Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENELITIAN YSC 2022

MENGENAL LEBIHDEKAT KOTA BANDUNG DALAM PRESPEKTIP SEJARAH

Bayu Nugraha, Abdul Azis

Guru Pembimbing: Iman Nugraha

SMA EL FITRA –Kota Bandung Jawabarat;

[H] HISTORY

A. PENDAHULUAN pengertian yang sangat sederhana hingga


pengertian dan cakupan yang makin
Bandung merupakan sebuah wilayah
kompleks. Bandung merupakan sebuah
geografis yang semula berstatus sebagai
wilayah geografis yang semula berstatus
tempat pemukiman, selanjutnya
sebagai tempat pemukiman, selanjutnya
berkembang menjadi sebuah “kota”,
berkembang menjadi sebuah “kota”,
kemudian berstatus sebagai ibu kota
kemudian berstatus sebagai ibu kota
Kabupaten Bandung (1810), ibu kota
Kabupaten Bandung (1810), ibu kota
Keresidenan Priangan (1864), dan menjadi
Keresidenan Priangan (1864), dan menjadi
sebuah gemeente (1906). Dari sisi teoretis,
sebuah gemeente (1906). Dari sisi teoretis,
pengungkapan sejarah Kota Bandung ini
pengungkapan sejarah Kota Bandung ini
akan sangat bermanfaat bagi pemahaman
akan sangat bermanfaat bagi pemahaman
sejarah yang makin luas, karena memuat
sejarah yang makin luas, karena memuat
uraian sejarah lokal yang relatif utuh.
uraian sejarah lokal yang relatif utuh.
Kota Bandung pada masa sebelum
C. RUMUSAN MASALAH
perang oleh Kolonial Belanda memiliki
1. Bagaimana tahapan bandung
fungsi yang sangat berat untuk disandang
menjadi nama sebuah kota ?
oleh sebuah kota kecil pada masa itu. Ada
2. Bagaimana sejarah terbentuknya
beberapa yang menonjol dari fungsi itu
kota bandung ?
dengan adanya gagasan menjadikan Kota
D. STUDY PUSTAKA
Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda,
Dalam penelitian ini, peneliti lebih
yang diilhami dari laporan studi kelayakan
berfokus kepada sumber sumber tertulis
kota ideal di Jawa, laporan itu disusun pada
seperti naskah, buku dan juga hal-hal terkait
tahun 1918 oleh H.F. Tillema.
berdirinya kota bandung. Seperti jurnal
B. LATAR BELAKANG MASALAH Hardjasaputra. Sobana 1999 Sejarah Kota

Mengacu pada pemahaman Bandung 1810- 1906. Pemerintah

rekonstruksi tertulis mengenai masa lalu Kotamadya Daerah Tingkat II. Bandung.

sebuah kota, dalam hal ini Kota Bandung. Kota Bandung didirikan oleh R.A.

Secara substansi, sejarah kota sering Wiranatakusumah II, Bupati Bandung ke-6

disebut sebagai sejarah yang menyeluruh (1794-1829) dengan pola kota tradisional.

(total history). Kota dalam pengertian Kota itu didirikan sebagai pusat

“proses menjadi”, yakni kota mulai dari pemerintahan kabupaten. Hasil penelitian
sampai pada simpulan, bahwa tanggal 25
September 1810 merupakan hari jadi kota yaitu sumber-sumber yang dibuat tidak
Bandung. Hal itu berarti tanggal tersebut sezaman dengan periode yang dibahas.
merupakan titik tolak perubahan sosial di Sumber- sumber tersebut terdiri atas
kota itu pada abad ke-19. Perubahan sosial sumber tradisional, sumber kolonial, dan
di kota Bandung periode 1810-1906 sumber modern.
merupakan hasil interaksi banyak faktor. E. METODE PENELITIAN
Faktor-faktor itu menyangkut tiga
Penelitian ini dilaksanakan dengan
aspek, yaitu kekuasaan, fisik kota, dan
menggunakan metode sejarah yang
sosial ekonomi. Aspek kekuasaan berasal
pengerjaannya meliputi empat tahapan,
dari bupati (pihak pertama) dan gubernur
yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan
jenderal/residen (pihak kedua). Kedua
sumber), kritik, inter- pretasi, dan
kekuasaan itu berpengaruh terhadap
historiografi. Pada tahapan heuristik,
perubahan fisik kota dan sosial ekonomi.
dilakukan upaya pencarian sumber di
Hubungan pengaruh di antara ketiga aspek
berbagai perpustakaan.
itu merupakan pola dasar perubahan.
Perubahan berlangsung dalam tiga tahap, Secara kategori, sumber-sumber yang
masing-masing dilandasi oleh fungsi kota. diperoleh itu ada yang bersifat primer,
Pertama, sebagai ibukota kabupaten (1810- seperti arsip, dokumen resmi, dan sumber-
1864). Kedua, sebagai ibukota keresidenan, sumber lain yang sezaman dengan periode
merangkap fungsi pertama (1864-1884). penulisan; ada pula yang bersifat sekunder,
Ketiga, sebagai pusat transportasi kereta yaitu sumber- sumber yang dibuat tidak
api “Jalur Barat”, merangkap fungsi pertama sezaman dengan periode yang dibahas.
dan kedua (1884-1906). Perubahan pada Sumber- sumber tersebut terdiri atas
tahap pertama berlangsung lambat. sumber tradisional, sumber kolonial, dan
Akan tetapi, pada tahap kedua perubahan sumber modern.
berlangsung relatif cepat dan pada tahap Terhadap sumber-sumber tersebut
ketiga, perubahan berlangsung makin dilakukan kritik, baik secara ekstern (menilai
cepat. Faktor penting pendorong otentisitas materialnya) maupun secara
percepatan perubahan pada tahap ketiga intern (menilai kredibilitas isinya).
adalah transportasi kereta api (faktor Selanjutnya, terhadap sumber yang sudah
teknologi) dan pengusaha swasta asing terseleksi itu dilakukan interpretasi,
serta lembaga sosial yang turut berperanan sehingga diperoleh fakta dan maknanya
penting dalam pembangunan kota. Dapat serta hubungan satu sama lainnya.
disimpulkan, bahwa perubahan sosial di Interpretasi didasarkan pada prinsip-prinsip
kota Bandung tahun 1810 – 1906 bergerak Ilmu Sejarah dan disesuaikan dengan
secara unilinear, dari kehidupan tradisional tujuan penulisan. Sebagai tahapan terakhir
berkembang ke arah kehidupan modern. dilakukan penulisan (historiografi).
Secara kategori, sumber-sumber yang
F. HASIL DAN BAHASAN
diperoleh itu ada yang bersifat primer,
seperti arsip, dokumen resmi, dan sumber- Masih banyak orang yang bertanya
sumber lain yang sezaman dengan periode berasal dari kata apa Bandung itu? Banyak
penulisan; ada pula yang bersifat sekunder, versi yang dikemukakan sesuai dengan
pandangannya sendiri- ngabandoeng Bandung pun terjadi setelah di daerah
artinya ngarèndèng (berdampingan); bekas danau itu berdiri pemerintah
bandoengan artinya parahoe doea Kabupaten Bandung (Hardjasaputra, 1999 :
dirèndèngkeun makè sasag (dua perahu 5-23). Pada tahun 1641, seorang Mardijker
yang berdampingan disatukan dengan bernama Yulian de Silva, melaporkan yang
mempergunakan sasag (bambu yang tertuang dalam Dagregister “catatan
dianyam); ngabandoengan artinya harian‟, ia menyatakan : ”Aen een negorij
ngadèngèkeun nu keur matja atawa nu keur genaemt Bandong, bestaende uijt 25 ‘a 30
ngomong (menyimak orang yang sedang huysen..…” yang berarti “Ada sebuah
membaca atau yang sedang berbicara). negeri dinamakan Bandong yang terdiri dari
Asal-usul nama „bandung‟, dalam bahasa 25 sampai 30 rumah…”. Apabila dari satu
Sunda identik dengan kata “banding‟ rumah terdiri atas 4 orang anggota
dalam bahasa Indonesia, yang artinya keluarga, maka dari 25 sampai 30 rumah
berdampingan, ngabanding berarti tersebut diperkirakan penduduk di tempat
berdampingan atau berdekatan. Hal ini itu berjumlah seratus dua puluhan jiwa dan
antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar diduga semuanya adalah orang Sunda.
Bahasa Indonesia (1994) dan Kamus Itulah penduduk yang menempati „kota
Sunda- Indonesia (1996), bahwa kata Bandung‟ sebagai cikal bakal Kota
bandung berarti (berpasangan) yang berarti Bandung dewasa ini.
pula berdampingan.
Setelah kedatangan Mardijker yang
Pendapat lain mengatakan bahwa kata bernama Yulian de Silva itu, kemudian
bandung mengandung arti besar atau luas. Bandung pada abad ke-17, oleh pemerintah
Menurut salah seorang informan di Kompeni Belanda disebut Negorij Bandong
Bandung, kata bandung itu berasal dari kata atau West Oedjoeng Broeng, namun
bandeng. Dalam bahasa Sunda, penduduk pribumi hanya mengenal „Tatar
ngabandeng adalah sebutan untuk Ukur‟. Wilayah Tatar Ukur ini dikepalai oleh
genangan air yang luas dan tampak tenang seorang penguasa bernama Wangsanata
namun terkesan menyeramkan. Diduga atau lebih dikenal dengan sebutan Dipati
kata bandeng itu kemudian berubah bunyi Ukur (Kunto, 1985 : 7). Sejak itu, secara
menjadi bandung. Ada pula pendapat berkala Kasteel van Batavia atau Benteng
menyatakan bahwa kata bandung berasal Kompeni mengirimkan mata-matanya ke
dari kata bendung. Pendapat-pendapat daerah Tatar Ukur untuk memata-matai
tentang asal kata dan arti kata bandung daerah ini.
tersebut di atas, diduga berkaitan dengan
Pada tahun 1741, tepatnya seabad
peristiwa terbendungnya aliran Sungai
kemudian dari kedatangan Julian de Silva
Citarum oleh lahar Gunung Tangkuban
dan tiga puluh tahun setelah kedatangan
Parahu, sehingga terbentuk sebuah danau
van Riebeek, Kompeni Belanda
besar. Danau ini kemudian dikenal dengan
menempatkan seorang tentaranya yang
sebutan Danau Bandung1 atau Danau
bernama Arie Top yang berpangkat Kopral,
Bandung Purba. Kiranya penyebutan Danau
dengan jabatan yang disandangnya sebagai
1
Dalam cerita rakyat Sangkuriang, terbentuknya
„Danau Bandung‟ dan Gunung
plaatselijk militair commandant (komandan
militer yang menetap di suatu daerah), Molsbergen, 1935 dalam Kunto, 1985).
pangkat ini sekarang mungkin setingkat Jalan setapak kuda ini sangat penting
Babinsa (Kunto, 1985 :10). artinya karena dijadikan prasarana
transportasi untuk mengangkut hasil
Setahun kemudian setelah kedatangan
perkebunan kopi dari Priangan ke Batavia,
Arie Top ini, yaitu pada tahun 1742, maka
dengandemikian pengangkutan hasil
penduduk di wilayah Bandung ditambah
perkebunan tidak lagi mempergunakan
dengan tiga orang warga Eropa yaitu kakak
aliran Sungai Citarum.
beradik Ronde dan Jan Geysbergen dan
satu orang buangan dari Batavia yang Pada waktu Herman Willem Daendels
berpangkat Kopral. Ketiga orang inilah menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda
kemudian membangun Bandung dengan (1808 - 1811), baru kemudian dibangun
jalan membuka hutan dan membuat jaringan jalan di Pulau Jawa sepanjang
perusahaan penggergajian. Kemudian 1.000 km., dari Anyer di ujung barat Pulau
Bandung terkenal dengan sebutan Paradise Jawa (sekarang Provinsi Banten) hingga
in Exile (sorga dalam pembuangan) (Kunto, Panarukan di ujung timur Pulau Jawa. Jalur
1985: 11). Mengapa Bandung disebut jalan Anyer – Panarukan ini, ketika
sebagai Paradise in Exile? Padahal memasuki daerah Bandung tidak melewati
Bandung pada pertengahan abad ke-18 itu Ibu kota Kabupaten Bandung Karapyak
masih berupa hutan rimba, di sana-sini (Dayeuh Kolot Sekarang) yang pada waktu
masih tersisa genangan air sisa-sisa dari itu terletak 11 km ke arah selatan dari
danau purba, sehingga masih banyak situ jalurnya. Kenyataan ini membuat Gubernur
(kolam besar) tersebar di sekitar Bandung Jenderal Daendels menerbitkan Surat
dan selebihnya masih berupa ranca (rawa- Keputusan tertanggal 25 Mei 1810, yang
rawa). Keadaan wilayah seperti ini, oleh memerintahkan kepada Bupati Bandung
Belanda dijadikan tempat pembuangan bagi dan Bupati Parakan-muncang agar
soldadu atau pegawai pemerintahan yang memindahkan ibu kotanya masing-masing
membuat kesalahan, karena Bandung ke tepi jalan raya. Surat tersebut
dianggap “neraka‟ dengan hutan rimba lengkapnya berbunyi sebagai berikut2
yang menyeramkan.
25 Bloeimaand 1810
Istilah dalam bahasa Sunda untuk
Verplatsing van de hoofd- negorijen in de
menggambarkan keadaan rimba belantara
regentschappen Bandoeng en
Bandung itu dengan sebutan, kop maung,
Parakanmoentjang
kop badak (siap dimakan harimau dan
badak). Transportasi untuk mencapai De landdrost der Jaccatrasche en Preanger
daerah pedalaman Priangan atau Bandung bovenlanden hij missive heb-bende te
hanya melalui Sungai Citarum, dengan kennen gegeven, dat hem bij zijne jongste
menaiki perahu atau rakit bisa mencapai inspectie was te ooren gekomen, dat de
daerah “neraka‟ ini. Barulah pada tahun hoofdnegorijen van Bandong en
1786 jalan setapak yang dilalui kuda mulai Praccanmoentjang te verre van den
dicoba untuk menghubungkan kota-kota nieuwen weg afgelegen waren,waardoo rde
Batavia– Bogor – Cianjur – Bandung (ECG. 2
Plakaatboek, XV, 1810
werkzaamheden aan de postwegen als besar dan karena itu : dengan
anderen sterk kwamen te lijden; met pertimbangan, selain tujuan pemindahan
voordragt mitsdien om gedagte yang telah disebutkan juga pemindahan itu
hoofdnegorijen te doen verplaatsen, als die akan meningkatkan tanaman- tanaman,
van Bandong naar Tjikapoendoeng en die karena tanah di sekitar tempat yang
van Praccanmoentjang naar Andawadak, diusulkan menjadi ibu kota itu sangat subur;
welke beide plaatsen aan den grooten weg bilamana keputusan usul me- ngenai
gelegen en daartoe zeer geschikt waren; en pemindahan ibu kota Bandung ke
consideerende, dat behalve de voor de Cikapundung dan ibu kota
genoemde verplaatsing opge-geven, Parakanmuncang ke Andawadak diterima,
plausible redenen, daardoor tevens mohon paduka memberikan otorisasi untuk
onderscheidene cultures zullen worden pelaksanaannya.
bevorderd, uithoofde van de bijzondere
H.W. Daendels
geschiktheid, welke daardoor de gronden
hebben, die in de environs van de Berdasarkan surat keputusan tersebut,
opgemelde, tot hoofdnegorijen maka Bupati Bandung R.A.
voorgedragen plaatsen gelegen zijn;is Wiranatakusumah II (1794-1829)
conform de gedane voordragt besloten de memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung
hoofdnegorij van Bandong te doen dari Karapyak, ke daerah sebelah utara
verleggen naar Tjikapoendoeng en die van Jalan Raya Pos (De Grote Postweg), dalam
Praccamoentjang naar Anda- wadak, met rangka usaha dan persiapan membangun
autorisatie op den gedagten landdrost om ibu kota baru di tepi Sungai Cikapundung,
hieraan te geven de noodige executie. dekat Jalan Raya Pos yang sedang
dibangun.
H.W. Daendels
Hal ini ditetapkan setelah beberapa
Terjemahannya :
kali pemilihan daerah yang dianggap cocok
25 Mei 1810 untuk sebuah pendopo. Biasanya pemilihan
lahan untuk dijadikan tempat tinggal atau
Pemindahan Ibu kota Kabupaten Bandung
didirikannya sebuah bangunan masih
dan Parakanmuncang
berpegang teguh pada tatali karuhun atau
Penguasa Jakarta dan daerah pedalaman kearifan lokal. Tempat yang harus dipilih,
Priangan memberitahukan, bahwa ia telah selain letak geografinya strategis, juga
mendengar ketika mengadakan inspeksi harus memenuhi syarat yang bersifat mistik.
yang terakhir, bahwa ibu kota Bandung dan
Menurut kepercayaan tradisional
Parakanmuncang terletak jauh dari jalan
masyarakat Sunda, tempat yang baik untuk
yang baru, sehingga pekerjaan pembuatan
dijadikan dayeuh (pusat pemerintahan)
jalan pos itu mengalami hambatan, oleh
harus taneuh garuda ngupuk, bahè ngalèr-
karena itu diusulkan untuk memindahkan
ngètan, deukeut pangguyangan badak putih
ibu kota-ibu kota itu, seperti ibu kota
(tanah yang menyerupai burung garuda
Bandung ke Cikapundung dan ibu kota
mengibas- kan sayapnya di tanah, landai ke
Parakanmuncang ke Andawadak, di mana
arah timur-laut, dekat kubangan badak
kedua tempat itu terletak pada lintasan jalan
putih)4. Makna ungkapan itu adalah, lahan memiliki kekayaan dan keindahan tak
untuk ibu kota harus baik dari berbagai segi, terhingga di sini, akan dapat mewujudkan
baik letaknya maupun kondisi dan angan-angan, yang kelak bakal dikenal dan
potensinya serta dekat dengan sumber air. dihargai orang” (Tijdschraft voor
Persyaratan bahwa lahan untuk pemukiman Nederlandsch Indie, Tahun ke-14, 1852).
harus landai ke arah timur-laut memang
Dalam perjalanan dan
masuk akal, karena lahan dengan kondisi
perkembangan sejarah kota, Bandung
seperti itu banyak menerima cahaya
pernah diisolasi oleh pemerintah Belanda
matahari pagi yang dapat menyehatkan
yang tertuang dalam Surat Perintah
kehidupan. Klasifikasi pemilihan lahan
Gubernur Jenderal GA. Baron van der
dilihat dari nilai-nilai tradisi yang
Capellen tanggal 9 Januari 1821 (Statsblad
dipedomaninya, begitu pula dengan tata
No. 6/1821) yang menyatakan bahwa
letak harus diperhatikan dengan benar,
wilayah Karesidenan Priangan
gedung yang dibangun harus menghadap
tertutup bagi semua orang Eropa dan Cina.
ke arah mana dan di sekelilingnya harus
Meskipun ada isolasi dari pemerintah
mendukung sehingga nantinya gedung itu
Belanda, pada waktu itu „kota‟ Bandung di
membawa keberkahan bagi pengisinya.
bawah pemerintahan Bupati
Selain orang-orang di atas, ada pula Wiranatakusumah IV (1846- 1874) banyak
orang Belanda yang ikut andil membangun mengalami kemajuan, sehingga Pemerintah
Bandung, yaitu Adries de Wilde. Ia pada Belanda melalui surat perintah yang
tahun 1819 mengajukan usulan kepada disampaikan oleh Residen Priangan Van
pemerintah Kompeni Belanda, agar ibu kota Steinment tertuang dalam lembaran berita
Karesidenan Priangan dipindahkan dari “Java Bode” tanggal 11 Agustus 1852
Cianjur ke „kota‟ Bandung. Ada apa dengan membuka isolasi bagi Karesidenan
„kota‟ Bandung? Dr. Ir. R van Hoevell Priangan.
(1852) sempat datang ke „kota‟ Bandung
Setelah isi surat perintah itu
dan kemudian menulis sebuah artikel yang
dilaksanakan, maka Bandung menjadi
ditujukan kepada Gubernur Jenderal Hindia
sebuah kota yang tidak lagi terisolasi, ia
Belanda “Mungkin anda tahu bahwa saya
menjadi sebuah kota yang ramai dan maju.
selalu tergoda oleh angan- angan, untuk
Mungkin Bandung tidak lagi menjadi sebuah
mendirikan sebuah „kota besar‟ di Dataran
Bergdessa yang udik. Apalagi pada tahun
Tinggi Bandung, sebagai suatu koloni bagi
1856, Gubernur Jenderal Charles Ferdinand
orang-orang Eropa”. Namun banyak juga
Pahud memerintahkan pemindahan Ibu
yang menentang keinginan ini, terbukti
kota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke
dengan artikel lain yang menyatakan
kota Bandung sesuai dengan permintaan
“Mereka menentang pendapat saya, bahkan
Adries de Wilde. Pemindahan Ibu kota
menamakannya sebagai suatu ilusi dan
Keresidenan Priangan ini baru terlaksana
khayalan yang kelewat diidam-idamkan.
pada waktu Residennya Van der Moore
Namun saya yakin, bahwa cita-cita itu akan
yaitu pada tahun 1864.
terwujud”. Di akhir artikelnya van Hoevell
menulis “Hanya alamlah kemudian, yang
Pemindahan ibu kota Priangan itu menjadi dua bagian, yaitu bagian yang
bertepatan dengan meletusnya Gunung diusung oleh Orang Belanda atau zaman
Gede yang ada di perbatasan Kota Cianjur kolonial dan yang kedua bagian yang
dengan Bogor, sehingga sangat diusung oleh orang pribumi yaitu waktu
mengguncangkan Kota Cianjur. terjadinya pemindahan ibu kota Kabupaten
Bandung dari Krapyak (Dayeuhkolot) ke
G. Kesimpulan
dekat jalan besar di tepi Cikapundung (Kota
Bandung merupakan sebuah wilayah Bandung sekarang). Dalam judul tulisan ini
geografis yang semula berstatus sebagai terkandung dua masalah yang perlu terlebih
tempat pemukiman, selanjutnya dahulu diidentifikasi, yaitu yang berkaitan
berkembang menjadi sebuah “kota”, dengan aspek tema (sejarah kota) dan
kemudian berstatus sebagai ibu kota aspek spasial (Bandung). Sejarah kota
Kabupaten Bandung (1810), ibu kota mengacu pada pemahaman rekonstruksi
Keresidenan Priangan (1864), dan menjadi tertulis mengenai masa lalu sebuah kota,
sebuah gemeente (1906). Dari sisi teoretis, dalam hal ini Kota Bandung.
pengungkapan sejarah Kota Bandung ini
Mengacu pada pemahaman
akan sangat bermanfaat bagi pemahaman
rekonstruksi tertulis mengenai masa lalu
sejarah yang makin luas, karena memuat
sebuah kota, dalam hal ini Kota Bandung.
uraian sejarah lokal yang relatif utuh. Kota
Kota dalam pengertian “proses menjadi”,
Bandung pada masa sebelum perang oleh
yakni kota mulai dari pengertian yang
Kolonial Belanda memiliki fungsi yang
sangat sederhana hingga pengertian dan
sangat berat untuk disandang oleh sebuah
cakupan yang makin kompleks. Dalam
kota kecil pada masa itu. Ada beberapa
penelitian ini, peneliti lebih berfokus kepada
yang menonjol dari fungsi itu dengan
sumber sumber tertulis seperti naskah,
adanya gagasan menjadikan Kota Bandung
buku dan juga hal-hal terkait berdirinya kota
sebagai ibu kota Hindia Belanda, yang
bandung. Hasil penelitian sampai pada
diilhami dari laporan studi kelayakan kota
simpulan, bahwa tanggal 25 September
ideal di Jawa, laporan itu disusun pada
1810 merupakan hari jadi kota Bandung.
tahun 1918 oleh H. F. Tillema. Atas
gagasan itu, dengan raadbesluit (Keputusan Hal itu berarti tanggal tersebut
Dewan Kotamadya) pada 18 Desember merupakan titik tolak perubahan sosial di
1918, Gemeente Bandoeng menyediakan kota itu pada abad ke-19. Perubahan sosial
lahan seluas 27. 000 m² untuk kompleks di kota Bandung periode 1810-1906
bangunan instansi pemerintah. merupakan hasil interaksi banyak faktor.
Faktor-faktor itu menyangkut tiga aspek,
Bandung merupakan sebuah kota yang
yaitu kekuasaan, fisik kota, dan sosial
mempunyai alur dan perjalanan sejarah
ekonomi. Aspek kekuasaan berasal dari
yang sangat panjang, sehingga tidak setiap
bupati (pihak pertama) dan gubernur
peristiwa sejarah meninggalkan
jenderal/residen (pihak kedua).
kelengkapan data. Apabila perjalanan
sejarah Bandung diuraikan, maka secara Kedua kekuasaan itu berpengaruh
garis besar penulisannya dapat dipilah terhadap perubahan fisik kota dan sosial
ekonomi. Ketiga, sebagai pusat
transportasi kereta api “Jalur Barat”,
merangkap fungsi pertama dan kedua
(1884-1906). Faktor penting pendorong
percepatan perubahan pada tahap ketiga
adalah transportasi kereta api (faktor
teknologi) dan pengusaha swasta asing
serta lembaga sosial yang turut berperanan
penting dalam pembangunan kota. Dapat
disimpulkan, bahwa perubahan sosial di
kota Bandung tahun 1810 – 1906 bergerak
secara unilinear, dari kehidupan tradisional
berkembang ke arah kehidupan modern.

H. DAFTAR PUSTAKA

Eringa, FS. 1984,


Soendaas – Nederlands
Woordenboek. Foris Publications
Holland, Dordrecht – Holland/
Cinnaminson – USA.

Hardjasaputra. Sobana 1999


Sejarah Kota Bandung 1810- 1906.
Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat II. Bandung.

Hardjasaputra, Sobana.
Pembentukan

Gemeente Bandung,
Makalah.Tanpa Tahun

Kunto, Haryoto.1984.
Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.
Bandung. PT. Granesia.

Satjadibrata. 1948.
Kamoes Basa Soenda. Djakarta :
Bale Poestaka.

Anda mungkin juga menyukai