net/publication/349252769
CITATIONS READS
0 6,382
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agus Yosep Abduloh on 12 February 2021.
TAHFIDZ 1
Pengantar
Prof. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
i
KATA PENGANTAR
ii
PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
A. SEJARAH TAHFIDZUL QUR‟AN ................................................ 1
1. DEFINISI TAHFIDZUL QUR‟AN ................................. 7
2. NIAT TUJUAN MENGHAFAL AL QUR‟AN ............... 12
3. SYARAT KETENTUAN MENGHAFAL-QUR‟AN ....... 15
a. Mampu mengosongkan Fikiran Negatif ............................... 16
b. Nasihat sebelum Mulai menghafal Al-Quran....................... 16
c. Niat yang ikhlas ......................................................................... 17
d. Izin dari orang tua (dukungan dan doa) dari wali atau
suami................................................................................................... 17
e. Mampu membaca dengan baik. .............................................. 17
f. Tekad yang kuat dan bulat ....................................................... 18
g. Sabar dan Bersungguh sungguh ............................................. 18
h. Istiqamah. ................................................................................... 19
i. Menjauhkan diri dari maksiat .................................................. 19
j. Waktu dan tempat yang mendukung ..................................... 20
k. Menggunakan Satu Mushaf ..................................................... 20
l. Terikat dengan seorang Guru ................................................. 20
m. Berdo‟a ........................................................................................ 21
n. Selalu mengistiqomahkan mempunyai wudhu ..................... 21
4. TAHAPAN DALAM MENGHAFAL ALQUR‟AN ......... 21
a. Persiapan (isti‟dad) .................................................................... 21
b. Pengesahan (tashih/setor) ....................................................... 22
c. Pengulangan (muroja‟ah/penjagaan) ..................................... 22
iv
D. KEWAJIBAN TERHADAP AL-QUR'AN
1. Mengimani
2. Membaca
3. Memahami
4. Mentadaburi
5. Mengamalkan
6. Menghafalkan
7. Mendakwahkan
v
KONSEP IMPLEMENTASI
HUFFADZUL QUR’AN
1
Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di
dalam At Ta‟zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Dengan adanya jaminan itu, tidak berarti umat Islam terlepas dari
tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya
dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang tidak henti-hentinya
berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur‟an. Oleh
sebab itu umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban
memeliharannya. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan
kemurnian Al Qur‟an ialah dengan menghafalkannya. Pada masa
permulaan Islam, setiap kali Nabi Muhammad SAW, menerima
wahyu, beliau menyampaikannya kepada para sahabat dan
memerintahkann mereka untuk menghafal dan menuliskannya.
2
Imam Abdul Abbas dalam kitabnya Asy-Syafi menjelaskan bahwa
hukum menghafal Al-Qur‟an adalah Fardu Kifayah. Jika kewajiban
ini tidak terpenuhi, seluruh umat Islam akan menanggung dosanya.
Oleh karena itu menghafal Al Qur‟an (tahfizul Qur‟an) menjadi
bagian penting dalam Islam. Nash di atas hanya sebagian kecil saja
yang menyebutkan tentang kemuliaan penghafal Al Qur‟an, dan
masih banyak lagi nash lain ynag menjelaskan hal tersebut. Ini
membuktikan bahwa seorang penghafal Al qur‟an (hafizh)
mendapat derajat yang tinggi dimata Allah SWT. Al-Qur‟an turun
kepada Nabi yang Ummi (tidak bisa baca-tulis) dan diutus Allah di
kalangan orang-orang yang Ummi. Karena itu perhatian Nabi
hanyalah menghafal dan menghayati agar beliau dapat menguasai
Al-Qur‟an yang diturunkan. Rasulullah sangat menyukai wahyu,
beliau senantiasa menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu,
lalu menghafal dan memahaminya. Seperti yang dijanjikan Allah:
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (al-Qiyamah:
17).
3
yang boleh dituliskan, selain dari Al-Qur'an, (Hadits atau pelajaran-
pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi dilarang untuk
dituliskan). Larangan ini dengan maksud agar Al-Qur'an itu
terpelihara, jangan dicampur aduk dengan yang lain-lain yang juga
didengar dari Nabi. Menghafal Al-Quran adalah obyek perhatian
para sahabat Rasulullah SAW setelah wafat beliau. Mereka
berlomba-lomba untuk menghafal, mempelajari dan memahami
maknanya. Mereka saling mendahulukan satu dengan yang lain
berdasarkan jumlah hafalan yang mereka miliki. Mereka saling
membantu dan berbagi hafalan sehingga jumlah mereka yang hafal
Al-Qur‟an tidak terhitung banyaknya.
4
Pengumpulan pada masa Nabi cuma bisa dengan cara menghafal.
Rasulullah sangat menyukai wahyu ia senantias menunggu turunnya
wahyu dengan rasa rindu, lalu pada saat wahyu itu turun, Rasul
langsung menghaal dan memahaminya. Oleh sebab itu, ia adalah
Hafidz (penghafal) pertama dan merupakan contoh paling baik
bagi para sahabat dalam menghafalnya, sebagai realisasi kecintaan
mereka kepada pokok masalah dan risalah. Setiap kali ayat turun,
dihafal dan di tempatkan dalam hati, sebab bangsa arab secara
kodrati mempunyai hafalan yang kuat. Pada setiap kali Rasulullah
menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur‟an beliau
membacanya didepan para sahabat, kemudian para sahabat
menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala.
Namun kemudian beliau menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk
menuliskan ayat-ayat yang baru di terimanya itu. Mereka yang
termasyhur adalah; Abu Bakar, Umar bin khatab, ustman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin khaab, zayd bin tsabit, az-
zubayr bin Awwam, Mu‟awiyah bin Abi sufyan, Al-arqam bin
maslamah, Muhammad bin Maslamah, Abban bin Sa‟it bin AL-„As,
Maslamah bin khalid, qais bin Shasha‟ah, Tamim Al-Dari, Salamah
bin Makhlad, Abu Musa AL-Asy‟ari, Uqbah bin Amir, Ummu
faraqah binti Abdillah binti Harits. Selain dalam proses menghafal
alqur‟an Terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan
Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin
Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap
menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media
penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma,
lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana,
potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga
sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah
wahyu diturunkan. Al-Qur‟an adalah kalamullah yang mendapat
jaminan Allah SWT, selalu terpelihara keasliannya. Melalui para
penghafal Al-Qur‟an, kitab suci itu terpelihara dari kesalahan-
kesalahan dan terjaga dari usaha orang-orang yang sengaja ingin
mengubahnya. Maka peranan para penghafal Al-Qur‟an sejak
zaman Rasulullah SAW sampai sekarang bahkan sampai akhir
zaman nanti mempunyai peranan yang sangat penting dalam
melestarikan dan menjaga keasliannya. Menjadi seorang hafidz
adalah sebuah harapan, impian dan cita-cita mulia.
5
Seorang hafidz, juga disebut Rasulullah sebagai keluarga Allah dan
orang yang diberi keistimewaan tersendiri. Oleh karena itu, sejarah
telah menggambarkan, betapa antusiasnya para sahabat dalam
menghafal Al Qur‟an, berbagai cara dilakukan, agar kemuliaan Al
Qur‟an tertambat ke dalam ingatannya, mulai dari mengulang ayat
demi ayat, melantunkan siang-malam, dan membacanya dalam
setiap rakaat shalat. Sampai saat ini, semua aspek yang bersumber
dari Al Qur‟an senantiasa di kaji dan dikembangkan, baik dari segi
teks, bacaan, tulisan, i‟jaz maupun kandungannya yang mencakup
berbagai bidang keilmuan.
6
1. DEFINISI TAHFIDZUL QUR’AN
7
manusia dengan perlahan-lahan (tadabbur) agar mereka
menghafalnya.selain itu aktifitas ini merupakan salah satu bentuk
menjaga serta melestarikan semua keaslian al-Quran baik dari
tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik
melafalkannya. Seseorang yang telah hafal Al-Qur‟an secara
keseluruhan disebut dengan huffazhul Qur‟an, Pengumpulan Al-
Qur‟an dengan cara menghafal (Hifzhuhu) ini dilakukan pada masa
awal penyiaran agama Islam, karena Al-Qur‟an pada waktu itu
diturunkan melalui metode pendengaran. Pelestarian Al-Qur‟an
melalui hafalan ini sangat tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.
8
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun beberapa
pendapat dalam pengertian Al-Qur‟an menurut istilah antara lain:
9
yang panjang hal ini perlu adanya wadah dan system yang tepat ,
salah satu hal awal yang di lakukan adalah dengan adanya
pembelajaran dan pengajaran yang dapat mendukung sepenuhnya.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran Al-Qur‟an
adalah pemberian ilmu pengetahuan atau ketrampilan membaca
dari seorang pendidik kepada orang lain (anak didik), sehingga anak
didik dapat memiliki pengetahuan dan pengertian dalam membaca.
10
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan-
perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah
laku. Beberapa ahli memberikan pengertian belajar seperti diuraikan
dibawah ini:
a. Sardiman A. M. bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa
raga, psikofisik menuju keperkembangan pribadi manusia
seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa.
b. Drs. Slamet menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sehingga hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
c. Morgan, dalam buku Intriduction to Psychology mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.
d. Witherington, dalam buku Education Psychology bahwa
belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian.
11
mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi
hafal.” Husunya dalam proses menghafalkan Al Qur‟an, prioritas
utama adalah doktrin guru kepada murid tentang membaca sendiri
yang di sebut dengan istilah tadarrus terus menerus, sebab program
menghafal Al-Qur‟an adalah dengan mutqin (hafalan yang kuat)
terhadap lafazh-lafazh Al-Qur‟an dan menghafal makna-maknanya
dengan kuat yang memudahkan untuk menghindarkannya setiap
menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana Al-Qur‟an
senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga
memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.
12
sangat lengkap. Tujuan utama niat adalah untuk membedakan
antara ibadah dengan adat, dan juga untuk membedakan antara
tingkatan-tingkatan ibadah.
13
Hajar Al-Asqalani bahwa niat itu adalah satu untuk Yang Satu,
mengandung pengertian bahwa amal harus sesuai dengan peraturan
yang telah digariskan oleh yang Satu (risalah Islam sebagai hukum
yang buat oleh Allah swt), sehingga untuk menuju Yang Satu
tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. Senada
dengan keterangan di atas yaitu yang disampaikan Imam Baidlawi
bahwa berniat dengan maksud yang terarah hanya untuk meraih
Ridha Allah SWT dan pula dalam amalnya tersebut mengikuti dan
tunduk pada cara yang telah di gariskan Allah swt. Dengan
demikian bahwa apabila seorang muslim berniat untuk melakukan
ibadah hanya menuju Ridha Allah tapi tanpa mengikuti tata cara
ibadah yang di ajarkan Rasulullah saw maka dia tidak akan sampai
amalnya kepada Allah swt karena persyaratan mutlak untuk tunduk
pada hukum Allah tidak terpenuhi. Jadi sebagai manusia yang
beriman dalam melakukan sebuah amal ibadah hususnya dalam
menghafal Al qur‟an, harus membersihkan tujuan yang lain kecuali
hanya Allah semata dan amal ibadah yang dilakukan harus sesuai
dengan ketentuan Syari‟at, tidak bisa seorang muslim melaksanakan
ibadah hasil dari buah fikirannya sendiri yang mereka anggap baik
sebab semua amalan itu sebenarnya telah di tentukan dan telah di
uswahkan oleh rosululloh sehingga ilmu nya jelas.
14
saya cari atau yang saya inginkan ? apa sih yang akan saya dapatkan
?
15
a. Mampu mengosongkan Fikiran Negatif
16
termasuk tipe orang yang bergantung pada indra pengihatan,
yang menghafal format halaman dan mengesankannya di dalam
pikiran? Berdasarkan hal it, berkonsentrasilah pada sarana atau
alat sesuai untukmu dalam mengahfal, dengan tetap melakukan
variasi .(menurut Muhammad Habibillah Muhammad Asy-
Syinqithi (2011: 73).
Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam
masalah hafalan Al-Qur‟an. Sebab, apabila seseorang melaukan
sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata,
maka amalannya hanya akan sia-sia belaka. Jadikanlah niat dan
tujuan menghafal Al Qur‟an untuk mendekatkan diri kepada
Allah Ta‟ala. Janganlah tujuan kita menghafal Al Qur‟an untuk
meraih kedudukan di tengah-tengah manusiam, meraup
keuntungan dunia, upah atau hadiah. Ikhlas dan ikhlas-lah
dalam menghafalnya. Karena ingatlah Allah tidak menerima
sedikit pun dari amalan yang tidak ikhlas, yang tercampur
kesyirikan di dalamnya. Allah tidak mau diduakan dalam ibadah,
termasuk dalam menghafal kalam-Nya. Allah Ta‟ala berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan
(menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
d. Izin dari orang tua (dukungan dan doa) dari wali atau
suami.
17
Memperbaiki bacaan, adalah prioritas utama sebelum
menghafal Al Quran. Oleh karena itu, seseorang yang ingin
menghafal Al Quran, maka ia wajib memperbaiki bacaannya
terlebih dahulu.
18
serta membutuhkan waktu yang lumayan panjang dalam
menempuhnya.
h. Istiqamah.
19
kepada Waki‟ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau
menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau
memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya
Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I‟anatuth
Tholibin, 2: 190).
20
memotivasi muridnya di saat si murid mengalami
kejenuhan.secara pertanggung jawaban akhiratnya seorang guru
yang akan menjembatani sampai kepada syafaat dan
kebahagiaan yang haqiqi duni akhirat.
m. Berdo’a
a. Persiapan (isti’dad)
21
Sebelum tidur malam, lakukan persiapan terlebih dahulu
dengan membaca dan menghafal satu halaman secara cepat
(jangan langsung dihafal secara mendalam).
b. Pengesahan (tashih/setor)
c. Pengulangan (muroja’ah/penjagaan)
22
Dari Abdullah bin „Umar, Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang menghafalkan Al Qur’an adalah bagaikan
unta yang diikat. Jika diikat, unta itu tidak akan lari. Dan apabila
dibiarkan tanpa diikat, maka dia akan pergi.” (HR. Bukhari no.
5031 dan Muslim no. 789).
23