Anda di halaman 1dari 16

Asia Tenggara Saat Perang Dunia II

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara

Dosen Pengampu:
Drs. Maskun, M.Hum.
Myristica Imanita, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 03

Faiza Nur Rohmah 2013033030

Dinda Nurazizah Luthfiah 2013033036

Atha Gunadi Hutabarat 2013033052

Asatullaini 2013033060

Nuri Muthi Lathifah 2053033003

Adhani Mayvera 2053033008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari
akhir kelak.

Penyusun juga mengucapkan syukur kepada Allah SAW atas limpah nikmat
berupa sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Sejarah Asia
Tenggara dengan judul “ Asia Tenggara Saat Perang Dunia II”.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
makalah ini, agar kami dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih
baik lagi. Kemudia apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yan telah


mebantu kami dalam mengerjakan makalah ini, khusunya kepada Bapak Drs.
Maskun, M.Hum dan Ibu Myristica Imanita, S, Pd., M. Pd., yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat, terima kasih.

Bandar Lampung, 20 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Letak Geografis Asia Tenggara.................................................................3
2.2 Keadaan Sosial dan Politik Asia Tenggara Saat Perang Dunia II.............6
2.3 Keadaan Ekonomi Asia Tenggara Saat Perang Dunia II..........................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asia Tenggara merupakan salah satu bagian wilayah dari Benua Asia. Asia
Tenggara terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas
kegempaan (seismic) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Negara-negara
Kawasan Asia Tenggara sendiri tergabung dalam suatu perhimpunan yang kita
kenal sebagai ASEAN atau Association of South Asian Nations. Wilayah daratan
Asia Tenggara memiliki total luas wilayah sekitar 4.500.000 kilometer persegi.
Sedangkan luas perairannya berkisar 5.060.100 kilometer persegi. Berdasarkan
wilayah geografisnya, kawasan Asia Tenggara dibagi menjadi dua, yakni
mainland dan insular.

Kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yanng beranggotakan 11


negara yang sedang berkembang, diantara nya adalah Indonesia, Thailand,
Malaysia, Myanmar, Vietnam, Laos, Bruner Darussalam, Filiphina, Timor Leste
dan Kamboja, Singapura. Ekonomi kawasan Asia Tenggara masih banyak
tergntung pada hasil alam,kecuali Singapura dalam kondisi yang tidak
menguntungkan di negara-negara berkembang yang terjadi didalam politik
internasional turut mempengaruhi perkembangan ekonomi.Tumbuhnya
kepentingan dari berbagai negara ini mempunyai arti penting bagi strategi
pemasaran dari masing-masing negara.Hal ini terjadi mengingat kawasan ini
sangat potensial dimana didalamnya memiliki kekayaan alam yang melimpah
yang menjadi kebanggaan dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini,
disamping itu asia tenggara juga merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting
bagi terselenggara nya hubungan perdagangan dan transportasi .
Di wilayah Asia Tenggara, negara-negara berlomba untuk melakukan
hubungan ekonomi. ASEAN sebagai organisasi Internasional di Kawasan Asia
Tenggara yang beranggotakan 10 negara, telah menyetujui berbagai perjanjian

1
perdagangan bebas yang dilakukan di dalam maupun di dalam atau diluar
kawasan, seperti ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), (APEC), ASEAN-
Japan Comprehensive Economic Partnership Free Trade Agreement
(AJCEPFTA),ASEAN-Australia-NewZealand Free Trade Agreement
(AANZFTA) dan lain sebagainya.Hingga saat ini, hubungan ekonomi yang
dijalankan negara-negara ASEAN berdampak pada terjalinnya Hubungan
Internasional yang baik antar negara-negara yang terlibat dalam perjanjian
hubungan ekonomi terserbut. Hubungan ekonomi dijalankan dengan tujuan untuk
mencapai kepentingan ekonomi kawasan, salah satunya untuk penghapusan
hambatan tarif dan non-tarif perdagangan Internasional. Hal ini menunjukan
adanya peningkatan aktifitas perdagangan antar negara secara berkelanjutan yang
pada akhirnya dapat menciptakan pasar tunggal dimana masing-masing negara
anggota dapat saling berkompetisi dengan baik. Hal itu mengakibatkan kebijakan
ekonomi disuatu negara dapat meningkat secara signifikan terhadap kondisi
ekonomi negara lainnya yang terikat dalam perjanjian hubungan ekonomi yang
sama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah letak geografis Asia Tenggara?
2. Bagaimana kondisi Sosial dan Politik Asia Tenggara saat Perang Dunia
II?
3. Bagaimana kondisi Ekonomi Asia Tenggara saat Perang Dunia II?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui letak geografis Asia Tenggara.
2. Mengetahui kondisi sosial dan politik Asia Tenggara saat Perang Dunia
II.
3. Mengetahui kondisi ekonomi Asia Tenggara saat Perang Dunia II.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Letak Geografis Asia Tenggara


Secara umum, kawasan atau wilayah dunia kerap diartikan sebagai
sekumpulan negara yang berdekatan secara geografis dan memiliki interaksi yang
intensif satu dengan yang lain, serta memiliki persepsi yang mirip mengenai
berbagai fenomena dunia. Russet mendefinisikan kawasan atau wilayah
berdasarkan kedekatan geografis dan homogenitas budaya serta sosial serta sikap
dan institusi politik yang mirip. Wilayah juga bisa dilihat sebagai strategi utama
yang dibentuk oleh koalisasi bangsa-bangsa yang hidup berdampingan. Deutsch
melihat faktor saling ketergantungan berbagai dimensi dari negara-negara yang
berdekatan sebagai penentu terbentuknya wilayah. Faktor-faktor saling
ketergantungan ini dapat berupa transaksi ekonomi, komunikasi, dan nilai-nilai
politis. Dengan kata lain, wilayah bukanlah sebuah entitas organik melainkan
sebuah bentukan sosial dan politik. Oleh sebab itu, perlu ada kesadaran
kewilayahan yang dibentuk terus-menerus. Kesadaran ini merupakan persepsi dan
rasa memiliki yang dibentuk bersama. Biasanya, kesadaran tersebut terbentuk atau
dimungkinkan oleh faktor-faktor internal yang sama seperti budaya, sejarah, dan
tradisi agama. Faktor-faktor eksternal juga dapat mendorong terciptanya
kesadaran wilayah. Ancaman politik, sebagai contoh, dapat menyatukan persepsi
dan membangkitkan kesadaran wilayah. Tantangan budaya dari luar juga dapat
mendorong rasa kebersamaan. Secara geografis, kawasan yang disebut sebagai
Asia Tenggara merupakan wilayah yang berada di antara wilayah Asia Selatan
dan Asia Timur. Wilayah Asia Tenggara dapat dibagi menjadi dua sub-wilayah
yang memiliki beberapa ciri khas geografis yang mirip. Yang pertama, Asia
Tenggara Daratan (Mainland Southeast Asia) yang meliputi negara Myanmar,
Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Wilayah ini menempati daratan benua
Asia. Yang kedua, Asia Tenggara Kepulauan (Islands or Maritime Southeast

3
Asia) yang meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Brunei dan Singapura. Akan
tetapi, kawasan atau wilayah Asia Tenggara hampir tidak memiliki kesamaan
budaya, agama maupun sejarah yang menyatukan sehingga layak disebut sebagai
satu wilayah. Secara budaya, kawasan ini sangat beragam. Ada ribuan budaya
lokal yang tumbuh subur dan berevolusi di kawasan ini. Pengaruh budaya
Sanskerta atau India, Cina, dan Eropa juga kental di Asia Tenggara dan kerap kali
telaeh mengalami pembauran sedemikian rupa dengan elemen budaya yang lain
sehingga menciptakan kekhasan tersendiri. Rabindranath Tagore, penulis India
yang terkenal, pernah melakukan perjalanan lintas Asia Tenggara untuk
membuktikan sendiri pengaruh India atau budaya Sansekerta yang konon kuat
sekali di kawasan ini. Setelah kunjungan tersebut, Tagore berkata, “I see India
everywhere but find it nowhere” (Tagore, 2010. Lihat juga ISEAS, 2009).
Akulturasi di kawasan ini telah terjadi selama ratusan tahun. Kawasan ini juga
memiliki agama yang beragam. Indonesia merupakan negara dengan populasi
Muslim terbesar di dunia sementara Filipina merupakan masyarakat Katolik
terbesar di Asia. Thailand menjadi salah satu pusat perkembangan Therevada
Budha sementara Vietnam menganut kepercayaan Budha dengan tradisi
Mahayana (Liwe, 2019 :88).

Kawasan ini mungkin memiliki kesamaan pengalaman sejarah penjajahan.


Semua bangsa di Asia Tenggara kecuali Thailand pernah dijajah oleh kekuatan-
kekuatan besar Eropa. Perancis menguasai daerah yang dulu disebut sebagai
Indocina. Bagian Asia Tenggara tersebut sekarang menjadi tiga negara yang
merdeka dan berdaulat, Vietnam, Kamboja dan Laos. Inggris menguasai wilayah
yang sekarang menjadi Malaysia dan Singapura sementara Myanmar dulunya
menjadi bagian kekuasaan imperial Inggris di India dan sekitarnya. Belanda
menjajah Indonesia sementara Spanyol dan kemudian Amerika Serikat pernah
menduduki Filipina. Keberagaman itu sendiri mungkin menjadi elemen yang
menyatukan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, solidaritas
sebagai negara-negara kecil dan menengah yang pernah terjajah juga menjadi
perekat yang lain. Pada dasarnya identitas Kawasan Asia Tenggara merupakan
suatu konstruksi sosial dan politik yang pembentukan identitasnya berkembang
lebih lambat daripada pembentukan organisasi regional ASEAN. Ada beberapa

4
alasan yang mungkin bisa dikemukakan. Pertama, usaha pengembangan identitas
kawasan atau regional melalui pembentukan ASEAN pada tahun 1967 terjadi
bersamaan dengan proses pembentukan identitas nasional semua negara di
kawasan ini yang saat itu sedang melewati tahap dekolonisasi dan gerakan
nasionalisme anti-penjajahan. Hal ini menyebabkan pengembangan dan
penyebaran identitas nasional seolah-olah menjadi prioritas utama dibandingkan
pengembangan identitas kawasan. Kedua, negara-negara di Asia Tenggara
cenderung memiliki hubungan ketergantungan dengan negara-negara di luar
kawasan sedangkan hal serupa tidak terjadi dengan negara-negara sekawasan.
Filipina, misalnya, memiliki hubungan khusus dengan Amerika Serikat dan
negara adidaya ini tetap menjadi orientasi utama masyarakat Filipina. Orientasi ini
mungkin juga bagian dari usaha perimbangan kekuasaan negara-negara kecil dan
menengah dengan kekuatan besar. Negara-negara di Asia Tenggara pada dasarnya
merupakan negara dengan kekuatan menengah bahkan kecil. Di sisi yang lain,
karena letaknya yang strategis dalam jalur perdagangan dan pelayaran dunia serta
geopolitik dunia, wilayah Asia Tenggara selalu menarik perhatian negara adidaya
atau great powers. Dinamika ini sempat menciptakan relasi ketergantungan
(dependence) antara negara-negara di Asia Tenggara dengan great powers dunia
tersebut. Ketiga, dunia pendidikan sebagai komponen utama pembentukan dan
penyebaran ilmu pengetahuan di Asia Tenggara sangat lambat dalam menanggapi
dan membangun Kajian Wilayah Asia Tenggara dari perspektif kawasan ini.
Akibatnya identitas kawasan Asia Tenggara yang terbentuk lewat ranah
pendidikan lebih banyak diasah oleh cendekiawan-cendekiawan Kajian Asia
Tenggara yang berasal dari luar kawasan ini. Selama beberapa dekade,
pemahaman mengenai Asia Tenggara sebagai sebuah kawasan terbentuk dari studi
yang dilakukan oleh berbagai pusat Kajian Asia Tenggara di Amerika Serikat
yang memang menyediakan dana cukup besar.4 Usaha ini tidak saja memperkaya
pengetahuan mengenai Asia Tenggara tetapi juga membentuk ide dan identitas
kawasan Asia Tenggara itu sendiri (Liwe, 2019 :89).

5
2.2 Keadaan Sosial dan Politik Asia Tenggara Saat Perang Dunia II

Perang Dunia II sedang berkecamuk di Eropa, Afrika dan Asia-Pasifik,


yang membawa pengaruh dalam pembentukan waana sistem internasional di Asia
Tenggara yang disebabkan oleh peperangan yang terjadi menimbulkan perhatian-
perhatian negara imperialis terdahap daerah jajahan, hal tersebut dikarenakan
invasi Jerman kepada daratan Eropa dan Afrika cukup gencar. Dalam menghadapi
invasi tersebut, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh negara Eropa yang
merupakan imperialism tertuju terhadap upaya menhadapi kekuatan Jerman
diberbagai Front pertempuran. Hal tersebut, membuat jalur komunikasi negara
induk dan pemerintahan kolonialnyamenjadi terganggu, akibatnya pemerintahan
kolonial melakukan tekanan terhadap wilayah jajahannya guna mendapatkan
sumber daya yang cukup atau memadai untuk tercapainya kemenangan di Eropa.
Akibatdari tekanan tersbut menimbulkan naiknya tingkat resistansi para pejuang
gerakan pembebasan yang berada di wilayah jajahan timbul sebagi sentiment anti
penjajahan dengan didukung kuatnya gerakan komunitas berbasis semangat
keagamaan dan kedaerahan.

Pada saat Perang Dunia II, Jepang terlibat atau masuk di wilayah Asia –
Pasifik yang turut menimbulkan maraknya gerakan nasionalisme. Nicholas
Tarling menjelaskan tentang adanya Collaboration dan Collusion yang terjadi
pada gerakan nasionalis dan rezim kolonial dengan gerakan nasionalis lainnya.
kedatangan jepang membawa pengaruh baru dalam perubahan di wilayah jajahan
Eropa di Asia-Pasifik setelah terjadi kekalahan telak pasukan pendudukan Eropa
yaitu Inggris , Perancis, Belanda, dan Portugis. Hal ini menyebabkan adanya
kerjasama dalam mencapai kekuatan pasukan Eropa, kerjasama tersebut bersifat
semu karena masing-masing pihak sadar bahwa tujuan yang ingin dicapai berbeda
yaitu pihak lain (Jepang) menginginkan terbentuknya suatu imperialism Jepang
atas Asia-Pasifik, sementara pihak lainnya menginginkan adanya kesempatan
untuk menentukan nasib sendiri-sendiri. Kemenangan Eropa menjadi titik
kulminasi kembalinya negara imperialis pada wilayah jajahan, sengan tujuan ingin
merebut kembali dari pendudukan Jepang (Radhiansyah. 2013; 36).

6
Kedatangan Amerika Serikat dengan melibatkan kekuatan Imperialisme di
Asia Tenggara yaitu dengan menguasai Filipina yang dikecam oleh negara-negara
lain, karena telah melanggar doktrin Monroe. Dalam doktrin tersebut menyatakan
bahwa Amerika Serikat hanya beekepentingan untuk mengamankan daerah batas
wilayahnya, dan tidak memiliki semangat ekspansi wilayah apalagi hingga ke
Asia Tenggara. Hal tersebut berarti doktrin Monroe mengandung semnagat anti
imperialism dan kolonial (Sormin. 2018; 24). Adapun tekanan yang besar
dirasakan oleh Amerika Serikat atas perang Pasifik terhadap Jepang yang
membuat keadaan terbalik yaitu kemenangan Amerika Serikat terhadap Jepang
setelah peristiwa Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Kemenangan Amerika
Serikat disambut baik oleh Belanda, Inggris , dan Perancis untuk kembai pada
daerah jajahan. Hal ini berkaitan dengan adanya kesempatan untuk
memproklamirkan berdirinya suatu pemerintah yang sah pada negara tersebut.
Adanya kesempatan tersebut karena danya kekosongan penguasaan
sementeradalam pertempuran menghadapi pasukan sekutu dan memberi janji
mengenai kemerdekaan ((Radhiansyah. 2013; 36).

2.3 Keadaan Ekonomi Asia Tenggara Saat Perang Dunia II


Asia Tenggara merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman yang
merupakan keuntungan sekaligus keunggulan bagi mereka dalam kerjasama yang
dilakukan baik sebagai kesatuan wilayah maupun masing-masing negara. Ronal
Hill dalam bukunya menjelaskan bahwa luas wilayah Asia Tenggara adalah
hampir seluas asia selatan, atau sebesar 46 persen luas China dan Amerika Serikat
dan 58 persen luas Australia. Dengan wilayah seluas tersebut, Asia Tenggara
menyimpan kekayaan alam yang tak terkira yang dapat dijadikan sebagai pusat
dari pertumbuhan perekonomiannya. Sumber daya alam yang dimiliki oleh Asia
Tenggara terdiri dari lautan berikut dengan sumber-sumber di dalamnya,
Pegunungan dan berbukit serta sungai yang mampu menopang sektor
perekonomian yang berbasiskan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
darat, serta terdiri dari hutan-hutan yang dapat menopang sektor kehutanan, belum
lagi dengan hasil-hasil tambang yang didapat, dan yang lebih penting lagi adalah
sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara-negara Asia Tenggara tidak kalah

7
banyak dan bersaing dengan sumber daya manusia dari negara-negara diluar Asia
Tenggara, (Radhiansyah, E., 2013: 41).

Namun perlu juga untuk dipahami bahwa perkembangan perekonomian


Asia Tenggara tidak terlepas dari pengalaman sejarah yang telah terjadi atas
mereka. Pengalaman sejarah tersebut terkait erat dengan kolonialisme yang
terjadi. Pada masa kolonialisme terdapat pembagian kelas pada masyarakat Asia
Tenggara yaitu Kelompok Eropa, Timur jauh (China, India dan Jepang) dan
Golongan Pribumi. Pada masanya Kelompok Eropa memegang peranan penting
dalam pembentukan pemerintahan dan kekuasaan serta mendapatkan hak untuk
mengatur perdagangan dan tujuan akhir dari pertanian yang diharapkan,
sementara Golongan Timur jauh mendapatkan tempatnya pada bidang
perdagangan dan jasa, sementara Golongan Pribumi merupakan golongan yang
ditindas untuk melakukan perintah dari penguasa kolonial. Dalam
perkembangannya terdapat kebijakan pemerintahan dalam perdagangan dan
perekonomian yang menguntungkan bagi pribumi maupun hasil kolaborasi
pemerintah terhadap korporasi yang berbasis keluarga yang pada akhirnya
menciptakan hubungan yang korup dan nepotis, (Radhiansyah, E., 2013: 43-44).

Hal lain adalah dengan melihat sumber daya alam yang dimiliki negara-
negara Asia Tenggara maka akan terlihat adanya pembagian kelompok ekonomi
yaitu Pertanian, Perin- dustrian dan Jasa, namun ternyata perkembangan yang
terjadi adalah pada sebagian besar negara-negara Asia Tenggara seperti
Singapura, Indonesia, Malaysia dan Filipina lebih memfokuskan pertumbuhan
perekonomiannya pada perindustrian dan Jasa, (Radhiansyah, E., 2013: 42).

Bagi negara-negara Asia Tenggara lain sektor pertanian semakin tergusur


sebagai akibat kebijakan percepatan pertumbuhan perindustrian yang berdampak
terhadap pertumbuhan dan pengembangan infrastruktur penunjang, hal ini
menyebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian. Sementara pada sisi
masyarakat, dampak kebijakan perindustrian adalah kepada dibutuhkannya tenaga
terdidik untuk menjalankan teknologi perin- dustrian yang semakin maju sehingga
pertumbuhan tenaga terdidik melalui pendidikan meningkatkan gengsi untuk
kemudian dapat bekerja pada sektor industri dan jasa. Namun tidak semua

8
masyarakat Asia Tenggara mampu mengenyam pendidikan sampai pada tingkat
tertentu yang menjadikan mereka dieksploitasi. Kebijakan pemerintahan yang
kurang pro terhadap pertanian menyebabkan banyaknya tenaga kerja pertanian y
ang beralih profesi, hal ini dikarenakan pendapatan penghasilan yang
menggantungkan pada hasil produksi pertanian tidak lagi mencukupi
perkembangan kebutuhan yang semakin meningkat, terlebih dengan kebijakan
impor yang tidak mempertimbangkan nasib petani dalam negeri, hal ini di alami
oleh petani di Indonesia, (Radhiansyah, E., 2013: 43).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara geografis kawasan yang disebut sebagai Asia Tenggara merupakan
wilayah yang berada di antara wilayah Asia Selatan dan Asia timur. Wilayah Asia
Tenggara dapat dibagi menjadi dua-sub wilayah yang memiliki beberapa ciri khas
geografis yang mirip. Yang pertama Asia Tenggara Daratan (Mainland Southeast
Asia) yang meliputi negara Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Yang kedua, Asia Tenggara kepulauan (Island or Maritime Southeast Asia) yang
meliputi Indonesia tanah Filipina, Malaysia tentang Brunei, dan Singapura.

Asia Tenggara merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman yang


merupakan keuntungan sekaligus keunggulan bagi mereka dalam kerjasama yang
dilakukan baik sebagai kesatuan wilayah maupun masing-masing negara. Sumber
daya alam yang dimiliki oleh Asia Tenggara terdiri dari lautan berikut dengan
sumber-sumber di dalamnya, Pegunungan dan berbukit serta sungai yang mampu
menopang sektor perekonomian yang berbasiskan pertanian, perkebunan,
peternakan.

3.2 Saran

Bagi para pembaca jadikanlah makalah “Asia Tenggara Pasca Perang Dunia
II” ini menjadi bacaan yang menambah ilmu dan wawasan kita. Dan juga dengan
adanya makalah ini, kami harap dapat membantu para pembaca untuk memahami
letak kawasan Asia Tenggara dan dapat membantu para pembaca memahami
keadaan kawasan Asia Tenggara setelah Perang Dunia II.

10
DAFTAR PUSTAKA

Radhiansyah, Emil. 1 Januari 2013. Konfrontasi Jurnal: Kultur, Ekonomi dan


Perubahan Sosial. Asia Tenggara: Kawasan yang Tengah Berkembang .
Jakarta: Fakultas Falsafah dan Peradaban, Universitas Pramadina.

Sormin, Salman Al Paris. Oktober 2018. Jurnal Education and development


Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Vol. 6 No. 3. Hegemoni Amerika
Serikat di Asia Tenggara. Dosen FKIP: UGN Padangsidimpuan.

Radhiansyah, E. (2013). Asia Tenggara: Kawasan yang Tengah Berkembang.


Konfrontasi: Jurnal Kultur, Ekonomi dan Perubahan Sosial, 2 (1): 32-45.

Liwe, Amelia Joan. 2019. MAKNA STRATEGIS KAJIAN WILAYAH ASIA


TENGGARA DARI SUDUT PANDANG HUBUNGAN
INTERNASIONAL.
https://ojs.uph.edu/index.php/JHIV/article/download/1460/592 diakses
pada 20 September 2020 Pukul 18.32.

11
12

Anda mungkin juga menyukai