problem kehidupan yang dihadapi oleh setiap
“(Iman itu adalah) kamu beriman kepada Allah, malaikat- musim (Al Qashash, 1995).
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nyam,rasul-rasul-Nya, hari
kemudian, dan kamu beriman kepada qadar yang baik dan Makna Syahadat
yang buruk keduanya dari Allah.” (HR. Muslim, Abu Kalimat syahadat diawali dengan kata
Dawud, At Tirmidzi, dan Ahmad) “asyhadu” yang artinya, “saya bersaksi”. Secara
bahasa, “asyhadu” memiliki arti “uqirru” (saya
Adapun posisi syahadat, dia adalah bagian mengakui) atau “ushaddiqu” (saya membenarkan)
dari arkanul iman (pokok-pokok iman) atau Aqidah (Al Qashash, 1995, Al Fasyani, tt, Ibrahim Anis et.al.,
Islamiyah, yaitu bagian dari iman kepada Allah dan 1982).
iman kepada rasul-rasul-Nya. Bahkan dapat Berdasarkan makna syahadat sebagai tashdiq
dikatakan, syahadat adalah pangkal dari semua (pembenaran) --yang merupakan mashdar (kata
perkara keimanan dalam Aqidah Islamiyah. Sebab, jadian) dari fi’il mudhari’ ‘ushaddiqu’-maka perkataan
kedua kalimah syahadat mendasari keberadaan dalil “asyhadu” (saya bersaksi) dapat ditafsirkan pula
naqli dalam masalah aqidah, yaitu Al Qur`an dan As dengan “u’minu” (saya beriman), karena iman secara
Sunnah. Dan dari dalil naqli inilah diperoleh semua bahasa sama artinya dengan tashdiq (pembenaran).
perkara yang wajib diimani oleh seorang muslim Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijazi Al Fasyani (tt)
dalam Aqidah Islamiyah. dalam kitabnya Al Majalis As Saniyah fi Al Kalam ‘ala
Aqidah Islamiyah inilah yang pada Al Arba’in An Nawawiyah hal. 28 menegaskan bahwa
gilirannya menjadi basis pemikiran yang paling “syahadah” (kesaksian) artinya tak lain adalah “iman”
mendasar bagi seorang muslim. Dengan kata lain, (keimanan). Ketika beliau mensyarah hadits ke-8
Aqidah Islamiyah inilah yang menjadi Qaidah dalam kitab Hadits Arba’in An Nawawiyah berikut :
Fikriyah bagi seorang muslim. Yang dimaksud
dengan Qaidah Fikriyah, adalah pemikiran dasar “Aku diperintahkan (oleh Allah) untuk memerangi
yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan
cabang tentang kehidupan, misalnya pemikiran selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah
tentang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, sians Barangsiapa yang mengucapkan kalimat itu, berarti dia
dan teknologi, dan sebagainya (Al Qashash, 1995). telah mendapatkan perlindungan dariku akan jiwa dan
Posisi Aqidah Islamiyah yang sangat strategis hartanya…” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu
sebagai Qaidah Fikriyah ini diisyaratkan oleh dua Hurairah RA)
ayat berikut :
beliau menerangkan bahwa makna “yasyhadu”
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat (mereka bersaksi) adalah “yu`minu” (mereka
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohoh yang baik, beriman).
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Kesimpulannya, kata “asyhadu” (saya
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim bersaksi) yang mengawali kalimat syahadat berarti
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan- “u`minu” (saya beriman), yakni membenarkan secara

2
pasti (tashdiq jazim) terhadap kalimat laa ilaaha illallah Adapun “ilaah” itu sendiri, arti bahasanya
Muhammad Rasulullah. adalah “al ma’buud” (sesuatu yang menjadi objek
ibadat) atau “al-mustahiq bi al-‘ibadah” (pihak yang
a.Makna Laa ilaaha illallah berhak untuk diibadati). (Al Maududi, 1970, Ismail,
1958). Ibadat, secara bahasa artinya adalah “ath
Kalimat Laa ilaaha illallah menurut struktur thaah” (taat, patuh) dan “al khudlu’” (tunduk,
gramatikanya adalah kalimat nafi (negasi) yang menyerah), serta “tadzallul” (menghinakan diri) (Al
disertai dengan istitsna` (pengecualian). Dalam Qashash, 1995). Dalam arti “at thaah”, ibadat
bahasa Arab, struktur yang demikian dimaksudkan mengandung makna adanya keterikatan terhadap
untuk menunjukkan adanya al hashr (pembatasan segala perintah dan larangan yang berasal dari “al
suatu objek pembicaraan) atau adanya qashr ma’bud” itu. (Abdullah, 1990).
(pengkhususan suatu objek pembicaraan). Misalnya Objek yang disebut dengan “ilaah” ini
ada kalimat “maa kaatibun fil madinah illah ‘aliy” menurut Al Maududi (1970) adalah sesuatu yang
(Tidak ada penulis di kota itu kecuali Ali). Kalimat dianggap sangat agung, tinggi, dan besar sehingga
“maa kaatibun fil madinah” adalah kalimat yang manusia dengan suka rela akan patuh, taat, dan
mengandung partikel penafi “maa” yang berarti tunduk kepadanya. “Ilaah” adalah sesuatu yang
tidak ada. Ujung kalimat “illah ‘aliy” adalah kalimat memiliki kekuatan yang sangat dahsyat yang
yang mengandung partikel pengecuali “illa” membingungkan manusia. Sesuatu yang tidak
(kecuali). Dengan demikian, maknanya adalah, membutuhkan kepada pihak lain sementara semua
dalam kota itu hanya Ali yang menjadi penulis, pihak lainnya membutuhkannya dalam segala
tidak ada penulis yang lain lagi. (Hifni Bek Dayyab urusan hidupnya. “Ilaah” adalah sesuatu yang tidak
et.al., 1997) butuh kepada manusia, yang memiliki kekuatan
Demikian pula kalimat Laa ilaaha illallah. yang tidak terlihat. Sesuatu inilah yang kemudian
Kalimat ini adalah kalimat nafi (negasi) yang disertai diungkapkan dalam berbagai bahasa sebagai
dengan istitsna` (pengecualian) yang menunjukkan “tuhan” (Indonesia), “god” (Inggris), “khada”
al hashr (pembatasan) atau qashr (pengkhususan). (Persia), “dewata” (India), “gusti” (Jawa), dan
Jika kita mengatakan “ilaahu Allah” (Tuhan itu sebagainya.
Allah), maka berarti masih ada kemungkinan tuhan- Secara faktual, objek-objek yang menjadi
tuhan yang lain selain Allah. Namun karena kalimat “ilaah” ini memang senantiasa ada dalam sejarah
tauhid itu berbunyi “Laa ilaaha illallah”, maka manusia sejak dulu sampai sekarang. Setiap bangsa
artinya, yang layak menjadi “ilah” bagi kita hanya dan umat pasti mempunyai suatu objek yang
dan hanyalah Allah semata, bukan yang lain-lain. mereka jadikan “ilaah”. Ini adalah sesuatu yang
Karena itu, kalimat Laa ilaah illallah itu wajar dan alami, karena pada manusia memang
sebenarnya bukan sekedar pengakuan (iqrar) atau terlekat gharizatu al-tadayyun, yakni naluri beragama,
pembenaran (tashdiq) akan adanya Allah, atau yang di antara perwujudannya adalah pengagungan
sekedar mengakui keesaan Allah sebagai Rabb dan pensucian (taqdis) kepada apa yang dianggap
(pengatur) alam semesta (tauhid rububiyah), namun sebagai “ilaah”.
juga mengandung penegasan adanya sikap berlepas Naluri ini mula-mula akan terbangkit tatkala
diri (bara`ah) dari ibadat/menyembah kepada selain manusia merasakan adanya suatu stimulus berupa
Allah (Muhammad bin Abdul Wahhab, 1970). rasa lemah (dlaif) pada dirinya dan rasa
Tegasnya, kalimat Laa ilaaha illallah di membutuhkan yang lain (muhtaj). Mungkin manusia
samping menetapkan (itsbat) keberadaan Allah, juga ingin mencapai sesuatu yang dinilainya bermanfaat
menegaskan adanya sikap kufur (ingkar) terhadap baginya, seperti mendapatkan uang, makanan, dan
thaghut, yaitu segala sesembahan (al ma’bud) selain sebagainya. Tapi tak selamanya dia berhasil. Suatu
Allah, yang wujudnya bisa saja berupa berhala, saat mungkin dia berhasil sementara pada
syaitan, hukum kufur, atau pun manusia yang kesempatan lain dia gagal mencapainya. Dia pun
menjalankan hukum-hukum kufur. merasa lemah. Mungkin manusia tertimpa sesuatu
Maka dari itu, kita dapat memahami yang mudharat baginya, seperti banjir, gempa, dan
mengapa dalam sebagian ayat Al Qur`an dan hadits penyakit, lalu dia berusaha menghindarinya.
Nabi SAW pengakuan Laa ilaaha illallah digabungkan Kadang dia berhasil dan kadang gagal. Maka dia
dengan pengingkaran terhadap thaghut. Firman pun merasa lemah. Mungkin manusia menyaksikan
Allah SWT : suatu fenomena yang dahsyat dan spektakuler,
seperti gunung api meletus, samudera yang
“Karena itu, barangsiapa ingkar kepada thaghut dan terbentang luas, gunung yang menjulang tinggi,
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah badai yang mengguncang, sungai lebar yang
berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak mengalir deras, halilintar yang menggelegar,
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha binatang yang besar, dan sebagainya. Melihat semua
Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 256) itu, maka manusia merasa lemah dan kecil.
Naluri yang terbangkitkan ini lalu menuntut
Dalam Ash Shahihain Nabi Muhammad SAW suatu pemuasan atau penyaluran (isyba’). Karena itu,
bersabda : manusia lalu membutuhkan keberadaan atau
kehadiran “ilaah” untuk menafsirkan sesuatu yang
“Barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallah dan kufur hebat dan besar di balik semua fenomena yang ada.
(ingkar) kepada segala sesuatu yang diibadati/disembah Ada yang menyalurkan naluri ini secara
selain Allah, maka harta dan darahnya adalah haram. Dan benar, ada juga yang keliru. Yang keliru adalah
hisabnya terserah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan mereka yang hanya mengandalkan gharizatu al-
Muslim) tadayyun saja tanpa mengunakan akal sehingga
akhirnya terjerumus ke dalam kekafiran. Contohnya,

3
orang yang menyembah gejala-gejala alam seperti Dialah satu-satunya dzat yang mempunyai sifat-sifat
binatang buas, sungai, gunung, api, angin, bulan, maha sempurna yang tidak terkena sedikit pun
matahari, dan sebagainya. Atau orang yang kekurangan, kelemahan, atau kebutuhan kepada
menyembah dewa-dewa yang masing-masing pihak lain. Bahkan sebaliknya segal;a sesuatu
katanya mengatur satu urusan tertentu dalam alam selainnya membutuhkan kepada-Nya. (Al Qashash,
semesta. Atau orang yang menyembah tokoh atau 1995)
pemimpin mereka, dan lain sebagainya. Inilah yang disebut dengan tauhid uluhiyah,
Sementara penyaluran naluri dengan benar yaitu ubudiyah/ibadah manusia secara mutlak
adalah yang mengawal pemenuhan naluri tersebut hanya diberikan kepada Allah SWT. Dan ubudiyah
dengan mempergunakan akalnya untuk memahami ini bukanlah hanya berupa ibadah ritual belaka,
keberadaan dan keesaan dzat “ilaah” itu. Keimanan seperti do’a dan sholat, namun juga berupa
kepada “ilaah” secara aqli inilah yang disebut ubudiyah berupa ketundukan kepada Allah SWT
dengan iman aqli. Dan itulah keimanan yang ada semata dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek
pada umat Islam yang menyembah secara benar politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya.
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi tauhid uluhiyah bermakna pula mentauhidkan
Maka dari itu, “Laa ilaaha illallah” maknanya Allah dalam tadbir (pengaturan segala sesuatu) dan
adalah “Laa ma’buda illallah”. Pernyataan ini tasyri’ (ketentuan hukum atas perbuatan manusia).
bukan sekedar pengakuan akan keberadaan Allah. Dari sinilah kita dapat memahami adanya ayat-ayat
Lebih dari itu, kalimat itu merupakan penegasan Al Quran yang menegaskan tauhid uluhiyah dalam
atau penetapan satu-satunya “al-ma’bud” adalah aspek tasyri’ --yakni hak membuat hukum hanyalah
Allah SWT, dan pada saat yang sama, merupakan milik Allah SWT-- di samping adanya tauhid
penafian atau pengingkaran segala macam “al uluhiyah pada aspek ibadah ritual (Al Qashash,
ma’bud” selain Allah (thaghut), baik berupa patung, 1995). Allah SWT berfirman :
manusia, syaitan, maupun peraturan-peraturan dan
undang-undang kufur yang tidak berasal dari Allah. “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah
Allah SWT berfirman : memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.”
(QS Yusuf : 40)
“Karena itu, barangsiapa ingkar kepada thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Kepada-
berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (QS Yusuf :
Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 256) 67)

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang “Dan bagi-Nyalah segala penentuan (hukum) dan hanya
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al Qashash :
diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kepada apa yang 70)
diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim
kepada thaghut, padahal merela telah diperintah untuk Berdasarkan ini, maka haqq at tasyri’
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud (hak/kewenangan menetapkan hukum) bagi
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh- manusia hanyalah milik Allah SWT semata. Karena
jauhnya.” (QS An Nisaa` : 60) itulah, kalimat laa ilaaha illallah, dapat diartikan pula
dengan laa musyarri’a illallah (tidak ada yang berhak
Karena itu, segala sesuatu Allah, seperti membuat hukum, kecuali Allah). Artinya, peraturan
patung, berhala, manusia (yang sudah mati maupun (nizham) yang wajib dilaksanakan oleh manusia
yang masih hidup), dan sebagainya, sama sekali dalam segala aspek hidupnya, hanyalah peraturan
tidaklah layak untuk menjadi “ilaah” yang diibadahi. yang telah disyariatkan oleh Allah SWT, bukan yang
Karena semuanya tidak mampu menciptakan apa lain (Al Qashash, 1995).
pun. Bahkan sebaliknya, semuanya adalah makhluk
(ciptaan) yang bersifat terbatas. Betatapun hebat b.Makna Muhammad Rasulullah
atau agungnya suatu makhluk, tetaplah dia kecil
dan hina di hadapan Penciptanya, Allah SWT. Setelah syahadat pertama laa ilaaha illallah
Kehebatan atau keagungan makhluk itu justru dipahami maknanya, maka dengan sendirinya pasti
merupakan dalil bagi keagungan Penciptanya yang muncul pertanyaan pada manusia,”Jika memang
telah menciptakannya dari ketiadaan. Allah SWT ibadah hanya kepada Allah dan tasyri’ hanyalah hak
berfirman : Allah, lalu dari manakah manusia mengetahui tatacara
ibadah dan mengetahui hukum-hukum Allah ? Dan
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. bagaimana pula bentuk konkret ibadah kepada Allah
Dia menciptakan segala sesuatu. Dan Dia mengetahui dalam segala spek kehidupan itu?” (Al Qashash, 1995)
segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian Maka dari itulah, datanglah syahadat kedua
itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia, sebagai penyempurna (mukammilah) syahadat
Pencipta segala sesuatu. Maka sembahlah Dia, dan Dia pertama dan sekaligus menjawan pertanyaan yang
adalah Pemelihara segala sesuatu.” (QS Al An’aam : lahir dari syahadat pertama itu. Maka jawabannya
101-102) adalah : Muhammad Rasulullah. Artinya, syariat
yang diridhai Allah bagi segenap manusia adalah
Jelaslah bahwa ibadah tidak sah diberikan syariat yang diturunkan Allah kepada Muhammad
kepada apa atau siapa pun juga selain Allah. Hanya
SAW melalui wahyu yang disampaikan oleh
kepada Allah saja kita wajib beribadah karena

4
malaikat Jibril AS. Dan bentuk konkrit bagaimana
kita harus beribadah kepada Allah adalah dengan Seorang muslim juga wajib mengikuti atau
jalan mengikuti dan meneladani Rasulullah SAW. mengambil hukum hanya dari Rasulullah SAW,
Karenanya, setelah turunnya wahyu kepada tidak boleh mengambil hukum atau pandangan
Muhammad SAW, siapa pun manusia yang hendak hidup selain dari Rasulullah SAW. Firman Allah
menegakkan tauhid uluhiyah kepada Allah SWT SWT :
dan hendak memberikan haqq at tasyri’ hanya
kepada Allah SWT, tidak boleh tidak haruslah ia "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia
mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah."
(QS Al Hasyr : 7)
SAW. Sebab, Muhammadlah yang telah membawa
risalah dari Allah SWT –yang mempunyai haqq at
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
tasyri’-- kepada manusia yang lemah dan serba
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
kurang serta membutuhkan kepada hidayah dan
Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan akan ada
pengaturan (tadbir) dari Penciptanya. Banyak ayat- pilihan (selain Islam) tentang urusan mereka." (QS Al
ayat Al Qur`an yang telah menegaskan makna ini, Ahzab : 36)
yakni manusia wajib mengambil syariat Allah
melalui Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT : "Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad)
“Kemudian Kami jadikan kamu (Muhammad) berada di sebagai hakim (rujukan) terhadap perkara yang mereka
atas suatu syariat (peraturan)dari urusan (agama) itu, perselisihkan." (QS An Nisa : 65)
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah
Jaatsiyah : 18) (Rasul)nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab
yang pedih." (QS An Nuur : 63)
“Katakanlah, ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Dengan demikian, jelaslah bahwa syahadat
Maha Penyayang.” (QS Ali ‘Imran : 31) Muhammad Rasulullah bukanlah sekedar pengakuan
akan kenabian (nubuwah) Muhammad SAW. Bukan
“Maka demi Tuhanmu, mereka (hakikatnya) tidak sekedar pengakuan bahwa Muhammad bin
beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) Abdullah itu adalah nabi dan rasul Allah. Memang
sebagai hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka benar, inilah makna paling mendasar dari syahadat
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati Muhammad Rasulullah. Muhammad Rasulullah.
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu Dengan mu’jizat inderawi (al mu’jizat al hissiyah)
berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS terbesar dari Nabi Muhammad SAW –yaitu Al
An Nisaa` : 65) Qur`an—terbuktilah bahwa beliau memang benar-
benar seorang utusan (rasul) Allah. Namun
“Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan demikian, dalam syahadat kedua ini terkandung
mengerjakan amal-amal saleh serta beriman pula kepada makna lain yang juga tidak kalah pentingnya, yakni
apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang kewajiban kita untuk mengambil syariat atau
hak (benar) dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan hukum Allah hanya dari Muhammad SAW dan
kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan kewajiban kita meneladani beliau mengenai cara
mereka.” (QS Muhammad : 2) kita beribadah –dalam arti luas, yakni mentaati
Allah—dalam segala aspek kehidupan, yang
Bentuk konkret bagaimana kita harus nampak dalam kehidupan Islam (al hayah
beribadah kepada Allah, juga wajib merujuk kepada Islamiyah) yang terwujud dalam masyarakat
Rasulullah SAW dengan menjadikan beliau sebagai Madinah saat itu yang merupakan Daulah
satu-satunya teladan yang baik (uswah hasanah) bagi Islamiyah pertama di muka bumi.
kita, tak ada teladan yang lain. Beliau saja saja yang Makna inilah yang justru sangat perlu
layak sebagai satu-satunya panutan (uswah) di ditekankan saat ini, mengingat kaum muslimin kini
antara semua makhluk yang ada. Tidak boleh hanya memahami makna Muhammad Rasulullah
mengikuti selain Rasulullah Muhammad dan tidak sebatas pengakuan nubuwah bagi nabi Muhammad
akan diterima apa pun hukum atau pandangan SAW, namun kurang memahami makna syahadat
hidup selain dari beliau, baik dari agama maupun kedua ini sebagai penyempurna (mukammilah)
ideologi apa pun juga selain Islam. terhadap syahadat pertama, yakni dengan
Seorang muslim wajib menjadikan menjadikan Rasulullah SAW semata sebagai
Rasulullah SAW. Firman Allah SWT : penyampai risalah dan syariat Allah dan menjadikan
Rasulullah semata sebagai suri teladan (uswah
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
hasanah) bagi segala perikehidupan kaum muslimin.
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
Konsekuensi Syahadat
dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)

5
Syahadat yang bertumpu pada kalimat Laa
ilaaha illallah Muhammad Rasulullah bukan hanya Dampak Tauhid
sekadar ucapan, melainkan juga mengandung Sebagaimana telah disebutkan, dampak
berbagai konsekuensi (al-muqtadla) yang harus tauhid (kalimat pertama dalam syahadat) pada diri
dilaksanakan agar kalimat itu mempunyai dampak seorang muslim haruslah nyata, sebagai bukti
(ta`tsiir) yang nyata. Orang yang mengucapkannya adanya pemahaman yang sempurna terhadap
tanpa mengerti konsekuensinya diumpamakan oleh kalimat Laa ilaaha illallah. Beberapa diantaranya
Abul A’la Al Maududi seperti orang yang terkena adalah: Pertama, bahwa seorang muslim yang
penyakit malaria, yang untuk kesembuhannya dia bertauhid merasa senantiasa bersama dan diawasi
hanya mengucapkan,”Kina…kina…”. Sekalipun Allah (ma’iyatullah dan muraqabatullah), Kedua,
orang itu mengulang-ulang ucapannya ribuan kali, mencintai (mahabbah) dan ridha kepada Allah lebih
dia tetap tidak punya harapan sembuh, hingga ia dari apapun, Ketiga, yakin atau percaya kepada janji
mengambil tindakan nyata meminum pil kina itu. Allah (tsiqah bi wa’dillah). Ma’iyyatullah, mahabbah
(Al Maududi, 1970). dan tsiqah bi wa’dillah akan mendorong seorang
Konsekuensi syahadat terpenting adalah muslim untuk senantiasa menjaga aqidahnya, taat
keterikatan seorang muslim dengan hukum-hukum kepada seluruh aturan Allah dan menjauhi
Allah dan tidak merasa berkeberatan terhadap maksiyat. Serta bergiat dalam dakwah. Jadilah ia
hukum yang diputuskan Allah baginya. seorang muslim yang kaffah, yang senantiasa
mengharapkan keridhaan Allah (mardhatillah) dan
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak surga (jannah).
beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad)
sebagai hakim (pemutus) dalam perkara yang mereka “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turuti
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An yang nyata bagimu” (QS Al-Baqarah : 208)
Nisaa` : 65)
“Sesungguhnya perkataan orang-orang beriman, ketika
Dari keterikatan terhadap hukum Allah ini dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul
tercabang berbagai keadaan yang harus menerapkan hukum (Islam) diantara mereka, mereka
direalisasikan sebagai konsekuensi adanya iman, mengatakan, “Kami mendengar dan kami patuh” dan
misalnya kesediaan untuk menundukkan hawa merekalah orang-orang yang beruntung” (QS An Nuur :
nafsu sesuai tuntunan Islam, mencintai Rasul lebih 51)
dari manusia lainnya dan meneladaninya baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga ataupun dalam “Maka demi Rabmu, mereka (pada hakikatnya) tidak
kehidupan bermasyarakat. beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
“Tidak (sempurna) iman salah seorang dari kalian, hingga tidak merasa keberatan dalam hati mereka (haraj)
hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku bawa terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
(Islam). “ (HR. Imam An Nawawi) meneriman dengan taslim” (QS An-Nisaa` : 65)

“Tidak (sempurna) iman salah seorang dari kalian, hingga “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
aku (Rasulullah) menjadi orang yang lebih dicintai shaleh, merekalah sebaik-baik makhluk. Balasan untuk
daripada anaknya, orang tuanya, dan semua manusia. “ mereka dari sisi Rab mereka adalah jannatu ‘adn yang
(HR. Bukahri) mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal
didalamnya. Allah ridha kepada mereka, dan mereka ridha
Katakanlah,’Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, kepada Allah” (QS Al-Bayyinah : 6 - 7)
ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah akan mengasihi
dan mengampuni dosa-dosa kalian…” (QS Ali ‘Imraan : a. Ma’iyyatullah (Kebersamaan dengan Allah)
31)
Ma’iyyah berasal dari kata ma’a, artinya
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri bersama. Ma’iyyatullah berarti kebersamaan Allah
teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang SWT. Ma’iyyatullah ada dua: al-ma’iyyah al-amah
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan al-ma’iyyah al-khashah. Al-ma’iyyah al-ammah
dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21) (kebersamaan umum) artinya bahwa Allah
senantiasa bersama seluruh manusia. Baik tua atau
Konsekuensi penting lainnya adalah muda, laki-laki atau perempuan, muslim atau kafir.
pengingkaran kepada thaghut, yakni segala “al- Dengan sifatnya yang Maha Mengetahui (al-‘alim),
ma’bud” selain Allah, misalnya setan, berhala, Maha Melihat (al-Bashir), Maha Mendengar (al-
bahkan manusia yang menjalankan hukum-hukum Sami’), Allah akan senantiasa mengetahui dan
kufur yang tidak diturunkan Allah. melihat apa yang dilakukan manusia dan apa yang
dikatakannya.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang “Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum masa. Kemudian istawa di arsy. Dia mengetahui apa yang
kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal ada di bumi dan apa yang keluar dari bumi, apa yang
mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut turun dari langit dan apa-apa yang naik kepadanya. Dia
itu. Dan syaitan ingin menyesatkan mereka (dengan) bersamamu dimanapun kamu berada. Allah Maha
penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An Nisaa` : 60) Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hadid : 4)

6
itu akan rusak. Mereka tidak menyadari bahwa
“Tidakkah engkau ketahui bahwa Allah mengetahui apa- Allahlah yang menciptakan itu semua demi
apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi? menolong dua hamba terkasihnya.
Tiadalah berbisik tiga orang, melainkan Dia yang
keempatnya dan tidak pula lima orang, melainkan Dia “Jika kamu tiada menolong Nabi, sesungguhnya Allah
yang keenamnya, dan tiada kurang serta tiada lebih telah menolongnya, ketika orang-orang kafir
melainkan Dia bersama mereka dimana saja mereka mengusirnya, sebagai orang kedua dari dua orang, ketika
berada. Kemudian Dia kabarkan kepada mereka apa-apa keduanya berada dalam gua (Tsur), ketika ia berkata
yang mereka kerjakan pada hari Kiamat. Sungguh Allah kepada sahabatnya: Janganlah engkau berduka cita,
Maha Mengetahui tiap-tiap sesuatu” (QS Al-Mujadalah sesungguhnya Allah bersama kita. Lalu Allah
: 7) menurunkan ketenangan diatas dirinya dan
menguatkannya dengan bala tentara yang tiada kamu
Tiadalah satu perkataanpun yang diucapkan seseorang lihat (malaikat) dan Allah menjadikan perkataan orang-
melainkan di sisinya ada Raqib dan Atid” (QS Qaf : 18) orang kafir rendah dan kalimah Allah tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS At-Taubah : 40) .
Ujud dari al-ma’iyyah al-amah adalah Allah
memberikan kemuliaan dan rahmat-Nya berupa Atau seperti yang dialami oleh Nabi Musa dan
nyawa, rizki dan segenap nikmat kepada semua saudaranya Harun saat menghadapi kekejaman
manusia, baik ia beriman kepada Allah atau ingkar. penguasa diktator Fir’aun.
Baik ia selalu taat kepada aturan-Nya atau
bergelimang maksiyat. “Berkatalah mereka berdua: Ya Rab kami, sesungguhnya
kami khawatir bahwa ia akan segera menyiksa kami atau
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah menundukkan akan bertambah melampui batas” (QS Thaha : 45)
(taskhir) untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa
yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu “Lalu Allah menghibur mereka seraya mengatakan,
nikmat-Nya lahir dan batin. Diantara manusia ada yang “Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku
membantah tentang (keesaan) Allah tanap ilmu, tanpa bersama kamu berdua. Aku mendengar dan Aku melihat”
petunjuk dan tanpa kitab yang terang” (QS Luqman : (QS Thaha : 46)
20)
Yakin bahwa dukungan dan pertolongan
“Sesungguhnya telah Kami muliakan Bani Adam dan Allah pasti diberikan kepada manusia yang
Kami angkut mereka dengan kendaraan di darat dan di senantiasa beriman dan konsekuen dengan
laut seta Kami beri rezeki mereka dengan yang baik-baik, keimanannya itu. Maka seorang muslim akan
dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang senantiasa berusaha mewujudkan keimanannya
Kami jadikan, dengan kelebihan (yang sempurna)” (QS dalam ketaatan pada semua aturan Allah baik
Al-Isra’ : 70) menyangkut kehidupan individu (dalam hal ibadah,
makanan, minuman, pakaian, akhlaq, termasuk
Oleh karena itu, Allah memerintahkan dalam urusan pekerjaan/profesi), keluarga maupun
kepada manusia untuk berbuat ihsan sebagaimana dalam bermasyarakat dan bernegara (d bidang
Allah telah berbuat ihsan kepada mereka. Dan selalu ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan
kepada segenap aturan Allah dan takut berbuat sebagainya). Dan ketika dilihatnya bahwa di tengah
maksiyat oleh karena Allah senantiasa bersama keluarga, masyarakat dan negara belum tegak
mereka. aturan Allah, ia akan berjuang hingga aturan itu
tegak secara sempurna. Ia tidak takut untuk
“Berbuatlah ihsan kamu sebagaimana Allah telah berbuat senantiasa taat dan tidak takut pula dalam berjuang
ihsan kepada engkau… (QS Al-Qashash : 77) karena Allah pasti akan menolong dan
mendukungnya. Baik dukungan berupa kemudahan
Al-Ma’iyyah al-khashah dalam urusan, jalan keluar atas persoalan yang
Tapi tidak semua manusia ternyata dapat dihadapi maupun tambahan rizki yang tiada
merespon muraqabatullah dan ihsanullah sebagaimana diduga-duga arahnya. Apapun, Allah pasti akan
mestinya. Sangat banyak manusia yang mudah menjadi penolong orang-orang yang istiqamah di
sekali melakukan kemaksiyatan, padahal setiap saat jalan-Nya.
Allah senantiasa mengawasi manusia. Juga sangat
mudah melakukan kedzaliman kepada sesama Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
manusia padahal Allah senantiasa berbuat baik dengan shabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama
kepadanya. orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah : 154)
Orang seperti ini, sekalipun mendapatkan
al-maiyyah al-amah, tapi pasti tidak mendapatkan al- “Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
maiyyah al-khasah yang bentuknya berupa ta’yidullah sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang
(dukungan Allah) dan nashrullah (pertolongan Allah) sabar” (QS Al-Baqarah : 194)
sebagaimana dialami oleh Rasulullah dan Abubakar
saat keduanya berada di gua Tsur untuk ‘Dan barang siapa yang benar-benar bertaqwa kepada
menghindari kejaran kaum Quraisy dalam hijrahnya Allah, akan diberikan kepadanya (makhraja) jalan keluar,
ke Madinah. Orang Quraisy tidak menyangka sama dan akan diberinya rizki dari arah yang tiada diduga-
sekali bahwa Rasul dan Abubakar berada didalam duga. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah niscaya
gua karena di mulut gua ada burung merpati yang Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS Al-
bertelur serta sarang laba-laba yang masih utuh. Thalaq : 2 - 3)
Logika mereka, bila ada orang masuk, tentu semua

7
“Dan barang siapa yang benar-benar bertaqwa kepada kepercayaan mutlak akan janji Allah. Sehingga,
Allah, akan dijadikan untuknya kemudahan urusannya” betapa pun buruknya kenyataan yang ada, atau
(QS Al-Thalaq : 4) betapa pun beratnya tantangan yang menghadang,
misalnya, ia akan mampu menghadapinya dengan
“Sesungguhnya orang-orang yang istiqamah menyatakan teguh dan tegar, bahkan tetap dengan penuh
Rab kami Allah, akan turun kepada mereka malaikat semangat. Ia tidak akan mudah berputus asa. Ia
serayat mengatakan janganlah engkau takut dan meyakini secara pasti, bahwa setiap kesulitan akan
khawatir. Dan berikan khabar gembira untuk mereka selalu diikuti dengan kemudahan, bahwa
dengan surga yang dijanjikan. Kamilah pelindungmu kemenangan akan berpihak kepada orang-orang
didalam kehidupan dunia dan akhirat” (QS Fushilat : 30 yang shaleh, dan bahwa Allah akan memenangkan
- 31) Islam atas agama-agama yang lain, walau pun
orang-orang kafir membencinya.
Percaya kepada janji Allah berpangkal dari
b. Mahabbah dan Ridha (Kecintaan dan Keridhaan) iman, bahwa janji Allah pastilah benar. Allah tidak
mungkin dan tidak akan mungkin mengingkarinya,
“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara- serta tidak mungkin dan tidak akan mungkin Allah
saudara, istri-istri, karib keluargamu, harta kekayaan tidak mampu menepati janjinya itu. Jadi, janji Allah
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan pasti akan terjadi. Tidak mungkin meleset.
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang Mengapa? Karena Allah mempunyai kuasa (qudrah)
kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul- untuk mewujudkan janji itu. Dan Allah adalah Maha
Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggullah Berkuasa (Qadiir) atas segala sesuatu. Allah SWT
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah telah mengaitkan janji kemenangan dengan sifat-
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq” (QS Nya Yang Maha Kuasa :
Al-Taubah : 24)
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah
Berdasarkan ayat diatas, maka al-mahabbah adalah benar. Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang
(kecintaan) terbagi menjadi tiga: Pertama, al- tidak meyakini kebenaran ayat-ayat Allah itu
mahabbatu al-ula, yaitu kecintaan kepada Allah, menggelisahkan kamu.” (QS Ar-Ruum : 60)
Rasul dan Jihad fi sabilillah. Kedua, al-mahabbatu
al-wushta, yaitu kecintaan kepada selain Allah, “Dan (Allah telah menjanjikan pula kemenangan-
Rasul dan Jihad yang diijinkan, misalnya pada ibu- kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu
bapak, anak-anak, suami-istri, karib-kerabat, harta belum dapat menguasainya, yang sungguh Allah telah
benda dan sebagainya. Ketiga, al-mahabbatu al- menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas
adna, yaitu kecintaan kepada ibu-bapak, anak-anak, segala sesuatu.” (QS Al Fath : 21)
suami-istri, karib-kerabat, harta benda dan
sebagainya melebihi kecintaannya kepada Allah, Jika Allah SWT telah menjanjikan sesuatu
Rasul dan Jihad. kepada hamba-Nya, niscaya Allah SWT tak akan
Secara fitri sebagai ujud dari gharizatu al- menyalahi janji-Nya itu.
baqa’ dan gharizatu al-nau’, manusia memang
cenderung menyukai harta dan mencintai sesama “Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau
manusia. Akan tetapi, ketika seorang muslim telah janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul
menyatakan bertauhid kepada Allah, maka Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada Hari
kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya menempati Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
posisi utama, lebih dari yang lain sebagaimana (QS Ali ‘Imran : 194)
ditunjukkan oleh ayat diatas. Kecintaan utama
kepada Allah dan Rasul-Nya mendorongnya untuk Disamping itu, secara faktual sebagaimana
taat dan menjauhi maksiyat. Termasuk ketika jihad ditunjukkan oleh sejarah, janji Allah memang
memanggil, dengan ringan ia memenuhi panggilan terbukti benar. Dalam berbagai riwayat hadits,
itu seraya meninggalkan semua hal yang Rasulullah SAW juga telah menjanjikan kemenangan
dicintainya. dan pembebasan dari kesusahan dalam berbagai
kesempatan. Berkaitan dengan penaklukan Jazirah
“Katakanlah, jika kamu benar-benar mencitai Allah, Arab dan Romawi, Rasulullah SAW bersabda :
ikutilah kau, niscaya Allah mencintai dan mengampuni
dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” “Kalian akan memerangi Jazirah Arab lalu Allah
(QS Ali-Imran : 31) menaklukkannya, kemudian kalian akan memerangi
Romawi lalu Allah menaklukkannya.” (HR. Muslim)

c. Tsiqah bi Wa’dillah (Yakin Atas Janji Allah) Tentang penaklukan Mesir, Rasulullah SAW
bersabda :
Tsiqah bi wa’dillah, artinya percaya dengan
janji Allah. Seorang muslim wajib mempercayai janji “Mesir akan ditaklukkan. Dia adalah negeri yang di
Allah, baik yang termaktub dalam Al Qur`an, dalamnya disebut Al Qirath. Aku wasiatkan, hendaklah
maupun yang disampaikan-Nya melalui lisan Nabi- kalian berlaku baik terhadap penduduknya.” (HR.
Nya dalam hadits-hadits. Dengan mempercayai janji Muslim)
Allah, seorang muslim sesungguhnya telah
mempunyai sikap hidup yang unik. Yakni sikap Rasulullah SAW juga telah mengabarkan
hidup yang tidak hanya bertumpu pada kenyataan kepastian penaklukan Konstantinopel (sekarang
atau tantangan yang ada, tapi juga bertumpu pada Istanbul).

8
An Nabhani, Taqiyuddin. 1994. Asy Syakhshiyah Al
“Sungguh Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Maka Islamiyah Juz I. Cet. I. Darul Ummah.
sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin penaklukan kota Beirut
itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang
menaklukkan kota itu.” Bali, Wahid Abdus Salam. 1987. Washful Jannah wan
Naar min Shahih Al Akhbar. Cet. I.
Demikianlah janji-janji Allah dan Rasul-Nya. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Beirut.
Lalu, apakah janji-janji itu benar-benar terbukti?
Sejarah mencatat, Islam menang. Daulah Islamiyah Belhaj, Ali. 1994. Fashl Al Kalam fi Muwajati Zhulm Al
berdiri di Madinah. Kemusyrikan terhapus dari Hukkam. Darul ‘Uqab. Beirut.
Jazirah Arab. Persia dan Romawi hilang
eksistensinya. Konstantinopel pun akhirnya Dayyab, Hifni Bek et.al., 1997. Kaidah Tata Bahasa
ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih pada tahun Arab (terjemahan Qawaid Al Lughah Al
1453. ‘Arabiyah). Cet.VI. Darul Ulum Press. Jakarta
Namun demikian, percaya kepada janji
Allah tetap menuntut adanya sifat, sikap, dan Imam Baihaqi. 1989. Bingkisan Seberkas 77 Cabang
perbuatan tertentu dari seorang muslim. Janji Allah, Iman (terjemahan Mukhtashar Syu’abul
sebagaimana tersebut dalam berbagai ayat dan Iman oleh Imam Al Qazwini). Amarpress. Jakarta
hadits di atas, hanya akan diberikan kepada orang-
orang yang beriman, beramal shaleh, dan menolong Ismail, Muhammad Muhammad. 1958. Al Fikru Al
atau memperjuangkan agama Allah. Islami. tp. Kairo

“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) ‘Uwaidhah, Mahmud Abdul Lathif. 1996. Haml Ad
Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan Da’wah Al Islamiyah Wajibat wa
kedudukanmu.” (QS Muhammad : 7) Shifat. Cet. I. Darul Ummah. Beirut

Ayat di atas menerangkan, bahwa


pertolongan Allah sebagai salah satu janji Allah,
hanya akan diberikan kepada orang yang beriman
yang memperjuangkan dan mendakwahkan agama
Islam. Pengertian sebaliknya, janji Allah tentu saja
tidak akan diberikan kepada mereka yang tidak
beriman atau yang bertopang dagu saja, tak acuh
terhadap kewajiban dakwah serta membiarkan
kedzaliman merajalela.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang


beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. (QS
An Nuur : 55)

Kesimpulannya, yakin dan percaya kepada


janji Allah merupakan energi dinamis bagi seorang
muslim yang akan mendorongnya untuk selalu
berbuat dan bertindak benar serta tak mudah
tergoda untuk menyimpang dari jalan yang lurus
yang diridhai Allah SWT. [ ]

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain. 1990. Dirasat fi Al


Fikri Al Islami. Cet. I. Darul Bayariq.
Beirut

Al Fasyani, Ahmad bin Hijazi. tt. Al Majalis As


Saniyah fi Al Kalam ‘ala Al Arba’in An
Nawawiyah. Dar Ihya` Al Kutub Al ‘Arabiyah.
Indonesia

Al Qashash, Ahmad. 1995. Usus An Nahdhah Ar


Rasyidah. Cet. I. Darul Ummah. Beirut.

Anis, Ibrahim et. al. 1982. Al Mu’jam Al Wasith. Cet.


II. tp. Kairo

Anda mungkin juga menyukai